• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung Minyak Kemangi (Ocimum Americanum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung Minyak Kemangi (Ocimum Americanum L.)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)

A

B Keterangan :

A : Saat selesai dibuat

B : Setelah penyimpanan 12 minggu

(3)

Lampiran 3. Gambar alat analisa minyak kemangi

Piknometer 50 ml

Refraktometer

(4)
(5)

Lampiran 5. Gambar hasil uji daya sebar sediaan pasta gigi

F1 F2 F3

F4 F5

Keterangan :

(6)

Keterangan :

(7)

Lampiran 7. Gambar sediaan pasta gigi yang diletakkan pada sikat gigi

F1 F2

F3 F4

F5 Keterangan :

(8)

a. Data pemeriksaan aroma sediaan pasta gigi pada sukarelawan

Formula Sukarelawan Total

I II III IV V VI VII VIII IX X

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

b. Data pemeriksaan daya alir sediaan pasta gigi pada sukarelawan

Formula Sukarelawan Total

I II III IV V VI VII VIII IX X

(9)

Lampiran 8 (lanjutan)

c. Data pemeriksaan mempertahankan bentuk sediaan pasta gigi pada sukarelawan

Formula Sukarelawan Total

I II III IV V VI VII VIII IX X

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

d. Data pemeriksaan stabilitas penyimpanan sediaan pasta gigi pada sukarelawan

Formula Sukarelawan Total

I II III IV V VI VII VIII IX X

(10)

UJI PENERIMAAN KONSUMEN Tanggal pengujian : 28 November 2013

Nama :

Jenis Sampel : Pasta gigi minyak kemangi Petunjuk :

Nyatakan penilaian anda terhadap aroma, rasa, dan tekstur pada setiap sampel tanpa membandingkan sampel yang satu dengan yang lainnya. Berilah skor sesuai dengan penilaian saudara dan sesuai dengan kode sampelnya.

Penilaian :

1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka

3. Agak tidak suka 4. Netral

5. Agak suka 6. Suka 7. Sangat suka

KODE SAMPEL WARNA AROMA RASA TEKSTUR

(11)

Lampiran 10. Data uji penerimaan konsumen sediaan pasta gigi dan analisis

one way ANOVA

A.1. Data uji penerimaan konsumen terhadap warna pasta gigi minyak kemangi

Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata

(12)

Perhitungan - Formula 1 (F1)

Interval nilai kesukaan warna F1 adalah 4,40 – 5,26 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,40.

- Formula 2 (F2)

(13)

Lampiran 10 (lanjutan)

- Formula 3 (F3)

Interval nilai kesukaan warna F3 adalah 4,70 – 5,70 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,70.

- Formula 4 (F4)

(14)

- Formula 5 (F5)

Interval nilai kesukaan warna F5 adalah 4,86 – 5,74 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,86.

A.2. Analisis one way ANOVA terhadap warna pasta gigi minyak kemangi Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kode sampel 150 3,00 1,419 1 5

skor kesukaan 150 5,10 1,252 3 7

ANOVA skor kesukaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4,067 4 1,017 ,643 ,633

Within Groups 229,433 145 1,582

(15)

Lampiran 10 (lanjutan)

B.1. Data uji penerimaan konsumen terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi

Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata

(16)

Perhitungan - Formula 1 (F1)

Interval nilai kesukaan aroma F1 adalah 3,17 – 4,43 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 3,17.

- Formula 2 (F2)

(17)

Lampiran 10 (lanjutan)

- Formula 3 (F3)

Interval nilai kesukaan aroma F3 adalah 4,23 – 5,31 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,23.

- Formula 4 (F4)

(18)

- Formula 5 (F5)

Interval nilai kesukaan aroma F5 adalah 4,80 – 5,86 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,80.

B.2. Analisis one way ANOVA terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi B.2.1. Analisis one way ANOVA

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kode sampel 150 3,00 1,419 1 5

skor kesukaan 150 4,60 1,601 1 7

ANOVA skor kesukaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 52,267 4 13,067 5,746 ,000

Within Groups 329,733 145 2,274

(19)

Lampiran 10 (lanjutan)

B.2.2. Uji lanjut multiple comparison

Multiple Comparisons

(20)

C.1. Data uji penerimaan konsumen terhadap rasa pasta gigi minyak kemangi

Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata

(21)

Lampiran 10 (lanjutan)

Perhitungan - Formula 1 (F1)

Interval nilai kesukaan rasa F1 adalah 2,60 – 4,00 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 2,60.

- Formula 2 (F2)

(22)

- Formula 3 (F3)

Interval nilai kesukaan warna F3 adalah 3,64 – 5,91 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 3,64.

- Formula 4 (F4)

(23)

Lampiran 10 (lanjutan)

- Formula 5 (F5)

Interval nilai kesukaan rasa F5 adalah 4,19 – 5,21 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,19.

C.2. Analisis one way ANOVA terhadap rasa pasta gigi minyak kemangi C.2.1. Analisis one way ANOVA

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kode sampel 150 3,00 1,419 1 5

skor kesukaan 150 4,24 1,733 1 7

ANOVA skor kesukaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 60,027 4 15,007 5,618 ,000

Within Groups 387,333 145 2,671

(24)

C.2.2. Uji lanjut multiple comparison

(25)

Lampiran 10 (lanjutan)

D.1. Data uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi

Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata

(26)

Perhitungan - Formula 1 (F1)

Interval nilai kesukaan tekstur F1 adalah 4,05 – 4,81 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,05.

- Formula 2 (F2)

(27)

Lampiran 10 (lanjutan)

- Formula 3 (F3)

Interval nilai kesukaan tekstur F3 adalah 4,22 – 5,12 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,22.

- Formula 4 (F4)

(28)

- Formula 5 (F5)

Interval nilai kesukaan tekstur F5 adalah 4,07 – 5,07 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,07.

D.2. Analisis one way ANOVA terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kode sampel 150 3,00 1,419 1 5

skor kesukaan 150 4,56 1,287 1 7

ANOVA skor kesukaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,093 4 ,273 ,161 ,958

Within Groups 245,867 145 1,696

(29)
(30)
(31)

DAFTAR PUSTAKA

Afrensi, D.O. (2007). Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum

forma citratum back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Bogor:

Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Afrilla, M.S. (2011). Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (In Vitro). Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

Ash, M., dan Ash, I. (1977). A Formulary of Cosmetics Preparation. New York: Chemical Co. Hal. 327.

Badan Standardisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan

atau Sensori. SNI 12-2346-2006. Jakarta: Badan Standardisasi

Nasionall. Hal. 5-6.

