• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Tentang Mal Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Notaris adalah pejabat umum dan pejabat umum tidak selalu pegawai negeri.

Akan tetapi ada juga pejabat umum yang selain melayani masyarakat, juga

merupakan pegawai negeri. Contohnya Pegawai Kesehatan, Pegawai Catatan Sipil,

Konsuler Indonesia yang berada diluar negeri, dan lain sebagainya. Mereka ini bukan

pejabat umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Jo Pasal 15 ayat 1 Undang

Undang Jabatan Notaris (UUJN), karena mereka tidak berhak membuat akta otentik

seperti yang tercantum dalam Pasal 1868 KUHPerdata.1

Keberhasilan seorang Notaris tidak hanya bisa diukur dari banyaknya akta,

melainkan juga dari kepiawaian mengatur administrasi di kantor tersebut. Akta yang

banyak, tanpa disertai administrasi yang rapi dan teratur akan mengakibatkan masalah

dan kesulitan dikemudian hari. 2

Oleh karena itu perlu bagi seorang calon notaris untuk mengetahui,

mempelajari serta memperhatikan administrasi kantor sebelum melaksanakan

jabatannya sebagai seorang notaris.

1

Soetrisno, Diktat Kuliah tentang Komentar atas Undang Undang Jabatan Notaris, Buku I, Medan, 2007. hlm. 5

2

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, Sanksi

Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, Refika Aditama, Bandung, 2008. hlm. 57

(2)

Dalam hal menjalankan tugasnya, notaris mempunyai kewajiban serta hal

yang terpenting yang tertuang didalam Pasal 16 ayat 1 (a) Undang undang Jabatan

Notaris (UUJN)3.

Setiap Notaris dituntut agar memberikan akses terhadap informasi yang

seimbang diantara para pihak yang berjanji sehingga didalam suatu perjanjian

tersebut para pihak saling mengerti dan memahami isi dari apa yang diperjanjikan.

Sejalan dengan itu, semakin meningkatnya pendidikan kenotariatan di

Indonesia dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan profesional di bidang hukum

dalam melayani masyarakat dalam hal pembuatan akta Notaris maka tidak dipungkiri

terjadinya persaingan yang tidak sehat sesama Notaris yang selanjutnya mengarah

kepada tindakan mal administrasi.4

Berdasarkan pengamatan dilapangan, tindakan mal administrasi yang sering

dilakukan oleh notaris adalah:5 1. Tidak membacakan isi Akta;

3

Notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.

4

Perbuatan Melanggar Hukum ialah bahwa perbuatan itu mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan dalam masyarakat. Dan kegoncangan ini tidak hanya terdapat apabila peraturan peraturan hukum dalam suatu masyarakat dilanggar (langsung), melainkan juga, apabila peraturan peraturan kesusilaan, keagamaan dan sopan santun dalam masyarakat dilanggar (langsung) jadi tergantung dari pelanggaran yang dilakukan. Lain halnya menurut Pasal 1365 BW perihal

onrechtmatige daad”, justru oleh karena Pasal itu termuat dalam suatu Undang undang yang berlaku, dan pada umumnya bagi orang orang yang langsung takluk pada Burgerlijk Wetboek, berlakulah suatu Hukum Perdata yang tertulis (geschreven recht), maka mula mula “onrechtmatige”, sebagai hanya mengenai perbuatan yang langsung melanggar suatu peraturan Hukum. Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum dipandang dari sudut Hukum Perdata, Penerbit Mandar Maju Bandung, 2000, hlm. 7

5

Wawancara dengan Rahmiatani, Notaris di Kota Medan, pada tanggal 26 Maret 2015.

(3)

2. Bersifat memihak;

3. Bekerja diluar wilayah kerja;

4. Dalam hal penandatanganan tidak dihadapan Notaris;

5. Penurunan tarif dengan maksud dan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang banyak;

6. Bekerja sama dengan biro jasa atau badan hukum yang pada hakikatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan klien;

7. Mempunyai lebih dari satu kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan;

Didalam Undang undang Jabatan Notaris Undang undang Nomor 30 Tahun

2004 jo Undang undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris menegaskan

didalam Pasal 16 bagian kedua tentang kewajiban Notaris adalah sebagai berikut:6 1. Dalam menjalankan Jabatannya, Notaris berkewajiban:

a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;

d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

e. merahasikan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang undang menentukan lain;

f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 (limapuluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat dalam 1 (satu) buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan dan Tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;

g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;

h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan;

i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang kenotariatan

6

(4)

dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya; j. mencatat dalam Repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan;

k. mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

l. membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditanda tangani pada saat ini juga oleh penghadap, saksi, dan notaris;

m.menerima magang calon notaris;

2. Menyimpan minuta akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk originali. 3. Akta origanali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah akta:

a. pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun; b. penawaran pembayaran tunai;

c. protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga; d. akta kuasa;

e. keterangan kepemilikan; atau

f. akta lainnya berdasarkan peraturan perundang undangan.

4. Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari 1 (satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang sama, dengan ketentuan pada setiap akta tertulis kata kata “berlaku sebagai satu dan satu berlaku untuk semua”.

5. Akta originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima kuasa hanya dapat dalam 1 (satu) rangkap.

6. Bentuk dan ukuran cap/stempel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf k ditetapkan dengan peraturan Menteri.

7. Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena pengahadap membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. 8. Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l dan ayat (7) tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan.

(5)

Sebagaimana dalam pasal 16 UUJN No.2 Tahun 2014 menambah ketentuan

ketentuan baru. Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai prilaku profesi

yang memiliki unsur unsur sebagai berikut:7

1. mempunyai integritas moral yang mantap;

2. harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri ( kejujuran intelektual ); 3. sadar akan batas batas kewenangannya;

4. tidak semata mata berdasarkan pertimbangan uang.

Ismail Saleh8 menyatakan bahwa ada empat pokok yang harus diperhatikan

oleh para Notaris, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang Notaris harus mempunyai integritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus dilandasi pada pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan.

2. Seorang Notaris harus jujur, tidak saja pada kliennya juga pada dirinya sendiri. Ia harus mengetahui batas batas kemampuannya, tidak memberi janji janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar klien tetap mau memakai jasanya. Kesemuanya itu merupakan suatu ukuran tersendiri tentang kadar kejujuran intelektual seorang Notaris.

3. Seorang Notaris harus menyadari akan batas batas kewenangannya. Ia harus mentaati ketentuan ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh dilakukan. Adalah bertentangan dengan prilaku profesional apabila seorang Notaris ternyata berdomisili dan bertempat tinggal tidak ditempat kedudukannya sebagai Notaris atau memasang papan dan mempunyai kantor ditempat kedudukannya, tapi tinggalnya dilain tempat. Seorang Notaris juga dilarang untuk menjalankan Jabatannya diluar daerah Jabatannya. Apabila ketentuan tersebut dilanggar maka Akta yang bersangkutan akan kehilangan daya otentiknya.

4. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang lugas untuk mendapatkan uang namun dalam melaksanakan tugas profesinya ia tidak boleh semata mata didorong oleh pertimbangan uang

7

Ismail Saleh, Membangun Citra Profesional Notaris Indonesia, Pengarahan/Ceramah Umum Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada Upgrading/Refreshing Course Notaris Se-Indonesia, Bandung, 1993, hlm. 19

8

(6)

semata, seorang Notaris harus tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki tidak terpengaruh jumlah uang dan tidak semata mata hanya menciptakan suatu alat bukti formal mengejar kepastian hukum, tetapi mengabaikan rasa keadilan.

Perlu untuk diketahui pula, sepanjang notaris menjalankan jabatannya sesuai

Undang undang yang berlaku, tidak bisa dipidana. Hal ini senada dengan bunyi Pasal

50 Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyebutkan bahwa “Barang

siapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakanUndang undang, tidak

dipidana”.9

Notaris sangat mudah sekali digugat dan dipermasalahkan oleh para pihak.

tetapi, sepanjang notaris itu menjalankan sesuai dengan peraturan perundang

undangan, tidak perlu untuk ditakuti. Oleh karena itu, jangan sampai dalam

menjalankan profesi notaris menyalahgunakan jabatan.

Koridor hukum didalam Undang undang Jabatan Notaris (UUJN) Pasal 1,

yakni notaris punya kewenangan sepanjang diatur oleh Undang undang (UU),

sepanjang hadir dihadapan notaris artinya bahwa benar para pihak tersebut

mengahadap dihadapan notaris.10

Jika notaris mengetahui dan tetap menjalankan hal hal yang dianggap

bertentang dengan undang undang maka dapat dikenakan Pasal 55 KUHP yang

berbunyi:

9 Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), Penerbit Pustaka Mahardika, Jakarta, hlm. 28

10

(7)

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: a. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan; b. Mereka yang dengan memberi atau yang menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. (2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat akibatnya.11

Pasal 264 KUHP tentang pemalsuan surat, menyatakan:

(1) Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika dilakukan terhadap: a. Akta akta otentik; b. Surat hutang atau sertipikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum; c. Surat sero atau hutang atau sertipikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai; d. Talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat surat itu; e. Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukan untuk diedarkan.

(2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah olah benar dan tidak dipalsukan, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan kerugian.

Notaris dalam menjalankan jabatannya serta melaksanakan tugasnya harus

tetap menghormati dan menjunjung tinggi hukum yang berlaku dan senantiasa

menghayati dan mengingat sumpah Jabatannya.12 Notaris dalam menjalankan

tugasnya sebagai pejabat umum harus memiliki kemampuan profesional dalam

menjalankan tugasnya.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara Republik Indonesia Tahun

(8)

Ada 3 (tiga) ciri untuk menentukan apakah notaris di Indonesia merupakan

notaris fungsional atau notaris profesional yaitu:13

1. Bahwa akta yang dibuat dihadapan/oleh notaris fungsional mempunyai kekuatan sebagai alat bukti formal dan mempunyai daya eksekusi. akta notaris seperti ini harus dilihat apa adanya, sehingga jika ada pihak yang berkeberatan dengan akta tersebut maka pihak yang berkeberatan berkewajiban untuk membuktikannya.

2. Bahwa notaris fungsional menerima uangnya dari negara dalam bentuk delegasi dari negara. Hal ini merupakan salah satu rasio notaris di Indonesia memakai lambang negara, yaitu burung garuda. Oleh karena menerima tugas dari negara maka yang diberikan kepada mereka yang diangkat sebagai notaris dalam bentuk sebagai jabatan dari negara.

3. Bahwa Notaris di Indonesia diatur oleh Peraturan Jabatan Notaris

(Reglement op het Notarisambt), Stb 1860 No.3 Dalam teks asli

disebutkan bahwa “ambt” adalah “Jabatan”

Adapun unsur dan ciri ciri yang harus dipenuhi oleh seorang Notaris

profesional dan ideal adalah sebagai berikut:14

1. Tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, termasuk dan terutama ketentuan ketentuan yang berlaku bagi seorang Notaris, teristimewa ketentuan sebagaimana termaksud dalam Peraturan Jabatan Notaris; 2. Didalam menjalankan tugas dan Jabatannya dan profesinya senantiasa

mentaati kode etik yang ditentukan/ditetapkan oleh organisasi/perkumpulan kelompok profesi/jabatan yang telah diatur dalam peraturan perundang undangan;

3. Loyal terhadap organisasi/perkumpulan dari kelompok profesinya dan senantiasa turut aktif didalam kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi profesinya.

4. Memenuhi semua persyaratan yang menjalankan tugas \profesinya.

Profesionalisme jabatan notaris sebagai pejabat yang bertugas membuat akta

otentik dalam menjamin kepastian hukum yang di pertanggung jawabkan kepada

Pemerintah, bangsa, negara dan masyarakat.

13

Majalah Renvoi, Profesi Notaris di Indonesia, Nomor 3.14. II, tanggal 3 Juli 2004, hlm. 20

14

(9)

Sikap kehati hatian notaris dalam menjalankan profesinya harus dilandasi

dengan pengetahuan yang optimal. Dalam mal administrasi biasanya hal hal yang

tidak dimungkinkan akan terjadi seperti misalnya dalam masalah pajak.

Notaris di Indonesia mempunyai fungsi yang berbeda dengan notaris (Notary

Public) di Negara negara Anglo Saxon seperti Singapura, Amerika dan Australia,

karena Indonesia menganut sistem hukum Kontinental. “Notaris di Negara yang

menganut sisitem kontinental berkarakteristik utama dimana yang menjalankan suatu

fungsi yang bersifat publik. Diangkat oleh Pemerintah dan bertugas menjalankan

fungsi pelayanan publik dalam bidang hukum, dengan demikian ia menjalankan salah

satu bagian dalam tugas Negara”. 15

Seorang Notaris diberikan kuasa oleh Undang undang untuk membuat suatu

akta memiliki suatu nilai pembuktian yang sempurna dan spesifik. Oleh karena

kedudukan Notaris yang independen dan tidak memihak, maka akta yang

dihasilkannya merupakan simbol kepastian dan jaminan hukum yang pasti.

Dalam sistem hukum kontinental notaris bersifat netral tidak memihak, dan

wajib memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat. Itu sebabnya seorang

notaris dalam menjalankan tugasnya tidak bisa di dikte oleh kemauan salah satu pihak

sehingga mengabaikan kepentingan pihak lainnya (meskipun sungguh sangat

disesalkan bahwa sekarang banyak notaris yang mau di dikte oleh pelanggannya

15

(10)

sekalipun harus bertentangan dengan peraturan perundang undangan dan/atau kode

etik profesi).16

Notaris sebagai pejabat umum diberikan oleh Peraturan Perundang undangan

kewenangan untuk membuat segala perjanjian dan akta serta yang dikehendaki oleh

yang berkepentingan.

Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang undang

Nomor 30 Tahun 2004 jo Undang undang Nomor 2 Tahun 2014. Dari ketentuan Pasal

tersebut dengan jelas digambarkan bahwa tugas pokok notaris adalah membuat akta

akta otentik yang menurut ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata berfungsi sebagai alat

pembuktian yang mutlak. Hal ini dapat diartikan bahwa apa yang tersebut dalam akta

otentik adalah di anggap benar.17

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut diatas maka sangat dirasakan

perlu sekali untuk mengangkat judul tentang “Analisis Yuridis Tentang Mal

Administrasi Kantor Notaris Di Tinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang undang Nomor

2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka pokok

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Mekanisme Bentuk Mal Administrasi Kantor Notaris ?

16

Ibid

17

(11)

2. Apakah dengan adanya Sistem Administrasi Notaris Menjamin Kepastian

Hukum ?

