• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN

RETINOBLASTOMA

I. ANATOMI FISIOLOGI RETINA

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada

serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora

serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea

(bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam

penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea.

Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih

kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi

foali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf

optik.

Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan

dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor

penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:

1. Sel bipolar

2. Sel ganglion

3. Sel horizontal

4. Sel amakrin

Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel

muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di permukaan

dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai

bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

(2)

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini

mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel

amakrin dengan sel ganglion.

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam

lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan

merah pada hyperemia.

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam

penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:

- Elektroretino-gram (ERG)

- Elektro-okulogram (EOG)

- Visual Evoked Respons (VER)

Fungsi Retina

Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.

Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut

daripada bagian perifer retina.

- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi

untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.

- Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya remang.

Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.

(3)

II. PENGERTIAN

Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi

dan merupakan tumor ganas retina pad anak.

40 % penderita retinoblastoma merupakan penyakit herediten. Retinoblastoma merupakan

tumor yang bersifat autosomal dominan dan merupakan tumor embrional.

Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila

terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan.

(4)

Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di Indonesia.

Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan akan tumor

pada anak, sehingga prang tua penderita lebih cepat memeriksakan mata anaknya.

III. PENYEBAB

Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan protektif

yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.

Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena

kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan

ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar

ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel

somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.

IV. PATOFISIOLOGI

Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,

terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi

unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten yang

diwariskan melalui kromosom.

Massa tumor dapat tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan tumbuh menembus keluar

lapisan retina atau ke ruang sub retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus.

Pertumbuhan endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan inti dalam

lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan

dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.

Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe endofilik dan dapat

timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor

dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan perluasan

ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai metastasis

hematogen ke tulang dan sumsung tulang.

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:

(5)

• Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus

optikus yang dipotong saat enuklasi.

• Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan

degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 %

menurunkan anak dengan retinoblastoma.

V. TANDA DAN GEJALA

1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.

2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang

tidak normal.

3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan,

uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.

4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.

5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.

6. Tajam penglihatan sangat menurun.

7. Nyeri

(6)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase

ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

- Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.

- Elektro-okulogram (EOG)

- Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan

rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan

rangsangan/penglihatan pada seseorang.

VII. PENATALAKSANAAN

Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan yang

memungkinkan tanpa membahayakan hidup. Terapi primer retinoblastoma unilateral

biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif seperti krioterapi,

fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.

• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik,

tergantung dari letak, besar dan tebal.

• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau

kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.

• Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan

enuklasi.

• Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan

kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.

(7)

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

RETINOBLASTOMA

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai

pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga

kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan

oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai

penyakit kanker tersebut.

Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah

memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah

penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk

mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya

dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin

pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus

lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit

retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan.

Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan

terhadap pasien dengan retino blastoma.

1. Rumusan Masalalah

1. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?

1. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?

2. Tujuan

Tujuan Umum:

(8)

Tujuan khusus :

1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.

2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.

3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.

4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.

5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.

6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma

7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma

8. Manfaat

Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan faham akan asuhan

keperawatan yang tepat untuk pasien retina blastoma,sehinggga didunia rumah sakit nanti dapat

menerapkan asuhan keperawatan ke pasien retino blastoma dengan tepat.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina.

Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat

diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa

kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi

pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan

dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah

1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

2.2 Etiologi

(9)

diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang

diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi

dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.

Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan.

Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang

merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke

kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2.3 Manifestasi klinis

Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat

terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan

gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai

endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan

menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan

tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak,

melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang

melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan

kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.

Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen,

ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.

Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus.

Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata

atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata

menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila

stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah,

berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah

bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.

2.4 Patofisiologi

(10)

2.5 Klasifikasi Stadium

Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi

1. Golongan I

a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.

b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator

2. Golongan II

a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator

b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator

3. Golongan III

a. Beberapa lesi di depan ekuator

b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil

4. Golongan IV

a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd

b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata

5. Golongan V

a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina

b. Penyebaran ke vitreous

Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt

pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.

Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana

retinoblastoma menyebar sebagai berikut :

1. Derajat I intraokular

a. tumor retina.

b. penyebaran ke lamina fibrosa.

c. penyebaran ke ueva.

2. Derajat II orbita

a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.

b. Nervous optikus.

(11)

Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local

untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional,

dan metastatic.

Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran

seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis

biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya

terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau

setelah gagal pengobatan local.

Jenis terapi

1. Pembedahan

Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola

mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik.

Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah

akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga

terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.

Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis

iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti

pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis

tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular

seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan

relaps orbita.

1. External beam radiotherapy (EBRT)

Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif

lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan

pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi

dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata

dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran

tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan

fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti

enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan

meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.

1. Radioterapi plaque

(12)

residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah

kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.

1. Kryo atau fotokoagulasi

Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini

sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi.

Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil

yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor

bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan

pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang

nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan

komplikasi jangka panjang.

1. Modalitas yang lebih baru

Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi

awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat

tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus

intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata,

obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT

atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi

dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan

sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.

1. Kemoterapi

Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif

dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan

resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang

dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada

gambaran factor risiko secara histopatologi.

Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan

risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien

retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang

pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi

ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.

Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang

digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin,

adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir

menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran

yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan

(13)

dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan

dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.

Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan mata yaitu Retinoblastoma 2.1 Pengertian

Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pad anak. 40 % penderita retinoblastoma merupakan penyakit herediten. Retinoblastoma merupakan tumor yang bersifat autosomal dominan dan merupakan tumor embrional. Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan.

Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-anak. Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan akan tumor pada anak, sehingga prang tua penderita lebih cepat memeriksakan mata anaknya.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan

kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.

http://azhyanha.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html 2.2 Etiologi

Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau

(14)

laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

http://azhyanha.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html

2.3 Anatomi Fisiologi

Indera penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan oculus (bola mata). Saraf indera penglihatan, saraf optikus urat saraf cranial kedua), timbul dari sel – sel ganglion dalam retina,

bergabung untuk saraf optikus ALIS

Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagi alat kecantikan

KELOPAK MATA

Terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah, fungsinya adalah pelindung mata sewaktu – waktu kalau ada gangguan pada mata ( mnutup dan membuka mata)

ORGAN OKULI ASSESORIA

Organ okuli assesoria (alat pembantu mata) terdapat disekitar bola mata yang sangat erat hubunganya terdiri dari:

• Kaum orbita merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya megarah kedepan dan kedalam

Dinding rongga mata dibentu oleh tulang: - Os frontalis

• Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potong kulit tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan

• Palpebra (kelopakmata) merupakan duaah buah lipatan atas dan bawah yang terletak dibulbus okuli, kelopak atas lebih besar dari kelopak mata bawah.

(15)

• Air mata dihasilkan oleh oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior melalui duktus eksrotorius lakrimalis masuk kedalamsakus konjungtiva, melalui bagian depan bulu mata terus kedepan sudut tengah bola mata kedalam kanalis lakrimalis terus ke meatus nasalis inferior

• Muskulus okuli (otot mata), 6 buah otot diantaranya: muskulus levator palpebralis, muskulus orbikularis okuli, muskulus rektus okuli inferior dan medial, muskulus obliques okuli dan superior

• Konjungtiva permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra merupakan lapisan mukosa bagian yang membelok dan kemudianmelekat pada bulu mata disebut konujngtiva bulbi, pada konjuntiva ini banyak sekali kelenjar – kelenjar limfe pada pembuluh darah.

(Syaifudin; 2006) Anatomi Fisiologi Mata Definisi mata

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak

Struktur dan fungsi mata

Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata beserta fisiologisnya: • Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.

• Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.

• Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

• Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.

• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.

• Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.

(16)

(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

• Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.

Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa

menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.

Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.

Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : • Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak • Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

(17)

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.

Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. Struktur Pelindung Mata

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga

memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi:

• Orbita

Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata. • Kelopak Mata

Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata. • Bulu mata

Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier

(penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.

• Kelenjar lakrimalis

Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

FISIOLOGI MATA

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira

(18)

Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang

merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron: 1. Sel bipolar

2. Sel ganglion 3. Sel horizontal 4. Sel amakrin

Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. 4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. 8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. 9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia.

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:

- Elektroretino-gram (ERG) - Elektro-okulogram (EOG) - Visual Evoked Respons (VER) • Fungsi Retina

Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.

- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.

(19)

remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.

FUNGSI MATA

Sebagai indera penglihatan yangmenerima rangsangan berkas – berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut – serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.

2.4 Manifestasi Klinis

a. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan. b. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang tidak normal.

c. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.

d. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata. e. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.

f. Tajam penglihatan sangat menurun. g. Nyeri

h. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor

terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning

mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.

http://azhyanha.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html 2.5 Patofisiologi

(20)

lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.

Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe endofilik dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:

• Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang) • Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.

• Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.

• Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan Retinoblastoma.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda

peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda

peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat

menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera ,

terutama hati. Klasifikasi a. Golongan I

Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil, Terdapat pada atau dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik

b. Golongan II

satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik 3. Golongan III

Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papi, Prognosis meragukan

4. Golongan IV

Tumor multiple sampai ora serat, Prognisis tidak baik 5. Golongan V

Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk, Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :

(21)

Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”. • Stadium glaukoma

Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi. • Stadium ekstraokuler

Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

b. Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina. c. Elektro-okulogram (EOG)

d. Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

http://azhyanha.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html

2.7 Penatalaksanaan Medis

Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan yang memungkinkan tanpa membahayakan hidup. Terapi primer retinoblastoma

unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif seperti krioterapi, fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.

a. Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.

b. Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.

c. Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan enuklasi.

d. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.

Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 – 90 % pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ Jika satu mata yang terserang, pengobatan bergantung pada kalsifikasi tumor: a. Golongan I dan II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasi laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi

b. Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus dienukleasi segera. Mata tidak terkena dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapi.

(22)

dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar kebulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi dan kemoterapi. Klien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% klien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.

http://hidayat2.wordpress.com/2010/10/23/askep-pada-pasien-dgn-retinoblastoma/ 2.8 Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Sejak kapan sakit mata dirasakan

Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini

b. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan

Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.

c. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya

Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma. d. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.

Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar. e. Apakah ada keluhan lain yang menyertai

Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang

bermetastase.

f. Penyakit mata sebelumnya

Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita.

g. Penyakit lain yang sedang diderita

Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula memperburuk keadaan klien

h. Usia penderita

Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. i. Riwayat Psikologi

Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya, Mekanisme koping j. Pemeriksaan Fisik Umum

Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.

k. Pemeriksaan Khusus Mata - Pemeriksaan tajam penglihatan

(23)

- Pemeriksaan gerakan bola mata

Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.

- Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal

Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapatkan:

• Leukokoria yaitu reflek pupil yang berwarna putih. • Hipopion yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan. • Hifema yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan • Uveitis

- Pemeriksaan Pupil

Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.

- Pemeriksaan funduskopi

Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca. - Pemeriksaan tekanan bola mata

Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.

2. Pengelompokan Data a. Data Subjektif

- Mengeluh nyeri pada mata - Sulit melihat dengan jelas - Mengeluh sakit kepala

- Tekanan bola mata meningkat - Gelisah

- Refleks pupil berwarna putih (leukokoria) - Tajam penglihatan menurun

- Sering menangis

- Keluarga sering bertanya - Ekspresi meringis

- Tak akurat mengikuti instruksi - Keluarga nampak murung - Keluarga nampak gelisah

(24)

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya

(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai dengan; Keluhan nyeri, Aktivitas kurang (distraksi/perilaku berhati-hati), Gelisah (respons autonomik), Sering menangis, Keluhan sakit kepala, Ekspresi meringis

2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan sehubungan dengan gangguan

penerimaan sensori dari organ penerima, ditandai dengan: Menurunnya ketajaman penglihatan, Mata juling (strabismus), Mata merah, Bola mata membesar, Tekanan bola mata meningkat, Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)

3. Gangguan rasa aman cemas, sehubungan dengan: Perubahan status kesehatan, Adanya nyeri, Kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan: Ditandai dengan: Merasa takut, Gelisah, Sering menangis, Sering bertanya

4. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang pandang yang ditandai dengan: Menurunnya ketajaman penglihatan, Mata juling (strabismus), Tekanan bola mata meningkat, Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)

5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit anaknya yang ditandai dengan: Tak akurat mengikuti instruksi, Keluarga nampak murung, Keluarga nampak gelisah, Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi

Rencana Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya

(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai dengan; Keluhan nyeri, Aktivitas kurang (distraksi/perilaku berhati-hati), Gelisah (respons autonomik), Sering menangis, Keluhan sakit kepala, Ekspresi meringis

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria evaluasi:

(25)

- mampu melakukan tekhnik non farmakolgi Rencana Intervensi Rasional

Mandiri:

1. kaji tipe/skala nyeri

2. ajarkan tekhnik non farmakologi 3. berikan posisi yang nyaman kolaborasi

4. pemberiaan analgesik

1. berguna dalam mengetahui tingkat nyeri

2. meningkatkan relaksasi dalam menghilangkan nyeri

3. Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri 4. Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan

2. Gangguan rasa aman cemas, sehubungan dengan: Perubahan status kesehatan, Adanya nyeri, Kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan: Ditandai dengan: Merasa takut, Gelisah, Sering menangis, Sering bertanya

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang

Kriteria evaluasi: - Ansietas berkurang

- monitor intensitas kecemasan

- mencari informasi untuk menurunkan kecemasan - memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada Rencana Intervensi

Rasional

1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment dan prognosis

2. tenangkan pasien

3. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkta kecemasan 4. instruksikan pasien untuk melakukan tekhnik relaksa

1. memberikan informasi pada klien tentang tindakan 2. mengurangi ketegangan pasien

3. mengetahui tingkt kecemasan yang membantu dalam menentukan intervensi 4. Mengurangi cemas

3. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang pandang yang ditandai dengan: Menurunnya ketajaman penglihatan, Mata juling (strabismus), Tekanan bola mata meningkat, Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)

(26)

Kriteria evaluasi:

- menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemunginan cidera - menunjukan perubahan perilaku

- mengubah lingkunagn sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan Rencana Intervensi Rasional

1. atur posisi pasien senyaman mungkin 2. batasi aktivitas

3. Anjurkan tekhnik manajemen stres

4. pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi 5. kolaborasi dalam pemberian analgesik

1. menurunkan tekanan pada mata yang sakit dan meminimalkan risiko perdarahan

2. menurkan stres pada area yang terluka 3. digunakan untuk melindungi cidera

4. kecelakaan dan menurunkan gerakan mata

(27)

A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian

a. DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.

(Soegeng Soegijanto, 2002)

b. DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).

c. DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD)

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty.

(DR. Nursalam, 2005)

d. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).

e. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002)

2. Fisiologi Sistem Hematologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada

(28)

merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.

( Syarifuddin, 2006).

Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

(Elizabeth J. Corwin, 2001)

FUNGSI DARAH

Fungsi darah terdiri atas :

1) Sebagai alat pengangkut yaitu :

a) Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

b) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

c) Mengambil zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/otot tubuh.

d) Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.

3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

BAGIAN-BAGIAN DARAH

Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.

Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :

1) Sel-sel darah

(29)

b) Leukosit (sel darah putih)

c) Trombosit (sel pembeku darah)

2) Plasma darah

a) Air : 91%

b) Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)

c) Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium), kalsium, dan zat besi).

d) Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino).

Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta)

warna kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen, fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan

tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan

melalui paru-paru.

Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira

6.000 – 9.000. Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh darah. Sel leukosit disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam

kelenjar limpe, sekarang beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3

disebut leukostosis dan kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.

Macam-macam leukosit, meliputi :

(30)

(1) Limfosit

(2) Monosit

b) Granulosit

(1) Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit

(2) Basofil

(3) Eusonofil

Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000/mm3, fungsinya memegang

peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan fibrinogen.

Fbrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.

Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media

transportasi bahan organik dan anorganik dan suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus kedalam darahm, supaya darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang didalamnya terdapat serum darah.

Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga warnanya bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang didapat dengan membekukan darah.

Zat-zat dalam plasma darah :

a) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

b) Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

(31)

d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).

e) Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.

f) Antibodi/antitoksin.

Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya (misalnya zat makanan, hormon, antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.

( Syarifuddin, 2006)

3. Etiologi

Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.

( Nursalam, 2005)

4. Patofisiologi

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).

Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai

hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk

memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.

(32)

mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie Effendy,1995).

5. Manifestasi Klinik

Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan

bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa

perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.

Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :

a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.

c. Pembesaran hati.

d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.

( Nursalam, 2005).

(33)

Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :

Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa touniket tes yang positif.

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.

Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang dingin dan gelisah.

Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur.

( Soegeng Soegijanto, 2005)

7. Test Diagnostik

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).

Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO,

kemudian uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT (immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.

Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).

(34)

Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :

a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan

Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue

Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.

Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.

b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II

Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.

c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV

“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan

pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.

Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.

d. Obat penenang

(35)

e. Terapi oksigen

f. Transfusi darah.

g. Kelainan ginjal

Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka

selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.

h. Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.

i. Kriteria memulangkan pasien

Pasien dapat dipulangkan apabila :

1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.

2) Nafsu makan membaik.

3) Tampak perbaikan secara klinis.

4) Hematokrit stabil.

5) Tiga hari setelah syok teratasi.

6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3

7) Tidak disertai distress pernapasan.

8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)

(Soegijanto Soegeng.2002)

(36)

a. Pengumpulan Data

1. Biodata

Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung. Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi nama dan usia.

2. Keluhan utama

Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai perdarahan.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

4. Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.

5. Riwayat tumbuh kembang meliputi :

a. Pertumbuhan fisik terdiri dari:

Ø Berat badan

BBL : 2500 gr – 4000 gr

3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9

2

1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8

(37)

Tinggi badan lahir : 50 cm

Umur 1 tahun : 75 cm

1 tahun : 1,5 x TB lahir

4 tahun : 2 x TB lahir

6 tahun : 1,5 x TB setahun

9 tahun : 2,1 x TB lahir

b. Perkembangan tiap tahap usia

Ø Berguling : 3-6 bulan

Ø Duduk : 6-9 bulan

Ø Merangkak : 9-10 bulan

Ø Berdiri : 9-12 bulan

Ø Jalan : 12-18 bulan

Ø Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

Ø Bicara : 2-3 tahun

Ø Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun

6. Riwayat nutrisi meliputi :

a. Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara pemberian.

b. Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.

c. Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan cara pemberian.

d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 – 6 bulan, 6 – 12 bulan dan saat ini.

7. Riwayat psikososial

Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan terhadap lama latihan aerobik menggunakan permainan dance dance revolution (DDR) terhadap nilai VO 2 maks

Kegiatan pertunjukan ini akan sering diadakan untuk mendukung proses pembelajaran musik itu sendiri karena pada dasarnya musik adalah seni pertunjukan dan banyak hal yang tidak

Kedua faktor tersebut adalah alasan rasional yang menyebabkan wilayah Laut Cina Selatan dan Kepulauan Spartly menjadi sengketa antara 4 (empat) negara ASEAN

Kata membiasakan memberi arti melakukan bersama-sama bukan hanya menyuruh. Seperti membiasakan ibadah shalat misalnya. Shalat adalah hubungan paling kuat antara hamba dengan

kumpulkan kemudian di analisis dalam penelitian kualitatif berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data. Untuk tahap selanjutya data tersebut disajikan dan

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, kekuatan, cinta dan semua yang telah dianugerahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi itu yang menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu yang didalamnya beserta kerja samanya

Pada panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesulitan dalam kelahiran. Karena