Cawson, R.A., dan Spector R.G. (1985). Clinical Pharmacology in Densitry. Edisi ke-4. New York: Churchill Livingstone. Hal. 89-90.

Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 147.

Dewan Standardisasi Nasional. (1995). Standar Nasional Indonesia Pasta

Gigi. SNI 12-3524-1995. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. Hal.

1-3.

Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan (1994). Persyaratan Cemaran

Mikroba pada Kosmetika. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan

Obat Dan Makanan Nomor: HK.00.06.4.02894. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1-7.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M. (2005). Membuat Sabun Transparan

untuk Gift dan Kecantikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.73.

(32)

Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hal. 19-29.

Kharisma, D.P. (2002). Potensi Aktivitas Antiagregasi Platelet Lalap-Lalapan dan Pemanfaatan Pada Jeli Agar Pohpohan (Pilea trinervia), Kemangi (Ocimum americanum), dan Daun Kemang (Mangifera kemanga).

Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kirk, R.E., Othamer, D.F., Scott, J.D., dan Standen, A. (1957). Encyclopedia of

Chemical Technology. Volume 12. Edisi ke-4. New York: John Wiley

& Sons. Hal. 321.

Lopez, J.P. (1999). Toothpaste Composition Containing Fluidized Polymer

Suspensions of Carboxymethyl Cellulosa. Wilmington: Hercules

Incorporated Hal. 4-5.

Muralidharan, A., dan Dhananjayan, R. (2009). Cardiac Stimulant Activity Of Ocimum basilicum Linn. Extracts. Indian Journal of Pharmacology. 36(3): 163-166.

Nirmala, W., Budiyanto, E., Wardani, A.Y., dan Stiyawan, H., (2012).

Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum canum) Sebagai Permen Herbal Pencegah Bau Mulut. Yogyakarta: UNY. Hal. 1-10.

Pitojo, S. (1996). Kemangi dan Selasih. Jakarta: Penerbit Trubus Agriwidya. Hal. 2.

Poucher, J. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics, and Soaps. Edisi ke-10. Editor: Hilda Buttler. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Hal. 220-230.

Pratiwi, R. (2005). Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus mutans Dari Beberapa Pasta Gigi Yang Mengandung Herbal. Majalah

Kedokteran Gigi (Dent. J). 38(2): 64-67.

(33)

Ramadhan, A.G. (2010). Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune. Hal. 2-4, 115-118.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi ke-18. London: Bailliere Tindall. Hal. 22.

Roeslan, B.O. (1996). Karakteristik Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti: 10: 112.

Rosadi, A. (2007). Pembuatan Permen Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum). Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Shadia, E., El-Aziz, A., Omer, E.A., Sabra, A.S., (2007). Chemical Composition of Ocimum americanum Essential Oil And The Biological Effects Against Agrotis Ipsilon, (Lepidoptera: Noctuidae). Res J Agric

Biol Sci: 3: 740-747.

Sharma, S., Khan, I.A., Ali, I., Ali, F., Kumar, M., Kumar, A., Johri, R.K., Abdullah, S.T., Bani, S., Pandey, A., Suri, K.A., Gupta, B.D., Satti, N.K., Dutt, P., dan Qazi, G.N. (2009). Evaluation of The Antimicrobial, Antioxidant, and Anti-Inflammatoryactivities of Hydroxychavicol For Its Potential Use As An Oral Care Agent. Antimicrob Chemother. 53: 216-22.

Siemonsma, J.S., dan Piluek, K. (1994). Plant Resources of South-East Asia

Vegetables. Bogor: Prosea Foundation. Hal. 412.

Simon, J.E. (1992). Basil: Promising New Essential Oil Crop. New Crops News 2(1): 458-462

Siregar, T., Dhiksawan, F.S., dan Farida, A. (2011). Pertumbuhan Streptococcus mutans pada Bioaktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Secara In Vitro Dan Pemanfaatannya Sebagai Zat Aktif Pada Pasta Gigi. Jurnal Kimia. 5 (1): 9-23.

Sloane, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC. Hal. 284.

Storehagen, S., Ose, N., dan Midha, N. (2003). Dentrifice and Mouthwashes

Ingredients and Their Use. Oslo: Institutt for klinisk odontologi, Det

odontologiske fakultet, Universitetet i Oslo. Hal. 7.

(34)

Microorganisms. Bangkok: Department of Microbiology, Faculty of

Dentistry, Mahidol University. Hal. 1-9.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Boeco Germany), pH meter (Hanna Instruments), mikroskop, piknometer 50 ml, polarimeter, refraktometer, buret, colony counter, penangas air, batang pengaduk, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, cawan porselen, kaca bulat, anak timbangan, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, spatel, sudip, pot plastik, tube.

3.2 Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, gom arab, kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium dihidroksida, gliserin, natrium lauril sulfat, sakarin, nipagin, asam sitrat, minyak kemangi (CV Jujur Mujur).

3.3 Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi

(36)

3.4.1 Formula standar

Formula standar yang dipilih pada pembuatan pasta gigi dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Jellinek, 1977):

R/ Kalsium Karbonat 44 Kalsium Hidroksida 3,5 Magnesium Karbonat 2

Gliserin 30

Gom Arab 1

Natrium Lauril Sulfat 1

Sakarin 0,1

Akuades ad 100

3.4.2 Formula modifikasi

(37)

karena terjadi oksidasi pada minyak kemangi. Salah satu kandungan minyak kemangi adalah kavikol. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan perubahan warna (Afrilla, 2011). Maka untuk mencegah hal tersebut ditambahkan asam sitrat ke dalam sediaan pasta gigi yang berfungsi sebagai agen pengkelat dan juga penurun nilai pH..

Asam sitrat berfungsi sebagai agen pengkelat (pengikat) ion logam yang biasanya menjadi katalis reaksi oksidasi (Hambali, dkk., 2005). Asam sitrat juga berfungsi sebagai penurun nilai pH (Kirk, et al., 1957).

Hasil penelitian melaporkan konsentrasi asam sitrat terbaik dalam pembuatan sabun adalah 5% (Purnawati, 2006) sehingga digunakan asam sitrat 5% dalam formula pasta gigi minyak kemangi.

