BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemangi
Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya memiliki aroma yang khas.
Kemangi juga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan sebagai lalapan
segar. Tanaman yang beraroma wangi ini dapat dimanfaatkan untuk
menyegarkan bau badan dan bau mulut (Putriyanti, 2009).
Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai
berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum americanum L.
2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi
Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150
cm, batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu
berwarna hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk
bulat telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan
pendek berwarna hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna
keunguan. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran
kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang
dan berwarna putih kotor (Depkes RI, 2001).
Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah
dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya
kecil, tipis dan berwarna lebih pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh
yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang
bertanah asam.
Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering,
dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di
temukan di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas
permukaan laut (Kharisma, 2002).
2.1.2. Kandungan dan manfaat kemangi
Kemangi mengandung minyak atsiri, asam askorbat, asam kafeat,
iskulin, histidin, magnesium, beta karoten, dan betasitosterol (Putriyanti, 2009).
Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) komposisi gizi daun kemangi per 100
gram bahan mengandung air 87 gram, protein 3,3 gram, serat sebanyak 2 gram,
unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4,5 mg, dan vitamin C sebesar 27 mg.
Tanaman kemangi memiliki banyak manfaat yaitu dapat digunakan
sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun (Sulianti,
2008). Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
ASI kurang subur (Rosadi, 2007). Tanaman kemangi juga dapat digunakan
sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik (Muralidharan dan
Dhananjayan, 2009).
Bagian-bagian dari tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai
obat. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel
2.1 (Afrensi, 2007).
Tabel 2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi
Bagian Tanaman Kegunaan
Akar Penyakit kulit
Daun Tonikum, karminatif, stomatikum, obat borok, batuk, peluruh haid, demam, sariawan
Biji Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, kejang perut
Semua bagian Pewangi, penambah nafsu makan, disentri, demam
2.1.3 Minyak kemangi
Simon (1992) menyatakan bahwa kemangi mengandung minyak atsiri
yang dapat digunakan sebagai parfum, farmasi, dan industri makanan.
Kandungan minyak atsiri kemangi meliputi metil kavikol, linalool, kamfor,
sitral, dan eugenol. Menurut Ketaren (1985) hasil penyulingan kemangi
menghasilkan rendemen minyak atsiri sekitar 0,2 % dengan kandungan yang
terdiri atas sineol, metil kavikol, dan hidrokarbon bertitik rendah. Minyak
kemangi banyak digunakan sebagai flavoring agent terutama pada kembang gula, bahan pangan, sambal sup, pasta tomat, asinan dan sebagai bumbu pada
daging dan sosis. Minyak kemangi juga digunakan untuk campuran parfum dan
Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan
beraroma tajam khas kemangi. Sifat fisika kimia minyak kemangi (basil oil) menurut Ketaren (1985) yaitu:
Tabel 2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi
Karakteristik Nilai
Rendemen (%) 0,18 – 0,32 Bobot Jenis 15o/15oC 0,9246 – 0,9303 Putaran Optik (-)7o0 – (+)8o15’ Indeks Bias pada 20oC 1,49250 – 1,49497 Bilangan Asam 0,8 – 1,5
Selain sebagai flavoring agent, minyak kemangi juga berkhasiat sebagai antibakteri. Minyak kemangi telah menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus, Streptomyces pygoneses, Escherichia coli dan
Salmonella typhosa. Aktivitas antituberkular melawan Mycobacterium sp ditemukan pada konsentrasi 100 ppm minyak kemangi (Thaweebon dan
Thaweebon, 2009).
Hasil peneltian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa
minyak kemangi memilki akitvitas antibakteri terhadap bakteri oral terutama S. mutans dan L. casei. Minyak kemangi mungkin dapat digunakan sebagai komponen dalam produk perawatan oral seperti obat kumur dan pasta gigi
karena telah terbukti dapat melawan bakteri oral.
2.2 Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi untuk
menghasilkan cairan yang disebut mukus yang berfungsi menjaga rongga
mulut agar selalu lembab. Mulut terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Bibir
Bibir terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tertutup kulit di bagian luar dan
bagian yang tertutup membran mukosa di bagian dalam. Bibir mempunyai
peran dalam proses bicara dan makan, serta memiliki fungsi estetik atau
keindahan. Bibir dan pipi berfungsi menutup rongga mulut agar makanan atau
air ludah tidak keluar dari rongga mulut.
