KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya,
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (BLKL) yang berjudul “Perkembangan, jenis Bank,
kesehatan dan rahasia Bank”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Bank
dan Lembaga Keuangan lainnya. Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan isi makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak atas sumber-sumber materi sebagai referensi yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Hormat kami,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... 1
Daftar Isi ... 2
Pendahuluan ... 3
Pembahasan ... 4
BAB I: Perkembaangan Bank ... 4
BAB II: Jenis Bank ... 9
BAB III: Kesehatan Bank ... 14
BAB IV: Rahasia Bank ... 16
Kesimpulan ... 20
PENDAHULUAN
Kondisi ekonomi di Indonesia tidak luput dari peran Bank. Bank adalah suatu badan usaha yang terlibat dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia.
Maka dari itu, seiring berjalannya waktu, Bank selalu mengalami perubahan
dan perkembangan. Perubahan ini selain di sebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial.
Selain itu, untuk menjaga agar bank tetap eksis dalam dunia perekonomian global maka bank perlu dinilai secara rutin yang disebut dengan penilaian kesehatan bank. Kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usah perbankan, baik dari kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri, mengelola dana, menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Bank juga merupakan suatu lembaga keuangan dimana masyarakat
memberikan kepercayaan yang kuat untuk menyimpan dana mereka. Faktor yang paling penting dari suatu kepercayaan masyarakat itulah yang akan mendorong suatu bank untuk menjaga kerahasiaan data nasabah, apakah terpeliraha dan terjamin dengan baik. Karena salah satu fungsi utama bank adalah Agent of trust
PEMBAHASAN
BAB I: PERKEMBANGAAN BANK DI INDONESIA
Perkembangan perbankan di Indonesia meliputi faktor internal yaitu kondisi dunia perbankan itu sendiri dan faktor eksternal meliputi keadaan ekonomi, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia secara umum dapat di kelompokkan dalam empat periode. Keempat periode itu adalah :
a. Kondisi perbankan di Indonesia sebelum serangkaian paket-paket
deregulasi di sektor riil dan moneter.
b. Kondisi perbankan di Indonesia setelah munculnya deregulasi sampai dengan masa sebelum terjadinya krisis ekonomi.
c. Kondisi perbankan di Indonesia pada masa krisis ekonomi. d. Kondisi perbankan di Indonesia pada saat sekarang ini.
A. Kondisi Sebelum Deregulasi
Perbankan masa ini sangat di pengaruhi oleh berbagai kepentingan
ekonomi dan politik dari penguasa, yang di dalam hal ini adalah pemerintah. Dengan demikian fungsi utama perbankan pada masa penjajahan adalah sebagai berikut :
a. Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana
investasi dan modal kerja perusahaan.
b. Memeberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar milik kolonial.
c. Membantu pemindahan dan jasa modal dari wilayah kolonial ke Negara penjajah.
d. Sebagai tempat sementara dari dana hasil pemungutan pajak.
Fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum adanya deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, dengan demikian fungsi utamanya adalah sebagai berikut :
Memobilisasikan dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana investasi dan modal kerja perusahaan-perusahaan besar.
Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar. Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan
pemerintah.
Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor sektor yang ingin di kembangkan oleh pemerintah.
B. Kondisi Pada Periode Deregulasi
Tingkat inflasi yang tinggi serta kondisi makro ekonomi secara umum yang tidak bagus terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yang tidak dapat memobilisasikan dana dengan baik. Untuk mengatasi situasi yang serba tidak menguntungkan ini cara yang di tempuh pemerintah pada waktu itu adalah dengan
melakukan serangkaian kebijakan berupa deregulasi di sektor riil dan di sektor moneter. Kebijakan-kebijakan itu antara lain:
1. Kebijakan 1 juni 1983
a. Penghapusan ketentuan pagu kredit (credit ceiling).
b. Pengurangan KLBI kecuali untuk sektor yang berprioritas tinggi.
c. Pembebasan bagi bank-bank untuk menetapkan tingkat bunga sumber dana dan kredit kecuali sektor yang diprioritaskan.
2. Paket 27 Oktober 1998
a. Meningkatkan pengerahan dana masyarakat yang dilakukan meliputi:
1.1Pembukaan izin pendirian bank-bank baru dengan modal disetor yang relatif kecil (Bank Umum 10 miliar, Bank
Campuran 50 miliar dan BPR 50 juta).
1.2Kesempatan peningkatan usaha Bank tabungan dan BPR menjadi bank umum.
1.3Kemudahan membuka kantor cabang-cabang baru.
b. Meningkatkan ekspor nonmigas. c. Peningkatan efisiensi perbankan.
d. Peningkatan kemampuan pengendalian pelaksanaan kebijakan moneter.
e. Perbaikan iklim pengembangan pasar modal dengan melakukan perlakuan perpajakan yang seimbang terhadap penghasilan dari
deposito dengan penghasilan dari surat-surat berharga pasar modal. 3. Paket kebijakan 20 Desember 1988
a. Penyelenggaraan bursa efek oleh swasta dan ketentuan lain di bidang pasar modal.
b. Penyediaan alternatif sumber pembiayaan berupa sewa guna usaha, pajak piutang, modal ventura, perdagangan surat berharga.
c. Membuka kesempatan mendirikan perusahaan asuransi dan lembaga pendukungnya.
4. Paket kebijakan 25 Maret 1989
a. Penyempurnaan paket 27 Oktober 1988.
5. Paket kebijakan 29 januari 1990
a. Penyempurnaan paket sebelumnya menuju penyelenggara lembaga keuangan dengan prinsip kehati-hatian (prudent banking regulation). Pertimbangan dikeluarkannya paket kebijakan ini
karena deregulasi telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap industri perbankan.
7. Paket Kebijakan 29 Mei 1993
a. Penyediaan modal minimum (capital adequacy rati) atau CAR. b. Batas maksimum pemberian kredit (BMPK).
c. Kredit usaha kecil (KUK).
d. Pembentukan cadangan piutang.
e. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposite ratio).
C. Kondisi Perbankan era krisis moneter
Deregulasi dan penerapan kebijakan-kebijakan lain yang terkait dengan sektor moneter dan riil telah menyebabkan sektor perbankan lebih mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerja makroekonomi di Indonesia. Mobilisasi
dana melalui perbankan menjadi lebih besar dan perbankan menjadi lebih besar peran sertanya dalam menunjang kegiatan di sektor riil melalui peningkatan produksi barang dan jasa. Deregulasi di atas ternyata kurang diimbangi dengan manajemen resiko perbankan yang baik. Sehingga kondisinya pada saat itu adalah:
a. Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia menurun drastis.
b. Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat. c. Adanya spread negative.
D. Kondisi Perbankan saat ini
Ada beberapa hal penting menandai kondisi terakhir sektor perbankan di Indonesia, antara lain :
a. Selesainya penyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
b. Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank
Indonesia untuk membentuk atau menyusun lembaga pengawas perbankan yang independen.
c. Kinerja perbankan yang telah menunjukkan kondisi masa peralihan atau awal masa pemulihan dari krisis ekonomi kearah kondisi perbankan yang lebih sesuai dengan praktik-praktik perbankan yang
lebih baik.
d. Peluncuran konsep permodalan baru berupa Basel II yang merupakan hasil penyempurnaan atas The 1988 Based Capital Accord (Basel II). e. Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
f. Operasionalisasi Forum Stabilitasi Sistem Keuangan (FSSK). g. Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
h. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU).
BAB II : JENIS BANK
Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha: A. Bank Umum
Bank umum didefiniskan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan kredit.
2. Memberikan surat pengakuan utang.
3. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
(safe deposite box).
4. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan pada suatu kontrak.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah (transfer).
6. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
B. Bank Perkreditan Rakyat
Bank perkreditan rakyat didefiniskan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha
Badan hukum suatu bank umum dapat berupa:
a. Perseroan Terbatas. b. Koperasi.
c. Perusahaan Daerah.
Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa:
a. Perusahaan Daerah.
b. Koperasi.
c. Perseroan Terbatas.
d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Jenis Bank Menurut Pendirian dan Kepemilikan
a. Bank Umum 1) Pendirian
Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha
dengan izin Direksi Bank Indonesia oleh :
Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
2) Persetujuan prinsip
Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurang-kurangnya oleh seorang calon pemilik kepala Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan, dan dilampiri dengan:
Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar.
Data kepemilikan.
Rencana susunan organisasi. Rencana kerja untuk tahun pertama.
Bukti setoran modal sekurang-kurangnya 30% dari modal disetor minimum.
Dan lain-lain. 3) Izin usaha
Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan oleh direksi bank kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan dan dilampiri dengan :
Akta pendirian badan hukum. Data kepemilikan.
Daftar susunan dewan komisaris.
Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja, termasuk susnan personalia.
Dan lain-lain. 4) Kepemilikan
Kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan.
5) Dewan komisaris dan direksi
Laporan pengangkatan anggota dewan komisaris atau direksi wajib
umum pemegang saham atau rapat anggota, disertai dengan notulen rapat umum pemegang saham atau notulen rapat anggota.
b. Bank Perkreditan Rakyat
BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,
pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya. Bank umum dan BPR yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas sangat dimungkinkan untuk mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama karena bank mum
dan BPR yang bentuk hukumnya Perseroan Terbatas dapat menerbitkan saham, meskiun hanya saham atas nama.
Jenis Bank Menurut Target Pasar
Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Retail Bank.
b. Corporate Bank. c. Retail-Corporate Bank. Jenis Bank Menurut Fungsi
a. Bank Sentral, contohnya : Bank Indonesia, Bank of China. b. Bank Umum, contohnya : BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri.
c. Bank Pembangunan, contohnya : Bank Jatim, Bank DKI, Bank Jabar. d. Bank Desa.
e. BPR.
Jenis Bank Menurut Status Kepemilikan
a. Bank Milik Negara, contohnya : Bank Bukopin, BTN, BNI, BRI. b. Bank Milik Swasta Nasional, contohnya : BCA, Bank Mega.
c. Bank Swasta Asing, contohnya : Citibank, HSBC.
d. Bank Pembangunan Daerah, contohnya : Bank Jatim, Bank DKI. e. Bank Campuran, contohnya : Bank UOB Buana, Bank DSB Indonesia. Jenis Bank Menurut Kegiatan Operasional
b. Bank Non devisa.
Jenis Bank Menurut Pencipataan Uang Giral a. Bank Primer.
b. Bank Sekunder.
Jenis Bank Menurut Sistem Organisasi a. Unit Banking System.
b. Branch Banking System.
c. Holding Company Bank.
d. Multi-Holding Company Bank. e. Correspondent Banking.
Jenis Bank Menurut Letak Geografis a. Komunitas bank Lokal.
BAB III: KESEHATAN BANK
A. Kesehatan Bank 1. Pengertian
Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usah perbankannya. Kegiatan tersebut mencakup:
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.
d. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
2. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa:
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuditas, rentabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,
perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Sesuai Lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional perihal setiap penilaian tingkat kesehatan bank umum. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS, yang terdiri dari: Capital (Modal), Asset Quality (Kualitas asset), Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas) dan
BAB IV: RAHASIA BANK A. Rahasia Bank
Pasal 1 angka 16 UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan: “Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan
wajib dirahasiakan”.
Pasal 1 angka 28 UU No. 10 tahun 1998: “Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dangan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.”
B. Tujuan Penerapan
Dasar dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Tanpa adanya
kepercayaan dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Integritas pengurus.
b. Pengetahuan dan Kemampuan pengurus baik berupa pengetahuan kemampuan manajerial maupun pengetahuan dan kemampuan teknis
perbankan.
c. Kesehatan bank yang bersangkutan.
d. Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank.