Untuk itu, formula pasta gigi yang digunakan adalah: R/ Kalsium Karbonat 44

Kalsium Hidroksida 1 Magnesium Karbonat 2

Gliserin 30

Gom Arab 2

Natrium Lauril Sulfat 2

Asam Sitrat 5

Sakarin 0,2

Nipagin 0,1

Lime green C-945 0,2

(38)

dari 0,1 - 1%. Namun diperoleh hasil pada konsentrasi 0,6% sediaan pasta gigi minyak kemangi menyebabkan iritasi pada mulut sehingga pada penelitian digunakan konsentrasi minyak kemangi sebesar 0,1 – 0,5%. Komposisi formula sediaan pasta gigi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula sediaan pasta gigi

No Komposisi Jumlah Bahan (g)

3.4.3 Pembuatan sediaan pasta gigi

Gom arab didispersikan dalam air sebanyak 1,5 kali bobot gom arab (3 ml air), diaduk hingga terbentuk massa gom arab. Setelah itu dimasukkan asam sitrat ke dalam gliserin, ditambahkan bahan pengisi pasta gigi (CaCO3,

MgCO3, Ca(OH)2) yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam

(39)

homogen. Ditambahkan pewarna (lime green C-945), diaduk terus hingga homogen. Kemudian ditambahkan minyak kemangi dan diaduk perlahan agar tidak terjadi pembentukan busa hingga diperoleh massa pasta yang lembut.

3.5 Pemeriksaan Pasta Gigi 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu diamati di bawah mikroskop.

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

Tiap formula pasta gigi minyak kemangi ditimbang sebanyak 0,1 gram pasta, kemudian diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 10 kali.

3.5.2 Pemeriksaan warna

Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke dalam wadah dan disimpan pada suhu kamar. Dilakukan pengamatan perubahan warna selama 12 minggu dengan interval pengamatan sekali seminggu.

3.5.3 Pemeriksaan kemampuan menyebar

(40)

maksimum).

3.5.4 Pemeriksann pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH basa (pH 10) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,5 gram sediaan dan ditambahkan akuades sampai 50 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.5 Pemeriksann angka lempeng total (ALT)

Pemeriksaan angka lempeng total (ALT) dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, dengan prosedur sebagai berikut

(41)

Dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah itu diinkubasi 48 jam dgn suhu 37oC. Dihitung jumlah koloni dgn colony counter.

3.5.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke dalam wadah untuk disimpan selama 12 minggu pada suhu kamar. Diaamati apakah terjadi pemisahan fase padat dan fase cair (sineresis) dengan interval pengamatan setiap 1, 4, 8 dan 12 minggu (Lopez, 1999).

3.5.7 Uji organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan dua metode yaitu berdasarkan pengamatan peneliti dan juga oleh sukarelawan

3.5.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti

Sediaan pasta gigi yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tube. Masing-masing pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi kemudian dilakukan pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan aroma, daya alir dari tube dan kemampuan mempertahankan bentuk pasta gigi pada sikat gigi. 3.5.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan

(42)

Relawan diminta menggosok giginya selama 2 menit. Mereka menilai intensitas aroma yang dihasilkan oleh pasta gigi. Intensitasnya dinilai setelah relawan berkumur dengan air untuk membersihkan mulut dari pasta gigi. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria:

1 = Aroma spesifik dengan intensitas lemah. 2 = Aroma spesifik dengan intensitas tajam.

3 = Aroma spesifik dengan intensitas sangat tajam. b. Pemeriksaan daya alir

Pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi lalu secara perlahan tube ditarik ke atas. Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria:

1 = Pasta gigi tidak dapat diletakkan dengan lancar karena terjadi

threading.

2 = Pasta gigi dapat diletakkan dengan lancar, walaupun sedikit terjadi

threading.

3 = Pasta gigi dapat diletakkan dengan lancar tanpa terjadi threading. c. Pemeriksaan mempertahankan bentuk

Masing-masing pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi. Pasta gigi dibiarkan selama 10 detik, diamati keadaannya berdasarkan kriteria:

(43)

2 = Setelah dipencet, pasta gigi sedikit tenggelam pada sikat gigi walaupun sedikit mengalami perubahan bentuk ataupun tetap dapat mempertahankan bentuknya.

3 = Setelah dipencet, pasta gigi tetap dapat duduk pada sikat gigi dan dapat mempertahankan bentuknya.

d. Pemeriksaan stabilitas penyimpanan

Pasta gigi dimasukkan ke dalam tube untuk disimpan selama 12 minggu pada suhu kamar. Tube kemudian dipotong, dan diamati apakah ada komponen cairan terpisah dari pasta atau tidak, berdasarkan kriteria:

1 = Terjadi pemisahan komponen cairan pasta.

2 = Terjadi sedikit pemisahan komponen cairan pasta. 3 = Tidak terjadi pemisahan komponen cairan pasta. 3.5.8 Uji penerimaan konsumen

Uji penerimaan konsumen dilakukan oleh 30 orang sukarelawan mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur. Uji ini dilakukan dengan menggunakan skala 1 sampai 7 yaitu:

1 = Sangat tidak suka 2 = Tidak suka

3 = Agak tidak suka 4 = Netral

(44)

terhadap masing-masing sediaan dengan rumus sebagai berikut (Badan Standardisasi Nasional, 2006):

Keterangan:

n : banyaknya panelis

1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95 % : nilai mutu rata-rata;

xi : nilai mutu dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3...n

(45)

3.6 Bagan Alur Penelitian

Diuji aroma, daya alir,

kemampuan mempertahankan

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi

Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi dilakukan di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Pemeriksaan Mutu Barang Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini minyak kemangi belum memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar yang terdapat pada Ketaren (1985).

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan standar mutu minyak kemangi

Karakteristik Hasil Pemeriksaan Ketaren (1985) Bobot Jenis 15o/15oC 0,9252 0,9246 – 0,9303 Putaran Optik (+) 5,25o (-)7o0 – (+) 8o15’ Indeks Bias pada 20oC 1,4942 1,49250 – 1,49497

Bilangan Asam 1,3390 0,8 – 1,5

Kelarutan etanol 90% 1:1 larut -

Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan beraroma tajam khas kemangi. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang terdapat pada Ketaren (1985).

4.2 Hasil Pemeriksaan Pasta Gigi

(47)

4.2.1 Homogenitas sediaan

Homogenitas adalah salah satu faktor penting dan merupakan tolak ukur kualitas sediaan pasta gigi. Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.1.

A B1

B2 B3

B4 B5

Gambar 4.1 Hasil uji homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi Keterangan:

A : secara visual

B : menggunakan mikroskop:

(48)

kemangi tidak diperoleh butiran-butiran kasar pada objek glass. Namun pada pemeriksaan di bawah mikroskop diperoleh hasil bahwa sediaan F5 lebih homogen dibandingkan sediaan yang lain. Hal ini dikarenakan pengerjaan secara manual sehingga proses pengadukan yang tidak sama pada pembuatan masing-masing formula dapat mempengaruhi homogenitas sediaan yang dihasilkan.

4.2.2 Warna sediaan

Pasta gigi yang diperoleh setelah proses pembuatan adalah pasta berwarna hijau muda karena penambahan pewarna lime green. Warna hijau muda yang diperoleh pada setiap sediaan adalah sama karena menggunakan konsentrasi pewarna yang sama pula. Hasil pengamatan warna sediaan selama penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 4.2 Data pengamatan warna sediaan selama penyimpanan

Formula Warna sediaan setelah minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(49)

Dari Tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa pada kelima sediaan pasta gigi minyak kemangi tidak mengalami perubahan warna selama 12 minggu penyimpanan, yaitu memberikan warna hijau muda.

4.2.3 Kemampuan menyebar sediaan

Pengukuran kemampuan menyebar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan setiap formula pasta gigi minyak kemangi untuk menyebar saat digunakan. Kemampuan ini bertujuan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan sehingga memberi kenyamanan pada saat pemakaian. Hasil pengukuran kemampuan menyebar sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Data pengukuran kemampuan menyebar sediaan

Beban (g) Diameter (cm)

(50)

penyebaran diameter sebesar 2,4 cm. Sedangkan formula F1 menyebar sebesar 2,3 cm, formula F4 menyebar sebesar 2,6 cm, dan formula F5 menyebar sebesar 2,7 cm. Selanjutnya diberikan pemberian beban dengan kelipatan 50 g. Pasta tidak lagi mengalami penyebaran pada pemberian beban 753,75 g dengan diameter penyeberan 5,2 – 5,5 cm. Semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin besar diameter penyebaran pasta gigi. Namun diameter penyebaran kelima formula pasta gigi minyak kemangi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Semakin besar nilai diameter kemampuan menyebar maka semakin besar luas permukaan yang bisa dijangkau oleh sediaan pasta gigi. Luas penyebaran berbanding lurus dengan kenaikan penambahan beban, semakin besar beban yang ditambahkan kemampuan menyebar yang dihasilkan semakin luas.

4.2.4 pH sediaan

Sediaan pasta gigi diusahakan memiliki pH yang sama dengan pH fisiologis mulut dan apabila terdapat perbedaan pH harus aman bila digunakan. Berdasarkan SNI 12-3524-1995, pH pasta gigi yang aman yaitu antara 4,5 – 10,5. Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.

(51)

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Tabel 4.5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu

Formula pH pH rata-rata

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Pasta gigi minyak kemangi mempunyai pH yang tinggi karena pada pasta gigi minyak kemangi terdapat bahan CaCO3 dan MgCO3 yang memiliki

(52)

Pemeriksaan Angka lempeng total (ALT) dilakukan untuk mengetahui jumlah cemaran mikroba pada sediaan. Angka lempeng total (ALT) adalah jumlah bakteri aerob mesofil dalam tiap 1 gram atau 1 ml contoh kosmetika. Hasil penentuan ALT sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data penentuan angka lempeng total (ALT) sediaan

No Formula Ulangan Hasil ALT (x105) Rata-rata (x105)

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

(53)

sebelumnya telah menemukan bahwa eugenol dan trepinol memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak dinding sel dan mitokondria bakteri. Kavikol juga memiliki aktivitas antibakteri dengan merusak permeabilitas membran (Sharma, et al., 2009). Hal ini menjelaskan semakin banyak minyak kemangi yang digunakan dalam formula pasta gigi maka semakin besar aktivitas antibakterinya sehingga dihasilkan nilai ALT yang semakin rendah.

Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa ALT semua sediaan pasta gigi minyak kemangi tersebut tidak memenuhi syarat ALT pasta gigi yaitu 105 (Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1994).

Nilai ALT tidak memenuhi persyaratan karena penelitian dilakukan dalam skala laboratorium kecil dengan menggunakan bahan standar biasa dan pengerjaan secara manual sehingga ada kemungkinan telah terjadi pencemaran pada bahan ataupun alat yang digunakan.

4.2.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Parameter pemeriksaan stabilitas sediaan berupa pengamatan pemisahan komponen pasta gigi. Sediaan pasta gigi harus stabil selama waktu penyimpanan dan tidak boleh terjadi sineresis (Lopez, 1999) yaitu pemisahan komponen pasta gigi antara komponen cair dengan komponen padat. Data pengamatan stabilitas sediaan dapat dilihat pada tabel 4.7.

(54)

mengalami pengerasan.

Tabel 4.7 Data pengamatan stabilitas sediaan (pemisahan komponen pasta gigi) selama penyimpanan

Formula Pengamatan sediaan setelah

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5% - : Tidak terjadi pemisahan fase

√ : Terjadi pemisahan fase (sineresis)

Kelima sediaan pasta gigi memenuhi persyaratan kestabilan sehingga minyak kemangi konsentrasi 0,1 – 0,5% dapat diformulasi dalam bentuk sediaan pasta gigi.

4.2.7 Uji organoleptis

4.2.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti

Uji organoleptis adalah cara pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu produk. Hasil pengamatan organoleptis sediaan pasta gigi dapat dilihat pada tabel 4.8.

(55)

minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma sediaan pasta gigi yang dihasilkan.

Tabel 4.8 Data hasil pengamatan organoleptis sediaan Formula Aroma

Sediaan Daya Alir Mempertahankan bentuk

F1 aroma lemah

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya F2 aroma

lemah

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya F3 aroma

sedang

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya F4 aroma

sedang

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya F5 aroma

kuat

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Kelima formula pasta gigi minyak kemangi mudah mengalir dari tube dan setelah dipencet, pasta gigi tetap dapat duduk dan mampu mempertahankan bentuknya. Hal ini dikarenakan kelima formula pasta gigi minyak kemangi tidak memiliki perbedaan tekstur yang signifikan.

4.2.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan

(56)

masing-dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Total skor hasil pengujian organoleptis sediaan oleh sukarelawan

Formula

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

a. Aroma

Aroma mempengaruhi kesukaan konsumen untuk membeli kembali suatu produk pasta gigi. Pengukuran intensitas aroma dilakukan dengan cara pengujian sensorik (manusia) untuk mengukur intensitas aroma sediaan pasta gigi yang optimal yang masih dapat diterima konsumen.

(57)

b. Daya alir

Pasta gigi memiliki kecenderungan untuk mengeras saat kering dan dapat mempengaruhi daya alirnya saat dipencet dari tube. Pengerasan dapat terjadi karena penguapan komponen cairan yang terdapat pada pasta gigi. Penggunaan humektan dapat mencegah pengerasan pada pasta gigi sehingga pasta gigi mudah dipencet dari tube.

