• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRIORITAS NASIONAL 6: INFRASTRUKTUR

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 85-98)

PERKEMBANGAN HARGA BERAS DALAM DAN LUAR NEGERI TAHUN 2010-

2.6 PRIORITAS NASIONAL 6: INFRASTRUKTUR

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010 – 2014, program aksi bidang infrastruktur adalah: (1) konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu; (2) penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua sepanjang total 19.370 km pada tahun 2014; (3) pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar-moda dan antar-

pulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda; (4) penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada tahun 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini; (5) perbaikan sistem transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan) sesuai dengan Cetak Biru Transportasi Perkotaan, termasuk penyelesaian pembangunan angkutan kereta listrik di Jakarta (MRT dan Monorail) selambat- lambatnya tahun 2014; (6) pembangunan 685.000 Rumah Sederhana Sehat Bersubsidi, 180 Rusunami dan 650 twin blok berikut fasilitas pendukung kawasan permukiman yang dapat menampung 836.000 keluarga yang kurang mampu pada tahun 2012; (7) penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta sebelum tahun 2012 dan penanganan secara terpadu Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo sebelum tahun 2013; (8) penuntasan pembangunan jaringan serat optik di Indonesia bagian timur sebelum tahun 2013 dan maksimalisasi tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi seluruh rakyat.

2.6.1.PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Permasalahan utama di bidang tanah dan tata ruang adalah: (1) Belum tersedianya peraturan terkait dengan pengumpulan data geospasial, pengolahan data dan informasi geospasial, penyimpanan dan pengamanan data dan informasi geospasial, penyebarluasan data dan informasi geospasial dan penggunaan informasi geospasial; (2) Belum tersedianya data dan informasi geospasial dasar dalam berbagai resolusi dan berbagai skala yang mencakup seluruh wilayah darat dan dirgantara serta sebagian wilayah laut nasional; (3) Belum tersedianya secara optimal simpul jaringan data dan informasi geospasial menyebabkan standarisasi data spasial menemui berbagai kendala.

Permasalahan utama di bidang jalan, perhubungan dan transportasi perkotaan adalah: (1) kelebihan beban kendaraan (overloading vehicles), terutama di lintas timur Sumatera, pantai

utara Jawa, dan lintas selatan Kalimantan, masih terjadi di lapangan sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan jalan; (2) permasalahan pembebasan lahan juga masih menjadi hambatan dalam penyelesaian beberapa proyek jalan seperti pembangunan jalan tol di Sumatera dan Trans Jawa; (3) Kondisi kualitas dan kuantitas sarana dan pelayanan angkutan umum khususnya di kawasan perkotaan yang masih terbatas dan belum optimal; (4) Tingginya jumlah dan fatalitas kecelakaan akibat kurangnya disiplin pengguna jalan, rendahnya tingkat kelaikan armada, rambu dan fasilitas keselamatan di jalan, law enforcement peraturan lalu lintas dan pendidikan berlalu lintas; (5) Belum terpadunya pembangunan akses prasarana jalan dengan prasarana pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandara, dan kereta api yang dapat mendukung terwujudnya pelayanan jaringan transportasi multimoda maupun antar moda Pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang meliputi pelabuhan laut dan penyeberangan, kereta api, serta bandara; (6) Masih belum terpenuhinya kebutuhan untuk pengadaan/pembangunan sarana transportasi ynag meliputi bus perintis, kapal penumpang/perintis, armada pesawat perintis termasuk biaya subsidi operasinya dalam rangka peningkatan kelancaran distribusi di suatu wilayah; (7) Proses penyediaan/pengadaan lahan yang membutuhkan waktu yang lama; (8) Insentif pajak yang masih kurang bagi pemberdayaan industri pelayaran dan industri perkapalan nasional.

Permasalahan yang dihadapi oleh bidang perumahan rakyat adalah aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap perumahan beserta sarana dan prasarananya yang belum memadai. Upaya pencapaian Millenium Development Goals pada tahun 2015 masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi separuh penduduk yang belum memiliki akses terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak serta pengurangan separuh penduduk miskin yang menghuni permukiman kumuh. Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan perumahan dan permukiman khususnya dalam pembangunan rusunawa dan Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) adalah terkait dengan kesiapan lahan termasuk aspek legalitas lahan yang harus disiapkan oleh pemerintah daerah. kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum mantap, dan efisiensi pembangunan perumahan masih rendah. Selain itu, belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman dan efisiensi pembangunan perumahan yang masih rendah juga menjadi permasalahan yang menghambat pencapaian kinerja.

Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air dalam RPJMN 2010-2014 ditujukan untuk mendukung sasaran prioritas nasional infrastruktur dalam hal pengendalian banjir dan pengurangan dampak kerusakan akibat banjir, abrasi dan erosi

pantai, lahar sedimen pada wilayah permukiman, pusat

perekonomian, dan industri. Dalam mewujudkan dukungan tersebut, pengembangan dan pengelolaan sumber daya air masih terkendala pada permasalahan dan tantangan pokok sebagai berikut: (1) masih minimnya infrastruktur pengendali banjir seiring dengan semakin meningkatnya kondisi kerawanan banjir, abrasi dan erosi pantai, serta lahar sedimen di pusat pertumbuhan ekonomi, perkotaan, industri, dan kawasan permukiman; dan (2) terhambatnya penyelesaian pembangunan infrastruktur pengendali banjir akibat kendala pembebasan lahan dan permasalahan sosial seperti pada penyelesaian Kanal Banjir Timur (KBT) Jakarta dan waduk pengendali banjir di DAS Bengawan Solo.

Pertumbuhan pembangunan akses telekomunikasi Indonesia sangat mengesankan dengan tingkat penetrasi total pada tahun 2009 mencapai 86,1 persen atau tumbuh lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2005. Pada tahun 2009, tingkat penetrasi seluler Indonesia (71,0 persen) bahkan sudah melebihi rata-rata dunia (68,3 persen). Di sisi lain, ketimpangan penyediaan infrastruktur komunikasi dan informatika masih menjadi masalah. Pada tahun 2009, lebih dari 80 persen infrastruktur akses terdapat di

wilayah barat Indonesia dan baru dua persen desa blank spot yang menjadi target program Universal Service Obligation (USO) memiliki akses internet. Selain itu, tingkat penetrasi broadband nasional masih sangat terbatas yaitu kurang dari dua persen dan jauh tertinggal dari rata-rata dunia (7,0 persen), padahal broadband merupakan infrastruktur komunikasi dan informatika masa depan yang menjadi salah satu pilar pendukung pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional. Kenaikan sepuluh persen tingkat penetrasi broadband diyakini akan memicu pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38 persen di negara berkembang.

2.6.2.LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL- HASIL YANG DICAPAI

Langkah kebijakan dan hasil yang dicapai untuk masing- masing substansi inti program aksi bidang infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014, diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan berbagai permasalahan yang dihadapi, langkah kebijakan dalam pembangunan tanah dan tata ruang adalah: (1) Menyusun berbagai peraturan terkait dengan pengumpulan data geospasial, pengolahan data dan informasi geospasial, penyimpanan dan pengamanan data dan informasi geospasial, penyebarluasan data dan informasi geospasial dan penggunaan informasi geospasial; (2) Melanjutkan percepatan penyediaan data dan informasi geospasial dasar rupabumi, kelautan dan dirgantara dalam berbagai skala; (3) Mempercepat penyusunan standarisasi informasi geospasial dan terhubung seta berfungsinya simpul jaringan data spasial pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Rencana pencapaian tanah dan tata ruang sampai akhir tahun 2011 adalah: (1) UU RI Nomor 4/2011 tentang Informasi Geospasial; (2) Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 85/2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN); (3) Peta rupabumi skala

1:250.000 telah selesai 100 % sebanyak 306 NLP yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang dihadapi, langkah kebijakan dalam pembangunan transportasi tahun 2011 adalah: (1) peningkatan efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi yang mendukung perekonomian nasional dan sosial masyarakat serta pengembangan wilayah melalui preservasi dan peningkatan kapasitas jalan lintas utama beberapa pulau besar serta pembangunan Jalan Tol Trans Jawa; (2) rehabilitasi dan

pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi untuk

mempertahankan dan memulihkan tingkat pelayanan jasa

transportasi; (3) penyediaan fasilitas keselamatan jalan serta penyediaan subsidi keperintisan dan sarana keperintisan; (4) Pembangunan dan pengembangan bandar udara strategis dan pelabuhan-pelabuhan utama/strategis; (5) Upaya pencabutan Larang Terbang Maskapai Nasional Indonesia di Negara Uni Eropa; serta (6) terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 8/2011 tentang Angkutan Multimoda.

Capaian pembangunan sarana dan prasarana transportasi hingga tahun 2010 berdasarkan fokus prioritas nasional adalah: (1) Penyelesaian pembangunan 17 dermaga penyeberangan baru; (2) Penyelesaian pembangunan 9 kapal penyeberangan perintis; (3) Penyelesaian Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) 28 Unit; (4) Penataan kawasan jalur KA pada lintas Jakarta Kota—Tanjung Priok dan Tanjung Priok—Pasar Senen; (5) Elektrifikasi jalur KA eksisting antara Serpong—Parungpanjang sepanjang 11,7 km; (6) Pembangunan jalur KA termasuk jalur ganda sepanjang 89,2 km; (7) pelaksanaan Inpres Nomor 5/2005; (8) pengoperasian kapal type coaster sebanyak 28 unit kapal yang melayani 61 (enam puluh satu) trayek untuk jalur perintis; (9) lanjutan pembangunan/pengembangan pelabuhan lebih dari 100 lokasi di mana 5 (lima) pelabuhan 5 diantara dapat diselesaikan pada

akhir tahun 2011; (10) pemeliharaan 30.854 km jalan nasional dan 100.824 m jembatan; (11) pembangunan 33 km jalan dan 3.904 m jembatan; (12) peningkatan kapasitas 2.047 km jalan pada lintas timur Sumatera, pantai utara Jawa, lintas selatan Kalimantan, lintas barat Sulawesi, dan lintas lainnya serta non lintas; (13) pembangunan flyover/underpass sepanjang 3.766 m; serta (14) pembangunan 245 km jalan dan 1.180 m jembatan pada jalan strategis di lintas Selatan Jawa, kawasana perbatasan, daerah terpencil dan pulau-pulau terluar.

Langkah-langkah kebijakan yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan jangkauan pelayanan perumahan dan kawasan permukiman serta untuk mendukung pencapaian target Millenium Development Goals yaitu: (1) Pengembangan regulasi dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang kondusif serta koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat Pusat dan Daerah dalam rangka pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman; (2) Peningkatan pemenuhan kebutuhan rumah layak huni yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) serta kepastian bermukim bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah, melalui: (a) Pembangunan rumah layak huni melalui pasar formal maupun secara swadaya masyarakat baik untuk pembangunan baru maupun peningkatan kualitas, (b) Pembangunan rumah susun (rusun) baik sewa maupun milik, (c) Penyediaan PSU perumahan dan kawasan permukiman yang memadai untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman serta PSU perumahan swadaya, (d) Penataan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh, (e) Pembangunan rumah khusus, (f) Fasilitasi pra-sertipikasi dan pendampingan pasca sertipikasi tanah bagi MBR; (3) Pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan kawasan permukiman bagi MBR melalui: (a) Pemberian kemudahan dan pengembangan bantuan pembiayaan perumahan melalui dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), (b) Peningkatan pengerahan dan pemupukan dana, baik dana masyarakat, dana tabungan perumahan

maupun dana lainnya sesuai peraturan perundang-undangan, dan (c) Peningkatan pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan untuk

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; (4)

Peningkatan pendayagunaan sumberdaya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman serta pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan teknologi maupun sumber daya dan kearifan lokal; (5) Peningkatan sinergi pusat-daerah dan pemberdayaan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; (6) peningkatan kualitas lingkungan permukiman untuk mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan baik melalui peningkatan kualitas lingkungan perumahan perkotaan maupun penanggulangan kemiskinan (PNPM) di perkotaan dan perdesaan;

(7) peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan

pembangunan perumahan melalui pembinaan teknis, pengembangan kebijakan dan strategi, dan peningkatan pengendalian, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan; (8) peningkatan cakupan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman yang layak sesuai standar pelayanan minimum untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum, air limbah, persampahan, dan drainase baik yang diselenggarakan oleh badan usaha milik daerah (BUMD) maupun yang dilaksanakan oleh komunitas masyarakat.