3. Bagaimana Akibat Hukum Atas Tidak Terselenggaranya Perbuatan

Notaris Sesuai Ketentuan Pasal 16 UUJN ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam rangka melakukan penelitian terhadap

ketiga permasalahan di atas, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bentuk Mal Administrasi Pada

Kantor Notaris dan Akibat Hukumnya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis adanya Sistem Administrasi Notaris

Menjamin Kepastian Hukum.

3. Untuk mengetahui Akibat Hukum Atas Tidak Terselenggaranya Perbuatan

Notaris Sesuai Ketentuan Pasal 16 UUJN.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan hukum di Indonesia baik secara ilmiah

maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut antara lain :

(12)

Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan sumbangan saran bagi

perkembangan ilmu hukum dalam bidang kenotariatan, khususnya

mengenai kajian terhadap Admistrasi dokumen dan kearsipan Notaris

2. Secara Praktis

Secara praktis, pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi

masukan menjadi bagi kalangan praktisi dan mahasiswa yang bergerak

dan mempunyai minat dalam bidang hukum yang khusus dan beraktivitas

dalam bidang dunia profesi Kenotariatan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memiliki keaslian dan tidak dilakukan plagiat dari hasil karya

penelitian pihak lain. Sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap judul dan

permasalahan dari tesis tesis yang ada baik di Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara khususnya di Program Magister Kenotariatan maupun dilakukan penelusuran di

situs situs resmi perguruan tinggi lainnya melalui internet dan diperoleh judul tesis

tentang:

1. Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan Undang undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, dengan perumusan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Pertanggung Jawaban dan sanksi-sanksi Notaris selaku

pejabat umum apabila melakukan suatu kesalahan dalam pembuatan akta

yang dibuatnya berdasarkan UU No.30 tahun 2004 tentang Jabatan

(13)

b. Dalam hal dibuatnya Akta Notaris berdasarkan keterangan pihak-pihak

namun ternyata keliru ataupun salah. Bagaimana perlindungan hukumnya

terhadap Notaris yang bersangkutan?

2. Tanggung Jawab Notaris Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Kode Etik.

Penelitian ini mengkonsentrasikan kajiannya pada Tanggung Jawab Notaris

Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Kode Etik. Dengan perumusan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah tanggung jawab notaris dalam hal terjadi pelanggaran kode

etik ?

b. Bagaimana akibat hukum jika terjadi pelanggaran kode etik oleh Notaris?

3. Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Notaris Atas Protokol Notaris

Yang Diserahkan Kepadanya. Oleh Nuzulla Kharani dengan NIM:

0806427556/Mkn. Penelitian ini mengkonsentrasikan kajiannya pada

Tanggung Jawab Notaris Atas Protokol Notaris Yang Diserahkan Kepadanya

Dengan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Mengapa Notaris harus memelihara dan menjaga Protokol yang

diserahkan kepadanya ?

b. Bagaimanakah suatu protokol Notaris dapat beralih kepada Notaris

lainnya ?

Berdasarkan ketiga karya ilmiah di atas tidak ada satupun yang memiliki

(14)

dalam tesis ini adalah penelitian terhadap Analisis Yuridis Mekanisme Mal

Administrasi Kantor Notaris Ditinjau Berdasarkan Pasal 16 Undang Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

Oleh sebab itu terhadap judul dan permasalahan dalam tesis ini tidak

mengandung unsur kesamaan atau plagiat dari hasil karya ilmiah pihak lain, baik dari

sisi judul, permasalahan maupun dalam substansinya. Sehingga dapat dikatakan

bahwa penelitian ini baru pertama kali dilakukan dan sesuai dengan asas asas

keilmuan yang harus dijunjung tinggi antara lain kejujuran, rasional, objektif,

terbuka, serta sesuai dengan implikasi etis dari prosedur menemukan kebenaran

ilmiah secara bertanggung jawab.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kelangsungan perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada

metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh

teori.18

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi,19 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya

pada fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.20

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 1986, hlm. 6

19

(15)

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk

dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.21

Menurut Burhan Ashshofa suatu teori merupakan serangkaian asumsi, konsep,

definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan konsep.22 Menurut Snelbecker yang mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaktis yaitu yang mengikuti

aturan tertentu yang dapat di amati dan fungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan

menjelaskan fenomena yang diamati.23

Teori bertujuan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau

proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.24

Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir butir,

pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalah yang menjadi bahan

perbandingan pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui atau tidak disetujuinya.25

Sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara cara untuk bagaimana

mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil hasil penelitian dan

menghubungkannya dengan hasil hasil penelitian yang terdahulu.26

20

Ibid, hlm. 16

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1993, hlm. 35

22

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996, hlm. 19

23

Lexy J. Moleong, Op Cit, hlm.35. 24 J.J.J. M. Wuisman, Op Cit, hlm. 203

25

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Sofmedia, Medan, 2012, hlm. 129

26

(16)

Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah Teori Pertanggung Jawaban

Hukum. Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab menyatakan

bahwa : “Seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu

atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia

bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan”.27

Lebih

lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa :28

“Kegagalan untuk melakukan kehati hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negeligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan”.