Data pengujian organoleptis terhadap daya alir sediaan pasta gigi minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa pada uji daya alir, formula yang paling baik adalah formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,3% (F3), 0,4% (F4), dan 0,5% (F5) dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 30.

c. Mempertahankan bentuk

Sediaan tidak boleh terpisah menjadi fase cair dan fase padat selama penyimpanan. Solidnya suatu pasta berpengaruh terhadap bentuk yang dihasilkan saat dipencet dari tube. Pasta gigi harus memiliki sifat mempertahankan bentuk pada saat dipencet dari tube dan dapat ‘duduk’ pada sikat gigi. Pasta yang tenggelam pada sikat gigi tentu akan menyulitkan saat digunakan konsumen. Konsentrasi komponen pasta gigi yang bersifat cair sangat berpengaruh terhadap sifat ini.

(58)

0,1% (F1) dan 0,2% (F2), dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 30. d. Stabilitas penyimpanan

Komponen dalam formulasi pasta gigi secara umum terbagi atas fase padat seperti zat pembersih dan fase cair seperti humektan dan air. Pasta gigi juga mengandung pengikat agar fase padat bercampur dengan fase cair dalam kondisi yang stabil sehingga pasta gigi tidak terpisah dalam penyimpanan yang lama.

Data pengujian organoleptis terhadap stabilitas sediaan pasta gigi minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa kelima formula yaitu formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,1% - 0,5 % menunjukkan stabilitas sediaan yang baik pada uji kestabilan.

Berdasarkan hasil uji organoleptis secara keseluruhan (Tabel 4.9) maka formula yang paling disukai adalah formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,5% (F5) dengan total nilai tertinggi yaitu sebesar 115. Sediaan menghasilkan pasta yang memberikan mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. 4.2.8 Uji penerimaan konsumen

4.2.8.1 Uji penerimaan konsumen terhadap warna

(59)

Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap warna pasta gigi minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Nilai yang diperoleh rentangnya adalah 4,40 – 4,86 atau dapat diartikan antara netral sampai agak suka.

Gambar 4.2 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap warna pasta gigi minyak kemangi

Hasil analisa one way ANOVA terhadap warna pasta gigi minyak kemangi (Lampiran 10, A.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna pasta gigi yang dihasilkan (P > 0,05). Hal ini dikarenakan digunakan penambahan pewarna dengan jumlah yang sama untuk setiap formula yaitu sebesar 0,2% sehingga tidak terdapat perbedaan warna.

4.2.8.2 Uji penerimaan konsumen terhadap aroma

(60)

nilai yang diperoleh rentangnya 3,17 – 4,80 atau dapat diartikan antara agak tidak suka sampai agak suka. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma pasta gigi berbeda-beda. Produk yang paling disukai adalah produk dari formula F5 sedangkan produk yang mendapatkan penilaian paling kecil adalah produk yang dihasilkan dari formula F1.

Gambar 4.3 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi

(61)

aroma yang dihasilkan pasta gigi dari formula F3, F4 dan F5. Selain itu, formula kedua yaitu F2 juga menghasilkan aroma yang berbeda nyata dengan pasta gigi yang dihasilkan dari formula F4 dan F5.

Tingkat kesukaan menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi penggunaan minyak kemangi. Semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah kesukaan terhadap produk.

4.2.8.3 Uji penerimaan konsumen terhadap rasa

Rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk. Rasa dimulai melalui tanggapan rangsangan indera pencicip hingga akhirnya terjadi keseluruhan interaksi antara sifat aroma, rasa dan tekstur sebagai keseluruhan rasa produk.

Tingkat kesukaan panelis tertinggi yaitu sebesar 4,60 yaitu pada pasta gigi dari formula F4 dan tingkat kesukaan terendah sebesar 2,60 yaitu pada pasta gigi dari formula F1 (Gambar 4.4).

Hasil analisa one way ANOVA terhadap rasa pasta gigi minyak kemangi (Lampiran 10, C.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kesukaan rasa pasta gigi yang dihasilkan (P < 0,05).

(62)

gigi dari formula F3 dengan pasta gigi formula F1 dan F4.

Gambar 4.4 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap rasa pasta gigi minyak kemangi

Perbedaan rasa dapat disebabkan karena peningkatan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan sehingga memberikan rasa pedas dan segar pada pasta gigi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kesukaan terhadap produk.

4.2.8.4 Uji penerimaan konsumen terhadap tekstur

(63)

terhadap tekstur produk hampir sama yaitu dalam rentang nilai 4,05 – 4,22, atau dapat diartikan netral

Gambar 4.5 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi

(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa 1. Minyak kemangi dengan konsentrasi 0,1 – 0,5 % dapat diformulasi dalam

sediaan pasta gigi karena memenuhi persyaratan sediaan pasta gigi.

2. Formulasi sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dengan konsentrasi 0,1 – 0,5 % memiliki sifat fisik yang baik dan memenuhi persyaratan kestabilan sediaan.

3. Sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dengan konsentrasi 0,1 – 0,5 % dapat diterima oleh konsumen. Dari hasil uji organoleptik dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.

5.2 Saran

(65)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangi

Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya memiliki aroma yang khas. Kemangi juga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan sebagai lalapan segar. Tanaman yang beraroma wangi ini dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau badan dan bau mulut (Putriyanti, 2009).

Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai berikut:

Divisio : Magnoliophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum americanum L.

2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi

(66)

keunguan. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna putih kotor (Depkes RI, 2001).

Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya kecil, tipis dan berwarna lebih pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam.

Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering, dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di temukan di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas permukaan laut (Kharisma, 2002).

2.1.2. Kandungan dan manfaat kemangi

Kemangi mengandung minyak atsiri, asam askorbat, asam kafeat, iskulin, histidin, magnesium, beta karoten, dan betasitosterol (Putriyanti, 2009). Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) komposisi gizi daun kemangi per 100 gram bahan mengandung air 87 gram, protein 3,3 gram, serat sebanyak 2 gram, unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4,5 mg, dan vitamin C sebesar 27 mg.

(67)

ASI kurang subur (Rosadi, 2007). Tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik (Muralidharan dan Dhananjayan, 2009).

Bagian-bagian dari tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai obat. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Afrensi, 2007).

Tabel 2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi

Bagian Tanaman Kegunaan

Akar Penyakit kulit

Daun Tonikum, karminatif, stomatikum, obat borok, batuk, peluruh haid, demam, sariawan

Biji Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, kejang perut

Semua bagian Pewangi, penambah nafsu makan, disentri, demam

2.1.3 Minyak kemangi

(68)

beraroma tajam khas kemangi. Sifat fisika kimia minyak kemangi (basil oil) menurut Ketaren (1985) yaitu:

Tabel 2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi

Karakteristik Nilai

Rendemen (%) 0,18 – 0,32 Bobot Jenis 15o/15oC 0,9246 – 0,9303 Putaran Optik (-)7o0 – (+)8o15’ Indeks Bias pada 20oC 1,49250 – 1,49497 Bilangan Asam 0,8 – 1,5

Selain sebagai flavoring agent, minyak kemangi juga berkhasiat sebagai antibakteri. Minyak kemangi telah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Streptomyces pygoneses, Escherichia coli dan

Salmonella typhosa. Aktivitas antituberkular melawan Mycobacterium sp

ditemukan pada konsentrasi 100 ppm minyak kemangi (Thaweebon dan Thaweebon, 2009).

Hasil peneltian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa minyak kemangi memilki akitvitas antibakteri terhadap bakteri oral terutama S.

mutans dan L. casei. Minyak kemangi mungkin dapat digunakan sebagai

komponen dalam produk perawatan oral seperti obat kumur dan pasta gigi karena telah terbukti dapat melawan bakteri oral.

(69)

menghasilkan cairan yang disebut mukus yang berfungsi menjaga rongga mulut agar selalu lembab. Mulut terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Bibir

Bibir terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tertutup kulit di bagian luar dan bagian yang tertutup membran mukosa di bagian dalam. Bibir mempunyai peran dalam proses bicara dan makan, serta memiliki fungsi estetik atau keindahan. Bibir dan pipi berfungsi menutup rongga mulut agar makanan atau air ludah tidak keluar dari rongga mulut.

2. Langit-langit atau palatum

Merupakan atap dari rongga mulut yang membatasi rongga mulut dan rongga hidung di atasnya. Langit-langit terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang keras di sebelah depan, dan bagian lunak di belakangnya.

Pada bagian langit-langit lunak terdapat uvula yang menggantung di belakang mulut. Ketika menelan makanan, langit-langit lunak akan menutup saluran ke hidung sehingga makanan tidak masuk ke hidung.

3. Lidah

(70)

Bagian bawah lidah disebut sebagai dasar mulut. Disitu terdapat lubang yang merupakan muara dari kelenjar saliva. Selain di dasar mulut, muara kelenjar saliva juga terdapat di dinding pipi kanan dan kiri bagian atas sebelah belakang.

Kelenjar saliva menghasilkan saliva atau air ludah yang mengandung enzim amilase. Enzim ini berfungsi untuk memecah karbohidrat di dalam makanan agar lebih mudah dicerna. Selain itu saliva, juga berfungsi menjaga kelembaban gigi dan mulut, membersihkan sisa makanan yang tertinggal dan menjaga tingkat keasaman di mulut agar tetap rendah.

5. Gigi

Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah mengunyah makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi oleh gusi berfungsi menopang gigi agar gigi dapat berdiri dengan kokoh. Tulang alveolar dan gusi merupakan bagian dari jaringan periodontal yaitu jaringan yang berfungsi sebagai pendukung atau penopang gigi (Ramadhan, 2010).

2.2.1 Struktur gigi

Manusia memiliki 2 susunan gigi: gigi primer (desiduos atau gigi susu) dan gigi sekunder (permanen).

(71)

b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid), dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.

Gambar 2.1 Struktur gigi (Poucher, 2000)

Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher dan akar. Gigi terbuat dari bahan yang sangat keras yaitu dentin. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi ditutupi email yang jauh lebih keras daripada dentin. Komponen gigi sebagai berikut:

a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat.

b. Akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus (kantong) alveolar tulang rahang.

c. Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi gingiva (gusi) d. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong

alveolar dan melekat pada sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang.

mahkota email dentin

Gingiva (gusi)

pulpa

sementum

(72)

gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang melalui foramen apikal (Sloane, 2004).

2.2.2 Bau mulut

Masalah bau mulut atau bau nafas tidak sedap dapat menjadi masalah dalam pergaulan sehari-hari karena menyebabkan orang lain menjaga jarak dan menghindar. Bau mulut juga dapat menjadi pertanda gangguan atau penyakit tertentu (Wijayakusuma, 2008).

Penyebab bau mulut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Namun penyebab bau mulut yang paling sering adalah masalah kebersihan mulut. Brikut ini adalah hal-hal yang bisa menimbulkan kondisi bau mulut (Ramadhan, 2010):

1. Masalah gigi

Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal bisa menjadi sumber terjadinya bau mulut. Jika rongga mulut tidak dibersihkan dengan menyikat gigi, plak yang berisi bakteri akan semakin menumpuk. Selain berbahya bagi kesehatan gigi dan gusi, bakteri-bakteri ini bisa mengeluarkan senyawa sulfur yang bisa membuat nafas “harum semerbak”.

2. Makanan

(73)

dalam peredaran darah, senyawa ini akan dibawa ke dalam paru-paru dan bisa menimbulkan bau ketika berbicara. Selain dari makanan, minuman alkohol juga bekerja dengan cara yang sama dalam menimbulkan bau mulut.

3. Mulut kering

Air ludah membantu melembabkan dan menjaga kebersihan mulut. Jika produksi air ludah berkurang, plak dan karang gigi semakin mudah terbentuk. sel yang sudah mati juga akan menumpuk pada gusi, lidah, dan pipi. Sel-sel ini akan terurai dan menghasilkan bau yang tidak enak. Mulut kering biasanya terjadi secara alami ketika bagun tidur. Hal inilah yang menyebabkan bau mulut ketika bangun tidur di pagi hari. Kebiasaan bernafas lewat mulut, merokok, dan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan mulut kering.

4. Penyakit

Ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan timbulnya bau mulut, diantaranya, infeksi pada rongga mulut dan saluran pernafasan, penyakit hati, ginjal, diabetes dan hiatal hernia.

5. Kebiasaan merokok

Merokok bisa mengakibatkan mulut kering dan menimbulkan bau yang khas dari rokok. Kebiasaan ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit periodontal yang juga berhubungan dengan bau mulut.

6. Diet yang berlebihan

(74)

mulut, maka bau mulut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah bau mulut (Ramadhan, 2010):

• Menyikat gigi secara teratur terutama setelah makan. Penggunaan obat kumur biasanya hanya menyegarkan nafas secara sementara. Tanpa menyikat gigi, obat kumur tidak akan efektif menghilangkan bau mulut.

• Menyikat lidah bisa dengan menggunakan sikat gigi ataupun sikat lidah. Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15 gosokan, terutama bagian tengah lidah.

• Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan, bersihkan alat-alat ini secara rutin.

• Jagalah agar mulut tetap lembab dengan cara minum air putih yang cukup (bukan kopi ataupun softdrink), atau dengan mengunyah permen karet atau menghisap permen (sebaiknya yang tidak mengandung gula).

• Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.

• Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.

