• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Desain Produk, Citra Merek dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Merek Nike Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Desain Produk, Citra Merek dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Merek Nike Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori tentang Desain Produk 2.1.1. Pengertian Desain Produk

Kotler dan Keller (2012) mendefinisikan desain sebagai berikut: Desain

merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi bagaimana sebuah produk terlihat,

terasa, dan berfungsi bagi konsumen. Mereka memiliki pandangan bahwa desain

menawarkan tiga hal utama dalam produk, yakni :

1. Fungsi

2. Estetika

3. Daya Tarik

Kotler dan Armstrong (2008 :272) mengemukakan bahwa desain produk

adalah proses mendesain pada model dan fungsi dari produk tersebut sehingga

memiliki suatu karakteristik yang khas. Dibandingkan dengan model, desain

adalah konsep yang lebih luas. Model secara sederhana menjelaskan bentuk luar

produk.Model terlihat dengan jelas atau dapat dibayangkan.

2.1.2. Tujuan dan Strategi Desain Produk

Umumnya sebelum memutuskan untuk menggunakan suatu produk yang

akan dipakainya, konsumen akan melihat tampilan visual yang bisa ditangkap

oleh mata. Desain atau tampilan suatu produk memegang peranan yang penting

dalam hal menarik perhatian konsumen. Dalam menentukan desain, perusahaan

juga mampu untuk tak hanya mendesain produk sedemikian mungkin agar

(2)

kemasan produk tersebut mengingat desain kemasan (packaging) juga merupakan

salah satu faktor yang menimbulkan ketertarikan seseorang untuk

membeli/menggunakan suatu produk.Perusahaan diharapkan dapat menghasilkan

produk yang memiliki kelebihan dari para pesaing sehingga dapat menjadi pilihan

di mata konsumen dibanding dengan produk dari pesaing lainnya. .

Kotler dan Armstrong (2008: 274) juga menyimpulkan karena desain

adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan produk, maka perancang

yang baik tidak hanya harus mempertimbangkan bentuk luar/ bentuk barang jadi,

tetapi, juga menciptakan produk yang mudah, aman, tidak mahal untuk

penggunaan dan jasa, mudah dan ekonomis untuk di produksi serta di

distribusikannya

Desain produk juga sering dijadikan sebagai alat manajemen untuk

menterjemahkan hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan

sebelum menjadi rancangan yang nyata, yang akan diproduksi dan dijual untuk

menghasilkan laba. Dengan kata lain, desain produk merupakan faktor yang

sering menjadi penentu keunggulan kompetitif kepada perusahaan. Sehingga, para

desainer produk harus mampu menentukan secara akurat berapa banyak danayang

di investasikan dalam bentuk, pengembangan fitur, kinerja, kesesuaian, ketahanan,

keandalan, kemudahan perbaikan, dan nilai gaya (style) produk.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan desain produk

yang tepat misalnya, dapat mempermudah operasi pemasaran suatu produk sebab

sebagian konsumen umumnya akan merekomendasikan produk yang dianggapnya

(3)

tersebut. Selain itu, penerapan desain produk yang tepat juga dapat meningkatkan

nilai kualitas dan keawetan produk serta menambah daya tarik produk.

Menurut Kotler dalam Asshiddieqi (2012) mengemukakan bahwa secara

umum terdapat 7 parameter dalam desain produk yang meliputi:

1. Ciri-ciri

Ciri-ciri adalah karakteristik yang mendukung fungsi dasar suatu produk.Sebagian

besar produk dapat ditawarkan dengan beberapa ciri-ciri. Ciri-ciri produk

merupakan alat kompetitif untuk produk perusahaan yang terdiferensiasi.Beberapa

perusahaan sangat inovatif dalam penambahan ciri-ciri baru ke produknya.Satu

dari faktor kunci keberhasilan perusahaan Jepang adalah mereka secara terus

menerus meningkatkan ciri-ciri tertentu pada produk seperti arloji, mobil,

kalkulator, dll. Pengenalan ciri-ciri baru dinilai merupakan satu dari cara yang

sangat efektif dalam persaingan.

