BAB II
GAMBARAN UMUM ANOMATOPE TENTANG GITAIGO
2.1 Pembagian Anomatope dalam Bahasa Jepang
Kata Anomatope berasal dari bahasa Yunani yang berarti membuat
nama. Anomatope berarti ‘nama’ yang diberikan kepada suara. Jadi secara tidak
langsung Anomatope bisa diartikan sebagai sebuah kata untuk meniru sebuah
suara.
Pada dasarnya tidak hanya bangsa yunani saja yang menggunakan bunyi
bahasa atau yang disebut dengan anomatope untuk menirukan sesuatu dari sebuah
bunyi tetapi bangsa yang sudah sangat maju dan merupakan Negara yang
mempunya huruf terbanyak didunia seperti halnya Jepang juga memiliki
kata-kata yang dinyatakan dengan bunyi bahasa atau yang disebut juga dengan tiruan
bunyi seperti suara hewan, suara manusia yang sedang tertawa, menangis dan
saat mengungkapkan perasaan, bermacam-macam bunyi benda di sekitar kita,
bunyi alam dan lain sebagainya.
Anomatope atau dalam bahasa jepangnya disebut Ongmanego terdiri atas
3 jenis tiruan bunyi yaitu:
ぎせいご 1. Giseigo ( 擬声語 )
Yaitu bunyi bahasa yang timbul karena meniru suara binatang.
ぎおんご
2. Giongo(擬音語)
Yaitu bunyi bahasa yang timbul karena meniru bunyi suara alam.
ぎたいご
Yaitu bunyi bahasa yang timbul karena mengungkapkan perasaan
ketika melihat suatu benda atau yang dirasakan.
Anomatope ini termasuk ke dalam youshuno fukushi atau fukushi joutai.
Fukushi joutai dapat dibagi menjadi 3 yaitu: joutai yang menerangkan keadaan
seperti ずっと ( terus-menerus ), joutai yang menerangkan waktu sepertiしばら
く( sebentar ) じきに ( kadang-kadang ), dan yang terakhir joutai yang
menerangkan petunjuk atau pengarahan そう( begitu ). Youshuno fukushi atau
fukushi joutai merupakan adverbia yang secara jelas menerangkan keadaan suatu
perbuatan fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba ( kata kerja ).
Fukushi yang termasuk kelompok joutai antara lain:
a. Fukushi yang disertai partikel “to”と
Batabata to (ばたばたと) : dengan berbunyi, dengan bergentum, dengan
bergerak- gerak.
Boroboro to (ぼろぼろと) : buruk, koyak, cabik-cabik, compang-camping.
Doudou to (どうどうと) : dengan megah, dengan berani, dengan gagah
(perkasa), dengan mulia.
Harahara to (はらはらと) : bingung, berdebar-debar, gugup, takut, khawatir,
gelisah.
Hirahira to (ひらひたと) : bercerai-berai.
Nosonoso to (のそのそと) : dengan perlahann-lahan,dengan lambat, dengan
malas.
Parapara to (ぱらぱらと) : gemericik, rintik-rintik, dengan terpencar-pencar.
Potapota to (ぽたぽたと) : tetesan, menetes, bercucuran, bersimbah atau
berkeringat.
Sekaseka to (せかせかと) : dengan gelisah, tidak dapat diam, tidak tenang,
resah, dan tergesa-gesa.
Soyosoyo to (そよそよと) : sepoi-sepoi, semilir, dengan lembut.
b. Fukushi yang disertai partikel “ni” に
Jiki ni ( じきに ) : dengan langsung, dengan segera, terus, lantas,
sebentar lagi, dengan selekas-lekasnya.
Sude ni ( すでに ) : sudah, telah, dulu, dahulu.
Sugu ni( すぐに ) : segera, langsung, lantas, serta merta, dengan
mudah, sebentar, secepat-cepatnya, tidak lama.
Tachimachi ni (たちまちに): dengan segera, lansung, dalam waktu singkat,
dalam sekejap mata, pada saat itu juga, tib-tiba,
secara mendadak.
Tadachi ni ( ただちに ) : dengan segera, lantas, langsung.
Tagai ni( たがいに ) : saling, satu sama lain.
Tsui ni ( ついに ) : akhirnya, kesudahannya, penghabisannya.
Arakajime ( あらかじめ ) : terlebih dahulu, sebelumnya.
Dandan ( だんだん ) : sedikit demi sedikit, dengan lambat laun, dengan
berangsur-angsur, dengan perlahan-lahan.
Futo ( ふと) : dengan tiba-tiba, kebetulan, dengan tidak di duga.
Gungun ( ぐんぐん ) : dengan kuat, dengan cepat, terus menerus.
Kaku ( かく) : tiap-tipa, masing-masing.
Masumasu ( ますます ) : lebih-lebih, semakin, kian, bertambah.
Nakanaka ( なかなか ) : amat, sangat, sungguh-sungguh, bukan main.
Ono’ono ( おのおの ) : masing-masing semua.
Shibashiba ( しばしば ) : sering, acap kali, kerapkali, berulang-ulang,
berkali-kali.
Tabitabi ( たびたび ) : berulang-ulang.
Taedae ( たえだえ ) : sayup-sayup, hampir padam, redam terputus-putus,
terhenti-henti, dengan lemah.
Wazawaza ( わざわざ ) : dengan sengaja, dengan kebaikan hati, khusus,
secara positif.
Yokuyoku ( よくよく) : dengan sangat hati-hati, betul-betul, benar-benar,
sungguh-sungguh, baik-baik, dengan teliti, sangat,
luar biasa.
Dalam joutai no fukushi ini ada kata-kata yang dapat menerangkan nomina
atau kata benda dengan cara menyisipkan partikel“no”のdiantara kedua kelas
- Katsute no urami ( かつてのうらみ )
= Pernah sakit hati
- Kanari no hitode ( かなりのひとで )
= Lumayan ramai
- Karisome no yado ( かりそめのやど )
= Tempat menginap sementara
- Kanete no yakusoku ( かねてのやくそく)
= Sudah janji
- Shibashi no wakare ( しばしのわかれ )
= Pisah sebentar
- Yokuyoku no koto ( よくよくのこと )
= Sesuatu hal yang sangat
- Subete no hitobito ( すべてのひとびと )
= Orang-orang sekalian
- Tabitabi no omimai ( たびたびのおみまい )
= sering menjenguk orang sakit
- Sukoshi no okane ( すこしのおかね )
= Uang sedikit
- Moppara no uwasa ( もっぱらのうわさ )
= Desas-desus pertama-tama
Cara penulisan saat menggunakan anomatope ini berbeda-beda. Ada yang
penulisan anomatope juga macam-macam. Terkadang bentuk hurufnya dibuat
menyerupai situasi yang digambarkan, agar bacaan lebih hidup. Anomatope yang
ditulis dengan Katakana itu bermaksud memberi tekanan atau memperjelas.
Sedangkan suara- suara atau penggunaan anomatope yang lembut, menggunakan
Hiragana.
2.2 Pengertian Gitaigo
Menurut buku pengantar linguistik bahasa jepang karangan Hamzon
Situmorang dan Rospita Uli, Gitaigo (擬態語) adalah bunyi bahasa yang timbul
dengan mengungkapkan perasaan ketika melihat suatu benda atau saat kita
merasakan sesuatu.
Yaitu apabila saat kita melihat sesuatu benda atau hal yang aneh misalnya
seperti saat jendela tiba-tiba terbuka maka kita akan mengatakan 窓 は サット
開く(まどはサットあく “mado wa satto aku”)。Bunyi bahasa yang digunakan
adalah サット“satto”, maka dari kalimat di atas kata サット “satto” merupakan
gitaigo dengan bunyi bahasa atau yang disebut juga dengan tiruan bunyi. Dan
contoh lain ketika saat terjadi petir kita mengatakan dari dalam hati kita bahwa
“petir berkilau dengan cahaya” 雷はピカリット輝きました。( かみなりは ピ
カリット かがやきました。“kaminari wa pikaritto kagayakimashita” ). maka
kata yang digunakan untuk menyatakan tiruan bunyi bahasa dari kalimat di atas
yaitu ピカリット “pikaritto”, tidak hanya itu saat kita melakukan sesuatu yang
bola tersebut dengan tangkas, sehingga seseorang mengatakan “ Dengan tangkas
menangkap bola” (てきばきボールをカチーした。 tekibaki boru o kachiishita)
Maka ungkapan perasaan ketika melihat benda tersebut kita menyatakan
ungkapan gitaigo dalam bahasa jepang カチー“kachii”. Dan masih banyak lagi
contoh-contoh ungkapan perasaan dalam gitaigo bahasa jepang antara lain:
Gitaigo yang menyatakan ungkapan perasaan mual dan muak ingin muntah
( むかむか muka muka ), Gitaigo yang menyatakan ungkapan perasaan sakit yang
berdenyut-denyut ( ずきずき zuki zuki ), Gitaigo yang menyatakan ungkapan
perasaan merinding, gemetar karena ketakutan, kedinginan atau tersentuh ( ぞく
ぞくzoku zoku ), Gitaigo yang menyatakan ungkapan perasaan sakit dan nyeri
seperti tertusuk-tusuk benda tajam ( ちくちくchiku chiku ), Gitaigo yang
menyatakan ungkapan perasaan seram, takut dan tegang atau khawatir ( びくびく
biku biku ), Gitaigo yang menyatakan ungkapan perasaan berdebar saat
menantikan saat-saat bahagia ( わくわく waku waku ), Gitaigo yang menyatakan
ungkapan perasaan tidak rela atau terpaksa melakukan sesuatu ( しぶしぶ shibu
shibu ), Gitaigo yang menyatakan ungkapan perasaan jengkel atau frustasi akan
kejadian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan ( いらいら ira ira ), Gitaigo
yang menyatakan ungkapan perasaan nyeri saat menyaksikan sesuatu yang
menegangkan ( はらはら hara hara ), Gitaigo yang menyatakan ungkapan
perasaan tidak bersalah atau tidak merasa malu yang mana seharusnya tidak