Pencapaian di bidang perumahan dan kawasan permukiman selama tahun 2010 yaitu: (1) Terbangunnya 49 twin blok (TB) rumah susun sewa dan infrastruktur pendukungnya untuk TNI/POLRI, pekerja industri, pondok pesantren, dan mahasiswa; (2) Penerbitan subsidi perumahan sebanyak 109.523 unit; (3) Terfasilitasinya perumahan swadaya berupa pembangunan 2.000 unit rumah baru serta peningkatan kualitas 20.000 unit rumah yang didukung dengan

PSU; (4) Terbangunnya 1.006 unit rumah khusus; (5)

Terfasilitasinya penataan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh berbasis kawasan seluas 30 hektar; (6) Terfasilitasinya 12.470 unit rumah melalui pembangunan PSU kawasan perumahan

dan permukiman; (7) Terlayaninya 242 kawasan oleh infrastruktur kawasan permukiman perkotaan; (8) Terlayaninya 153 kawasan oleh infrastruktur kawasan permukiman perdesaan; (9) Terlayaninya 237 kecamatan oleh infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (RISE); (10) Terbangunnya infrastruktur permukiman di 3.900 desa tertinggal; (11) Terselenggaranya pendampingan pemberdayaan sosial (P2KP/PNPM) di 10.948 desa; (12) Terlayaninya infrastruktur air minum di 71 kawasan MBR Perkotaan, 170 Ibu Kota Kecamatan (IKK), 19 kawasan khusus, dan 2.807 desa; (13) Terlayaninya 26 kawasan oleh infrastruktur air limbah dengan sistem on-site dan 11 kab/kota dengan sistem off-site; (14) Terlayaninya 25 kawasan oleh infrastruktur drainase perkotaan; serta (15) Terbangunnya infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di 62 kab/kota.

Langkah-langkah kebijakan yang ditempuh dalam mengatasi permasalahan dan tantangan dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya air tersebut adalah dengan mempercepat penyelesaian pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir, pengendali lahar sedimen dan pengaman pantai, terutama pada daerah perkotaan dan pusat-pusat perekonomian melalui: (1) percepatan penyelesaian Kanal Banjir Timur (KBT) Jakarta dan penanganan secara terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo; (2) memprioritaskan pelaksanaan rehabilitasi sarana dan prasarana pengendali banjir dan pengaman pantai; serta (3) mengoptimalkan dan mengefektifkan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali banjir dan pengaman pantai.

Dalam upaya mengendalikan dan mengurangi dampak kerusakan akibat banjir, serta erosi dan abrasi pantai baik secara struktural maupun non struktural terutama pada wilayah berpenduduk padat, wilayah strategis dan pusat-pusat perekenomian, hasil yang telah dicapai selama tahun 2010 adalah: (1) diselesaikannya konstruksi utama Kanal Banjir Timur Jakarta paket

22-29; (2) perbaikan dan pengaturan Sungai Bengawan Solo Hilir untuk pengamanan Kota Cepu; (3) pengadaan 2 unit pompa di Kabupaten Madiun untuk penanganan banjir di Sub DAS Kali Madiun; (4) pembangunan 321 km prasarana pengendali banjir dengan debit banjir rencana 10 tahunan dan rehabilitasi 171 km prasarana pengendali banjir; serta (5) pembangunan pengamanan pantai sepanjang 25 km.

Ketersediaan infrastruktur komunikasi dan informatika yang memadai sangat diperlukan untuk mendukung pemantapan konektivitas nasional, peningkatan daya saing perekonomian nasional dan merupakan persyaratan mutlak untuk mewujudkan masyarakat informasi Indonesia 2015. Kegiatan pembangunan infrastruktur komunikasi dan informatika 2010-2014 difokuskan kepada: (1) penuntasan pembangunan jaringan serat optik di Indonesia Bagian Timur sebelum tahun 2013 yang juga merupakan bagian dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011—2025; dan (2) maksimalisasi tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi seluruh rakyat tahun 2014.