2.Kinerja

Kinerja mengacu pada tingkat karakteristik utama produk pada saat beroperasi.

Pembeli produk-produk mahal biasanya membandingkan kinerja

(kenampakan/prestasi) dari merek-merek yang berbeda. Para pembeli biasanya

rela membayar lebih untuk kinerja yang lebih baik sepanjang harga tidak melebihi

nilai yang dirasakan.

3. Mutu Kesesuaian

Yang dimaksud sesuai adalah tingkat dimana desain produk dan karakteristik

(4)

dan pemenuhan unit yang di produksi terhadap spesifikasi sasaran yang

dijanjikan.Hal ini disebut konfirmasi karena spesifikasinya.

4. Tahan Lama (durability)

Daya tahan merupakan ukuran waktu operasi yang diharapkan dari suatu produk

tertentu. Sebagai contoh, Volvo mengiklankan mobilnya sebagai mobil yang

mempunyai waktu pakai tertinggi untuk menjustifikasikan harganya yang lebih

tinggi. Pembeli bersedia membayar lebih untuk produk yang lebih tahan lama.

5. Tahan Uji (reliabilitas)

Reliabilitas merupakan ukuran kemungkinan bahwa produk tidak akan berfungsi

salah atau rusak dalam satu periode waktu tertentu. Pembeli rela membayar lebih

mahal untuk produk yang memiliki reputasi reliabilitas yang lebih baik. Pembeli

ingin menghindari biaya untuk kerusakan dan waktu untuk memperbaiki.

6. Kemudahan perbaikan (repairability)

Kemudahan perbaikan adalah salah satu ukuran kemudahan dalam melakukan

perbaikan suatu produk yang mengalami kegagalan fungsi atau

kerusakan-kerusakan. Kemudahan perbaikan ideal akan ada jika pemakai memperbaiki

produk tersebut dengan biaya murah dan atau tanpa biaya dan tanpa memakan

waktu yang terlalu lama.

7. Model (style)

Model menggambarkan seberapa jauh suatu produk tampak dan berkenaan bagi

konsumen. Model memberikan keunggulan ciri kekhususan produk yang akan

(5)

Tjiptono (2008: 109) mengemukakan bahwa strategi desain produk

berkaitan dengan tingkat standardisasi produk. Dalam memilih strategi di bidang

desain, perusahaan memiliki tiga pilihan yakni produk standar, customized

product (produk yang disesuaikan dengan kebutuhan/keinginan pelanggan

tertentu) dan produk standar dengan modifikasi. Tujuan dari setiap strategi

tersebut meliputi

1. Produk Standar

Untuk meningkatkan skala ekonomis perusahaan melalui produksi massa.

2. Customized Product

Untuk bersaing dengan produsen produksi massa (produk standar) melalui

fleksibilitas desain produk.

3. Produk Standar dengan Modifikasi

Untuk mengkomunikasikan manfaat dari 2 strategi diatas.

Agar dapat menjalankan ketiga strategi ini dengan baik, diperlukan

analisis secara mendalam terhadap perspektif produk dan pasar, serta perubahan

lingkungan, khususnya perubahan di bidang teknologi. Penerapan stratei-strategi

ini diharapkan dapat membawa hasil berupa peningkatan pertumbuhan

perusahaan, meluasnya pangsa pasar, dan pertambahan jumlah laba perusahaan.

Khusus untuk penerapan strategi produk standar dengan modifikasi, strategi jenis

ini juga memungkinkan perusahaan untuk melakukan hubungan yang erat dengan

pasar dan memperoleh pengalaman dalam pengembangan standar produk yang

(6)

2.2. Teori Tentang Citra Merek 2.2.1. Pengertian Citra Merek

Kotler dan Keller (2009:406) mengemukakan bahwa citra merek adalah

suatu pemikiran masyarakat yang menghasilkan persepsi (pandangan atau

penilaian pribadi) mereka terhadap suatu perusahaan atau produknya. Identitas

yang efektif akan memberi hasil sebagai berikut, yakni : Merek tersebut akan

mampu untuk membangun karakter produk dan proporsi nilai.