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab terdiri dari :29

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukanya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.

Tanggung jawab secara etimologi adalah kewajiban terhadap segala

sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan sebagai akibat tindakan sendiri atau

pihak lain. Sedangkan pengertian tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa

27

Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Deskriptif Empirik, Penerbit BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 81

28

Ibid, hlm. 83

29

(17)

Indonesia adalah suatu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (jika terjadi

sesuatu dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya).30

Menurut Kamus Hukum ada 2 (dua) istilah pertanggung jawaban yaitu

liability (the state of being liable) dan responsibility (the state or fact being

responsible). Liability merupakan istilah hukum yang luas, dimana liability menunjuk

pada makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter resiko atau

tanggung jawab yang pasti yang bergantung atau yang mungkin.

Liability didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan kewajiban.

Liability juga merupakan kondisi tunduk kepada kewajiban secara aktual atau

potensial, kondisi bertanggung jawab terhadap hal hal yang aktual atau mungkin

seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau beban, kondisi yang menciptakan

tugas untuk melaksanakan undang undang dengan segera atau pada masa yang akan

datang.31

Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atau suatu

kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan.

Resposibility juga berarti kewajiban bertanggungjawab atas undang undang yang

dilaksanakan, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan

apapun yang telah ditimbulkannya.32

30

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm. 139

31

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 335

32

(18)

Menurut Roscoe Pound, jenis tanggung jawab ada 3 (tiga) yaitu:33 a. Pertanggungjawaban atas kerugian dengan sengaja

b. Atas kerugian karena kealpaan dan tidak disengaja

c. Dalam perkara tertentu atas kerugian yang dilakukan tidak karena

kelalaian serta tidak disengaja.

Mengenai tanggung jawab notaris selaku pejabat umum yang berhubungan

dengan kebenaran materiil, dibedakan menjadi 4 (empat) hal, yaitu : 34

a. Tanggung jawab notaris secara perdata terhadap kebenaran materil akta yang dibuatnya.

b. Tanggung jawab notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil akta yang dibuatnya.

c. Tanggung jaawab notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap kebenaran materiil akta yang dibuatnya.

d. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode etik notaris.

Salah satu bentuk pelayanan negara kepada rakyatnya yaitu negara

memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memperoleh tanda bukti atau dokumen

hukum yang berkaitan dalam hukum perdata, untuk keperluan tersebut diberikan

kepada Pejabat Umum yang dijabat oleh Notaris.35

Pada dasarnya akta Notaris telah ditentukan bentuk dan sifat akta yang

dibuatnya. Jika hal yang telah terkandung dalam Pasal tersebut tidak diterapkan maka

akan kerap kali cenderung menumbuhkan terjadinya mal administrasi Notaris.

33

Roscoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum (An Introduction to The Philosophy of Law) diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, Penerbit Bhratara Niaga Media, Jakarta, 1996, hlm. 92

34

Nico, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Penerbit CDSBL, Yogyakarta, 2003, hlm. 250

35

(19)

Tugas profesi Notaris tidak hanya berhubungan dengan standar profesi dan

etika profesi yang keduanya merupakan petunjuk umum saja, melainkan hubungan

positif akan berkesempatan besar untuk tampil mengambil alih perannya guna

mencegah terjadinya penyimpangan dari tugas profesinya.36

Profesi dan etika adalah hal yang tidak terpisahkan dimana etika merupakan

istilah yang diturunkan dari kata dalam bahasa Yunani Ethos yang berarti adat

istiadat. Kata Ethos mempunyai makna yang setara dengan kata mos dalam bahasa

latin yang juga berarti adat istiadat atau kebiasaan baik.37

Bertolak dari pengertian ini etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan

kebiasaan manusia, yaitu kebiasaan kebiasaan yang terdapat dalam konvensi atau

kesepakatan, misalnya kesepakatan nilai dalam tata boga, dalam berbusana, bentuk

bentuk etiket dalam berbicara dan beergaul dengan orang lain.38

Etika itu bukanlah hukum dan sebaliknya, hukum itu bukanlah etika, walupun

dimaklumi bahwa tidak sedikit eksistensi hukum itu berlatar belakang atau

berdasarkan etika. Oleh karena itu, terhadap pelanggaran etika tidak ada sanksinya,

lainnya halnya terhadap hukum yang jika dilanggar akan ada sanksinya dengan jelas

diatur.39

Etika itu hanya berguna bagi manusia yang hidup dalam lingkungan

masyarakat. Etika itu bisa berdasarkan agama dan norma agama (intuisi manusia).