2.3 Pasta Gigi

(75)

Syarat mutu pasta gigi (Dewan Standarisasi Nasional, 1995) sebagai berikut:

Tabel 2.3 Syarat mutu pasta gigi

No Jenis Uji Satuan Syarat

1 Sukrosa atau karbohidrat

lain yang terfermentasi - Negatif

2 pH - 4,5-10,5 a. Angka lempeng total b. E.coli

- -

<105 Negatif

5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang diijinkan Dept Kes

6 Formaldehida maks

sebagai formaldehida bebas % 0,1

7 Flour bebas Ppm 800-1500

Harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah.

Tidak tampak

2.3.1 Fungsi pasta gigi

Secara umum fungsi pasta gigi dapat disimpulkan sebagai berikut:

• menghilangkan plak.

• mengurangi kerusakan gigi akibat karies gigi.

(76)

Spector, 1985). 2.3.2 Bahan pasta gigi

Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, surfaktan, humektan, bahan pengikat, pemanis, bahan pewangi dan perasa serta bahan minor lainnya seperti pewarna dan pengawet (Poucher, 2000).

Di bawah ini adalah komposisi umum dan kandungan bahan aktif yang biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:

a. Bahan Abrasif

Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silika atau silika hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksid, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Siregar, dkk., 2011).

(77)

b. Surfaktan

Surfaktan digunakan dalam pasta gigi untuk membantu penetrasi film pada permukaan gigi dengan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan juga memberikan manfaat sekunder dengan menghasilkan busa untuk membersihkan dan menghapus debris.

Surfaktan yang digunakan dalam pasta gigi tidak boleh beracun dan non-iritasi untuk mukosa oral dalam kondisi normal. Hal ini membatasi pilihan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai surfaktan.

Awalnya, sabun yang digunakan sebagai surfaktan, tetapi sabun sangat alkali sehingga tidak sesuai dengan beberapa komponen lain dari pasta. Selain itu, sabun juga dapat mempengaruhi rasa produk karena memiliki bau yang tidak enak dan rasa pahit. Oleh karena itu, bahan sintetis lebih disukai karena memiliki daya berbusa lebih baik, dan lebih kompatibel dengan bahan lain karena memiliki rentang pH yang umumnya netral. Bahan sintetis juga tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga dapat menghilangkan beberapa komponen rasa pahit. Secara umum, surfaktan digunakan pada konsentrasi sekitar 1-2% dari berat pasta gigi (Poucher, 2000).

(78)

Humektan digunakan untuk mencegah pasta kering dan mengeras. Humektan juga memberikan penampilan pasta yang mengkilat. Contoh humektan antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan xylitol. Humektan biasanya digunakan dalam pasta gigi pada konsentrasi 10-30%.

Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan dalam pasta gigi. Penggunaan gliserin sebagai humektan dapat menghasilkan produk mengkilat. Gliserin stabil, tidak beracun, tersedia dalam bentik sintesis dan alami, dan memberikan rasa manis untuk pasta.

d. Bahan Pengikat

Bahan pengikat adalah koloid hidrofil yang dapat terdispersi dan mengembang dalam fase air pasta gigi dan diperlukan untuk menjaga kestabilan pasta, mencegah pemisahan fase solid dan liquid pada pasta gigi. Pemilihan bahan pengikat dapat mempengaruhi dispersibilitas pasta di dalam mulut, pembentukan busa dan pelepasan komponen perasa. Beberapa formulasi mengkombinasikan beberapa bahan pengikat untuk mencapai tekstur yang diinginkan konsumen. Konsentrasi pengunaan bahan pengikat dalam pasta gigi bervariasi antara 0,5-2,0%. Contoh bahan pengikat antara lain Sodium

Carboximethyl Cellulose (CMC), karagenan, xanthan gum, gom arab, dll.

e. Pemanis

(79)

Sakarin adalah bahan pemanis yang paling sering digunakan secara komersil, dan umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0,05-0,5%.

f. Bahan pewangi dan perasa

Bahan ini merupakan bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi kesukaan konsumen. Secara umum digunakan rasa mint pada pasta gigi.

Bahan pewangi dan perasa umumnya merupakan campuran dari berbagai minyak yang cocok seperti peppermint dan spearmint. Minyak yang juga sering digunakan adalah minyak yang mengandung thymol, anethole, mentol (untuk memberikan efek pendinginan menyenangkan), eugenol (minyak cengkeh). Minyak kayu manis, eucalyptol, adas manis, dan wintergreen juga digunakan sebagai bahan perasa pada pasta gigi yang juga dapat memberikan efek antibakteri (Poucher, 2000).

g. Pewarna

Kebanyakan pasta gigi mengandung zat warna untuk memberikan penampilan yang menarik. Zat warna yang digunakan adalah yang diklasifikasikan oleh Colour Index (CI), atau dengan sistem yang disebut F D & C Colours. Titanium Dioksida sering ditambahkan ke pasta gigi untuk memberi warna putih buram (Storehagen, et al., 2003).

h. Pengawet

(80)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang kesehatan terutama kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penyebab beberapa masalah yang menimpa rongga mulut diantaranya bau mulut adalah karena adanya dental plaque atau plak gigi (Siregar, dkk., 2011).

Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996).

Bau mulut selain disebabkan oleh bakteri juga disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut. Hal ini erat kaitannya dengan kebersihan mulut yang tidak terjaga (Nirmala, dkk., 2012).

(81)

maupun membran mukosa mulut (Dewan Standardisasi Nasional, 1995). Pasta gigi berisi antibakteri, penggosok, pelembab, pemanis, pengikat dan perasa. Selain itu terdapat juga bahan-bahan tambahan yaitu deterjen, pengawet, penyedap dan pewarna (Ash dan Ash, 1977).

Bahan pewangi adalah salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Pewangi juga merupakan bagian yang paling eksklusif dari formulasi. Pewangi yang umum digunakan dalam pasta gigi adalah minyak mint (Poucher, 2000).

Oleh karena itu bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak tumbuhan-tumbuhan herbal merupakan hal yang menarik untuk dijadikan pilihan sebagai bahan pewangi dalam pasta gigi.

Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Daun kemangi belum banyak dimanfaatkan, padahal memiliki wangi yang khas. Tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut (Putriyanti, 2009). Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri yang jika disuling menghasilkan rendemen sekitar 0,2% sampai 0,7%. Komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri adalah eugenol, metil chavicol, linool, dan hidrokarbon bertitik didih rendah (pinene dan olefin terpene). Minyak kemangi banyak digunakan sebagai

flavoring agent dan juga campuran parfum dan pewangi sabun (Ketaren, 1985).

Hasil penelitian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa minyak kemangi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme oral yaitu

(82)

dapat digunakan sebagai komponen dalam produk kesehatan oral seperti, obat kumur dan pasta gigi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memformulasi minyak kemangi dalam sediaan pasta gigi. Aplikasi wangi kemangi diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada produk pasta gigi yang dihasilkan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah:

1. Apakah minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi? 2. Apakah formulasi sediaan pasta gigi yang dihasilkan memiliki sifat fisik

dan stabilitas yang baik?

3. Apakah sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dapat diterima oleh konsumen?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi.

(83)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi.

2. Untuk mengetahui sifat fisik dan stabilitas formulasi sediaan pasta gigi yang dihasilkan.

3. Untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dapat diterima oleh konsumen.

1.5 Manfaat Penelitian

(84)

ABSTRAK

Dalam bidang kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut karena adanya plak gigi. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Pewangi merupakan salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak kemangi memiliki wangi yang khas dan dapat membunuh mikroorganisme oral sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dan penerimaan konsumen terhadap pasta gigi yang mengandung minyak kemangi.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5%. Komposisi pasta gigi terdiri dari kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gliserin, gom arab, SLS, asam sitrat, sakarin, metil paraben, akuades dan pewarna hijau. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, pemeriksaan warna, kemampuan menyebar, pengukuran pH, uji organoleptis sediaan berupa pemeriksaan aroma, mempertahankan bentuk, daya alir, dan stabilitas penyimpanan, uji penerimaan konsumen terhadap pasta gigi mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi yang dihasilkan semuanya homogen. Sediaan pasta gigi mempunyai pH 8,53 – 8,76 dan tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan, stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Semua sediaan mempunyai kemampuan menyebar 5,2 – 5,5 cm. Dari hasil uji organoleptis dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi dan semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.

(85)

FORMULATION OF TOOTHPASTE CONTAINING BASIL OIL (Ocimum americanum L.)

ABSTRACT

In the field of oral health, one of the problems often encountered is bad breath due to dental plaque. Brushing teeth is a plaque control. Deodorizer is one of important parts of the toothpaste because it affects the consumer preference. One of herbs that can be used as a deodorizer is basil (Ocimum

americanum L.). Basil oil has a distinctive aroma and can inhibit the growth of

oral microorganisms that can be used to freshen bad breath. Goals of this research were to find out whether basil oil can be formulated in toothpaste and consumer acceptance of toothpaste containing basil oil.

Method of this research was experimental research. Basil oil was formulated in toothpaste by using 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; and 0.5% concentration of basil oil. Compositions of toothpaste were calsium carbonate, calsium hydroxide, magnesium carbonate, glycerin, guar gum, SLS, citric acid, saccharin, methyl paraben, distilled water and green dye. Some tests had been done to the preparations including: homogeneity test, colour examination, spread ability determination, pH determination, organoleptic test included aroma, shape retention, threading property and storage stability, consumer preference test of colour, aroma, taste and texture.

The result of homogeneity test showed that all of toothpaste preparations were homogenous. Preparations had pH value 8.53 – 8.76 and didn’t have pH change in storage, were stable in storage for 12 weeks. All the preparations had spread ability value 5.2 - 5.5 cm. The results of organoleptic and consumer preference test showed that the most preferred products were toothpaste containing basil oil 0.4% (F4) and 0.5% (F5). The products were easy to squeeze out of the tube, retained its shape on the toothbrush and freshened mouth. Therefore, it could be concluded that basil oil could be formulated in toothpaste and the higher concentration of basil oil was used, the stronger aroma of toothpaste so rose the consumer preference.

(86)

MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

SKRIPSI

OLEH: NASTITI WIDANTY

NIM 091501046

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

(87)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG

MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH: NASTITI WIDANTY

NIM 091501046

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(88)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG

MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

OLEH:

NASTITI WIDANTY NIM 091501046

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 9 Mei 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 196005111989022001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 195011171980022001

(89)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung Minyak Kemangi (Ocimum americanum L.)”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(90)

yang tulus dan tak terhingga kepada orangtua tersayang Ayahanda Swis Erwanto dan Ibunda Maidasri Nur atas doa dan dukungan baik moril maupun materil, adik tersayang Nadya dan Prasetyo, kerabat-kerabat, dan teman-teman semua atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, 9 Mei 2014 Penulis,

(91)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

ABSTRAK

Dalam bidang kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut karena adanya plak gigi. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Pewangi merupakan salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak kemangi memiliki wangi yang khas dan dapat membunuh mikroorganisme oral sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dan penerimaan konsumen terhadap pasta gigi yang mengandung minyak kemangi.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5%. Komposisi pasta gigi terdiri dari kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gliserin, gom arab, SLS, asam sitrat, sakarin, metil paraben, akuades dan pewarna hijau. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, pemeriksaan warna, kemampuan menyebar, pengukuran pH, uji organoleptis sediaan berupa pemeriksaan aroma, mempertahankan bentuk, daya alir, dan stabilitas penyimpanan, uji penerimaan konsumen terhadap pasta gigi mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi yang dihasilkan semuanya homogen. Sediaan pasta gigi mempunyai pH 8,53 – 8,76 dan tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan, stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Semua sediaan mempunyai kemampuan menyebar 5,2 – 5,5 cm. Dari hasil uji organoleptis dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi dan semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.

Gambar

Tabel 3.1 Formula sediaan pasta gigi
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan standar mutu minyak kemangi
Gambar 4.1 Hasil uji homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi
Tabel 4.3 Data pengukuran kemampuan menyebar sediaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sediaan pasta gigi diuji organoleptis, pH, homogenitas, viskositas, daya lekat, daya sebar dan daya hambat bakteri. Data yang diperoleh masing-masing diuji statistik menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan karbopol 934 dan penurunan tween 80 dapat meningkatan viskositas dan menurunkan daya sebar sediaan gel pasta

FORMULASI SEDIAAN GEL PASTA GIGI MINYAK ATSIRI KEMANGI ( Ocimum basilicum L.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Streptococcus

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa formula D dengan konsentrasi maltodekstrin sebesar 40% memiliki mutu fisik tablet lebih baik dibandingkan formula lainnya, dengan aroma bau

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah mengetahui tentang pengaruh peningkatan konsentrasi sorbitol dalam sediaan pasta gigi minyak kayu manis terhadap sifat fisik dan

Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi sorbitol sebagai humektan dalam sediaan pasta gigi karbopol yang mengandung minyak kayu manis.. (Cinnamomum

Hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa pasta gigi ekstrak daun kemangi yang mengandung abrasif di berbagai konsentrasi (37, 42, dan 47 %) menghasilkan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan karbopol 934 dan penurunan tween 80 dapat meningkatan viskositas dan menurunkan daya sebar sediaan gel pasta