Brand image menjadi hal yang sangat penting diperhatikan oleh

perusahaan, melalui brand image yang baik, maka dapat menimbulkan nilai

emotional pada diri konsumen, dimana akan timbulnya perasaan positif (positive

feeling) pada saat membeli atau menggunakan suatu merek, demikian sebaliknya

apabila suatu merek memiliki citra (image) yang buruk dimata konsumen, kecil

kemungkinan konsumen untuk membeli produk tersebut. Kotler (2005: 346) juga

menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat dan

citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring

perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk

akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki

keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya.Saat perbedaan dan keunggulan

merek dihadapkan dengan merek lain, munculah posisi merek.

Menurut Kapferer (2008:11), merek merupakan suatu ide yang diinginkan

dan eksklusif yang melekat pada suatu produk, jasa, tempat, atau pengalaman.

(7)

terhadap perusahaan atau produknya. Menurutnya citra tidak dapat ditanamkan

dalam pikiran konsumen dalam semalam atau di sebarkan melalui satu media saja.

Sebaliknya, citra tersebut harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang

tersedia dan disebarkan secara terus menerus karena tanpa citra yang kuat

sangatlah sulit bagi sebuah perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan

mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

2.2.2. Tingkatan dan Komponen Citra Merek

Menurut Kotler (2007: 220) terdapat enam tingkatan arti dari merek,yaitu:

1. Atribut, merek pertama-tama akan meningkatkan orang pada atribut produk

tertentu.

2. Manfaat, pelanggan tidak membeli atribut melainkan mereka membeli manfaat

dari produknya. Maka dari itu, atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional

3. Nilai, merek juga mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen dari sebuah

produk.

4. Budaya, suatu merek mewakili suatu kebudayaan tertentu.

5. Kepribadian, merek dapat memproyeksikan pada suatu kepribadian tertentu.

6. Pemakai, suatu merek menyarankan jenis pelanggan yang membeli produk

tersebut

Citra merek sendiri dapat diasumsikan sebagai persepsi atau tanggapan

dari masyarakat terhadap perusahaan ataupun produk dari perusahaan tersebut.

(8)

Xian et al (2011) mengemukakan bahwa citra merek terdiri dari tiga komponen

yakni:

1) Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah sekumpulan asosiasi yang

dipresepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk

atau jasa.

2) User Image (Citra Pemakai) adalah sekumpulan asosiasi yang dipresepsikan

konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

3) Product image (Citra produk) adalah sekumpulan asosiasi yang dipresepsikan

konsumen terhadap suatu produk.

Kotler (2005: 82) mengemukakan bahwa merek merupakan suatu simbol

yang kompleks yang dapat menyampaikan enam tingkat pengertian, antara lain :

1. Atribut (Attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam

pikiran konsumen

2. Manfaat (Benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional

3. Nilai (values), merek juga menyatakan suatu tentang nilai pembuat atau

produsen

4. Budaya (Culture), merek dapat mempresentasikan budaya

5. Kepribadian (Personality), merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi tertentu

6. Pengguna (User), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu

Aaker (2014) mengemukakan bahwa dalam pengelolaan merek, baik

membangun merek, menentukan citra merek, serta mempertahankan merek, maka

(9)

1. Mengetahui bahwa merek/brand adalah asset yang bernilai strategis.

Brand adalah landasan bagi keberhasilan masa depan dan menciptakan nilai

berkelanjutan untuk organisasi. Oleh karena itu proses membangun citra merek

(brand-building) merupakan upaya strategis yang berbeda dengan upaya taktis

untuk merangsang penjualan.

2. Memiliki visi brand menarik yang memandu dan mengilhami

Suatu visi brand harus mencoba bergerak di luar manfaat-manfaat

fungsionalnya untuk menentukan nilai-nilai secara organisasi : tujuan yang

lebih tinggi; kepribadian merek (brand personality); manfaat sosial, emosional

dan ekspresi diri. Perusahaan harus menemukan kesempatan untuk

menciptakan inovasi yang memiliki potensi dimana banyak orang akan

menginginkannya, selain itu juga perlu memosisikan kategori serta subkategori

sembari memosisikan brand.

3. Mewujudkan visi brand

Langkah selanjutnya ialah perlunya menciptakan inisiatif dan

program-program brand-building yang mendukung brand itu sendiri. Perusahaan perlu

mencari tahu apa yang merupakan titik-titik favorit para pelanggan untuk

melakukan proses inovasi dan menjalankan program brand-building dengan

menjadikan brand sebagai mitra. Brand yang kuat biasanya konsisten dalam

hal visi brand dan pengeksekusian brand dari waktu ke waktu.Juga,

perusaahaan harus mengembangkan branding internal yang kaya dan kuat serta

(10)

4. Mempertahankan relevansi

Dalam langkah ini perusahaan perlu untuk mengenali dan menanggapi berbagai

ancaman terhadap relevansi dan mempelajari cara untuk menguatkan brand.

5. Mengelola dan meningkatkan portofolio brand

Diperlukan penciptaan strategi yang dapat mengidentifikasi peran-peran brand

(semacam brand strategis atau brand pendukung), tingkatkan brand itu

kedalam arena produk baru, analisis risiko-risiko dan opsi-opsi perluasan brand

secara vertikal, dan mengelola unit-unit di mana brand dapat mengembangkan

jenis produk sekaligus jangkauan operasinya.

2.3. Teori Tentang Harga 2.3.1 Pengertian Harga

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran

suatu produk. Harga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diserahkan dalam

pertukaran untuk mendapat barang atau jasa. Menurut Basu (2005: 185), harga

adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk apabila memungkinkan) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan

pelayanannya. Sedangkan menurut Cannon (2008: 285), harga adalah sesuatu

yang harus diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keunggulan yang

ditawarkan oleh bauran pemasaran perusahaan. Harga semata-mata tergantung

pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai

hal. Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relatif sifatnya. Untuk

mengatakannya perlu terlebih dahulu dibandingkan dengan harga produk serupa

(11)

harga yang ditetapkan oleh para pesaing agar harga yang ditentukan oleh

perusahaan tidak terlalu tinggi atau sebaliknya, sehingga harga yang ditawarkan

dapat menimbulkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian.Harga

dengan keputusan pembelian mempunyai kaitan yang erat yang dapat dibuktikan

oleh beberapa penelitian terdahulu.

2.3.2. Tujuan dan Strategi Harga

Ong dan Sugiharto (2013) mengemukakan bahwa agar dapat sukses dalam

memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus mampu untuk

menetapkan harga produk/layanan yang diberikan secara tepat. Harga merupakan

satu – satunya unsur marketing mix yang memberikan pemasukan atau pendapatan

bagi perusahaan,sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi)

menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Di samping itu harga merupakan

unsur marketing mixyang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.

Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran

distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat diubah/ disesuakan dengan mudah dan

cepat, karena biasanya menyangkut keputusan jangka panjang.

Harga semata – mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu

saja dengan mempertimbangkan berbagai hal. Harga dikatakan mahal, murah,

atau biasa –biasa saja bagi setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung

dari individu yang dilatarbelakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi

individu.

Harga sangat penting karena merupakan salah satu faktor yang

(12)

memiliki dampak pada penyesuaian strategi pemasaran yang diambil. Elastisitas

harga dari suatu produk juga akan mempenagruhi permintaan dan penjualan.

Tjiptono (2008: 152) menyatakan bahwa pada dasarnya ada empat jenis

tujuan penetapan harga, yakni:

1. Tujuan Berorientasi pada Laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu

memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal

dengan istilah maksimisasi laba. Kendati demikian, pada masa ekonomi global

pada saat ini, maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sulitnya

memperkirakan jumlah penjualan secara akurat pada tingkat harga tertentu.

Oleh karena itu, ada perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba,

yaitu tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba. Ada

dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan target ROI

(Return On Investment). Target marjin merupakan target laba yang dinyatakan

sebagai persentase yang mencerminkan rasio laba terhadap penjualan.

Sedangkan target ROI merupakan target laba yang dinyatakan sebagai rasio

laba terhadap investasi total perusahaan dalam fasilitas produksi dan asset yang

mendukung produk.

