• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Escherichia coli Pada Salmon Mentah Dalam Sajian Sashimi di Restoran Jepang Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Escherichia coli Pada Salmon Mentah Dalam Sajian Sashimi di Restoran Jepang Kota Medan"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

! 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di banyak negara terdapat kebiasaan mengonsumsi makanan laut yang

mentah. Hal ini mungkin karena budaya atau tradisi yang terkadang mendorong

seseorang untuk mengonsumsi makanan mentah, seperti budaya Jepang.Namun

karena perkembangan zaman, makanan laut mentah pun sudah dikonsumsi di

Indonesia, termasuk di Kota Medan. Makanan laut mentah yang cukup digemari

adalah sashimi, yang merupakan makanan khas Jepang. Sashimi adalah sajian

yang terbuat dari irisan tipis daging ikan mentah. Jenis daging ikan paling populer

yang digunakan untuk sashimi adalah salmon.

Namun, banyak kasus penyakit bawaan makanan terjadi akibat konsumsi

makanan yang berbahaya, seperti makanan yang terkontaminasi oleh toksin alami

(jamur beracun, makanan yang sudah berjamur) dan mengonsumsi makanan laut

mentah, produk hewan mentah atau kurang matang juga termasuk salah satu

penyebabnya. Di Jepang pada tahun 1994 dilaporkan terdapat sepertiga dari 5.849

kasus penyakit didapat melalui makanan yang disebabkan oleh ikan,

kerang-kerangan dan produknya (WHO, 2006).

Penyakit bawaan makanan atau foodborne illness adalah penyakit yang

disebabkan oleh agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi

makanan yang terkontaminasi. Penyakit bawaan makanan oleh mikroorganisme

dapat berupa intoksifikasi, infeksi, ataupun toksikoinfeksi. Ketiga hal ini

sama-sama akan menyebabkan penurunan derajat kesehatan, umumnya akan

menimbulkan gangguan pada saluran cerna (Arisman, 2009). Bakteri paling

umum yang menyebabkan infeksi melalui makanan adalah Salmonella dan

Escherichia coli (Badan POM RI, 2012).

Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan kesehatan

masyarakat yang paling banyak dan paling membebani yang pernah dijumpai di

zaman modern ini (WHO, 2006). Dalam usaha menghindar dari bahaya penyakit

bawaan makanan, diharapkan agar mengonsumsi makanan yang aman, yaitu

(2)

! 2

makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bahan

kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga zat gizinya

tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu,

kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimia, dan fisik harus selalu

diperhatikan.Kualitas dari produk pangan untuk dikonsumsi manusia pada

dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme (Silaonang, 2008).

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan dalam mengontrol jumlah

mikroorganisme pada makanan, yaitu dengan pemanasan pada makanan ataupun

makanan dapat disimpan pada suhu dingin. Akan tetapi, sebagian besar

mikroorganisme pada bahan pangan hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, makanan mentah memiliki jumlah

bakteri yang lebih tinggi daripada makanan yang telah diproses (APECSecretariat

et al., 2013). Dalam sajian sashimi, salmon disajikan mentah tanpa proses

pemanasan pada suhu tinggi, sehingga salmon tersebut berpotensi mengandung

beberapa bakteri, termasuk Escherichia coli.

Escherichia coli (E.coli) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri

gram negatif. Bakteri Escherichia coli baru akan mati bila dipanaskan pada suhu

62°C hingga 65°C selama 10 menit (Singh et al., 2008). Pada umumnya, bakteri

ini hidup pada tinja. Meskipun demikian, Escherichia coli dalam makanan tidak

selalu menunjukkan kontaminasi yang berasal dari feses. Melainkan keberadaan

bakteri tersebut juga menunjukkan adanya kondisi sanitasi makanan yang tidak

memadai (Badan POM RI, 2008). Selain itu, bakteri Escherichia coli juga

dianggap sebagai indikator adanya pencemaran bakteri pathogen enteriklain

(Suriaman et al., 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Viktoria dkk (2008) mengenai

banyaknya patogen pada sushi yang segar dari bar sushi, ditemukan bakteri

mesofilik aerobic. Salah satu patogen yang ditemukan adalah Escherichia coli

(Atanassova et al., 2008). Menurut penelitian Martin (2006) mengenai kualitas

sanitasi pada sushi dan sashimi, ditemukan Escherichia coli pada 45% dari

seluruh jumlah sampel. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan Taulo dkk

(2008) dengan jenis penelitian yang hampir sama ditemukan Escherichia coli

(3)

! 3

pada 49% dari seluruh sampel (Nespolo, 2012). Menurut Permenkes RI No.

1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga bahwa angka kuman

Escherechia coli pada makanan adalah 0 per gram contoh makanan. Hingga saat

ini belum ada dilaporkan di media massa orang-orang di Indonesia yang

mengonsumsi sashimi mengalami keracunan makanan. Namun di luar negeri ada

dilaporkan, sebagai contoh di Hongkong, dari 1481 kejadian keracunan makanan

yang dilaporkan, tercatat 3% (45 kejadian)disebabkan konsumsi sushi dan sashimi

dan jumlah orang yang keracunanadalah 142 orang, 66,7% disebabkan oleh

sashimi dan 33,3% karena sushi (HKSAR, 2000). Sehingga peneliti ingin

mengetahui kandungan mikroorganisme pada sashimi di Kota Medan.

Peneliti ingin melakukan identifikasi Escherichia coli pada salmon mentah

dalam sajian sashimi karena sashimi saat ini cukup diminati oleh masyarakat di

Kota Medan dan Escherichia coli dianggap sebagai indikator sanitasi makanan

dan minuman.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah dijumpai Escherichia coli pada salmon mentah dalam sajian

sashimi di restoran Jepang Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah dijumpai bakteri Escherichia coli pada salmon

mentah dalam sajian sashimi di restoran Jepang Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Untuk mengetahui apakah salmon dalam kondisi mentah pada sajian sashimi

di restoran Jepang terkontaminasi bakteri Escherichia coli atau tidak.

2. Untuk menambah wawasan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam

mengonsumsi makanan mentah.

3. Pihak penyaji untuk lebih memperhatikan kebersihan sajian dan mengetahui

dampak dari mengonsumsi makanan yang terkontaminasi Escherichia coli.

Referensi

Dokumen terkait

bahan makanan yang berpotensi yang akan segera diolah kembali.. Efni Ulina Sirait : Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli Dalam Susu Kedelai Pada Usaha

Tingkat prevalensi cemaran Escherichia coli pada daging ayam dapat diartikan jumlah sampel daging ayam positif E. coli berbanding dengan total sampel daging

Masomba menunjukkan bahwa pada pengambilan sampel pertama yaitu positif terdapat bakteri Escherichia coli dengan jumlah 3,0 APM/g, dan kedua juga positif terdapat

Berdasarkan hasil identifikasi bakteri Escherichia coli pada ikan Layang di pasar Tua menunjukkan bahwa pada pengambilan sampel pertama dan ketiga mendapatkan

Hasil penelitian tentang keberadaan bakteri Escherichia coli dan Escherichia coli O157:H7 pada ayam kampung menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang diambil pada ayam

Tingkat prevalensi cemaran Escherichia coli pada daging ayam dapat diartikan jumlah sampel daging ayam positif E. coli berbanding dengan total sampel daging

Pemeriksaan keberadaan bakteri Escherichia coli pada sampel minuman es teh di Pasar Malam Kampung Solor Kota Kupang dilakukan dalam beberapa tahap dimulai

Hasil uji identifikasi cemaran bakteri Escherichia coli pada sampel ikan layang (Decapterus sp.) diperoleh hasil negatif mengandung bakteri Escherichia coli