2. Langit-langit atau palatum
Merupakan atap dari rongga mulut yang membatasi rongga mulut dan rongga
hidung di atasnya. Langit-langit terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang keras
di sebelah depan, dan bagian lunak di belakangnya.
Pada bagian langit-langit lunak terdapat uvula yang menggantung di belakang
mulut. Ketika menelan makanan, langit-langit lunak akan menutup saluran ke
hidung sehingga makanan tidak masuk ke hidung.
3. Lidah
Lidah merupakan suatu organ yang berisi jaringan otot yang menempel pada
dasar mulut. Pada permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang disebut papil
lidah, dimana terdapat indra perasa. Selain berperan sebagai indra perasa, lidah
juga berperan penting dalam proses fonasi atau berbicara, proses pengunyahan
(membantu mengatur posisi makanan di dalam mulut), dan proses penelanan
4. Dasar mulut
Bagian bawah lidah disebut sebagai dasar mulut. Disitu terdapat lubang yang
merupakan muara dari kelenjar saliva. Selain di dasar mulut, muara kelenjar
saliva juga terdapat di dinding pipi kanan dan kiri bagian atas sebelah
belakang.
Kelenjar saliva menghasilkan saliva atau air ludah yang mengandung enzim
amilase. Enzim ini berfungsi untuk memecah karbohidrat di dalam makanan
agar lebih mudah dicerna. Selain itu saliva, juga berfungsi menjaga
kelembaban gigi dan mulut, membersihkan sisa makanan yang tertinggal dan
menjaga tingkat keasaman di mulut agar tetap rendah.
5. Gigi
Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah mengunyah
makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel
di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi oleh gusi berfungsi
menopang gigi agar gigi dapat berdiri dengan kokoh. Tulang alveolar dan gusi
merupakan bagian dari jaringan periodontal yaitu jaringan yang berfungsi
sebagai pendukung atau penopang gigi (Ramadhan, 2010).
2.2.1 Struktur gigi
Manusia memiliki 2 susunan gigi: gigi primer (desiduos atau gigi susu)
dan gigi sekunder (permanen).
a. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang diantara dua
gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar),
b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah
dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar
(bikuspid), dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.
Gambar 2.1 Struktur gigi (Poucher, 2000)
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher dan akar. Gigi terbuat dari
bahan yang sangat keras yaitu dentin. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi
ditutupi email yang jauh lebih keras daripada dentin. Komponen gigi sebagai
berikut:
a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat.
b. Akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus
(kantong) alveolar tulang rahang.
c. Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi gingiva (gusi)
d. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong
alveolar dan melekat pada sementum di akar. Membran ini menahan gigi
di rahang.
mahkota email dentin Gingiva (gusi)
pulpa sementum
e. Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa
gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka
ke tulang melalui foramen apikal (Sloane, 2004).
2.2.2 Bau mulut
Masalah bau mulut atau bau nafas tidak sedap dapat menjadi masalah
dalam pergaulan sehari-hari karena menyebabkan orang lain menjaga jarak dan
menghindar. Bau mulut juga dapat menjadi pertanda gangguan atau penyakit
tertentu (Wijayakusuma, 2008).
Penyebab bau mulut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Namun
penyebab bau mulut yang paling sering adalah masalah kebersihan mulut.
Brikut ini adalah hal-hal yang bisa menimbulkan kondisi bau mulut
(Ramadhan, 2010):
1. Masalah gigi
Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal bisa menjadi sumber
terjadinya bau mulut. Jika rongga mulut tidak dibersihkan dengan menyikat
gigi, plak yang berisi bakteri akan semakin menumpuk. Selain berbahya bagi kesehatan gigi dan gusi, bakteri-bakteri ini bisa mengeluarkan senyawa sulfur
yang bisa membuat nafas “harum semerbak”.
2. Makanan
Partikel-partikel makanan yang tertinggal di dalam mulut bisa menimbulkan
bau yang tidak enak. Beberapa makanan tertentu seperti bawang putih dan
bawang bombay mengandung suatu senyawa yang bisa menimbulkan bau.
dalam peredaran darah, senyawa ini akan dibawa ke dalam paru-paru dan bisa
menimbulkan bau ketika berbicara. Selain dari makanan, minuman alkohol
juga bekerja dengan cara yang sama dalam menimbulkan bau mulut.
3. Mulut kering
Air ludah membantu melembabkan dan menjaga kebersihan mulut. Jika
produksi air ludah berkurang, plak dan karang gigi semakin mudah terbentuk.
sel yang sudah mati juga akan menumpuk pada gusi, lidah, dan pipi.
Sel-sel ini akan terurai dan menghasilkan bau yang tidak enak. Mulut kering
biasanya terjadi secara alami ketika bagun tidur. Hal inilah yang menyebabkan
bau mulut ketika bangun tidur di pagi hari. Kebiasaan bernafas lewat mulut,
merokok, dan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan mulut kering.
4. Penyakit
Ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan timbulnya bau mulut,
diantaranya, infeksi pada rongga mulut dan saluran pernafasan, penyakit hati,
ginjal, diabetes dan hiatal hernia.
5. Kebiasaan merokok
Merokok bisa mengakibatkan mulut kering dan menimbulkan bau yang khas
dari rokok. Kebiasaan ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit
periodontal yang juga berhubungan dengan bau mulut.
6. Diet yang berlebihan
Diet dan puasa juga bisa menimbulkan bau mulut akibat proses ketoasidosis,
Karena bau mulut paling sering disebabkan oleh masalah kebersihan
mulut, maka bau mulut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan rongga mulut. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah bau mulut (Ramadhan, 2010):
• Menyikat gigi secara teratur terutama setelah makan. Penggunaan obat
kumur biasanya hanya menyegarkan nafas secara sementara. Tanpa
menyikat gigi, obat kumur tidak akan efektif menghilangkan bau mulut.
• Menyikat lidah bisa dengan menggunakan sikat gigi ataupun sikat lidah.
Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15 gosokan, terutama bagian
tengah lidah.
• Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan,
bersihkan alat-alat ini secara rutin.
• Jagalah agar mulut tetap lembab dengan cara minum air putih yang cukup
(bukan kopi ataupun softdrink), atau dengan mengunyah permen karet atau menghisap permen (sebaiknya yang tidak mengandung gula).
• Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.
• Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.
2.3 Pasta Gigi
Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan
yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi
Syarat mutu pasta gigi (Dewan Standarisasi Nasional, 1995) sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Syarat mutu pasta gigi
No Jenis Uji Satuan Syarat
1 Sukrosa atau karbohidrat
lain yang terfermentasi - Negatif
2 pH - 4,5-10,5 a. Angka lempeng total b. E.coli
- -
<105 Negatif
5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang diijinkan Dept Kes
6 Formaldehida maks
sebagai formaldehida bebas % 0,1
7 Flour bebas Ppm 800-1500
Harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah.
Tidak tampak
2.3.1 Fungsi pasta gigi
Secara umum fungsi pasta gigi dapat disimpulkan sebagai berikut:
• menghilangkan plak.
• mengurangi kerusakan gigi akibat karies gigi.
• memberikan efek lain, seperti: mengurangi rasa nyeri akibat pencabutan
• membersihkan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut (Cawson dan
Spector, 1985).
2.3.2 Bahan pasta gigi
Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, surfaktan,
humektan, bahan pengikat, pemanis, bahan pewangi dan perasa serta bahan
minor lainnya seperti pewarna dan pengawet (Poucher, 2000).
Di bawah ini adalah komposisi umum dan kandungan bahan aktif yang
biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:
a. Bahan Abrasif
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk
bubuk pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak.
Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah
kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silika atau silika
hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksid, dikalsium fosfat dan kalsium
karbonat (Siregar, dkk., 2011).
Kalsium karbonat adalah salah satu abrasif yang paling sering
digunakan dalam pasta gigi. Endapan kalsium karbonat (kapur) tersedia dengan
warna putih atau semi putih dan ukuran serta bentuk kristal yang bervariasi,
tergantung kondisi pembuatannya. Karena kandungan kalsium maka endapan
kalsium karbonat tidak kompatibel bila dicampurkan dengan natrium fluorida,
tetapi sedikit lebih stabil dengan natrium monofluoropospat. Kalsium karbonat
juga digunakan pada konsentrasi antara 30% dan 50% untuk memberikan
b. Surfaktan
Surfaktan digunakan dalam pasta gigi untuk membantu penetrasi film
pada permukaan gigi dengan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan juga
memberikan manfaat sekunder dengan menghasilkan busa untuk
membersihkan dan menghapus debris.
