• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap individu untuk mengembangkan hubungan dengan Tuhan, dengan alam lingkungan, dengan manusia lain, bahkan juga untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsanya, jasmani maupun rohaninya secara integral.

Berkaitan dengan usaha yang menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah Republik Indonesia telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap dunia pendidikan dengan berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Langkah konkritnya adalah dengan disusunnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan Pendidikan tersebut di atas dapat dicapai melalui tiga macam jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Melalui tiga macam pendidikan tersebut di atas, diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat dicapai sehingga akan tercipta sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas.

Salah satu yang menunjang tercapainya tujuan adalah terciptanya pembelajaran yang efektif, efisien serta menyenangkan bagi siswa, sehingga pembelajaran yang di berikan akan menjadi bermakna bagi siswa. Namun, jika peserta didik memiliki minat yang rendah terhadap proses pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu di perlukan motivasi yang kuat bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland (Sutikno, 2007 :23) “menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.”

Pada saat ini kita melihat semangat siswa untuk belajar sungguh sangat rendah. hal itu di tandai dengan rendahnya hasil belajar yang di capai siswa pada semua mata pelajaran yang mereka pelajari. Sehingga pembelajaran yang di berikan guru tidak menunjukkan hasil yang maksimal terhadap tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan guru. Selain itu siswa sering bolos dalam belajar merupakan salah satu penyebab dari kurangnya minat mereka dalam belajar. Jika hal ini di biarkan terus menerus tentu saja akan berdampak buruk terhadap masa depan mereka. Jika hal ini terjadi maka tujuan Pendidikan Nasional tidak akan tercapai. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk memaparkan tulisan ini tentang upaya untuk memotivasi siswa dalam belajar, sehingga minat siswa dalam belajar dapat lebih meningkat. Maka makalah ini penulis beri judul “ Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.”

1. B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah :

1. Apakah penyebab rendahnya motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar? 2. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar?

(2)

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald (Sondang, 2002 : 35) , “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivai itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Menurut Maslow (Jalaludin, 2007 : 56) motivasi ada dua, yaitu:

“Motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. a) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. b) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.”

Maslow memaparkan tata lima tingkatan motivasi secara secara hierarkis ini adalah :

“a)Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi. b) Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs) Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya. c) Kebutuhan sosial (Social Needs). Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi. d) Kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs). Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam statusnya se¬seorang serta prestise yang ditampilkannya. e) Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization). Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.”

Menurut McClelland (Sutikno , 2007 : 33) karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :

“a)Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat. b)Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan c)Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.”

Menurut Diah (2007 : 43) Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

1. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;

(3)

3. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

4. Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

B. Pengertian Belajar

Menurut Moh. Surya (1997) Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

“Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon” (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri.

C. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Colquitt, LePine dan Noe (2000), motivasi untuk belajar didefinisikan sebagai arah, kemahuan dan tingkah laku yang mengarah kepada pembelajaran berterusan dan juga telah didapati positif kepada prestasi pembelajaran.

Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).

Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

A. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa

Ada beberapa masalah dalam keluarga yang menyebabkan motivasi belajar siswa lemah terutama di kota-kota besar misalnya :

a. Sikap menganggap enteng dan mudah. Siswa sekarang hidup dalam dunia yang kuat godaannya, terutama godaan untuk hidup santai dan meremehkan. Mereka ingin “tahu beres” serba cepat dan instan kalau perlu ambil jalan pintas. Prinsip mereka ‘kalau bisa gampang kenapa harus susah? Hal ini juga mereka laksanakan dalam dunia pendidikan. Mereka menganggap enteng semua mata pelajaran yang di pelajari.

(4)

ubtuk mengulang pelajaran di rumah semakin sempit. Selain itu mereka sudah kelelahan karena bekerja membantu orangtuanya bekerja di rumah.

c. Relasi dengan orangtua kurang.Orangtua bekerja dari pagi hingga malam, sehibgga perhatian pada anak sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan semangat belajar siswa rendah.

d. Adanya tekanan psikologis.

Siswa yang mengalamai tekanan psikologis akan mudah emosi. Hal ini sangat berpengaruh pada minat belajar siswa

e. Siswa kurang simpati dengan guru yang mengajar.

Bila siswa kurang simpati dengan gurunya maka minat mereka juga kurang dengan mata pelajaran yang diajarkan.

f. Siswa tidak memiliki fasilitas belajar yang memadai.

Misalnya siswa tidak mempunyai meja belajar sendiri, lampu yang tidak terang , tidak mempunyai buku kondisi rumah kurang mendukung untuk belajar.

g. Daya juang siswa lemah.

Siswa tidak mau lagi mengerjakan sesuatu yang sedikit sulit, enggan untuk bekerja, enggan untuk berpikir.

1. B. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery learning.

Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis masalah. Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.

Ada 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Motivasi belajar dan disiplin merupakan kunci utama kejayaan seseorang pelajar. Justeru, motivasi untuk belajar perlu diberikan penekanan untuk menggalakkan pembelajaran serta menyekat perlakuan yang tidak sopan. Beliau menambah lagi, motivasi merujuk kepada penglibatan pelajar dalam aktiviti pembelajaran dan gerak kerja dalam kelas. Disiplin pula merujuk kepada pembentukan pelajar terhadap perlakuan yang boleh diterima. Motivasi yang rendah akan menghasilkan suasana perlakuan yang negatif.

(5)

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.:

— Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri

— Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat. Dengan mengetahui hasi yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

— Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.

— Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan.

— Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya.

— Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Jika anak sudah memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

— Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar

Jika motivasi anak sudah kuat dalam belajar, maka semangat dan keinginan belajar siswa akan tinggi. Guru harus berupaya mempertahankan serta meningkatkan situasi ini.

— Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.