2. Tujuan Berorientasi pada Volume

Perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi

pada volume tertentu dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga

ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan

(13)

3. Tujuan Berorientasi pada Citra

Strategi penetapan harga yang tepat akan mampu menentukan citra perusahaan

di masyarakat. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk

citra sebagai perusahaan/produk yang prestisius.Juga dapat menetapkan harga

rendah untuk membentuk citra nilai tertentu, misalnya sebagai produk/layanan

yang harganya terendah di suatu wilayah tertentu, atau produk termurah di

suatu lini bisnis tertentu.Baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan

untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk

yang ditawarkan oleh perusahaan.

4. Tujuan Stabilisasi Harga

Strategi penetapan harga berdasarkan tujuan ini sangat cocok untuk diterapkan

dalam pasar yang konsumennnya sensitif terhadap harga, dimana bila suatu

perusahaan menurunkan harga, maka langkah tersebut akan diikuti oleh para

pesaingnya. Kondisi inilah yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi

harga dalam industry tertentu yang produknya sangat terstandarisasi, misalnya

minyak bumi. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga

untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara suatu perusahaan dengan

harga para pemimpin industri.

Kotler dan Armstrong (2010: 314) mengemukakan bahwa terdapat lima

strategi penerapan harga berdasarkan bauran produk sebagai berikut

1. Penetapan harga lini produk, yaitu menetapkan jenjang harga

(14)

2. Penetapan harga produk tambahan, yaitu menetapkan harga produk

tambahan atau pelengkap yang dijual beserta produk utama.

3. Penetapan harga produk terikat, yaitu menetapkan harga produk yang

harus digunakan bersama produk utama.

4. Penetapan harga produk sampingan, yaitu Menetapkan harga rendah

pada produk–produk sampingan untuk menyingkirkan mereka.

5. Penetapan harga paket produk, Yaitu menetapkan harga untuk paket

produk yang dijual bersama.

2.4. Teori Tentang Keputusan Pembelian 2.4.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Ong dan Sugiharto (2013) keputusan pembelian merupakan tahap

dalam proses dimana konsumen benar-benar membeli produk. Pada tahap

evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam

kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli

produk yang paling disukai.

Sedangkan Kotler (2009:184) mendefinisikan keputusan pembelian

konsumen yaitu: “Keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah

tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.” Sedangkan

menurut Tjiptono (2008:21) mengemukakan bahwa “Keputusan pembelian

konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.”

2.4.2. Faktor Pengaruh Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2005: 223) terdapat dua faktor yang mempengaruhi niat

(15)

1. Sikap Orang Lain

Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang

akan bergantung pada dua hal, yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap

alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti

keinginan orang lain.

2. Situasi yang tidak terantisipasi

Faktor situasi yang tidak terantisipasi dapat muncul dan mengubah niat

pembelian.

Di antara niat pembelian dan keputusan membeli yang dilakukan oleh

konsumen, turut dipengaruhi oleh banyak hal berupa stimulus yang datang dari

informasi mengenai produk, harga, lokasi dan promosi yang berpengaruh

menyangkut masalah ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya dan

sebagainya. Lalu konsumen akan mengolah segala informasi tersebut dan

diambillah berupa respon yang muncul mengenai produk apa yang dibeli,

merek,toko yang akan dipilih dan waktu pembelian.

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari

suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan. Ada

lima keputusan yang dilakukan konsumen, yaitu :

1. Pilihan Produk

Perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada konsumen yangberminat

(16)

a. Keunggulan produk, berupa tingkat kualitas yang diharapkan oleh

konsumen pada produk yang dibutuhkannya dari berbagai pilihan produk

yang ada.

b. Manfaat produk, berupa tingkat kegunaan yang dapat dirasakan oleh

konsumen pada tiap pilihan produk dalam memenuhi kebutuhannya.

c. Pemilihan produk, berupa pilihan konsumen pada produk yang dibelinya,

sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan manfaat yang akan

diperolehnya.

2. Pilihan Merek

Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri, sehingga konsumen harus

memutuskan merek mana yang akan dibeli. Dalam hal ini perusahaan harus

mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

a. Ketertarikan pada merek, berupa ketertarikan pada citra merek yang telah

melekat pada produk yang dibutuhkannya.

b. Kebiasaan pada merek, konsumen memilih produk yang dibelinya dengan

merek tertentu, karena telah biasa menggunakan merek tersebut pada

produk yang diputuskan untuk di belinya.

c. Kesesuaian harga, konsumen selalu mempertimbangkan harga yang

sesuaidengan kualitas dan manfaat produk. Jika sebuah produk dengan

citra merek yang baik, kualitas yang bagus dan manfaat yang besar, maka

konsumen tidak akan segan mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan

(17)

3. Pilihan Penyalur

Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur,dikarenakan

faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap,

kenyamanan berbelanja, keleluasaan tempat dan sebagainya. Setiap konsumen

berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur, dikarenakan faktor lokasi yang

dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan

berbelanja, keleluasaan tempat dan sebagainya

a. Pelayanan yang diberikan, pelayanan yang baik serta kenyamanan yang

diberikan oleh distributor ataupun pengecer pada konsumen, membuat

konsumen akan selalu memilih lokasi tersebut untuk membeli produk

yangdibutuhkannya.

b. Kemudahan untuk mendapatkan, selain pelayanan yang baikakanmerasa

lebih nyaman jika lokasi pendistribusian (pengecer, grosir) mudah

dijangkau dalam waktu singkat dan menyediakan barang yangdibutuhkan.

c. Persediaan barang, kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk

tidak dapat dipastikan kapan terjadi, namun persediaan barang yang

memadai pada penyalur akan membuat konsumen memilih untuk

melakukan pembelian di tempat tersebut.

4. Waktu Pembelian

Keputusan pembelian konsumen bisa dilakukan dalam pemilihan waktu

yang berbeda-beda, sesuai dengan kapan produk tersebut dibutuhkan.

a. Kesesuaian dengan kebutuhan, ketika seseorang merasa membutuhkan

(18)

pembelian. Konsumen selalu memutuskan membeli suatu produk, pada saat

benar-benar membutuhkannya.

b. Keuntungan yang dirasakan, ketika konsumen memenuhi kebutuhannya akan

suatu produk pada saat tertentu, maka saat itu konsumen akan merasakan

keuntungan sesuai kebutuhannyamelalui produk yang dibeli sesuai waktu

dibutuhkannya.

c. Alasan pembelian, setiap produk selalu memiliki alasan untuk

memenuhikebutuhan konsumen pada saat ia membutuhkannya. Seseorang

membelisuatu produk dengan pilihan merek tertentu dan menggunakannya,

maka iatelah memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan mengambil

keputusan pembelian dengan tepat.

5. Jumlah Pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk

yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian mungkin dilakukan lebih darisatu

kali.

a. Keputusan jumlah pembelian, selain keputusan pada suatu pilihan merek

yang diambil konsumen, konsumen juga dapat menentukan jumlah produk

yang akan dibelinya sesuai kebutuhan.

b. Keputusan pembelian untuk persediaan, dalam hal ini konsumen membeli

produk selain untuk memenuhi kebutuhannya, juga melakukan beberapa

tindakan persiapan dengan sejumlah persediaan produk yang mungkin

(19)

2.5. Penelitian Terdahulu

Variabel Hasil Penelitian

1. Farhan

(20)

Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu

Variabel Hasil Penelitian

(21)

Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu

Variabel Hasil Penelitian

(22)

2.6. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur

(Kuncoro, 2003: 40).

Desain Produk merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi bagaimana

sebuah produk terlihat, terasa, dan berfungsi bagi konsumen. Desain yang menarik

bagi perusahan merujuk pada kemudahan dalam pembuatan dan distribusi.

Sedangkan bagi konsumen, desain yang baik adalah produk yang indah atau bagus

untuk dilihat, mudah di buka, dipasang, digunakan, diperbaiki, dan dibuang

(Kotler dan Keller, 2012:188). Pada umumnya, desain produk yang dirancang

oleh perusahaan harus memenuhi syarat-syarat tersebut agar mampu

meningkatkan minat beli masyarakat terhadap produk tersebut.Desain seringkali

menjadi faktor pembeda dalam tingkat kesuksesan bersaing antar produk sejenis.

Citra merek umumnya merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk

para produsen kepada konsumen sebelum melakukan pembelian produk. Merek

memiliki peranan penting dalam keputusan pembelian produk salah satu merek

sepatu olahraga. Nike saat ini memang termasuk salah satu produsen sepatu yang

memiliki nilai merek yang unggul di lini bisnis sepatu casual, oleh karena itu

Nike harus mampu mempertahankan keunggulannya terhadap persaingan citra

merek kepada produsen sepatu lainnya yang saat ini mulai bermunculan dengan

(23)

(brand image) sebuah produk, maka akan semakin banyak konsumen yang tertarik

untuk membeli produk tersebut, sekalipun perusahaan mematok harga yang tinggi,

hal ini tidak akan menjadi masalah untuk konsumen karena kualitas barang yang

mereka beli sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dan sebaliknya, apabila

kualitas barang (sepatu) yang dibeli oleh konsumen tidak sesuai dengan biaya

yang dikeluarkan maka perusahaan akan menuai protes dari konsumen atau

pelanggan.

Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan keuntungan dan

kelangsungan hidup perusahaan. Penentuan harga memiliki dampak pada

penyesuaian strategi pemasaran yang diambil. Harga dari sudut pandang

pemasaran merupakan suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan

jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan

suatu barang dan jasa (Dinawan, 2010: 187).

Dalam memandang suatu harga, konsumen mempunyai beberapa

pandangan yang berbeda (Leliana dan Suryandari, 2004). Hal yang penting perlu

diingat bahwa “nilai yang baik” tidak sama dengan “harga yang murah” (Kotler

dan Armstrong, 2008: 278). Pada umumnya konsumen akan menyadari bahwa

dengan kualitas produk yang didapatkan mestinya harus mengeluarkan harga yang

sesuai. Jika harga yang ditetapkan tidak sesuai, konsumen pun akan cepat

menyadari hal tersebut. Hal demikian akan menyebabkan hubungan antara

permintaan dan harga jual akan berbanding terbalik yaitu apabila harga semakin

tinggi maka makin kecil permintaan dan demikian pula sebaliknya. Maka dari itu,

(24)

produsen harus paham akan kepekaan konsumen terhadap harga yang berbeda

satu sama lain.

Model kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

2.7 Hipotesis

Menurut Suliyanto (2006), “Hipotesis merupakan jawabaan sementara yang

hendak diuji kebenarannya melalui riset. Dikatakan jawaban sementara karena

hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah

dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran hipotesis perlu dijui

terlebih dahulu melalui analisis data”.Adapun hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Desain Produk (X1)

Citra Merek (X2)

Harga (X3)

(25)

1. Desain produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian sepatu merek Nike pada mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Citra merek berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian sepatu merek Nike pada mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian sepatu merek Nike pada mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Desain produk, citra merek dan harga secara bersamaan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu merek

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) tahap memahami masalah dapat mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan

Karya Lestari Samarinda akan mempengaruhi produktivitas kerja pada setiap karyawan dan hal ini dibuktikan dengan hasil analisis regresi bertahap bahwa tidak terdapat hubungan yang

[2] Dalam penelitian Fitri Utami yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted Individualization ) Dalam Pembelajaran IPA Materi Gaya

Kata kunci :pengaruh model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), aktivitas, hasil belajar TIK. 1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan

Universitas Sumatera

Adanya naskh tidak dapat dipisahkan dari sifat turunnya al-Qur'an itu sendiri dan tujuan yang ingin dicapainya. Turunnya Kitab Suci al-Qur'an tidak terjadi sekaligus, tapi

(Penelitian Eksperimen Semu Terhadap Siswa Ekstrakulikuler Nihon Kai SMAN 10 Bandung Tahun Ajaran

Maka untuk dapat mengetahui periksi akuisisi kepemilika rumah pada setiap tahunnya dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menilai dan memprediksi akusisi