36

E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, Storia Grafika, 2001, Jakarta, hlm. 19

37

E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma norma bagi Penegak Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hlm.11

38

Ibid, hlm. 12

39

(20)

Etika diperlukan karena jiwa raga yang dimiliki oleh manusia didalam kehidupan

suatu kelompok masyarakat perlu adanya keserasian antara sesama anggota kelompok

dimaksud.40

Menurut J. Spillane S.J sebagaimana dikutip oleh Suhrawardi K. Lubis

mengungkapkan bahwa Etika atau ethis memperhatikan atau mempertimbangkan

tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan atau

menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk

menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang

lain.41

Seorang pengemban profesi harus dapat memutuskan apa yang harus

dilakukannya dalam melaksanakan tindakan pengembangan profesionalnya.

Hubungan antara pengemban profesi dan pasien atau kliennya adalah hubungan

personal, hubungan antara subjek pendukung nilai, karena itu secara pribadi ia

bertanggung jawab atas mutu pelanan jasa yang dijalankannya. Etika profesi adalah

sikap etis sebagai bagian integral dan sikap hidup dalam menjalani kehidupan sebagai

pengemban profesi.42

Notaris dikatakan sebagai pejabat umum karena Notaris diangkat dan

diberhentikan oleh Menkum H.A.M dalam hal ini Pemerintah. Notaris bekerja untuk

40

Rochmat Soemitro, dalam Komar Andasasmita, Notaris I Peraturan Jabatan, Kode Etik dan Asosiasi Notaris, Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, Bandung, 1994, hlm. 253

41

Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hlm. 1

42

(21)

kepentingan negara, namun notaris bukanlah pegawai, sebab notaris tidak menerima

gaji dari pemerintah, tetapi adalah berupa honorarium dari klien.43

Sebagai pejabat umum, Notaris dituntut untuk bertanggung jawab terhadap

akta yang telah dibuatnya. Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari

mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan

kesalahan Notaris atau kesalahan para pihak yang tidak mau jujur dalam memberikan

keterangannya terhadap Notaris dengan salah satu pihak yang menghadap. Jika akta

yang dibuat oleh Notaris mengandung cacat hukum yang terjadi karena kesalahan

Notaris baik kerena kelalaiannya maupun karena Notaris itu sendiri maka Notaris

yang harus memberikan pertanggungjawaban.

Profesi pada hakikatnya adalah suatu lapangan pekerjaan yang berkualifikasi

sebagai pekerjaan yang menuntut syarat keahlian tinggi kepada pengemban dan

pelaksananya.44

Teori yang dominan dari profesi profesi menekankan pada dua karakteristik

sebagai strategi untuk memberikan penjelasan dari posisi dan fungsinya didalam

masyarakat, yaitu:45

43

Ibid, hlm. 108

44

Soetandyo Wignjosoebroto, Etika Profesi Dikaitkan dengan Profesi Notaris, Ceramah umum pada temu ilmiah Mahasiswa Notariat se Indonesia, Pandaan Jawa Timur, 1989, hlm. 1 Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan tetap dibidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab, spesialis, bersifat terus menerus, lebih mendahulukan pelayanan dari pendapatan, bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat, terkelompok dalam suatu organisasi, dengan tujuan memperoleh penghasilan. Pekerja yang menjalankan profesi disebut profesional.

45

(22)

The Professions are conceived of as service occupation that (1) apply a

systematic body of knowledge to problem which (2) are highly relevant to central

value of the society. (Profesi terdiri dari pekerjaan pelayanan yang (1)

mengaplikasikan kumpulan pengetahuan secara sistematis terhadap masalah yang (2)

sangat relevan dengan nilai sentral masyarakat).

Profesi adalah pekerjaan dalam arti khusus, yaitu pekerjaan dalam bidang

tertentu, mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, bersifat tetap, dengan

tujuan memperoleh pendapatan.46

Profesi berani menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya. Nilai

moral merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.

Menurut Franz Magnis Suseno47 ada tiga nilai moral yang dituntut daari pengemban profesi yaitu:

a. Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi

b. Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesi

c. Idealisme sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi.

Landasan filosofi dibentuknya Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

perubahan atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

adalah terwujudnya jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum

yang berintikan kebenaran dan keadilan. Melalui akta yang dibuatnya, Notaris baru

dapat memberikan kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa Notaris.

46

Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Cetakan Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 58

47

(23)

Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum

dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat

bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan

hukum.

Dengan dasar seperti ini Notaris harus mempunyai semangat untuk melayani

masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh

Notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada

Notaris.48 Oleh karena itu Notaris tidak berarti apa apa jika masyarakat tidak membutuhkannya.49

Sebuah akta otentik merupakan dokumen yang sah dan dapat menjadi alat

bukti yang sempurna. Sempurna disini berarti hakim menganggap semua yang tertera

dalam akta merupakan hal yang benar, kecuali ada akta lain yang dapat membuktikan

bahwa isi akta pertama tersebut salah. Oleh karena itu, pembuatan sebuah akta otentik

menjadi sesuatu yang penting. Memiliki akta otentik berarti memiliki bukti atau

landasan yang kuat di mata hukum.50

Hal lain yang membuat akta otentik memiliki kekuatan hukum adalah karena

akta otentik memiliki minuta akta yang disimpan oleh negara melalui notaris. Akan

48

Mengenai Honorarium ini dicantumkan dalam Pasal 36 UUJN. Pencantuman Honorarium dalam UUJN tidak punya daya paksa untuk Notaris mengikuti ketentuan tersebut, dan dalam keadaan tertentu Notaris wajib untuk tidak meminta atau menerima honorarium (Pasal 37 UUJN)

49

Mendasarkan pada nilai moral dan etik Notaris, maka pengembangan jabatan Notaris adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan tidak memihak dalam bidang kenotariatan yang pengembanannya dihayati sebagai panggilan hidup bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia pada umumnya dan martabat Notaris pada khususnya. Herlien Budiono, Notaris dan Kode Etiknya, Upgrading & Refreshing Course Nasional Indonesia, Medan 30 Maret 2007, hlm. 3

50

(24)

sangat kecil kemungkinan akta otentik hilang. Bukan hanya itu, jika seseorang

menyangkal isi atau keberadaan akta otentik maka akan mudah untuk diperiksa

kebenarannya.51

Dalam minuta juga tercantum asli tanda tangan, paraf para penghadap atau

sidik jari tangan, para saksi dan Notaris, renvooi, dan bukti bukti lain yang untuk

mendukung akta yang dilekatkan pada minuta akta tersebut.

Akta dalam bentuk in Originali Minuta wajib disimpan oleh Notaris52, diberi

nomor bulanan dan dimasukan ke dalam buku daftar akta Notaris (Repertorium) serta

diberi nomor Repertorium.

2. Landasan Konsepsi

Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam

penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dengan observasi, antara

abstraksi dan realita.53

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang di

generalisasikan dari hal hal khusus, yang disebut dengan definisi operasional.54 Pentingnya operasional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau

penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.55

51

Ibid, hlm. 85

52

Pasal 16 ayat (1) huruf b dan ayat (2) UUJN, dijelaskan didalam ayat 1 bahwa diantaranya notaris wajib bertindak amanah, jujur dan lain sebagainya. Kemudian didalam ayat 2 dijelaskan bahwa kewajiban menyimpan minuta akta dalam hal notaris mengeluarkan Akta In Originali.

53

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1989, hlm. 34

54

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo, 1998, hlm. 307.

55

(25)

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian

yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum56, guna menghindari

perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai

pegangan dalam proses penelitian ini.

Landasan konsepsional dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

dasar konseptual, bertujuan untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang

berbeda serta memberikan pedoman dan arahan yang sama, antara lain:

a. Mal administrasi adalah suatu praktek yang menyimpang dari etika

administrasi, atau suatu praktek administrasi yang menjauhkan dari

pencapaian tujuan administrasi.57

b. Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan

penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Adapun

Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat

mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda, dan

sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan Administrasi

dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau

lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana

tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.58

56

Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996, hlm. 28

57

Joko Widodo, Good Gavernance, Penerbit Insan Cendikia, Surabaya, 2001, hlm. 259

58

(26)

c. Dokumen adalah suatu yang tertulis atau tercetak dan segala benda yang

mempunyai keterangan keterangan dipilih untuk di kumpulkan, disusun,

disediakan atau untuk disebarkan.59

d. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan

media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah,

lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi

kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.60

e. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam

Undang Undang ini atau berdasarkan undang undang lainnya.61

f. Akta Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris

menurut bentuk dan tata cara yang diatur didalam UUJN.62

g. Minuta Akta adalah asli Akta yang mencantumkan tanda tangan para

penghadap, saksi, dan Notaris, yang disimpan sebagai bagian dari

Protokol Notaris.63

59

ina jainab, Perngertian Dokumen & Dokumentasi,

http://inamayladin.blogspot.com/2013/11/pengertian-dokumen-dokumentasi.html, diakses pada

tanggal 17 Oktober 2014, hari Jumat

60

Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan

61

Pasal 1 ayat (1) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

62

Pasal 1 ayat (7) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

63

(27)

h. Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari seluruh Akta dan pada

bagian bawah salinan Akta tercantum frasa “diberikan sebagai salinan

yang sama bunyinya”.64

i. Kutipan Akta adalah kutipan kata demi kata dari satu atau beberapa bagian

dari Akta dan pada bagian bawah kutipan Akta tercantum frasa “diberikan

sebagai kutipan”.65

j. Grosse Akta adalah salah satu salinan Akta untuk pengakuan utang

dengan kepala Akta “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial.66

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak

harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan

pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu,

maka diadakan juga pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul didalam

gejala yang bersangkutan.67

1. Sifat dan Jenis Penelitian

64

Pasal 1 ayat (9) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

65

Pasal 1 ayat (10) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

66

Pasal 1 ayat (11) Undang undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

67

(28)

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang

menggambarkan apa yang terjadi di lapangan serta mengkaitkan dan menganalisa

semua gejala dan gejala tersebut dengan permasalahan yang ada dalam penelitan dan

kemudian disesuaikan dengan keadaan yang terjadi di lapangan.68

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif.69 Penelitian yuridis normatif membahas doktrin doktrin atau jenis penelitian hukum.70 Materi penelitian diperoleh melalui pendekatan yuridis normatif yang didukung oleh pendekatan

yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat

peraturan pertaturan, baik bahan primer maupun bahan hukum sekunder atau

pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang

undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk

melihat kenyataan secara langsung yang terjadi dalam praktek dilapangan. Penelitian

ini juga berusaha mencari kendala kendala di dalam proses yang dilakukan oleh

notaris terhadap penyusunan administrasi dokumen dan kearsipan notaris berdasarkan

Pasal 16 Undang undang No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

Penelitian ini dilakukan di wilayah hukum Kota Medan dan sekitarnya yang

merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara sebagai landasan keakuratan dari

penelitian tersebut.

2. Sumber Data

68

Winarno Surakhmad, Dasar dan teknik Research, Penerbit Tarsito, Bandung, 1978, hlm. 132

69

Roni Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 11

70

(29)

Dalam penulisan ini sumber data yang meliputi sebagai rujukan adalah data

sekunder:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh melalui

penelitan kepustakaan (library research) yaitu sebagai teknik untuk

mendapatkan informasi melalui penelusuran peraturan perundang undangan,

bacaan bacaan buku literatur dan sumber sumber bacaan lain yang ada

relevansinya dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Undang undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris dan Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang ada kaitannya dengan

bahan hukum primer, seperti hasil hasil penelitian, hasil karya ilmiah, artikel,

opini hukum dari para kalangan ahli hukum dan jurnal jurnal hukum yang

berkaitan dengan topik penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan juga

penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder yang berupa kamus,

ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal jurnal, laporan laporan ilmiah

yang akan dianalisis dengan tujuan untuk memahami lebih dalam penelitian

ini.

(30)

Dalam melakukan penelitan ini, metode pengumpulan yang dilakukan adalah

penelitian kepustakaan (Library Research) yang didukung oleh penelitian lapangan

(Field Research) atau wawancara dengan informan. Dalam penelitian ini, penelitian

kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data data yang berasal dari buku buku,

peraturan perundang undangan, jurnal ilmiah maupun majalah majalah yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan

yang menjawab dari permasalahan tesis ini.

4. Alat Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Sebagai penelitian hukum yang bersifat normatif, teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan (Library

Research) yaitu dilakukan untuk memperoleh atau mencari konsepsi konsepsi teori

teori atau doktrin doktrin yang berkaitan dengan permasalahan penelitan. Studi

kepustakaan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier. Bahkan menurut Ronny Soemitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum

termasuk dalam bahan hukum sekunder.71 b. Pedoman Wawancara

Disamping studi kepustakaan, penelitian ini juga melakukan wawancara

langsung dengan narasumber dengan mempergunakan pedoman wawancara yang

bertujuan untuk mendapatkan data pendukung guna menjamin ketepatan dan

71

(31)

keabsahan hasil wawancara dilakukan dengan narasumber yang memiliki kompetensi

keilmuan dan otoritas yang sesuai.

5. Analisis Data

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan kerja

seseorang yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir secara optimal.72 Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan.73

Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap data yang

terkumpul dari inventarisasi peraturan perundang undangan dan karya ilmiah yang

berkaitan dengan judul penelitian, baik media cetak maupun laporan laporan

penelitian lainnya, serta wawancara yang digunakan untuk mendukung analisis data.

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun yang

diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif

sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif.

Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang

diproleh akan dianalisa secara kualitatif, dengan cara data yang telah terkumpul

dipisah pisahkan menurut kategori masing masing dan kemudian dianalisis dalam

usaha untuk mencari jawaban dari masalah penelitian.

72

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 77

73

Referensi

Dokumen terkait

a.. b) Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan

• Pengaruh asap rokok bisa menyebabkan bayi mengalami penyakit jantung bawaan hingga keguguran Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, termasuk zat yang sering

Untuk memastikan hal tersebut, penulis juga mewancarai salah seorang Pendaping PKH yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Pendamping PKH di Kecamatan Tanjung untuk

Setelah mengamati, siswa dapat mempraktikkan gerak dasar menekuk dan meliuk sesuai irama (ketukan) tanpa/dengan iringan musik dalam aktivitas gerak berirama dengan benarC. Siswa

pinggul sampai bahu dan pangkal paha paralel dengan lantai”. Dengan penjelasan kutipan tersebut, half squat jump tentunya hanya dilakukan dengan setengah

Tesis Pengaturan wilayah provinsi kepulauan .... Jemmy

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep pusat laba, unit bisnis sebagai pusat laba dan pengukuran profitabilitas3. Tujuan Penentuan harga

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah kekuatan yang mengikat karyawan pada organisasi, meliputi keinginan karyawan untuk terlibat