Anak yang merasa belajar adalah kebutuhan baginya, mereka akan belajar dengan giat, tekun dan semangat. Maka, hasil belajar yamg mereka capai akan memuaskan.

— Memiliki harapan dan cita-cita masa depan

Anak yang memiliki cita-cita yang tinggi di masa depannya, mereka akan berusaha untuk mencapai cita-cita itu. Salaj satunya dengan berusaha untuk belajar dengan rajin, dengan tujuan meraih prestasi yang memuaskan.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa motivasi sangat di butuhkan bagi siswa dalam mengikuti pelajaran. Dengan motivasi ini diharapkan akan tumbuh semangat siswa dalam menimba ilmu dari guru sehingga apa yang diharapkan oleh lembaga pendidikan .

Lewat dengan dukungan Motivasi belajar akan tercipta pembelajaran yang Aktif, Inovatif ,Kreatif dan Efektif

(6)

memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif, ialah: metode ceramah plus, metode diskusi, metode demonstrasi, metode role-play, dan metode simulasi

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif dikembangkan berdasarkan beberapa perubahan atau peralihan:

1. Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke belajar bersama (cooperative

learning).

2. Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar untuk

memahami (learning for

understanding).

3. Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke bentuk interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah.

4. Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar.

5. Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa (Shadiq dalam Setiawan, 2004).

Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang berbunyi:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Penjabaran Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif Dan Efektif

1. 1. Pembelajaran Aktif

Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.

Menurut Taslimuharrom (2008) sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:

1. Keterlekatan pada tugas (Commitment)

2. Tanggung jawab (Responsibility)

3. Motivasi (Motivation)

2. Pembelajaran Inovatif

(7)

dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.

Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.

Membangun pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan atau gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif.

Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi.

1. 3. Pembelajaran Kreatif

Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.

1. 4. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.

Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekankan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar

. Kesimpulan

Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan kedalam motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi intrinsic merupakan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya untuk belajar,misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut,apakah untuk kehidupannya masa depan siswa yang bersangkutan atau untuk yang lain. motivasi ekstrinsik merupakan keadaan yang dating dari individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,peraturan atau tata tertib sekolah, keteladanan orangtua, guru merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

(8)

Motif atau keinginan untuk berprestasi sangat menentukan prestasi yang dicapainya.dengan demikian,keinginan seseorang atau siswa untuk berhasil dalam belajar juga akan menentukan hasil belajarnya motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.untuk mencapai suatu tujuan perlu dibuat sesuatu. Yang menyebabkan seseorang berbuat adalah motifnya. Dengan demikian, motif berfungsi sebagai daya penggerak atau pendoron Usaha-usaha yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.Sekolah dapat melakukan banyak hal untuk membantu siswa semangat dalam belajar.

Pendekatan personal akan sangat berguna bagi siswa yang bermasalah. Mengenali siswa dengan permasalahan yang sedang dihadapi, akan membuat siswa merasa mempunyai tempat curhat. Ajaklah mereka sharing pengalaman , mereka diberi kesempatan untuk mengungkapkan masalah-masalah dalam dirinya maka mereka akan lega dan ceria kembali. Sentuhlah hatinya, beri perhatian khusus, hargailah setiap ungkapan yang keluar dari hati mereka, apapun yang mereka katakan kita beri peneguhan dan masalah mereka, mereka akan bebas dan situasi ini akan membangkitkan semangat belajar mereka.

Mengapa pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif perlu diterapkan? Sekurang-kurangnya ada dua alasan perlunya pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif diterapkan di sekolah kita, yakni:

a. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif (monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang menakutkan siswa.

b. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme yang berorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka.

.

Saran

1 Kita tanamkan disiplin diri dan mentalitas kerja keras kepada siswa. Kita yakinkan mereka bahwa sesuatu yang besar harus dimulai dengan usaha dan pengorbanan yang besar pula. 2.Guru dalam pembelajaran hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran akan tidak merasa bosan

3.Dalam suasan pembelajaran guru hendaknya tidak pelit dalam memberikan penghargaan kepada siswa dalam rangka

meningkatkanminat mereka dalam belajar

3.Guru hendaknya selalu meningkatkan keterampilannya dalam mengajar dengan menyerap informasi baik secara formal maupun informal

6.Orangtua hendaknya selalu memperhatikan anaknya dalam belajar serta siap untuk membantu anak yang mengalami kesulitan belajar 6.Di harapkan kepada pemerintah untuk selalu melengkapi sarana pembelajaran yang secara tidak langsung akan menambah semangat siswa dalam belajar

(9)

Altur Simbolon SPd.K

Referensi

Dokumen terkait

SINAR ABADI LAS dengan menggunakan Microsoft Access 2000 menyediakan fasilitas untuk menambah data baru dan menyimpannya, menghapus data lama serta mencari data yang diinginkan.

Since this study is intended to explore the most LLS the whole students and good language learners apply in learning English, the students’ strategic competence and attitude

Pancakarsa Bangun Reksa melakukan distribusi produk dengan cara distribusi langsung yakni produsen sendiri yang langsung memenuhi order dari konsumen ( owner pabrik)

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai Klub Sepak Bola Persita dengan menggunakan Flash MX yang di dalamnya terdapat beberapa informasi

Meanwhile, the indicators of attitude toward learning English proposed by the 2004 English curriculum for junior high school include having control on his/her own

Komponen marjin pemasaran yang diperhitungkan berdasarkan tingkat pengembaliannya kepada faktor produksi yang digunakan dalam pemasaran , seperti melakukan kegiatan pengolahan

dilakukan oleh pemerintah terhadap Tempat hiburan Karaoke Keluarga. Hasil penelitian ini dapat ditransformasikan kepada para pelaku usaha tempat. hiburan Karaoke Keluarga

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat