• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI"

Copied!
844
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i BAGIAN I PRIORITAS NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 BAB 2 PRIORITAS NASIONAL ... 2-1 A. PRIORITAS NASIONAL ... 2-1 2.1. Prioritas Nasional 1: Reformasi

Birokrasi dan Tata Kelola ... 2-1 2.1.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-1 2.1.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-8 2.1.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-18 2.2. Prioritas Nasional 2: Pendidikan ... 2-23 2.2.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-24 2.2.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-25 2.2.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-28 2.3. Prioritas Nasional 3: Kesehatan ... 2-29 2.3.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-29 2.3.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-30 2.3.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-31 2.4. Prioritas Nasional 4: Penanggulangan

(2)

2.4.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-36 2.4.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-52 2.5. Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan ... 2-57 2.5.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-57 2.5.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-61 2.5.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-70 2.6. Prioritas Nasional 6: Infrastruktur ... 2-73 2.6.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-74 2.6.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-77 2.6.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-82 2.7. Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan

Iklim Usaha ... 2-86 2.7.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-88 2.7.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-93 2.7.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-98 2.8. Prioritas Nasional 8: Energi ... 2-99 2.8.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-100 2.8.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-103 2.8.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-107 2.9. Prioritas Nasional 9: Lingkungan Hidup

dan Bencana ... 2-108 2.9.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 2-108 2.9.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-111 2.9.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-115 2.10. Prioritas Nasional 10: Daerah

Tertinggal, Terdepan, Terluar,

dan Pasca Konflik ... 2-117 2.10.1.Permasalahan yang Dihadapi ... 2-118 2.10.2.Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-122 2.10.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-137 2.11. Prioritas Nasional 11: Kebudayaan,

Kreativitas, dan Inovasi

(3)

2.11.2.Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-149 2.11.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-152

B. PRIORITAS NASIONAL LAINNYA ... 2-154 2.12. Prioritas Nasional Lainnya: Bidang

Politik, Hukum,

dan Keamanan ... 2-154 2.12.1.Permasalahan yang Dihadapi ... 2-154 2.12.2.Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-161 2.12.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-172 2.13. Prioritas Nasional Lainnya: Bidang

Perekonomian ... 2-177 2.13.1.Permasalahan yang Dihadapi ... 2-178 2.13.2.Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-179 2.13.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-184 2.14. Prioritas Nasional Lainnya: Bidang

Kesejahteraan Rakyat ... 2-185 2.14.1.Permasalahan yang Dihadapi ... 2-186 2.14.2.Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 2-188 2.14.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 2-197

C. PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO ... 2-201 2.15. Perkembangan Ekonomi Dunia ... 2-202 2.16. Moneter, Perbankan dan Pasar Modal ... 2-203 2.17. Neraca Pembayaran ... 2-205 2.18. Keuangan Negara ... 2-206 2.19. Pertumbuhan Ekonomi ... 2-209 2.20. Pengangguran dan Kemiskinan ... 2-210

BAGIAN II

MEMPERKUAT SINERGI ANTAR BIDANG PEMBANGUNAN BAB 3 KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN

(4)

3.1 Kebijakan Pengarustamaan ... 3-2 3.1.1 Pengarusutamaan Pembangunan

Berkelanjutan ... 3-2 3.1.1.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-3 3.1.1.2Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-4 3.1.1.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-6 3.1.2 Tata Kelola Pemerintahan yang

Baik ... 3-7 3.1.2.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-8 3.1.2.2Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-9 3.1.2.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-13 3.1.3 Pengarusutamaan Gender ... 3-14 3.1.3.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-14 3.1.3.2Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-17 3.1.3.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-24 3.2 Kebijakan Lintas Bidang ... 3-25 3.2.1 Penanggulangan Kemiskinan ... 3-25 3.2.1.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-25 3.2.1.2Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-28 3.2.1.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-32 3.2.2 Perubahan Iklim ... 3-34 3.2.2.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-35 3.2.2.2Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-35 3.2.2.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-38 3.2.3 Pembangunan Kelautan Berdimensi

Kepulauan ... 3-39 3.2.3.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-39 3.2.3.2Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-41 3.2.3.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-44 3.2.4 Perlindungan Anak ... 3-47 3.2.4.1Permasalahan yang Dihadapi ... 3-48 3.2.4.2Langkah-langkah Kebijakan dan

(5)

3.2.5.2Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang Dicapai ... 3-59 3.2.5.3Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 3-62

BAB 4 SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN

BERAGAMA ... 4-1 4.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 4-2 4.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 4-17 4.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 4-55

BAB 5 EKONOMI ... 5-1 5.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 5-3 5.1.1. Investasi ... 5-3 5.1.2. Ekspor ... 5-4 5.1.3. Pariwisata ... 5-6 5.1.4. Konsumsi Masyarakat ... 5-7 5.1.5. Keuangan Negara ... 5-8 5.1.6. Moneter ... 5-10 5.1.7. Sektor Keuangan ... 5-13 5.1.8. Industri ... 5-17 5.1.9. Ketenagakerjaan ... 5-18 5.1.10.Koperasi dan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah ... 5-20 5.1.11.Jaminan Sosial ... 5-22 5.2. Langkah-langkah Kebijakan dan

Hasil-hasil yang Dicapai ... 5-23 5.2.1. Investasi ... 5-23 5.2.2. Ekspor ... 5-30 5.2.3. Pariwisata ... 5-35 5.2.4. Konsumsi Masyarakat ... 5-40 5.2.5. Keuangan Negara ... 5-44 5.2.6. Moneter ... 5-51 5.2.7. Sektor Keuangan ... 5-57 5.2.8. Industri ... 5-64 5.2.9. Ketenagakerjaan ... 5-72 5.2.10.Koperasi dan Usaha Mikro,

(6)

5.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 5-84 5.3.1. Investasi ... 5-84 5.3.2. Ekspor ... 5-85 5.3.3. Pariwisata ... 5-86 5.3.4. Konsumsi Masyarakat ... 5-87 5.3.5. Keuangan Negara ... 5-88 5.3.6. Moneter ... 5-90 5.3.7. Sektor Keuangan ... 5-92 5.3.8. Industri ... 5-95 5.3.9. Ketenagakerjaan ... 5-97 5.3.10.Koperasi dan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah ... 5-98 5.3.11.Jaminan Sosial ... 5-100

BAB 6 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI ... 6-1 6.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 6-1 6.2. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

Dicapai ... 6-2 6.2.1. Langkah-langkah Kebijakan ... 6-2 6.2.2. Hasil-hasil yang Dicapai ... 6-3 6.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 6-26

BAB 7 SARANA DAN PRASARANA ... 7-1 7.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 7-1 7.2. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

Dicapai ... 7-7 7.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 7-20

BAB 8 POLITIK ... 8-1 8.1. Subbidang Politik Dalam Negeri dan Komunikasi .. 8-3 8.1.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 8-3 8.1.2. Langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

Dicapai ... 8-9 8.1.3. Tindak lanjut yang Diperlukan ... 8-21 8.2. Subbidang Politik Luar Negeri ... 8-26 8.2.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 8-26 8.2.2. Langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

(7)

BAB 9 PERTAHANAN DAN KEAMANAN ... 9-1 9.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 9-2 9.2. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

Dicapai ... 9-10 9.2.1. Langkah-langkah Kebijakan ... 9-10 9.2.2. Hasil-hasil yang Dicapai ... 9-12 9.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 9-25

BAB 10 HUKUM DAN APARATUR ... 10-1 10.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 10-1 10.2. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

Dicapai ... 10-8 10.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 10-33

BAB 11 WILAYAH DAN TATA RUANG ... 11-1 11.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 11-2 11.2. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

Dicapai ... 11-18 11.3. Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 11-51

BAB 12 SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP ... 12-1 12.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 12-2

12.1.1.Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan ... 12-2 12.1.2.Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian

Energi ... 12-5 12.1.3.Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya

Mineral dan Pertambangan ... 12-6 12.1.4.Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ... 12-7 12.1.5.Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi

Sumber Daya Hutan ... 12-8 12.1.6.Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya

Kelautan ... 12-9 12.1.7.Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan

Bencana Alam Serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ... 12-10 12.2. Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang

(8)

12.2.1.Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan ... 12-11 12.2.2.Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian

Energi ... 12-21 12.2.3.Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya

Mineral dan Pertambangan ... 12-23 12.2.4.Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ... 12-24 12.2.5.Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi

Sumber Daya Hutan ... 12-30 12.2.6.Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya

Kelautan ... 12-32 12.2.7.Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan

Bencana Alam Serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ... 12-34 12.3 Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 12-36

12.3.1.Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan ... 12-36 12.3.2.Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian

Energi ... 12-42 12.3.3.Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya

Mineral dan Pertambangan ... 12-43 12.3.4.Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ... 12-44 12.3.5.Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi

Sumber Daya Hutan ... 12-45 12.3.6.Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya

Kelautan ... 12-49 12.3.7.Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan

Bencana Alam Serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ... 12-49

BAB 13 SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN

PEMBANGUNAN NASIONAL ... 13-1 13.1. Perencanaan Pembangunan Nasional ... 13-4 13.1.1.Permasalahan yang Dihadapi 13-4 13.1.2.Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil

yang Dicapai 13-6

(9)

13.2.2.Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil yang Dicapai ……… 13-10 13.2.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan……… 13-14 13.3. Pengadaan Barang dan Jasa ... 13-15 13.1.1.Permasalahan yang Dihadapi 13-15 13.1.2.Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil

yang Dicapai………. 13-16 13.1.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan……… 13-23

BAGIAN III PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN . 14-1 14.1. Pembangunan Wilayah Nasional ... 14-1 14.1.1.Permasalahan yang Dihadapi ... 14-1 14.1.2.Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil

yang Dicapai ... 14-2 14.1.3.Tindak Lanjut yang Diperlukan ... 14-6 14.2. Pembangunan Wilayah Sumatera ... 14-8 14.2.1.Permasalahan yang Dihadapi ... 14-8 14.2.2.Langkah-langkah Kebijakan dan Hasil-hasil

(10)
(11)

BAB 1

P EN D A H U L U A N

Tahun 2011 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010—2014 yang visinya adalah “Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan” dengan 3 (tiga) misi. Pertama, melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan. Kedua, memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia, serta kebebasan yang bertanggung jawab. Ketiga, memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antardaerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan gender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil, dan tidak pandang bulu. Demikian pula, kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.

(12)

1 - 2

yang meliputi: (1) Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat; (2) Perbaikan tata kelola pemerintahan; (3) Penegakan pilar demokrasi; (4) Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi; serta (5) Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Selanjutnya visi dan misi serta agenda utama pembangunan dirumuskan dan dijbarkan ke dalam seelas prioritas pembangunan nasional dan 3 prioritas lainnya.

(13)

BAB 2

PRIORITAS NASIONAL DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

A. PRIORITAS NASIONAL

Upaya untuk mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional yang tercantum dalam RPJMN 2010—2014 dilaksanakan melalui pencapaian 11 prioritas nasional yang meliputi (1) reformasi birokrasi; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

2.1 PRIORITAS NASIONAL 1: REFORMASI BIROKRASI

DAN TATA KELOLA

2.1.1.PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

(14)

hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia.

Reformasi birokrasi dan tata kelola dimaksudkan untuk memantapkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, yang dilakukan melalui: (1) terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum dan berwibawa, transparan; dan (2) peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah: (a) meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN melalui penegakan hukum, peningkatan kualitas regulasi, dan penguatan pengawasan dan sistem pengendalian internal; (b) meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi melalui penataan kelembagaan sesuai dengan prinsip structure follows function, pengembangan sistem ketatalaksanaan yang efektif dan efisien, dan penerapan manajemen SDM aparatur berbasis merit; (c) meningkatnya kualitas pelayanan publik melalui sinergi pusat dan daerah dan pengembangan data kependudukan yang akurat berbasis TIK; dan (d) makin mantapnya konsolidasi pelaksanaan otonomi daerah.

(15)

secara terpusat; (4) Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan di tingkat pusat maupun daerah hingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan, di antaranya penyelesaian kajian 12.000 peraturan daerah; (5) Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antara lain melalui penyusunan/penerapan SPM; (6) Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum melalui peningkatan kinerja penegakan hukum dan pemberantasan korupsi sehingga kepercayaan masyarakat makin meningkat; (7) Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK), dan penerapan e-KTP. Namun demikian, dalam pencapaian sasaran dan pelaksanaan arah kebijakan reformasi birokrasi dan tata kelola masih terdapat berbagai permasalahan yang harus diselesaikan.

Struktur/Kelembagaan. Dalam aspek kelembagaan, masalah yang dihadapi adalah belum proporsionalnya jumlah dan besaran struktur organisasi pemerintah baik di pusat maupun daerah, termasuk meningkatnya jumlah Lembaga Non Struktural (LNS). Meningkatnya jumlah LNS, perlu diselaraskan dengan komponen lembaga pemerintah lainnya agar tidak menimbulkan inefisiensi dan inefektifitas karena tumpang tindih tugas dan fungsi, termasuk bertambahnya beban anggaran negara untuk belanja birokrasi. Hal lain yang juga masih menjadi masalah adalah kinerja birokrasi yang belum optimal, kurang responsif, dan kurang inovatif, sehingga berdampak pada masih rendahnya kualitas pelayanan dan akuntabilitas kinerjanya.

(16)

dihadapi dalam rangka penghentian/pembatasan pemekaran wilayah adalah masih banyaknya desakan dari berbagai elemen masyarakat untuk melaksanakan pemekaran daerah.

Dalam rangka peningkatan efisiensi dan penggunaan dana perimbangan daerah, beberapa kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri adalah Pembinaan Fasilitasi Dana Perimbangan; Pembinaan Administrasi Anggaran Daerah; dan Fasilitasi Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah. Permasalahan yang di hadapi, antara lain: (a) Pengelolaan anggaran sebagian besar APBD masih belum melaksanakan prinsip pro-poor, pro-job, and pro-growth serta belum memperhatikan kebijakan Millenium Development Goals (MDGs) and Justice for All dimana belum banyak program pemberdayaan ekonomi. Lebih lanjut, hanya 162 daerah yang mempunyai belanja langsung lebih besar dari belanja tidak langsung. (b) Berkaitan dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), pada akhir tahun 2010 penyerapan masih sebesar 85% karena keterlambatan penyaluran DAK ke daerah dan dalam pelaksanaannya hanya 80% sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari kementerian teknis. (c) Pelaksanaan pengelolaan dana hibah dan bansos belum mencerminkan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. (d) Belum optimalnya pemanfaatan sistem informasi dan teknologi dalam pengelolaan keuangan daerah.

(17)

maupun kualitas SDM yang mempunyai kompetensi di bidang pengelolaan keuangan dan teknologi informasi sehingga menghambat proses pengelolaan keuangan daerah yang efektif.

Sedangkan terkait dengan penyempurnaan pelaksanaan Pemilukada, permasalahan yang dihadapi adalah penyelesaian RUU Pilkada berpotensi tidak tepat waktu karena secara simultan dilakukan pembahasan revisi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Beberapa isu krusial Pilkada berpotensi membuat jadwal pembahasan melebihi target waktu yang di tentukan karena mendapatkan perhatian luas dari masyarakat dan berpotensi tarik-menarik kepentingan seperti pengangkatan Wakil Kepala Daerah dari PNS dan isu Pemilihan Gubernur melalui DPRD.

Sumber daya manusia. Kinerja birokrasi sangat ditentukan oleh kompetensi, profesionalitas dan integritas SDM Aparatur. Namun demikian, masih terdapat banyak permasalahan yang harus diperbaiki dalam aspek kepegawaian saat ini, antara lain: komposisi PNS yang belum ideal untuk melakukan tugas-tugasnya agar lebih efektif, efisien dan profesional dalam melayani masyarakat. Hal ini diantaranya berkaitan dengan komposisi jabatan, tingkat pendidikan maupun distribusi antar wilayah.

Permasalahan lainnya yang masih dihadapi yakni: disiplin dan kinerja pegawai yang masih rendah; belum diterapkannya secara konsisten sistem remunerasi pegawai menuju sistem remunerasi yang berbasis kinerja dan dapat mendorong peningkatan kinerja pegawai; belum sepenuhnya diterapkan sistem karier berdasarkan kinerja; sistem penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) belum sepenuhnya berdasarkan pada kompetensi yang diperlukan. Selain itu, pendidikan dan pelatihan (diklat) belum berbasis kompetensi dan mampu mendorong peningkatan kinerja.

(18)

maupun daerah hingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan. Beberapa kegiatan di dalam substansi inti ini antara lain adalah penyelesaian kajian 12.000 peraturan daerah selambat-lambatnya 2011. Hingga saat ini masih banyak peraturan perundangan daerah yang perlu dilakukan klarifikasi dan dievaluasi, di tahun 2010 Kementerian Dalam Negeri telah melakukan klarifikasi dan pemberhentian pelaksanaan terhadap 419 Perda, karena bertentangan dengan kepentingan umum, menimbulkan ekonomi biaya tinggi, merintangi arus barang dan jasa serta menghambat iklim investasi di daerah.

Sinergi Pusat dan Daerah. Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik dilakukan melalui upaya penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di daerah. Permasalahan yang dihadapi adalah: (i) Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai indikator utama pelayanan publik di daerah belum optimal karena keterbatasan sumber daya dan regulasi pendukung; dan (ii) SPM belum dapat diterapkan di daerah karena belum terintegrasinya SPM dalam dokumen perencanaan dan anggaran, belum mencukupinya kapasitas keuangan daerah, dan terbatasnya ketersediaan dan kapasitas personil daerah.

(19)

peraturan perundang-undangan yang diperlukan, khususnya sebagai implementasi UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Penegakan Hukum. Pemerintahan yang kuat cerminan dari penegakan hukum oleh aparat penegak hukum yang berjalan dengan baik. Namun sampai dengan saat ini, permasalahan yang selalu dihadapi dalam rangka penegakan hukum antara lain (1) masih lemahnya integritas aparat penegak hukum sehingga menyebabkan belum optimalnya penegakan hukum yang dilakukan; (2) masih lemahnya koordinasi dan kerjasama antara lembaga penegak hukum yang menyebabkan penegakan hukum masih belum terintegrasi, contohnya pada kasus korupsi dimana koordinasi dan supervisi yang dilakukan oleh KPK dengan aparat penegak hukum lainnya yaitu Kepolisian dan Kejaksaan masih lemah; dan (3) belum optimalnya pencegahan dan pemberantasan korupsi khususnya peran dari lembaga penegak hukum dan institusi hukum yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Kementerian Hukum dan HAM.

(20)

Kependudukan; (iv) masih rendahnya tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan tertib administrasi kependudukan, karena keterbatasan informasi yang diterima; (v) terbatasnya infrastruktur dan kurangnya dukungan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di daerah, terutama untuk sosialisasi, operasional pelayanan, dan peningkatan infrastruktur SIAK; serta (vi) Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang belum terintegrasi secara nasional (on-line sistem) dimana baru tersambung secara on-(on-line sistem di 329 kab/kota dari 497 kab/kota.

2.1.2.LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN

HASIL-HASIL YANG DICAPAI

Dalam rangka pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola, langkah-langkah strategis yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah, beserta hasil-hasil yang telah dicapai, diuraikan di bawah ini.

Kelembagaan. Dalam rangka peningkatan koordinasi dan kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi, telah ditempuh langkah-langkah penguatan kelembagaan pengelolaan reformasi birokrasi, antara lain melalui: (i) pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional, mealui Keppres 14 Tahun 2010 yang disempurnakan menjadi Keppres Nomor 23 Tahun 2010; (ii) pembentukan Tim Independen dan Tim Penjamin Kualitas (Quality Assurance).

(21)

Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Road Map RB merupakan bentuk operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. Di samping itu, sebagai acuan pelaksanaan pada setiap instansi pemerintah, telah diterbitkan 11 Pedoman Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

(22)

TABEL 2.1.1

PROGRES PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA

2007—2011

Tahun K/L Keterangan

2007- 2008 1) Kementerian Keuangan; 2) BPK; 2) Sekretariat Kabinet

Sudah melaksanakan proses Reformasi Birokrasi dan

memperoleh tunjangan kinerja

2010 1) Kemenko Perekonomian; 2) BPKP;

(23)

Untuk melihat sampai sejauh mana pelaksanaan reformasi birokrasi telah dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan, saat ini juga sedang dilakukan upaya monitoring dan evaluasi terhadap beberapa kementerian tertentu, seperti Kementerian Keuangan, Sekretariat Negara, dan Kementerian PAN dan RB oleh Tim Penjamin Kualitas (Tim Quality Assurance). Selanjutnya, dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan RB pada K/L lainnya, Kementerian PAN dan RB telah melaksanakan workshop penyusunan usulan reformasi birokrasi bagi 31 instansi (K/L), dan direncanakan pada akhir tahun 2011, seluruh instansi lainnya telah mengikuti workshop tersebut.

Dalam rangka penataan organisasi K/L, telah selesai dilakukan penyusunan Peraturan Presiden dan penataan organisasi dan tata kerja Badan Narkotika Nasional, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kepolisian Negara RI, dan Kejaksaan Republik Indonesia, yang merupakan tindak lanjut amanat dari Undang-Undang. Di samping itu, sedang dilakukan penyusunan Peraturan Presiden mengenai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagai acuan dalam penataan LPNK secara keseluruhan. Saat ini juga sedang dilakukan pengkajian untuk menata kembali Lembaga Non Struktural.

Otonomi daerah. Dalam penataan otonomi daerah, langkah-langkah yang telah dilakukan dan hasil- hasil yang dicapai terkait dengan kegiatan penghentian/pembatasan pemekaran wilayah, pada tahun 2010 telah tersusun Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) dan draft kajian terhadap 20 usulah pemekaran daerah. Tahun 2011 tidak ada pemekaran, dan sedang di lakukan evaluasi/kajian usulan pembentukan daerah otonom baru sesuai dengan PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

(24)

lain: (a) sedang dilakukan pengkoordinasian penyusunan petunjuk teknis Dana Alokasi Khusus TA 2011; (b) diterbitkannya Pedoman dalam Penyusunan APBD Tahun 2012 melalui Permendagri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; (c) telah dilakukan evaluasi terhadap Ranperda Provinsi tentang APBD dan Ranperkada tentang Penjabaran APBD TA 2011 serta Perubahan APBD 2010 melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri; (d) telah berkembangannya Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah di 119 Daerah (PHLN) dari target 171 daerah; (e) telah disusun draft Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tentang Dana Hibah dan Bantuan Sosial serta pengelolaan Dana BOS dalam APBD TA 2011 (SE Mendagri No 900/5106/SJ tanggal 28 Desember 2010); (f) SE Menteri Dalam Negeri No. 027/824/SE Tanggal 16 Maret 2011 perihal Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (g) tersusunnya Postur APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2010 dan 2011; (h) tersedianya rekonsiliasi data jumlah PNSD dan realisasi belanja pegawai sebagai dasar penghitungan alokasi dasar DAU 2011; dan hasil-hasil lainnya.

Sedangkan berkaitan Revisi Undang-undang Pemilukada, hasil yang dicapai adalah saat ini sedang dalam proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM untuk selanjutnya akan dibahas dengan DPR-RI.

(25)

promosi, mutasi, dan kesejahteraan PNS. Penerapan sistem merit dalam manajemen kepegawaian terus ditingkatkan, antara lain, melalui penerapan assesment center untuk menilai kemampuan, kualifikasi, dan kompetensi PNS. Pendidikan dan pelatihan bagi PNS terus disempurnakan dengan meningkatkan kualitas kurikulum dan proses belajarnya, sejalan dengan perkembangan manajemen birokrasi yang makin modern.

Upaya penataan yang telah dan sedang dilakukan antara lain: (a) melakukan evaluasi peringkat jabatan dalam rangka reformasi birokrasi terhadap 14 (empat belas) K/L yang telah melaksanakan proses reformasi birokrasi; (b) sosialisasi dan implementasi PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS; (c) penyusunan Pedoman Analisis Jabatan (Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor: 33 Tahun 2011) dan Pedoman Evaluasi Jabatan (Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor: 34 Tahun 2011); (d) penyusunan Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan PNS yang tepat untuk Daerah dan telah dilaksanakan sosialisasi tentang Tatacara Perhitungan Kebutuhan PNS dengan seluruh Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh Provinsi.

(26)

Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; dan (h) perubahan PP Nomor 48 Tahun 2005 jo. PP Nomor 43 Tahun 2007 untuk menyelesaikan tenaga honorer yang sudah terdata dalam database di BKN.

Penyempurnaan sistem pengadaan PNS dilakukan sesuai kebutuhan organisasi baik jumlah maupun kompetensinya. Dalam pelaksanaan pengadaannya, harus dilaksanakan berdasarkan prinsip obyektif, transparan, tidak diskriminatif, akuntabel dan tidak KKN, serta tidak dipungut biaya. Untuk formasinya diprioritaskan bagi PNS yang kompetensinya pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-justice yang akan menduduki jabatan dalam melaksanakan tugas pelayanan dasar seperti tenaga guru dan tenaga kesehatan serta tenaga teknis strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Berkaitan dengan upaya pemerintah untuk melakukan perbaikan system THT PNS, saat ini sedang dilakukan penyempurnaan PP Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial PNS. Hal ini sesuai dengan surat Menteri Keuangan nomor: S-251/MK.02/2011, tanggal 12 Mei 2011, yang mengusulkan antara lain perlu adanya perubahan sistem THT PNS dari Pay As You Go menjadi Fully Funded.

Regulasi. Penataan regulasi khususnya di tingkat pemerintah daerah, maka langkah-langkah yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan di tingkat pusat dan daerah, Kementerian Dalam Negeri telah melakukan inventarisasi dan pengkajian terhadap 3000 Perda di tahun 2010 (100% dari target) dan 4500 Perda sampai dengan bulan Juni 2011 atau 50% dari target. Dari 4500 Perda yang dievaluasi pada tahun 2011 terdapat 175 Peraturan Daerah yang perlu dilakukan klarifikasi dan di hentikan pelaksanaannya.

(27)

dan daerah. Disadari bahwa ujung tombak pelayanan kepada masyarakat berada pada pemerintahan daerah. Pemerintah telah melakukan berbagai langkah kebijakan untuk meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.

Kebijakan dan hasil yang dicapai untuk mewujudkan sinergi pusat dan daerah untuk mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik adalah: (i) ditetapkan 13 SPM melalui Peraturan Menteri masing-masing sektor pelayanan publik; (ii) pada tahun 2011 ditargetkan penetapan terhadap 2 (dua) SPM yakni SPM Bidang Perhubungan dan Penanaman Modal; dan (iii) hingga saat ini 7 Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah diterapkan di beberapa daerah, yaitu SPM Bidang Kesehatan, Bidang Lingkungan Hidup, Bidang Sosial, Bidang BKKBN, Bidang Pemberdayaan Perempuan, Bidang Ketahanan Pangan, dan Bidang Pendidikan.

(28)

Selanjutnya, saat ini sedang disusun dan dirumuskan Rancangan Perpres tentang Mekanisme dan Ketentuan Pembayaran Ganti Rugi Dalam Pelayanan Publik sebagai amanah Pasal 50 ayat (8) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. R-Perpres ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi penyelenggara dan penerima pelayanan publik dalam pemberian ganti rugi serta mewujudkan kepastian dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Disamping itu, sedang disusun dan dirumuskan Petunjuk Teknis tentang Penyusunan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan Publik. Petunjuk Teknis ini sebagai acuan atau panduan bagi Penyelenggara dalam menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan. Upaya-upaya lainnya yang ditempuh adalah (a) Mendorong terbentuknya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota; (b) telah dilakukan survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di 16 Provinsi/Kabupaten dan Kota; dan (c) sedang di bangun Sistem Manajemen Mutu dalam rangka meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik.

(29)

sebanyak 170.858. Dari jumlah laporan tersebut, KPK telah melakukan klarifikasi terhadap 317 Penyelenggaran Negara.

Selain pelaporan LHKPN, dalam rangka pencegahan pemberantasan korupsi, KPK juga telah membentuk Pusat Pengendalian Gratifikasi (PPG) di setiap instansi yang bertujuan agar pelaporan gratifikasi yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dapat dilakukan dan akan meminimalisir terjadinya bentuk-bentuk korupsi yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara. Sampai dengan saati ini, KPK telah melakukan penanganan terhadap 716 laporan gratifikasi yang kemudian ditetapkan statusnya menjadi milik negara ataupun sebagai milik penerima.

(30)

2.1.3.TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Berdasarkan permasalahan yang masih dihadapi, kebijakan dan hasil-hasil yang telah dicapai saat ini, maka masih diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan, dan meningkatkan keberhasilan yang sudah dicapai sebelumnya serta melakukan penajaman pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola, sebagaimana di bawah ini.

a. Penataan Kelembagaan

1) Penguatan sistem reformasi birokrasi untuk memberikan acuan yang kuat yang bersifat sistemik dan komprehensif, baik secara legalitas formal maupun secara teknis dalam setiap tahapan pelaksanaan reformasi birokrasi secara keseluruhan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a) Melanjutkan perluasan dan pemantapan RB di K/L dan

juga memulai upaya RB di daerah.

b) Merancang instrumen monitoring dan evaluasi yang mampu menilai dan mengukur kemajuan pelaksanaan program RB pada K/L dan Pemda.

c) Memperkuat kapasitas K/L dan Pemda dalam pelaksanaan RB.

d) Mendorong inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

e) Mendorong dilakukannya pertukaran pengetahuan (knowledge sharing/ management) antara K/L dan Pemda.

f) Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan RB.

(31)

a) Penyempurnaan peraturan dan penataan organisasi Lembaga Pemerintah Non Kementerian, sebagai kelanjutan penataan organisasi Kementerian Negara yang telah ditata berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan peraturan pelaksanaannya, termasuk didalamnya mengenai hubungan fungsional antara Kementerian dengan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan Pemerintah Daerah. Hal ini dimaksudkan agar kelembagaan LPNK dan Kementerian dapat lebih sinergis, efisien dan efektif dalam menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan;

b) Penyusunan grand design sistem kelembagaan sebagai ketentuan payung (umbrella provision) yang memuat format dasar kelembagaan pemerintah dan menjadi acuan keseluruhan jenis kelembagaan pemerintah, baik kementerian negara, lembaga pemerintah non kementerian, lembaga setingkat kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga non-struktural, dan instansi pemerintah lainnya;

c) Evaluasi dan penataan organisasi Lembaga Non Struktural (LNS) termasuk organisasi kesekretariatan pendukungnya (Sekretariat Lembaga Negara) sebagai upaya menempatkan LNS ke dalam posisi dan peran yang tepat sehingga pelaksanaan tugas dan fungsinya akan lebih efektif dan efisien;

d) Evaluasi dan penataan Organisasi Perangkat Daerah guna menyusun kelembagaan organisasi satuan kerja perangkat daerah yang lebih proporsional, efektif, dan efisien serta benar-benar sesuai dengan kebutuhan nyata daerah.

b. Penataan Otonomi Daerah

(32)

Desartada dan PP Nomor 78 Tahun 2007 kepada Pemerintah Daerah. (b) Perlu dilakukan proses penyelarasan dalam revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 dengan Desartada dalam hal penataan daerah. (c) Perlu dilakukannya konsolidasi dengan pakar dan stakeholders mengenai beberapa isu-isu krusial RUU Pilkada.

2) Sedangkan dalam pembenahan dan penyempurnaan pengelolaan keuangan daerah, maka diperlukan tindak lanjut antara lain:

(a) Terkait permasalahan DAK, akan dioptimalkan koordinasi pengalokasian DAK ke daerah dan perlu ditingkatkan asistensi pembinaan dan pengawasan pelaksanaan DAK agar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari kementerian teknis.

(b) Peningkatan frekuensi dan kualitas pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah perlu dilaksanakan untuk mendorong pemerintahan daerah agar meningkatkan proporsi belanja langsung dengan berpedoman pada Permendagri No 22 Tahun 2011 tentang Pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012.

(c) Pengefektifan proses asistensi dan pembinaan/pengawasan penyusunan APBD Provinsi dan pelaksanaan/pertanggungjawaban APBD

(d) Perlu diadakan perbaikan proses recruitment personaliayang membidangi masalah keuangan daerah dan peningkatan kapasitas melalui training dan pelatihan.

c. Sumber Daya Manusia Aparatur

(33)

rekruitmen/seleksi, diklat, promosi, remunerasi, penegakan disiplin serta peraturan termasuk peningkatan tertib administrasi kepegawaian.

2) Mempercepat penyelesaian penyempurnaan berbagai kebijakan berupa peraturan perundang-undangan di bidang SDM Aparatur .

3) Pengendalian jumlah, distribusi dan komposisi PNS melalui pengendalian formasi termasuk penyempurnaan sistem rekruitmen dan seleksi pegawai secara obyektif, adil/tidak diskriminatif dan transparan serta bebas KKN. 4) Penataan pegawai, guna menjamin jumlah dan kualifikasi

pegawai di masing-masing unit kerja sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif, efisien dan produktif. Di samping itu ditempuh pula penyempurnaan sistem remunerasi agar memenuhi prinsip adil, layak dan transparan sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya, guna mendorong terbentuknya PNS yang profesional dan produktif.

5) Pembangunan dan penerapan sistem manajemen kepegawaian yang berorientasi pada prestasi kerja (kinerja), dalam rangka mendorong peningkatan profesionalisme, kinerja dan akuntabilitas PNS. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja PNS akan ditempuh pengembangan sistem diklat yang berbasis kompetensi guna mendukung pelaksanaan manajemen kepegawaian yang berbasis kinerja. Perbaikan system manajemen kepegawaian juga dilakukan melalui pengembangan system informasi kepegawaian berbasis TIK.

6) Peningkatan integritas, netralitas, etika dan disiplin serta perlindungan hukum PNS melalui pelaksanaan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS secara konsisten.

d. Regulasi

(34)

akan tetap dilaksanakan sampai dengan tahun 2011. Selain pengkajian terhadap Peraturan Daerah harmonisasi peraturan perundangan bersama instansi terkait akan di laksanakan secara kontinu.

e. Sinergi Pusat dan Daerah

1) Sinergi pusat dan daerah dalam peningkatan kualitas pelayanan publik, akan difokuskan pada upaya menerbitkan landasan hukum agar terwujud kepastian dalam penyelenggaraan pelayanan publik; meningkatkan kualitas manajemen pelayanan; melakukan penataan kelembagaan pelayanan; dan mendorong inovasi pelayanan pada lingkungan pemerintahan daerah, serta mengembangkan sistem pengaduan masyarakat dalam pelayanan publik yang efektif.

2) Mempercepat penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai peningkatan kualitas pelayanan publik, khususnya peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

3) Perlu dilakukan pendalaman substansi pelayanan dasar pada urusan wajib yang akan dituangkan dalam materi dalam Revisi UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah 4) Perlu dilakukan koordinasi secara kontinyu dengan sektor

dalam rangka pemantauan perkembangan penerapan SPM di daerah.

5) Sosialisasi sekaligus bimbingan teknis terhadap penerapan kualitas pelayanan pada instansi pemerintah pusat maupun daerah, dan meningkatkan kapasitas, profesionalisme dan integritas SDM pelayanan publik.

(35)

f. Penegakan Hukum

1) Meningkatkan koordinasi antara lembaga penegak hukum sehingga dapat melakukan kerjasama yang baik dalam penanganan kasus-kasus korupsi.

2) Meningkatkan integritas aparatur penegak hukum melalui peningkatan kualitas pengembangan SDM di masing-masing lembaga penegak hukum.

g. Data Kependudukan

1) Perluasan Penerapan KTP Elektronik yang dilengkapi biometrik dan chip di 300 Kabupaten/Kota melanjutkan tahun 2011 yang diterapkan di 197 Kab/Kota, sehingga pada akhir tahun 2012 penerapan KTP Elektronik sudah dilakasanakan di seluruh Kab/Kota di seluruh Indonesia. 2) Melakukan sosialisasi secara luas dalam upaya merubah

budaya masyarakat yang pasif menjadi masyarakat yang aktif dalam melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan dan mencatatkan diri penduduk bersangkutan dan keluarganya atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya dengan memberikan data diri penduduk yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. 3) Menyiapkan SOP secara menyeluruh yang berkaitan

dengan bisnis proses pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan penyelenggaraan SIAK bagi aparat pusat dan daerah.

2.2 PRIORITAS NASIONAL 2 : PENDIDIKAN

(36)

Untuk mengejawantahkan cita-cita tersebut, pemerintah mengembangkan berbagai kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan perluasan, pemerataan akses, dan mutu pendidikan.

2.2.1. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Permasalahan pembangunan pendidikan adalah: (1) masih terbatasnya kesempatan memperoleh pendidikan; (2) rendahnya kualitas, relevansi, dan masih rendahnya daya saing pendidikan; (3) masih rendahnya profesionalisme guru dan belum meratanya distribusi guru; (4) terbatasnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan; (5) belum efektifnya manajemen dan tatakelola pendidikan; dan (6) belum terwujudnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan; serta rendahnya budaya baca masyarakat karena masih dominannya budaya lisan di masyarakat dan minimnya ketersediaan sumber bacaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan. Adapun tantangan pembangunan pendidikan adalah: Pertama, menyelesaikan permasalahan akses dan kualitas pendidikan yang meliputi: (1) meningkatkan pemerataan akses terhadap pendidikan semua jenjang, termasuk akses terhadap pendidikan agama dan pendidikan keagamaan; (2) meningkatkan tingkat keberaksaraan; (3) meningkatkan kesiapan anak bersekolah; (4) meningkatkan kemampuan kognitif, karakter, dan soft-skill lulusan; (5) meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan menengah; (6) meningkatkan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan tinggi termasuk kualitas penelitiannya; dan (6) meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

(37)

dan kualitas laboratorium dan perpustakaan; dan (6) meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan.

Ketiga, tantangan untuk mewujudkan manajemen, tatakelola, serta pembiayaan pendidikan yang berkeadilan yang meliputi: (1) meningkatkan manajemen, tatakelola, dan kapasitas lembaga penyelenggara pendidikan; (2) mendorong otonomi perguruan tinggi; (3) meningkatkan kemitraan publik dan swasta; (4) mewujudkan alokasi dan mekanisme penyaluran dana yang efisien, efektif, dan akuntabel; dan (5) menyelenggarakan pendidikan dasar bermutu yang terjangkau bagi semua.

2.2.2. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN

HASIL-HASIL YANG DICAPAI

(38)

peningkatan pemanfaatan potensi perpustakaan dan pertumbuhan semua jenis perpustakaan; dan (16) peningkatan sarana- prasarana dan jumlah bahan pustaka.

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan tersebut juga ditujukan untuk mengurangi kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah, gender, dan antartingkat sosial ekonomi dengan meningkatkan: (a) pemihakan pada siswa dan mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin melalui pemberian bantuan beasiswa bagi siswa dan mahasiswa miskin; (b) pemihakan kebijakan bagi daerah dan satuan pendidikan yang tertinggal (underprivileged); (c) pengalokasian sumberdaya yang lebih memihak kepada daerah dan satuan pendidikan yang tertinggal; (d) pemihakan kebijakan pendidikan yang responsif gender di seluruh jenjang pendidikan; (e) pengembangan instrumen untuk memonitor kesenjangan antarwilayah, gender, dan antartingkat sosial ekonomi; dan (f) peningkatan advokasi dan capacity building bagi daerah dan satuan pendidikan yang tertinggal.

Langkah tersebut telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan penduduk yang ditunjukan dengan membaiknya angka partisipasi murni (APM) jenjang SD/MI/sederajat yang telah mencapai 95,41 persen; APK pada jenjang SMP/MTs/sederajat yang telah mencapai 98,20 persen; dan APK pada jenjang pendidikan menengah 70,53 persen, serta APK pendidikan tinggi yang mencapai 26,34 persen. Di samping itu, pembangunan pendidikan telah mampu menurunkan angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas dari 10,2 persen pada tahun 2004 menjadi 5,3 persen pada tahun 2009. Kemajuan penting lainnya adalah dalam hal peningkatan keadilan dan kesetaraan gender dalam hal akses terhadap pelayanan pendidikan yang ditunjukkan oleh indeks paritas gender APM atau APK yang sudah mencapai angka sekitar 1,0 untuk semua jenjang pendidikan.

(39)

miskin untuk semua jenjang pendidikan. Penyediaan beasiswa siswa miskin ini sudah dimulai sejak tahun 2005 dan cakupannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan angka putus sekolah siswa SD dari 1,7 persen pada tahun 2009 menjadi 1,5 persen pada tahun 2010. Angka melanjutkan sekolah dari jenjang SD ke SMP juga mengalami meningkat dari 90 persen menjadi 91,4 persen pada periode yang sama. Disamping itu, pada tahun 2010 juga telah dilaksanakan program pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah (PMTAS) yang mencakup 1,38 juta siswa TK/RA/SD/MI terutama yang berada di daerah terpencil dan terluar.

Seiring dengan meningkatnya partisipasi pendidikan, mutu pendidikan juga mengalami perbaikan yang didukung antara lain melalui peningkatan proporsi guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1/D4 dari 50,77 persen pada tahun 2009 menjadi 58,9 persen pada tahun 2010 dan yang memiliki sertifikasi pendidik dari 17,89 persen pada tahun 2009 menjadi 34,0 persen pada tahun 2010. Di samping itu, sejak tahun 2011 penentuan kelulusan siswa tidak lagi hanya berdasarkan atas capaian hasil UN, tetapi juga mempertimbangkan hasil evaluasi selama bersekolah. Pemerintah menggunakan hasil pemetaan mutu tersebut untuk memfasilitasi daerah yang kompetensi lulusannya rendah dalam bentuk bantuan khusus peningkatan mutu pendidikan.

(40)

pengembangan e-library di 35 perpustakaan, serta menyediakan layanan koleksi digital melalui e-resources.

Dalam rangka meningkatkan akses dan pemerataan, serta kualitas pendidikan, telah dilakukan upaya peningkatan anggaran pendidikan secara terus menerus, yaitu dari sebesar Rp 225,2 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 266,9 triliun pada tahun 2011, yang sebagian besar dialokasikan melalui Transfer Daerah sebesar Rp 127,7 trilyun pada tahun 2010 dan Rp 159,0 triliun pada tahun 2011.

2.2.3. TINDAKLANJUT YANG DIPERLUKAN

(41)

semua jenis perpustakaan; dan (16) meningkatkan sarana- prasarana perpustakaan dan jumlah bahan pustaka.

2.3 PRIORITAS NASIONAL 3: KESEHATAN

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui upaya peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional yang dititikberatkan pada pendekatan promotif dan preventif, tidak hanya kuratif serta rehabilitatif. Pendekatan tersebut secara keseluruhan diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup menjadi 72,0 tahun pada tahun 2014 sekaligus dalam pencapaian sasaran tujuan pembangunan milenium (MDGs) kesehatan tahun 2015.

2.3.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

(42)

Dalam bidang pembangunan keluarga berencana, permasalahan yang dihadapi, mencakup: masih tingginya angka kelahiran total/total fertility rate (TFR), masih rendahnya angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR), masih tingginya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi pada pasangan usia subur/PUS (unmet need), kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja tentang hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, serta melemahnya kelembagaan KB pasca desentralisasi.

2.3.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN

HASIL-HASILYANG DICAPAI

Langkah-langkah kebijakan yang telah ditempuh untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pembangunan kesehatan, antara lain adalah: (1) peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita; (2) peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB; (3) penurunan prevalensi kasus penyakit menular; (4) pengembangan sumber daya manusia kesehatan; (5) peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat; (6) pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan; dan (7) peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

(43)

spesialis 20 orang dan bidan sebanyak 10.175 orang; (7) meningkatnya ketersediaan obat dan vaksin di sarana pelayanan kesehatan mencapai 82 persen; (8) peningkatan cakupan jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dan jaminan kesehatan daerah (jamkesda) bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (9) meningkatnya jumlah rumah sakit pemerintah menjadi 755 rumah sakit, rumah sakit swasta menjadi 768 rumah sakit; dan (10) meningkatnya rasio tempat tidur (TT) rumah sakit terhadap penduduk menjadi 70,74 TT per 100.000 penduduk.

Pencapaian-pencapaian pembangunan kesehatan diatas merupakan hasil pelaksanaan dari langkah-langkah kebijakan yang dirumuskan berdasarkan dari permasalahan kesehatan yang dihadapi selama ini.

2.3.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

(44)

2.4 PRIORITAS NASIONAL 4: PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, agenda pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini dilakukan melalui 4 (empat) jalur strategi, yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor dan pro-environment. Keberhasilan pelaksanaan keempat jalur strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari indikator penurunan angka kemiskinan. Oleh sebab itu, dalam agenda pembangunan setiap tahunnya, penanggulangan kemiskinan selalu menjadi prioritas yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Berbagai upaya yang terkoordinasi telah dilakukan dalam rangka penanggulangan kemiskinan mengingat bahwa penurunan angka kemiskinan merupakan muara dari hasil kerja keras pembangunan di bidang ekonomi sosial dan budaya baik di pusat maupun di daerah. Selain itu, berbagai kebijakan pertumbuhan yang pro-poor dan pro-job serta kebijakan affirmative/keberpihakan kepada masyarakat miskin juga semakin ditingkatkan untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan.

2.4.1.PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

(45)

penduduk miskin yang rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan juga meningkat. Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2008, jumlah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan Rumah Tangga Miskin (RTM) telah mengalami penurunan yaitu menjadi 9,8 juta dari 12,13 juta pada tahun 2005. Akan tetapi jumlah Rumah Tangga Hampir Miskin (RTHM) meningkat menjadi 7,66 juta jiwa pada tahun 2008 dari 6,97 juta jiwa pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, walaupun mereka masih sangat rentan terhadap terjadinya gejolak ekonomi maupun sosial. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat miskin ini juga ditandai dengan makin berkurangnya selisih antara rata-rata pendapatan masyarakat miskin dengan garis kemiskinan, yaitu dilihat dari menurunnya tingkat kedalaman kemiskinan dari 2,21 pada tahun 2010 menjadi 2,08 pada tahun 2011, serta semakin berkurangnya kesenjangan antar masyarakat miskin dilihat dari menurunnya tingkat keparahan kemiskinan yang menjadi 0,55 pada tahun 2011, dari 0,58 tahun 2010. Namun demikian, gambaran tersebut masih menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin masih belum dapat mengangkat mereka ke atas garis kemiskinan, sehingga masih perlu upaya-upaya yang lebih terfokus dalam penanggulangan kemiskinan.

(46)
(47)

masyarakat miskin dalam pelaksanaan berbagai program/kegiatan penanggulangan kemiskinan, bahkan di beberapa tempat semakin termarjinalkan karena ketidakjelasan status tempat tinggal. Akibatnya masih terdapat masyarakat miskin yang belum dapat merasakan manfaat program penanggulangan kemiskinan secara optimal; (6) masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial, serta masih terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia, seperti tenaga lapangan yang terdidik dan terlatih serta memiliki kemampuan pelayanan kesejahteraan sosial. Selain itu, kendala administrasi kependudukan, birokrasi yang rumit serta mekanisme yang kurang dipahami menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program bantuan sosial; dan (7) masih kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan baik di tingkat pusat, daerah maupun antara pusat dan daerah. Hal ini menyebabkan tidak bersinerginya pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan, keterlambatan penerima manfaat dalam menikmati manfaat program/kegiatan, dan penggunaan anggaran program/kegiatan menjadi tidak efisien.

(48)

upaya menurunkan angka kelahiran pada masyarakat miskin mengingat jumlah anak pada kelompok tersebut lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang lebih sejahtera.

2.4.2.LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN

HASIL-HASIL YANG DICAPAI

Secara makro, berbagai langkah telah dilakukan untuk mendukung upaya keberlanjutan penurunan kemiskinan, diantaranya adalah dengan menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan I tahun 2011 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2010 (y-o-y) sebesar 6,5 persen. Angka ini meningkat dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2010 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2009 (y-o-y) yang sebesar 5,7 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang juga didukung dengan pelaksanaan berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan telah berhasil menurunkan angka kemiskinan menjadi 12,49 persen pada bulan Maret tahun 2011, dari 13,33 persen pada tahun 2010 (Gambar 2.4.1).

GAMBAR 2.4.1

PERKEMBANGAN KEMISKINAN TAHUN 2009—2011

(49)
(50)

sumber-sumber permodalan dan sumberdaya produktif lainnya, termasuk dana kredit untuk rakyat (KUR). Selain itu, juga terdapat program-program lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin. Selanjutnya, melalui Perpres ini, juga diupayakan untuk meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta harmonisasi antar pelaku dan para pihak terkait baik di pusat maupun di daerah agar efektif dalam menurunkan angka kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat.

Berikut ini adalah gambaran dari hasil-hasil pencapaian contoh kegiatan penanggulangan kemiskinan di masing-masing klaster, yaitu Program Keluarga Harapan (PKH), Raskin dan pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) untuk masyarakat miskin pada Klaster I, PNPM Mandiri untuk Klaster II, serta Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan UMKM untuk Klaster III yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah.

1. Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah skema bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfer) yang diberikan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki ibu hamil/ibu menyusui/balita/anak usia sekolah dasar dan menengah pertama. PKH merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan dengan sasaran rumah tangga sangat miskin (RTSM) dan melalui pendekatan pada sektor pendidikan dan kesehatan.

(51)

jumlah penerima, PKH juga menyempurnakan manajemen dan mencoba berbagai inovasi dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh, sistem online pendukung proses verifikasi komitmen telah disempurnakan pada akhir 2009 dan pembayaran berdasarkan hasil verifikasi komitmen sudah dilaksanakan mulai tahun 2010 lalu.

TABEL 2.4.1

SEBARAN DAN ALOKASI PKH 2007—2012

Tahun

Keterangan: *) masih berjalan dan rencana sehingga belum ada info realisasi akhir

Dengan kemajuan yang dicapai dalam penerapan sistem on-line, pembayaran kepada RTSM dapat dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun. Pengajuan pembayaran yang sudah dilakukan untuk RTSM tahap I dan II sebesar Rp 479,3 miliar. Sampai pertengahan tahun 2011, realisasi pembayaran tahap I adalah sebesar Rp217,8 miliar dari pengajuan tahap I sebesar Rp271,5 miliar atau sudah mencapai 80 persen. Adapun untuk pengajuan tahap II masih dalam proses penyaluran sehingga belum tercatat realisasinya. Diharapkan dengan beberapa pilihan metode pembayaran manfaat kepada peserta, yaitu melalui rekening bank dan giro PT. Pos, maka proses pembayaran pada tahun 2011 dapat dipercepat.

(52)

Pada tahun 2010, jumlah penerima Raskin sebanyak 17,488,007 RTSM berdasarkan data hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Alokasi Raskin untuk setiap penerima yaitu 15 kg beras selama 12 bulan, dengan harga tebus beras sebesar Rp 1.600 per kg netto di titik distribusi. Sampai dengan Februari 2011, realisasi penyaluran Raskin tahun 2010 mencapai 98,67 persen. Dari total pagu Raskin sebanyak 2,97 juta ton beras, hanya 2,93 juta ton beras yang dapat disalurkan ke penerima. Meskipun demikian, realisasi penyaluran Raskin tahun 2010 lebih baik jika dibandingkan dengan realisasi Raskin tahun 2009 yang sebesar 97,74 persen. Sampai dengan Juni 2011, realisasi Raskin telah mencapai 50,87 persen (Tabel 2.4.2).

TABEL 2.4.2

REALISASI PENYALURAN RASKIN 2009—2011

Tahun 2009 2010 2011*)

Jumlah RTS Penerima Manfaat

18.497.302 17.488.007 17.488.007

Durasi (bulan) 12 12 12

Pagu Alokasi Setahun (ton)

3.329.514

2.972.961

3.147.841

Realisasi setahun (ton)

3.254.121

2.933.333

1.601.298

% Realisasi thd alokasi

97,74

98,67

50,87

Sumber: BULOG

Keterangan:RTS = Rumah Tangga Sasaran *) sampai dengan Juli 2011

(53)

Kesejahteraan Sosial Anak) tahun 2010, telah berhasil meningkatkan kesejahteraan anak-anak yang sebelumnya berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, termarjinalkan dan tidak memiliki akses ke dalam sistem pelayanan sosial dasar. Beberapa kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan dalam bentuk pemberian Jaminan Sosial Lanjut Usia (JS-LU), bantuan kebutuhan dasar, pendampingan dan perawatan bagi lanjut usia, dan peningkatan keterampilan, serta bantuan pengembangan usaha. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan akses, serta perlindungan sosial para penyandang cacat atau orang dengan kecacatan berat, dilaksanakan pemberian bantuan JSPC (Jaminan Sosial Penyandang Cacat) sejak tahun 2006, saat ini telah mencapai 19.500 orang.

Hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan Kependudukan dan KB sampai dengan bulan Mei 2011, antara lain adalah peningkatan jumlah peserta KB baru yang telah mencapai sekitar 50,3 persen, yaitu sebanyak 3,6 juta peserta dari target sebanyak 7,2 juta peserta, termasuk di dalamnya peserta KB baru miskin (KPS dan KS-1) dan rentan lainnya, yaitu sebanyak 1,6 juta peserta dari target sebanyak 3,8 juta peserta; dan peserta KB baru pria sebanyak 240,8 ribu peserta. Capaian tersebut didukung pula oleh peningkatan jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), yaitu sebanyak 559,8 ribu peserta. Selanjutnya, pencapaian pembinaan peserta KB aktif sampai dengan bulan Mei 2011 tercatat sebanyak 33,4 juta peserta, termasuk di dalamnya adalah peserta KB aktif miskin (KPS dan KS-1) yang telah mencapai 14,3 juta peserta dan peserta KB aktif pria sebanyak 1,1 juta peserta.

2.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri

(54)

meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat miskin melalui pembentukan kelompok-kelompok masyarakat sehingga mereka dapat terlibat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Dengan demikian, diharapkan masyarakat miskin semakin dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. PNPM Mandiri mulai dicanangkan sejak tahun 2008 dan sejak itu, berbagai hasil pembangunan telah dapat dinikmati oleh masyarakat. PNPM Mandiri

(55)

TABEL 2.4.3

JUMLAH KECAMATAN PNPM TAHUN 2010-2011

Program rangka memanfaatkan sisa alokasi anggaran 2010

(56)

Akses Transportasi Ekonomi Kesehatan Pendidikan

alokasi dana terutama digunakan untuk kegiatan dana bergulir (89,44 persen). Untuk sektor pendidikan, alokasi pendanaan PNPM digunakan terutama untuk gedung sekolah (79,89 persen) dan media ajar (12,69 persen). Sementara, untuk sektor kesehatan adalah untuk air bersih (34,61 persen), kesehatan masyarakat (35,6 persen) dan sanitasi (20,94 persen).

GAMBAR 2.4.2

REALISASI BLM PER SEKTOR TA 2010

Sumber: Simpadu PNPM, Bappenas

Sesuai dengan disain PNPM Mandiri, melalui kegiatan PNPM Mandiri diharapkan dapat tercipta lapangan kerja bagi masyarakat miskin. Pada tahun 2010, telah terserap 5,22 juta tenaga kerja dengan jumlah sebesar 66,72 juta hari orang kerja (HOK) dari pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri. Dengan demikian, pelaksanaan PNPM Mandiri tidak hanya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yang merupakan pembangunan modal sosial yang diwujudkan dalam kegiatan gotong-royong, proses pengambilan keputusan bersama, adanya peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan, dan adanya rasa memiliki dalam memelihara fasilitas hasil

9,27% 11,31% 15,06%

(57)

pembangunan secara berkelanjutan, namun juga memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat setempat.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah dilakukan upaya perluasan dan peningkatan kualitas pelaksanaan PNPM Mandiri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui sinkronisasi proses perencanaan partisipatif dari masyarakat dengan perencanaan regular dalam program P2SPP (Program Pengembangan Sistem Perencanaan Pembangunan) sehingga diharapkan usulan masyarakat akan dapat lebih banyak tertampung dalam dokumen perencanaan dan penganggaran di tingkat daerah. Selain itu, upaya untuk mensinergikan program-program sektor berbasis pemberdayaan masyarakat juga ditingkatkan melalui perluasan cakupan program yang masuk sebagai PNPM Mandiri Penguatan, diantaranya adalah PNPM PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), PNPM Pariwisata, PNPM Permukiman, PNPM SANIMAS (Sanitasi Masyarakat), PNPM LMP (Lingkungan Mandiri Perdesaan), dan PNPM Generasi Cerdas dan Sehat. Melalui sinergi program-program sektoral, diharapkan pelaksanaan program-program-program-program sektoral berbasis pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan dapat berjalan secara terpadu.

(58)

masyarakat miskin, sehingga diharapkan mereka dapat keluar dari kemiskinan.

3. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

(59)

TABEL 2.4.4.

REALISASI PENYALURAN KUR SAMPAI DENGAN TAHUN 2010

Indikator

Periode 2007-2010 Tahun 2010

Jumlah Proporsi

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2011)

(60)

sampai Desember 2010 tercatat sekitar 3,81 juta debitur, dengan rata-rata volume KUR yang diterima per debitur yaitu sebesar Rp 9,03 juta, dan tingkat non performing loan (NPL) KUR sebesar 2,52 persen. Penambahan jumlah bank penyalur KUR pada tahun 2010 sehingga menjadi 19 bank yang terdiri dari 6 bank umum dan 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD) telah meningkatkan jangkauan penyaluran KUR

Sementara itu realisasi penyaluran KUR pada semester pertama tahun 2011 telah melebihi target yang ditetapkan (Gambar 2.4.3). Volume penyaluran KUR periode 1 Januari s/d 31 Mei 2011 telah mencapai lebih dari Rp 14,57 triliun, dengan jumlah debitur mencapai 989.406 debitur. Volume Rata-rata KUR yang diterima per debitur yaitu sebesar Rp 14,73 juta. Tingkat pengembalian KUR cukup baik dengan tingkat non performing loan (NPL) hanya sebesar 2,19 persen. Sebaran penyaluran KUR per sektor sampai dengan tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar KUR disalurkan untuk UMKM dan koperasi di sektor perdagangan, restoran, dan hotel dan sektor pertanian (Tabel 2.4.5). Sebaran penyaluran KUR per provinsi terdapat di Tabel 2.4.6.

GAMBAR 2.4.3.

Gambar

TABEL 2.4.2
TABEL 2.4.3
TABEL 2.4.4.
TABEL 2.5.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

d) Select the Config tab. Change the PC Display Name to PC-B. Close the PC-B configuration window. f) Select the Config tab. Change the PC Display Name to PC-C. Close the

Selanjutnya hasil penelitian Prihartini dan Nani Mediatati (2013) yang menunjukkan nilai rata-rata PPKn kelas eksperimen (80,24) yang menggunakan metode TSTS lebih

Time dimensional terdiri dari trends yang merupakan visi dan misi remaja punk, cycles berupa perilaku dan pandangan tentang visi, shift berupa kejadian yang dapat

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

dua, Penelitian tindakan kelas yang dilaku- kan oleh Fathan Al Farizi tahun 2015 menge- nai peningkatan keterampilan membaca pe- mahaman melalui model kooperatif

kesehatan mental dapat diakibatkan dari kecemasan ataupun depresi akibat dari relasi sosial yang tidak baik, akibat tata ruang perkotaan yang kurang kondusif

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas IV SDN 3 Kuripan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Gobogan semester II tahun pelajaran 2018/2019 maka dapat

Pemahaman mengenai tujuan kebijakan juga tidak dapat dilepaskan dari pemahaman aparat pemerintah mengenai masalah sosial yang menjadi sasaran; serta