Peringkat: Trading Across Borders 2010 2011 Singapura 1 1 Thailand 16 12 Malaysia 37 37 Indonesia 49 47 Brunei 51 52 Filipina 68 61 Vietnam 59 63 Kamboja 126 118 Laos 170 170
Sumber: Doing Business 2011, Bank Dunia
Kedua, pemanfaatan National Single Window (NSW) yang masih perlu diperluas agar jumlah eksportir dan importir yang memanfaatkan sistem NSW tersebut menjadi lebih banyak. Upaya optimalisasi NSW ini tentunya akan dapat membantu dalam menurunkan biaya ekonomi tinggi, karena proses ekspor dan impor melalui NSW dapat mencegah adanya pungutan diluar biaya resmi.
Di bidang ketenagakerjaan, sejak dikeluarkannya UU 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tingkat fleksibisitas pasar kerja Indonesia menempati urutan 149 dari 183 negara di dunia. Jika dibandingkan dengan Negara pesaing dalam menarik investasi di kalangan Asia Pasifik, Indonesia menempati urutan 23 dari 24 negara, menurut laporan Doing Business (tahun 2010), sebuah survei yang antara lain mengukur secara kuantitatif berbagai peraturan dalam mempekerjakan pekerja. Undang-undang tersebut dirasakan sangat memberatkan bagi perusahaan dalam mempekerjakan karyawan. Pasal yang dianggap memberatkan bagi perusahaan adalah pasal 156 dari UU no 13/2003 tentang pemberian pesangon.
Upaya pemerintah untuk menyempurnakan peraturan
ketenagakerjaan sudah dilakukan sejak tahun 2006. Beberapa pasal dalam UU tersebut yang dinilai sangat kaku dan berdampak kepada turunnya laju pertumbuhan penciptaan lapangan kerja formal diusulkan untuk dirubah. Namun hingga saat ini, belum ada kata sepakat dari serikat pekerja untuk menyetujui usulan perubahan tersebut.
Secara keseluruhan, lapangan kerja yang tercipta dalam periode Februari 2010 sampai Februari 2011 mengalami peningkatan 3,87 juta orang, sehingga tingkat pengangguran terbuka menurun menjadi 6,8 persen. Namun demikian, pertumbuhan pekerja formal sektor industri manufaktur pada Februari tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 4,66 persen.
2.7.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL- HASIL YANG DICAPAI
Dalam upaya meningkatkan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif, beberapa langkah kebijakan secara simultan telah dilakukan dengan hasil yang dicapai adalah:
1. Dalam rangka penyederhanaan prosedur, sampai bulan Juni 2011 telah terbangun 256 Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari 256 PTSP tersebut, sebanyak 55 kabupaten/kota dan 33 propinsi atau 34,4 persennya telah tersambung dengan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
2. Pemberian tax holiday melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 94/2010 ditujukan kepada penanam modal pada industri baru, industri pionir, industri yang tidak mendapatkan fasilitas pajak yang ada sebelumnya, memperkenalkan teknologi baru, dan memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.
3. Untuk mempercepat pelaksanaan proyek kerjasama
pemerintah swasta (KPS) telah ditandatangani MoU trilateral antara Menteri PPN/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan, dan Kepala BKPM. Pemerintah dalam komitmennya untuk mempercepat implementasi KPS telah dilakukan antara lain: 1) dana talangan menjamin ketersediaan tanah (land fund), 2) dana penjaminan (Guarantee fund ) dengan dibentuknya PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 3) dana pembiayaan infrastruktur dengan dibentuknya PT. Sarana Multi Infrastruktur dan PT. Indonesia Infrastructure Financing Facility, dan 4) penyediaan fasilitas pendukung dana bergulir untuk eksplorasi panas bumi.
4. Telah dibatalkannya 1.843 Perda bermasalah yang
menghambat investasi sepanjang tahun 2010.
5. Diterbitkannya berbagai peraturan tentang kawasan ekonomi khusus (KEK), yaitu Perpres No. 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan untuk Kawasan Ekonomi Khusus, Kepres No. 8 Tahun 2010 tentang Keanggotaan Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
Berbagai implementasi kebijakan ekonomi yang telah dilakukan mampu menjaga stabilitas perekonomian dan sekaligus meningkatkan kredibilitas di mata berbagai lembaga pemeringkat
internasional seperti Fitch, Moody’s, dan Standard & Poors yang merefleksikan optimisme sekaligus kepercayaan lembaga rating tersebut terhadap kredibilitas serta kemampuan otoritas perekonomian Indonesia dalam mengatasi berbagai tantangan termasuk peningkatan tekanan inflasi serta besarnya arus modal masuk.
Aliran modal asing (foreign direct investment-FDI) periode Januari-Maret 2011 (triwulan I) meningkat 55,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari USD 2,9 miliar menjadi USD 4,5 miliar, dan meningkat 4,7 persen dari triwulan IV- 2010 yang hanya USD 4,3 miliar. Kenaikan arus masuk FDI di lain pihak juga diikuti oleh meningkatnya aliran ke luar yang mencapai 275 persen dari USD 0.4 miliar menjadi USD 1,5 miliar (y-o-y).
Nilai realisasi PMDN dan PMA sektor nonmigas pada semester I/2010 masing-masing mencapai Rp21,9 triliun dan USD 7,6 miliar, sedangkan pada semester I/2011 masing-masing mencapai Rp33,0 triliun dan USD 9,2 miliar, atau meningkat sebesar 50,8 persen dan 20,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 (y-o-y).
Sementara itu, fungsi utama dari sistem logistik nasional adalah untuk menjamin kelancaran arus barang strategis dan ekspor yang ditujukan untuk: (i) meningkatkan efisiensi biaya distribusi; dan (ii) meningkatkan jaminan ketersediaan dan keterjangkauan terhadap barang strategis. Upaya yang telah dilakukan pemerintah antara lain sebagai berikut:
1. Penetapan pengembangan sistem logistik nasional sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional, yang tertuang dalam RPJMN 2010—2014 (Perpres No. 5 tahun 2010) pada Prioritas Nasional 7 dan Fokus Prioritas pada pembangunan Bidang Ekonomi.
2. Penyempurnaan rancangan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, yang akan segera ditetapkan melalui
Peraturan Presiden yang rencananya akan dikeluarkan pada akhir tahun 2011.
3. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda
4. Pembangunan 112 unit pasar tradisional di daerah tertinggal dan terpencil serta renovasi 127 unit pasar tradisional pada tahun 2010. Selain itu, dalam rangka pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG), pada tahun 2010 telah dibangun 11 gudang di 11 kabupaten.
Dalam rangka mempercepat proses ekspor dan impor, Indonesia telah menerapkan National Single Window (NSW) sehingga proses ekspor dan impor dapat lebih cepat dan lebih sederhana. Sampai saat ini, portal INSW telah beroperasi secara penuh (mandatory) di 5 pelabuhan utama (sekitar 90% dari layanan nasional) yang memberikan fasilitasi semua layanan terkait ekspor- impor. INSW dimandatorikan secara resmi oleh Presiden RI pada Januari 2010. Sementara itu, integrasi aplikasi INATRADE untuk ekspor telah dimandatorikan pada akhir bulan Oktober 2010.Selain itu, portal INSW sudah dapat dioperasikan secara live dengan waktu layanan 7X24 Jam. Pada tahun 2011, implementasi NSW sudah masuk pada tahapan pengembangan Sistem NSW 2011, yang difokuskan pada pengembangan sistem untuk “Cargo Release” di TPS (Tempat Penimbunan Sementara/Terminal) dan pengembangan TPS Online untuk diintegrasikan dengan Portal INSW. Jadwal penerapan INSW dapat dilihat pada Gambar 2.7.1 berikut:
GAMBAR 2.7.1