Surfaktan yang digunakan dalam pasta gigi tidak boleh beracun dan
non-iritasi untuk mukosa oral dalam kondisi normal. Hal ini membatasi pilihan
bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai surfaktan.
Awalnya, sabun yang digunakan sebagai surfaktan, tetapi sabun sangat
alkali sehingga tidak sesuai dengan beberapa komponen lain dari pasta. Selain
itu, sabun juga dapat mempengaruhi rasa produk karena memiliki bau yang
tidak enak dan rasa pahit. Oleh karena itu, bahan sintetis lebih disukai karena
memiliki daya berbusa lebih baik, dan lebih kompatibel dengan bahan lain
karena memiliki rentang pH yang umumnya netral. Bahan sintetis juga tersedia
dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga dapat menghilangkan beberapa
komponen rasa pahit. Secara umum, surfaktan digunakan pada konsentrasi
sekitar 1-2% dari berat pasta gigi (Poucher, 2000).
Surfaktan yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah
Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan,
mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan
plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga
c. Humektan
Humektan digunakan untuk mencegah pasta kering dan mengeras.
Humektan juga memberikan penampilan pasta yang mengkilat. Contoh
humektan antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan xylitol. Humektan
biasanya digunakan dalam pasta gigi pada konsentrasi 10-30%.
Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan dalam
pasta gigi. Penggunaan gliserin sebagai humektan dapat menghasilkan produk
mengkilat. Gliserin stabil, tidak beracun, tersedia dalam bentik sintesis dan
alami, dan memberikan rasa manis untuk pasta.
d. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah koloid hidrofil yang dapat terdispersi dan
mengembang dalam fase air pasta gigi dan diperlukan untuk menjaga
kestabilan pasta, mencegah pemisahan fase solid dan liquid pada pasta gigi. Pemilihan bahan pengikat dapat mempengaruhi dispersibilitas pasta di dalam
mulut, pembentukan busa dan pelepasan komponen perasa. Beberapa formulasi
mengkombinasikan beberapa bahan pengikat untuk mencapai tekstur yang
diinginkan konsumen. Konsentrasi pengunaan bahan pengikat dalam pasta gigi
bervariasi antara 0,5-2,0%. Contoh bahan pengikat antara lain Sodium Carboximethyl Cellulose (CMC), karagenan, xanthan gum, gom arab, dll. e. Pemanis
Bahan ini penting bagi penerimaan produk, karena produk akhir harus
tidak terlalu manis atau terlalu pahit. Pengunaan bahan-bahan ini harus
Sakarin adalah bahan pemanis yang paling sering digunakan secara
komersil, dan umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0,05-0,5%.
f. Bahan pewangi dan perasa
Bahan ini merupakan bagian penting dari pasta gigi karena
mempengaruhi kesukaan konsumen. Secara umum digunakan rasa mint pada
pasta gigi.
Bahan pewangi dan perasa umumnya merupakan campuran dari
berbagai minyak yang cocok seperti peppermint dan spearmint. Minyak yang juga sering digunakan adalah minyak yang mengandung thymol, anethole,
mentol (untuk memberikan efek pendinginan menyenangkan), eugenol
(minyak cengkeh). Minyak kayu manis, eucalyptol, adas manis, dan
wintergreen juga digunakan sebagai bahan perasa pada pasta gigi yang juga
dapat memberikan efek antibakteri (Poucher, 2000).
g. Pewarna
Kebanyakan pasta gigi mengandung zat warna untuk memberikan
penampilan yang menarik. Zat warna yang digunakan adalah yang
diklasifikasikan oleh Colour Index (CI), atau dengan sistem yang disebut F D & C Colours. Titanium Dioksida sering ditambahkan ke pasta gigi untuk memberi warna putih buram (Storehagen, et al., 2003).
h. Pengawet
Pengawet mencegah pertumbuhan mikro-organisme dalam pasta gigi.
Bahan pengawet yang umum digunakan adalah natrium benzoat, metil paraben