Sebagaimana dikemukakan di atas, salah satu faktor untuk dapat
memelihara dan meningkatkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan bank
terhadap kewajiban rahasia bank. Maksudnya adalah menyangkut “dapat atau tidaknya bank dipercaya oleh nasabah yang menyimpan dananya pada bank tersebut untuk tidak mengungkapkan simpanan nasabah identitas nasabah tersebut kepada pihak lain”. Dengan kata lain, tergantung kepada kemampuan bank itu
Data nasabah yang berada di bank, baik data keuangan maupun non keuangan, seringkali merupakan suatu data yang ingin diketahui oleh pihak lain. Jumlah kekayaan yang tersimpan di bank bagi nasabah tertentu merupakan sesuatu yang perlu dirahasiakan dari orang lain. Biodata bagi nasabah tertentu merupakan data yang harus dirahasiakan. Sebagian nasabah juga menginginkan
agar pinjamannnya dari bank dirahasiakan kepada orang lain. Bila kerahasiaan data nasabah tidak dapat dijamin oleh bank, maka nasabah akan merasa enggan untuk berhubungan dengan bank. Dalam usaha mewujudkan terjaminnya rahasia tertentu dari nasabah yang berada di bank, maka ketentuan tentang rahasia bank
dicantumkan dalam undang-undang perbankan.
a. Dasar Hukum
Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 dan
undang-undang Nomor 10 tahun 1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut: a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpananannya.
c. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi.
Pihak terafiliasi adalah:
1) Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat,
atau karyawan bank.
2) Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat atau karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain, akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan lainnya.
b. Pengecualian Terhadap Rahasia Bank
Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan undang-undang,
data nasabah di bank dapat saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian terhadap rahasia bank tersebut meliputi:
1) Kepentingan perpajakan.
Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat
mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. Perintah tertulis tersebut harus menyebutkan nama pejabat pajak dan nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya, dan pihak wajib memberikan keterangan yang diminta.
2) Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN.
Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/ panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitor, dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang diminta. Izin sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas permintaan
tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/ Ketua Panitia Urusan Piutang Negara. Permintaan tertulis tersebut di atas harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat Badan Urusan piutang dan Lelang negara/ Panitia Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitor yang bersangkutan, dan alasan diperlukanya keterangan.
3) Kepentingan peradilan dalam perkara pidana.
Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. Direksi bank bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut. Dalam situassi ini bank dapat menginformasikan keadaan keuangan nasabah yang dalam perkara serta
keterangan yang berkaitan dengan perkara tersebut, tanpa izin dari pimpina Bank Indonesia.
4) Tukar-menukar informasi antar bank.
Direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya
kepada bank lain. Tukar-menukar informasi antarbank dimaksudkan untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari suatu bank yang lain. Dengan demikian bank dapat menilai tingkat risiko
yang dihadapi, sebelum melakukan transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain.
5) Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis.
Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpaan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk
oleh nasabah penyimpan tersebut atas dasar permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis.
6) Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia.
BAB V: KESIMPULAN
Bank merupakan suatu badan usaha yang dewasa ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan ekonomi suatu masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Bank
mengalami perkembangan dari mulai era sebelum deregulasi, sesudah deregulasi, era krisis ekonomi sampai keadaan Bank saat ini.
Dari kajian diatas, kita dapat menyimpulkan pula bahwa Bank juga harus memiliki seperangkat kesehatan dimana penilaian tingkat kesehatan Bank
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS, yang terdiri dari : Capital (Modal), Asset Quality (Kualitas asset), Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas) dan Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap resiko pasar).
Selain itu, suatu Bank juga harus bisa memegang teguh kepercayaan yang diberikan masyarakat sesuai dengan fungsi Bbank yaitu ‘agent of trust’ atau
tempat kepercayaan. Maka, makalah ini menjelaskan bagaimana suatu Bank harus menyimpan data-data nasabah sebaik mungkin sehingga terjamin kerahasiaannya karena kepercayaan masyarakat adalah tolak ukur yang paling utama untuk eksistensi suatu bank.
Dalam pembahasan yang telah ditulis dalam isi makalah ini, kita dapat
DAFTAR PUSTAKA
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan edisi kelima. Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Riziiq Ma’rufa, L. “Bank dan Lembaga Keuangan: Perkembangan Perbankan di Indonesia.”. Dapat ditemukan di halaman:
https://www.academia.edu/10081357/Bank_dan_Lembaga_Keuangan_-_Perkembangan_Perbankan_di_Indonesia
Maryanto, Wendy. “Kesehatan dan Rahasia Bank Makalah Bank dan Lembaga Keuangan lainnya.” Dapat ditemukan dihalaman: