• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal terhadap Pemerataan Kemampuan Keuangan dan Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal terhadap Pemerataan Kemampuan Keuangan dan Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi Daerah

Otonomi daerah dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang di tetapkan dalam undang-undang ini.

Selain itu, menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Sesuai dengan penjelasan UU No. 32 tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan kepada desentralisasi dalam

wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. A. Kewenangan Otonomi Luas.

Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,

(2)

Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang yang utuh

dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

B. Otonomi Nyata.

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan

serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah. C. Otonomi Yang Bertanggung Jawab.

Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan dan kesejahtaraan

masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya tujuan otonomi daerah menurut penjelasan UU No. 32 tahun 2004 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu

pemeratan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis dan bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,

(3)

2.1.2 Desentralisasi Fiskal

Penerapan desentralisasi fiskal ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 pada 1 Januari 2001. Kemudian kedua

undang-undang tersebut direvisi oleh pemerintah melalui revisi undang-undang tersebut menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan. Dalam UU No. 32 Tahun 2004, desentralisasi

diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintah, oleh pemerintah (pusat) kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam

sistem Negara Kesatan Republik Indonesia.

Saragih (2003:81) mempertegas pengertian desentralisasi fiskal, yaitu suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi

kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.

Ada dua keuntungan yang dapat dicapai dari penerapan desentralisasi fiskal (Ebel dan Yilmaz, 2002 dalam Siallagan), antara lain:

1. Efisiensi dan alokasi sumber-sumber ekonomi

Desentralisasi akan meningkatkan efisiensi karena pemerintah daerah mampu memperoleh informasi yang lebih baik (dibandingkan dengan

pemerintah pusat) mengenai kebutuhan rakyat yang ada di daerahnya. Oleh karena itu, pengeluaran pemerintah daerah lebih mampu

(4)

2. Persaingan antara pemerintah daerah

Penyediaan barang publik yang dibiayai oleh pajak daerah akan mengakibatkan pemerintah daerah berkompetisi dalam menyediakan

fasilitas publik yang lebih baik. Karena dalam sistem desentralisasi fiskal,

warga negara menggunakan metode ―vote byfeet dalam menentukan

barang publik di wilayah mana, yang akan dimanfaatkan. Untuk mengukur

desentralisasi fiskal di suatu wilayah, terdapat dua variabel umum yang sering digunakan, yaitu pengeluaran dan penerimaan daerah.

Menurut Suparmoko (2002), tujuan kebijakan desentralisasi adala 1. Mewujudkan keadilan antara hak dan kemampuan daerah.

2. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengurangan subsidi dari

pemerintah pusat.

3. Mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah.

Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip money should follow

function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan.

Artinya, setiap penyerahan atau pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut. Pemerintah pusat memberikan dukungan baik berupa dana transfer

kepada daerah untuk dikelola secara optimal agar mampu membiayai daerahnya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga dapat menggali pendapatan

(5)

2.1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Diperlukan suatu rencana keuangan yang andal dan terwujud dalam suatu penganggaran guna menunjukkan alokasi sumber daya manusia dan sumber daya

material secara sistematis dan akuntabel. Sebagai alat ukur dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah, sistem penganggaran yang dikembangkan oleh pemerintah berfungsi sebagai pengendali keuangan, rencana

manajemen, prioritas penggunaan dana, dan pertanggungjawaban kepada publik (Prihatiningsih, 2010). Dalam mengidentifikasi keterkaitan biaya dengan manfaat

serta keterkaitan antara nilai uang dan hasil di tingkat pemerintahan daerah, pemerintah daerah menuangkan penganggaran tersebut dalam suatu rencana keuangan yang dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD).

Undang-Undang No. 33 tahun 2004 pasal 1 ayat 17, menyebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah, dimana

disatu sisi menggambarkan anggaran pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran dan disisi lain menggambarkan penerimaan daerah guna membiayai pengeluaran yang telah

dianggarkan.

Menurut pasal 16 Permendagri No. 13 tahun 2006, APBD memiliki fungsi

(6)

1. Otorisasi: anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan

dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Perencanaan: anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Pengawasan: anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Alokasi: anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.

5. Distribusi: kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan.

6. Stabilisasi: anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

2.1.4 Kemampuan Keuangan Daerah

Pemerataan kemampuan keuangan merupakan upaya mengurangi

ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan sehingga tidak terjadi kesenjangan antara kebutuhan fiskal dengan potensi ekonomi dari suatu daerah otonom. Hal ini terkait dengan tidak meratanya Sumber Daya Alam (SDA) dan PAD pada setiap

daerah. Bagi daerah yang mempunyai SDA yang melimpah dan PAD yang besar akan memiliki kemampuan lebih besar dalam mengelola keuangan daerahnya.

(7)

sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannnya sendiri untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Faktor keuangan merupakan faktor yang paling penting dalam mengatur tingkat kemampuan daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah. Ketergantungan kepada pusat harus seminimal mungkin sehingga PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Semakin tinggi

kontribusi PAD dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif,

dimana kinerja keuangan daerah yang positif diartikan sebagai kemadirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah tersebut.

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tanganya sendiri. Dengan di keluarkannya

Undang-Undang Otonomi Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar daerah satu dengan yang lainnya, terutama dalam

hal kemampuan keuangan daerah, antara lain menurut Nataluddin dalam Wahyuni (2008) :

a. Daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah.

b. Daerah yang mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah. c. Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah.

(8)

Selain itu menurut Nataluddin dalam Wahyuni (2008) ciri utama yang

menunjukkan suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah sebagai berikut: a. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan

dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya.

b. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan

terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah, sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.

2.1.5 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD. Di dalam Undang-undang no. 33 tahun 2004 pasal 6 terdapat sumber-sumber pendapatan dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah

yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.

a. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil

pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan

(9)

(2002) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam

pengertiannya menunjukkan bahwa keleluasaan oleh daerah dalam

mengelola sumber keuangannya harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk dapat meningkatkan PAD tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan sesuai dengan peraturan yang ada. Upaya peningkatan PAD tersebut

harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

b. Dana Perimbangan

Menurut Udang-undang nomor 33 tahun 2004 dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk

mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan sistem

transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan

(10)

sumber daya alam. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas;

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan pajak Penghasilan (PPH). Dana Bagi Hasil yang

bersumber sumber daya alam dan terdiri atas: kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah alokasi dana dari pemerintah pusat kepada daerah yang bersifat umum (block grants) dan berfungsi

sebagai instrument penyeimbang fiskal antardaerah. Hal ini disebabkan tidak semua daerah memiliki struktur dan kemampuan fiskal yang sama

(horizontal fiscal imbalance). Masing-masing daerah memiliki perbedaan

luas wilayah, jumlah penduduk, potensi sumber daya, kondisi dan kekayaan alam, dan sebagainya sehingga kemampuan fiskal atau keuangan antardaerah berbeda-beda. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar-Daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-Daerah melalui penerapan formula yang

mempertimbangkan kebutuhan dan potensi Daerah. DAU suatu Daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu Daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan Daerah (fiscal need) dan potensi

Daerah (fiscal capacity) serta alokasi dasar ysng dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah. Alokasi DAU bagi Daerah yang

(11)

kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif

besar. Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di Daerah tertentu yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana

dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan Daerah. Besaran

DAK ditentukan setiap tahun dalam APBN.

Secara umum DBH dan DAU digolongkan ke dalam bentuk

unconditional transfer atau biasa disebut transfer tak bersyarat. Sedangkan

DAK digolongkan ke dalam bentuk conditional transfer atau biasa disebut dengan transfer bersyarat.

c. Lain-lain Pendapatan

Lain-lain Pendapatan terdiri atas Pendapatan Hibah dan Pendapatan Dana Darurat. Pendaptan hibah merupakan bantuan yang tidak

mengikat. Dana Darurat bersal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber

(12)

2.1.6 Pembangunan Daerah

Pengertian pembangunan daerah di masa lalu adalah kemampuan ekonomi daerah untuk menaikkan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi antara 5

sampai 7 persen atau lebih per tahun. Namun, pengertian pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman empiris menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan ekonomi saja tidak biasa

memecahkan permasalahan pembangunan secara mendasar (Hermawan, 2007). Hal ini terbukti dengan taraf dan kualitas hidup masyarakat tidak mengalami

perbaikan, bahkan mengarah kepada kesenjangan yang semakin tinggi antara mayarakat yang miskin dengan yang kaya meskipun mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, Todaro (2000) menyatakan bahwa

pembangunan daerah merupakan suatu proses multidimensi yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan dan juga terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi, membaiknya distribusi

pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

Menurut Saragih (2003), pembangunan daerah merupakan bagian integral

dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesioanal dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat. Hal ini berarti daerah harus mampu untuk mengelola sumber ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

(13)

Pembangunan daerah juga harus memberikan wewenang kepada

pemerintah daerah untuk mengelola dan mengurus daerahnya. Sehingga pemberdayaan masyarakat lokal untuk menenikmati kualitas hidup yang lebih

baik, maju dan aman dapat dilakukan. Dengan demikian pembangunan daerah disertai dengan dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dapat mendukung pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Peran pemerintah daerah menjadi sangat penting dalam pembanguan daerah. Selain dapat mencegah timbulnya jurang kemakmuran antardaerah, peran

pemerintah daerah dapat menghindarkan perasaan tidak puas pada masyarakat. Kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilakukan juga harus menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya alam yang

bersangkutan.

2.1.6.1 Kinerja Pembangunan Daerah

Untuk melihat bagaimana kinerja pembangunan suatu daerah dapat dilihat

dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek ekonomi. Jika dilihat dari kinerja pembangunan dari aspek ekonomi, kinerja pembangunan daerah akan lebih

difokuskan kepada pertumbuhan ekonomi atau pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan bertambahnya jumlah barang dan jasa yang

diproduksi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Pertambahan faktor produksi, baik kuantitas maupun kualitasnya dapat

(14)

kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idelogis yang

diperlukannya. Namun, pada kenyataannya pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan dan kenaikan barang-barang ekonomi saja tidak mampu menjawab permasalahan-permasalahan pembangunanan mendasar. Hal ini dapat

terlihat dari taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan meskipun target pertumbuhan ekonomi telah tercapai. Sehingga dalam

perkembangannya, fokus mengejar pertumbuhan ekonomi bergeser menjadi pembangunan ekonomi.

Oleh karena itu, Todaro dan Smith (2003) menyatakan bahwa keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu 1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, 2. Meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia dan 3.

Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih yang merupakan salah satu dari hak manusia. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan defenisi

pembangangunan ekonomi sangat luas bukan hanya meningkatkan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi juga bersifat multidimensi yang bukan hanya berfokus pada pembangunan ekonomi tetapi juga kepada berbagai aspek dalam

kehidupan masyarakat. Sehingga menurut Arsyad (2010) pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

(15)

juga perlu dipandang sebagai suatu proses kenaikan dalam pendapatan per kapita,

karena kenaikan pendapatan perkapita tersebut mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

 Pendapatan Per kapita

Salah satu indikator moneter untuk melihat bagaimana kinerja

pembangunan suatu daerah secara riil adalah dengan menggunakan pendekatan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk. Pendapatan per kapita terhitung secara berkala, biasanya per satu

tahun. Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah meningkatnya standar dan kualitas hidup masyarakat serta berkurangnya angka kemiskinan. Manfaat dari

perhitungan pendapatan per kapita adalah sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu daerah antar daerah lain, sebagai tingkat standar hidup, sebagai data untuk mengambil kebijakan atau bahan pertimbangan untuk

mengambil kebijakan, serta sebagai data untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan pendapatan per kapita berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya jika pertumbuhan ekonomi naik maka pendapatan per kapita yang di terima mayarakat pada umumnya juga naik. Hal ini berkaitan

karena pertumbuhan ekonomi menyebabkan bertambahnya jumlah barang dan jasa yang diproduksi masyarakat. Pertambahan ini mengakibatkan naiknya

(16)

PDRB per Kapita = PDRB tahun t Jumlah Penduduk Tahun t

2.1.7 Hubungan Desentralisasi Fiskal dengan Pendapatan per Kapita

Sumber-sumber pendapatan pada desentralisasi fiskal terdiri dari tiga

yaitu, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), dan Lain-lain Pendapatan. Dari ketiga sumber penerimaan ini PAD dan DP merupakan sumber penerimaan utama dalam memenuhi pengeluaran pemerintah. Sehingga

desentralisasi fiskal akan dilihat dari sumber penerimaan utama yaitu PAD dan DP.

Salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber – sumber keuangan lokal, khusunya PAD. Daerah yang memiliki PAD yang positif

mempunyai kemungkinan untuk memiliki tingkat pendapatan per kapita yang lebih baik. PAD berpengaruh positif dengan pertumbuhan ekonomi di daerah (Brata:2004). PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, jika PAD

meningkat maka dana yang dimilik oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian akan meningkat pula sehingga pemerintah daerah akan

berinisiatif untuk menggali potensi-potensi daerah dan mengingkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Hal tersebut terjadi

dengan memberi proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerintah daerah sehingga berdampak

(17)

Peningkatan PAD harus berdampak pada perekonomian daerah

(Saragih:2003). Oleh karena itu, daerah tidak akan berhasil apabila daerah tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang berarti meskipun terjadi peningkatan

penerimaan PAD.

Teori Keynes menerangkan bahwa permintaan agregat akan menentukan tingkat kegiatan perekonomian. Menurut Keynes jika suatu periode tertentu

dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa yang akan datang perekonomian akan mempunyai kemampuan lebih besar dalam menghasilkan

barang dan jasa.

Pemerintah daerah juga mendapat bantuan transfer dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan, dimana dana perimbangan ini ditujukan untuk

mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan juga untuk membantu daerah dalam membiayai kewenangannya. Transfer pemerintah pusat diharapkan membantu daerah dalam membangun sarana dan

prasarana yang kemudian diharapakan dapat meningkatkan pendapatan daerah yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya pendapatan per kapita

masyarakat.

Menurut Oates dalam Sasana (2009) desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena

pemerintah daerah akan lebih efesien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik. Hal ini diakibatkan oleh tujuan dari desentralisasi fiskal tersebut.

(18)

infrasrtuktur maupun investasi. Pembangunan daerah juga akan mudah terlaksana

dengan diberikannya dana dari pusat sebagai alat pemerata kemampuan keuangan. 2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjadikan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Hartina (2012) yang berjudul “Analisis

Peranan Dana Alokasi Umum (DAU) dalam pemerataan kemampuan keuangan daerah Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk

melihat bagaimana pemerataan kemampuan keuangan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita, dan bagaimana implikasi kebijakan untuk mengatasi masalah pemerataan kemampuan keuangan di Provinsi Sumatera

Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis perhitungan Celah Fiskal dan Indeks Williamson untuk mengetahui kondisi pemerataan keuangan serta metode analisis regresi untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

ketimpangan Pendapatan Perkapita Antar Daerah Kab/kota provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar daerah (14

Kab/kota) yang telah menerima DAU memiliki kemampuan keuangan daerah yang bagus. Celah fiskal dan pertumbuhan fiskal yang ditutupi DAU dominan terbesar dan bernilai positif adalah kabupaten Pesisir Selatan. Kabupaten tesebut

memiliki kemampuan keuangan yang bagus setelah menerima DAU. Berdasarkan nilai Indeks Williamson menunjukkan bahwa PAD+DBH+DAU pendapatan

(19)

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis regresi,

variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan PDRB Perkapita Kab/kota adalah variabel ketimpangan DAU perkapita Kab/kota, dan

ketimpangan DBH perkapita dari Provinsi Barat ke Kab/kota.

Hasil penelitian yang dilakukan Hermawan (2007) yang berjudul “Analisis

Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal terhadap Pemerataan Kemampuan Keuangan

dan Kinerja Pembangunan Daerah (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Banten). Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan

desentralisasi fiskal melalui pengalokasian DAU dan sumber pendapatan akan meningkatkan kemampuan pemerataan keuangan di kab/kota Provinsi Banten dan menunjukkan kinerja pembangunan setelah desentralisasi fiskal di kab/kota

Provinsi Banten. Untuk mengetahui kemampuan pemerataan keuangan adalah dengan menganalisis penerimaan DAU per kapita dan pendapatan APBD perkapita. Kinerja pembangunan dilihat dengan menganalisis perkembangan

perekonomian, kenerja keuangan daerah, dan tingkat kesejahteraan penduduk setiap kab/kota di Provinsi Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemerataan kemampuan keuangan antar kab/kota di Provinsi Banten menjadi semakin baik setelah dilaksanakannya kebijakan desentralisasi fiskal yang terlihat dari menurunnya nilai Indeks Williamson sebesar 0,45 kemudian turun berkisar

0,23 - 0,33 pada tahun 2001-2005 (masa desentralisasi fiskal). Kinerja perekonomian Provinsi Banten dari tahun 2000-2005 di dominasi oleh 3 lapangan

(20)

pertumbuhan nasional yang besarnya sekitar 4% - 5%. Kinerja pembangunan

daerah Banten dilihat dari kesejahteraan penduduk memperlihatkan ketimpangan yang sangat tinggi antar daerah. Hasil Indeks Williamson menunjukkan dari tahun

2001-2005 sebesar 0,8 - 0,84. Hal ini disebabkan oleh adanya gap kesejahteraan antara masyarakat di Banten Utara dengan Banten Selatan

. Hasil penelitian yang dilakukan Najiah (2013) yang berjudul “Analisis

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap PDRB di Kota Depok periode 2001-2010. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan TPAK terhadap PDRB di kota Depok baik secara simultan maupun secara parsial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model

regresi linear berganda menggunakan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD, Dana Perimbangan, dan TPAK bersama-sama mampu menjelaskan pengaruh pada PDRB per kapita dengan R-squared sebesar 0,973734

dengan F-statistik 0,000000. Secara parsial variabel PAD menunjukkan pengaruh yang signifikan terhdap PDRB Kota Depok dengan nilai probabilitasnya 0,0001.

Variabel Dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Kota Depok dengan nilai koefisien sebesar 0,156485 dan F-statistik sebesar 0,0000. Dan variabel variabel TPAK berpegangaruh signifikan terhadap PDRB

Kota Depok dengan nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,0004.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramayanti (2009) yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap

(21)

Penelitian ini bertujauan untuk melihat apakah PAD dan Transfer Pusat

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita baik secara simultan maupun secara parsial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan model regresi linear berganda menggunakan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD dan Transfer Pusat secara simultan berpengaruh terhadap perubahan Pendapatan Per Kapita dengan nilai

R-squared sebesar 0,555. Sedangkan nilai F sebesar 47,186. Secara parsial variabel

PAD mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan perkapita.

Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai korelasi dengan pendapatan per kapita sebesar 85,72%. Sedangkan untuk variabel transfer pusat memiliki korelasi negatif dan signifikan

terhadap pendapatan per kapita. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan korelasinya dengan pendapatan per kapita sebesar -45,00%. Artinya trasnsfer pusat kurang memiliki

pengaruh terhadap pendapatan per kapita.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh desentralisasi fiskal terhadahap pemerataan kemapuan keuangan dan kinerja pembangunan daerah di Kab/kota Provinsi Sumatera Uara.

Gambar 2.1 menyajikan kerangka pemikiran pada penelitian ini. Pelaksanaan desentralisasi fiskal bertujuan untuk pemerataan kemampuan

(22)

penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) perkapita dan pendapatan APBD

perkapita daerah.

Dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal, Pemerintah Pusat akan

mentransfer dana perimbangan kepada daerah yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Didalam dana perimbangan tersebut DAU berfungsi sebagai pemerataan

kemampuan keuangan antardaerah untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan. Dengan menganalisis DAU yang diterima kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Utara maka akan dapat dilihat bagaimana fungsi DAU sebagai pemerataan kemampuaan keuangan. Hal tersebut dilihat dari meratanya DAU per kapita. Tetapi untuk melihat pemerataan kemampuan keaungan pada

desentralisasi fiskal tidak hanya menganalisis DAU, tetapi juga harus menganalisis seluruh pendapatan APBD. Karena DAU bukan satu-satunya sumber penerimaan daerah sehingga pemerataan kemampuan keuangan pada

desentralisasi fiskal harus dilihat juga dari sumber pendapatan APBD. Pendapatan APBD terdiri dari PAD, Dana Perimbangan dan Penerimaan

Lain-lain. Sehingga untuk melihat bagaimana dampak pelaksanaan desentralisasi terhadap pemerataan kemampuan keuangan dengan cara menganalisis DAU per kapita dan pendapatan APBD per kapita setiap kabupaten/kota di Provinsi

Sumatera Utara. Dengan menganalisis DAU per kapita dan pendapatan APBD per kapita dapat dilihat apakah desentralisasi fiskal berdampak pada pemerataan

(23)

Selain itu desentralisasi fiskal juga bertujuan untuk mempercepat

pembangunan daerah. Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai indikator baik sosial maupun ekonomi. Pelaksanaan desentralisasi fiskal diharapkan akan

berdampak pada kinerja pembangunan dari indikator ekonomi. Setelah diterapkannya kebijakan disentralisasi fiskal sumber utama penerimaan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan (Dana Bagi

Hasil, DAU, dan DAK). Dengan demikian, dari pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal sumber PAD dan Dana Perimbangan merupakan jenis sumber

dana yang sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan daerah. Sehingga hipotesis penelitian ini apakah melalui kedua sumber dana tersebut dapat dilihat desentralisasi fiskal berdampak pada kinerja pembangunan daerah terkhusus

kinerja pembangunan daerah dari indikator ekonomi yaitu pendapatan per kapita.

Pemerataan Kemampuan Keuangan

Desentralisasi Fiskal

Kinerja Pembangunan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Data yang terdapat pada tabloid Nova edisi Juli 2012 berupa paduan leksem atau calon kata majemuk yang disebut sebagai kompositum.. Data ditemukan sebanyak 81

Internasional Terakreditasi Tidak Nilai Akhir Komponen Yang dinilai. Teral<reditasi

HUBUNGAN PROKLAMASI DENGAN PANCASILA DAN PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,913 yang berarti 91,3% keunggulan bersaing pelaku usaha oleh-oleh khas Medan di Jalan Mojopahit dapat dijelaskan oleh variabel

Negara Berkembang. Peranan investasi asing dalam pembangunan negara berkembang harus dilihat sekaligus dalam konteks pemba- ngunan ekonomi dunia dan sistem politik di

19 Penelitian ini bersifat studi literatur, dari paper utama [7] penentuan asumsi berupa calon individu Susceptible , faktor kematian alami dan kematian terkait

[r]

Salah satu hal yang dibutuhkan pengguna komputer untuk dapat menyimpan suatu data yang dianggap penting dan membatasi akses informasi serta resources hanya untuk pemakai yang