Hasil pelaksanaan kedua kegiatan tersebut sejak pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II hingga Juni 2011 adalah: (1) beroperasinya jaringan tulang punggung (backbone) serat optik berkualitas broadband oleh PT. Telkom yang pada tahun 2010 sudah menjangkau 323 ibukota kabupaten/kota (65 persen) serta selesainya pembangunan link Mataram-Kupang sebagai bagian dari Palapa Ring; (2) selesai disusunnya model bisnis dan konsep peraturan mengenai pembiayaan TIK atau Information and Communications Technology (ICT) Fund sebagai salah satu sumber pembiayaan pengembangan TIK secara umum dan jaringan broadband serat optik Palapa Ring pada khususnya; serta (3) beroperasinya akses telekomunikasi di 28.288 desa, Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) di 5.037 desa ibukota kecamatan, Nusantara Internet Exchange (NIX) di 5 kota, serta Desa Informasi di 16 kabupaten

melalui program Universal Service Obligation (USO). Melalui pengembangan berbagai kebijakan di sektor telekomunikasi, tingkat penetrasi total akses telekomunikasi nasional hingga akhir tahun 2010 telah melebihi jumlah populasi Indonesia yaitu mencapai 105,9 persen.

2.6.3. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai dan

mempertimbangkan permasalahan yang dihadapi, maka Pemerintah berupaya merumuskan berbagai kebijakan dan program/kegiatan pembangunan infrastruktur. Tindak lanjut yang akan dilakukan diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan berbagai permasalahan, langkah kebijakan, dan hasil yang dicapai, maka tindak lanjut yang masih perlu dilakukan adalah: (1) Memprioritaskan implementasi UU RI Nomor 4/2011 tentang Informasi Geospasial (UU IG) dan Peraturan Presiden Nomor 85/2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN); (2) Memprioritaskan pemenuhan data dan informasi geospasial dasar pada wilayah yang belum terpetakan; (3) Memprioritaskan pemenuhan data dan informasi geospasial tema-tema tertentu terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta

daerah rawan bencana alam; serta (4) Memprioritaskan

pembangunan sistem simpul jaringan instansi pemerintah pusat dan daerah. Optimalisasi fungsi penghubung simpul jaringan dengan menyusun dan mengimplementasikan protokol pertukaran dan penyebarluasan data dan informasi geospasial.

Berdasarkan berbagai permasalahan, langkah kebijakan, dan hasil yang dicapai sampai dengan bulan Juni 2011, maka tindak lanjut yang masih perlu dilakukan adalah: (1) pengembangan dan pembangunan jaringan pelayanan transportasi secara antarmoda dan intermoda antara lain upaya untuk memadukan kereta api dengan moda lainnya diantaranya dengan pengembangan akses KA menuju

bandara (KA bandara Soekarno – Hatta, Juanda, Kualanamu dan Minangkabau), pembangunan MRT di DKI Jakarta untuk jalur utara- selatan serta peningkatan aksesibilitas menuju pelabuhan utama untuk mendukung angkutan barang (pelabuhan Tanjung Priok, Cirebon, Tanjung Mas, Tanjung Perak dan Belawan); (2) penyelesaian dan sosialisasi revisi undang-undang sektor transportasi dan peraturan pelaksanaannya; (3) pengembangan angkutan penyeberangan dalam jangka panjang akan disesuaikan dengan pengembangan jalan dan jembatan; (4) pengembangan angkutan perkotaan, angkutan massal, penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan, hemat BBM, meningkatkan rekayasa dan manajemen lalu lintas, menciptakan keterpaduan antar moda di kawasan perkotaan; (5) peningkatan iklim kompetisi secara sehat agar dapat meningkatkan efisiensi dan memberikan alternatif bagi pengguna jasa dengan tetap mempertahankan keberpihakan pemerintah sebagai regulator terhadap pelayanan umum yang terjangkau oleh masyarakat; (6) Menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif bagi industri pelayaran nasional; (7) Pelaksanaan National Single Window (NSW); (8) peningkatan kapasitas jalan pada jalan nasional lintas dan non lintas, terutama pada ruas-ruas utama perekonomian seperti Pantura Jawa, Lintas Timur Sumatera, Lintas Barat Sulawesi, Lintas Selatan Kalimantan, sedangkan jalan non lintas di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Bali, Kepulauan Nusa Tenggara dan Pulau Papua; serta (9) dukungan pemerintah untuk pembangunan jalan tol melalui penyediaan biaya pengadaan tanah.

Pada tahun 2011, akan dilanjutkan upaya-upaya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang telah dilakukan pada tahun 2010 yaitu: (1) melanjutkan pembangunan 143 TB rumah susun sewa dan infrastruktur pendukungnya yang dialokasikan untuk TNI/POLRI, pekerja industri, pondok pesantren, dan mahasiswa; (2) penyaluran FLPP untuk 338.815 unit rumah baik untuk rumah tapak, rumah susun milik dan rumah murah; (3) fasilitasi perumahan

swadaya/rumah sangat murah berupa pembangunan baru sebanyak 12.500 unit, peningkatan kualitas yang didukung dengan PSU sebanyak 12.500 unit serta pendampingan pra dan pasca sertipikasi hak atas tanah sebanyak 7.500 unit ; (4) pembangunan 750 unit rumah khusus; (5) fasilitasi penataan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh berbasis kawasan seluas 100 hektar; (6) fasilitasi PSU kawasan perumahan dan permukiman berupa bantuan stimulan PSU rumah sejahtera susun sebanyak 4.046 unit dan bantuan stimulan PSU rumah sejahtera tapak sebanyak 112.964 unit; (7) melanjutkan pembangunan infrastruktur permukiman di 3.987 desa tertinggal; (8) penyelenggaraan pendampingan pemberdayaan sosial (P2KP/PNPM) di 10.948 desa; (9) pelayanan 259 kawasan oleh infrastruktur kawasan permukiman perkotaan; (10) pelayanan 102 kawasan oleh infrastruktur kawasan permukiman perdesaan; (11) pelayanan infrastruktur air minum di 170 kawasan MBR perkotaan, 165 Ibukota Kecamatan (IKK), 67 kawasan khusus, dan 1.717 desa; (12) pelayanan 131 kawasan oleh infrastruktur air limbah dengan sistem on-site dan 11 kab/kota dengan sistem off-site; serta (13) pelayanan 54 kawasan oleh infrastruktur drainase perkotaan; (14) melanjutkan pembangunan infrastruktur stasiun antara dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di 91 kab/kota.

Dalam rangka melanjutkan upaya mengendalikan dan mengurangi dampak kerusakan akibat banjir baik, abrasi pantai dan lahar/sedimen secara struktural maupun non struktural terutama pada wilayah berpenduduk padat, wilayah strategis dan pusat-pusat perekenomian, kebijakan yang dilakukan adalah mempercepat penyelesaian pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir, pengaman pantai dan pengendali lahar/sedimen terutama pada daerah perkotaan dan pusat-pusat perekonomian dan daerah bencana seperti bencana Merapi dan Wasior Papua dengan sasaran yang akan dicapai di tahun 2012 adalah: (1) penyelesaian bangunan pelengkap Kanal Banjir Timur; (2) pelaksanaan penanganan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo secara terpadu sesuai tahapan yang direncanakan; (3)

pembangunan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir masing-masing sepanjang 195,90 km, 200,12 km, dan 1.354,15 km; (4) pembangunan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan sarana/prasarana pengaman pantai masing-masing sepanjang 43,51 km, 11,38 km dan 25,96 km; dan (5) pembangunan, rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen pada masing-masing sebanyak 57 buah, 30 buah dan 47 buah.

Hingga tahun 2014, pembangunan komunikasi dan

informatika akan difokuskan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010—2014 serta Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011—2025 yaitu: (1) melanjutkan pembangunan Palapa Ring hingga menjangkau seluruh pulau besar di Indonesia dan 88 persen ibukota kabupaten/kota baik yang dilakukan oleh PT. Telkom maupun pemerintah melalui ICT Fund; (2) melanjutkan penyediaan jasa akses dan memastikan keberlanjutan layanan telekomunikasi dan informatika dengan sasaran 100 persen jangkauan di daerah blank spot yang menjadi target USO.

2.7 PRIORITAS NASIONAL 7: IKLIM INVESTASI DAN

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 85-98)