• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beban Pencemar Karbon Monoksida (CO) dan Karbon Dioksida (CO2) di Kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Beban Pencemar Karbon Monoksida (CO) dan Karbon Dioksida (CO2) di Kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi efektivitas dan efisiensi dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi.

Sistem transportasi adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain. Fungsi sistem itu sendiri adalah untuk memindahkan suatu objek. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktifitas transportasi juga meningkat. Hal ini dikarenakan tidak semua fasilitas yang dibutuhkan masyarakat berada pada suatu tempat. Kondisi seperti ini mengakibatkan timbulnya pergerakan menuju daerah pemenuhan kebutuhan sehingga peranan transportasi sangat penting dalam menunjang aktifitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah (Soedomo, 2001).

Peranan transportasi udara khususnya penerbangan komersial sangat penting dalam pengembangan ekonomi dan sosial di suatu daerah. Kondisi ini menuntut ketersediaan transportasi yang lebih baik dan efisien, dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Pesawat udara merupakan salah satu sarana transportasi yang memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan daya jelajah dibandingkan dengan transportasi lainnya. Kehadiran industri penerbangan menggunakan teknologi canggih merupakan salah satu dampak positif bagi sistem transportasi masyarakat (Adisasmita, 2007; PUSARPEDAL-KLH, 2011; A, Adji, 2012).

(2)

Selain meningkatnya peminatan terhadap jasa transportasi udara juga terjadi penambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat siginifikan. Penambahan jumlah kendaraan akan berbanding lurus dengan beban emisi yang dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan polusi udara dan mempengaruhi mutu udara ambien.

Peningkatan jasa transportasi selain memberikan manfaat yang sangat baik bagi perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan ini didasari oleh peningkatan konsumsi energi yakni avtur sebagai bahan bakar pesawat serta bensin dan solar sebagai bahan

bakar dari kendaraan bermotor yang berada di kawasan bandara.

Federal Aviation Administration (2005) menyatakan bahwa mesin pesawat menghasilkan emisi yang sama seperti mesin kendaraan bermotor, yaitu karbon dioksida (CO2), uap air (H2O), oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SO2), dan volatile organic compund.

Polusi udara adalah dampak lingkungan paling serius yang disebabkan oleh operasi

bandara. Polusi udara di bandara dapat bersumber dari asap buang pesawat, distribusi

dan pengisian bahan bakar pesawat udara, kendaraan bermotor yang berada dalam

kawasan bandara, peralatan layanan tanah, pabrik pemanas, penguapan bahan bakar

tumpah saat pengisian bahan bakar, dan emisi dari gas pembakaran di insinerator.

Dampak lingkungan dari lalu lintas udara sering juga dikaitkan dengan gangguan

kebisingan, asap dan emisi gas karbon monoksida (CO), hidrokarbon tidak terbakar

(HC), termasuk metana (CH4) dan nitrogen oksida (NOx), karbon dioksida (CO2),

oksida sulfur (SO2) di sekitar bandara yang dapat merugikan (Oliver, 2011; Ashford,

et.al, 2011).

Jumlah produk pembakaran didistribusikan ke atmosfer tergantung pada jenis pesawat

dan mesin, fase atau mode operasi, dan berapa lama mesin dioperasikan di setiap tahap.

Fase pengoperasian pesawat terbang termasuk take-off atau landing dengan mesin

hidup, mendaki (sejak diangkat ke ketinggian 3000 kaki), menyelam (dari 3000 kaki

menyentuh tanah), dan mendarat (Boeing dalam Adisasmita dan Hadipramana, 2011;

(3)

Sumber pencemar udara di negara-negara maju khususnya Amerika Serikat serta negara-negara berkembang secara umum memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil. Sarana transportasi maupun mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil adalah penyumbang terbesar polusi yang secara perlahan tapi pasti menyebabkan dampak lingkungan. Kendaraan bermotor mengeluarkan gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2) dan hidrokarbon (HC) sehingga menyumbang 1/3 dari total gas pencemar udara (Rumambi, 2009; Sejati, 2011).

Efek dari perkembangan transportasi pesawat dan kualitas udara di bandara saat ini begitu kompleks dan kontroversial. Efek ini tidak hanya terjadi di daerah yang mengelilingi bandara tetapi pada tingkat regional maupun global. Tidak hanya emisi dari pesawat yang mempengaruhi kualitas udara di area bandara namun juga dipacu oleh emisi lainnya seperti kendaraan yang masuk dan keluar dari pintu masuk bandara, penggunaan daya listrik, penggunaan mesin, dan hal-hal mendukung lainnya dalam pengoperasian maupun aktivitas bandara itu sendiri (Ashford, et.al, 2011).

Bandara Internasional Kualanamu adalah bandara utama di Provinsi Sumatera Utara. Bandara ini merupakan bandara pengganti Bandar Udara Internasional Polonia yang terletak di pusat Kota Medan. Secara resmi dibuka pada tanggal 25 Juli 2013 dengan area seluas 1,365 ha dan pada saat yang sama pemerintah menutup Bandar Udara Internasional Polonia untuk penerbangan komersial. Bandara ini merupakan bandara terbesar kedua setelah Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Bandar Udara Internasional Kualanamu diharapkan dapat menjadi Main Hub yaitu pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya. Oleh karena itu bandara harus ditunjang dengan kualitas infrastruktur, pelayanan maupun dalam hal manajemen/pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

(4)

yang berkorelasi dengan perubahan iklim. Perubahan iklim adalah fenomena yang dipicu oleh kegiatan manusia yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil serta kegiatan alih-guna lahan.

Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 Pittsburg memenuhi komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri dan mencapai 41% jika mendapat bantuan internasional pada tahun 2020.

Menindaklanjuti komitmen penurunan emisi GRK tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang mengamanatkan kepada provinsi untuk bertanggung jawab dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) selambat-lambatnya 12 bulan sejak ditetapkannya peraturan presiden.

Namun pada kenyataannya sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan untuk memahami karakteristik beban pencemar dari pesawat maupun kendaraan bermotor yang berada di bandara, begitu pula dengan kualitas udara di sekitar bandara. Minimnya penelitian awal seperti ini khususnya untuk Bandar Udara Internasional Kualanamu yang tergolong masih sangat baru beroperasi melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian terkait kualitas udara di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu. Pada penelitian ini parameter pencemar udara yang yang diteliti adalah CO dan CO2. Pengambilan parameter CO dikarenakan karbon monoksida merupakan salah satu pencemar yang paling berbahaya dan beracun yang dapat mengakibatkan kematian. Gas CO utamanya dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna yang sangat mungkin terjadi pada kendaraan bermotor maupun pesawat udara. Pembakaran tidak sempurna terjadi karena kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Menurut Basuki (2008), semakin lama masa pakai kendaraan bermotor, semakin banyak gas CO yang dikeluarkan. Hal ini dikarenakan mesin kendaraan tersebut kurang berfungsi secara baik.

(5)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah dari penelitian yang dilakukan di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu:

1. Berapakah konsentrasi pencemar CO dan CO2 pada udara ambien di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

2. Berapakah estimasi beban emisi CO dan CO2 yang dihasilkan pesawat terbang di Bandar Udara Internasional Kualanamu.

3. Berapakah estimasi beban emisi CO dan CO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

4. Seberapa besar kontribusi beban emisi CO dan CO2 dari pesawat dan kendaraan bermotor terhadap kualitas udara ambien di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini meliputi:

1. Untuk mengetahui konsentrasi pencemar CO dan CO2 pada udara ambien di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

2. Untuk mengetahui beban emisi CO dan CO2 dari pesawat udara di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

3. Untuk mengetahui beban emisi CO dan CO2 dari kendaraan bermotor di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

4. Untuk memprakirakan kontribusi beban emisi CO dan CO2 dari pesawat dan kendaraan bermotor terhadap kualitas udara ambien di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

1.4Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahasan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian ini dilakukan di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

(6)

3. Data meteorologi yang diukur meliputi arah dan kecepatan angin, suhu serta kelembaban.

4. Estimasi beban emisi yang diukur adalah yang berasal dari penerbangan komersial dan kendaraan bermotor yang masuk dari pintu gerbang Bandar Udara Internasional Kualanamu.

5. Analisis statistik data menggunakan SPSS Versi 16.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan berupa data primer tentang estimasi beban emisi dan konsentrasi beban pencemar CO dan CO2 yang berada di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun rencana, program, dan kebijakan terkait pengendalian pencemaran udara di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu.

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) di udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM)..

ANALISIS KONSENTRASI CO (KARBON MONOKSIDA) UDARA AMBIEN DARI SUMBER KENDARAAN BERMOTOR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL METI-LIS DI KAWASAN BALAI KOTA, MEDAN.. Isra’

Brigjend Katamso merupakan salah satu jalan raay di kota Medan yang padat akan kendaraan bermotor dan disepanjang pinggir ruas jalan tersebut banyak terdapat pohon peneduh seperti