• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 MANAJEMEN ORGANISASI PONDOK PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "6 MANAJEMEN ORGANISASI PONDOK PESANTREN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6

organization's progress. Role of Pesantren help in learning framework motivation organizational behavior related to creativity. Thus management education is the dominant factor in the framework of a nation's progress. Stigma would adversely once made Pesantren Islamic study center and a practitioner at once, that in time became interested in it and left the service user community. To the mutual duty of the governor / nanny Pesantren do and make efforts and improve strategies so that Pesantren as Islamic educational institutions have their own specia l features in time reference of Muslims in the wor ld. They will then be turned toward Pesantren and make Pesantren as the primary alternative community education.

Kata kunci: Organisasi, Manajemen, Pondok Pesantren, Visi Misi, N ilai- nilai.

Pendahuluan

Secara sederhana dan dalam pengertian yang umum, organisasi diartikan

(2)

units, composed of two or more people, that function on a relatively continuous

basis to achieve a common goal or set of goals” (Robbins, 1986:5).

Pandangan yang lain datang dari Gibson. Menurutnya, “Organisasi pada

dasarnya merupakan suatu bentuk kerja sama antar individu dan merupakan pula

proses penggabungan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya” (Gibson, 1997:8). Pada hakekatnya organisasi tidak akan mampu

berdiri sendiri. Organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar dengan memuat banyak unsur lain seperti pendidikan, politik, pemerintahan, dan organisasi lainnya.Lebih lanjut lagi Robbins menjelaskan bahwa suatu organisasi dibangun untuk mencapai tujuan, karenanya harus fleksibel, tidak kaku, memiliki sistem terbuka, rasional dan konstelatif serta mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi (Yudiati, 2005:44). Menurutnya organisasi memiliki paling

tidak 4 pilar utama, yakni : (1) Organisasi sebagai sistem; (2) Adanya pola aktivitas; (3) Adanya sekelompok orang; (4) Adanya tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Dari pengertiantersebut terdapatduakatakuncidalamorganisasiyaitu: sekumpulanorangdansistem. Dua hal tersebut tidak bias terpisahkan dan saling

terkait satu sama lain. Artinya tidak bias dikatakan organisasi jika hanya ada sekumpulan orang tanpa adanya system yang mengatur. Begitu juga sebaliknya,

bukan organisasi jika hanya ada suatu system tetapi tidak ada yang menjalankan system tersebut.

Organisasi pesantren memang penting dalam rangka mengantarkan kemajuan organisasi. Pesantren berperan membantu dalam rangka pembelajaran perilaku organisasi berkaitan dengan memotifasi kreatifitas. Dengan demikian manajemen pendidikan merupakan faktor yang dominan dalam kerangka kemajuan suatu bangsa.

Stigma buruk akan manajemen pondok pesantren (Pondok Pesantren) di

negeri ini nampaknya belum lenyap betul. Jeleknya manajemen Pondok Pesantren menyebabkan institusi pendidikan nonformal ini dianggap sebagai lembaga

(3)

tetap diminati masyarakat dan tetap eksis dari tahun ke tahun. Namun demikian tidak sedikit di antara Pondok Pesantren yang ada, yang dulu memiliki banyak

santri kemudian menjadi tidak berpenghuni. Hingga belakangan muncul Pondok Pesantren tanpa santri.

Memasuki era globalisasi saat ini, keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di negeri ini tentu harus dikelola (manaj) dengan

lebih professional jika tidak ingin ditinggalka n masyarakat sebagai stakeholder. Arus global saat ini menjadikan dunia informasi dan pengetahuan semakin mudah diakses masyarakat. Untuk itu tidak menaruh kemungkinan Pondok Pesantren yang dulu dijadikan pusat kajian keislaman dan pengamalannya sekaligus, pada saatnya menjadi tidak diminati dan ditinggalkan masyarakat sebagai pengguna jasa.

Hal ini sangat beralasan karena kecenderungan masyarakat saat ini dalam mengkaji, memahami dan mengamalkan ajaran keagamaan dari hasil penelitian penulis cenderung mengalami kesadaran. Mereka menjadi santri dalam ruang global, dalam dunia maya, yang kehadiarannya tanpa terikat dengan sekat dinding dan pagar yang tinggi mengelilingi dan membatasi aktivitas kesehariannya.

Menurut Handoko (1999: 6-7) urgensi pengembangan manajemen bagi sebuah organisasi termasuk di sini untuk Pondok Pesantren yakni:

1. Untuk mempermudah organisasi (Pondok Pesantren) mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti pemilik dan tenaga pendidik/kependidikan, peserta didik, orang tua, masyarakat, pemerintah dan yang lainnya.

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kerja organisasi dalam rangka

(4)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan manajemen sangat urgen bagi Pondok Pesantren dalam menghadapi globalisasi. Eksistensi

manajemen sangat dibutuhkan Pondok Pesantren itu sendiri. Karena tanpa manajemen, semua usaha akan menjadi sia-sia, tidak terarah dan pencapaian

tujuan Pondok Pesantren yang ada akan lebih sulit dan tidak optimal.

Hakikat Organisasi

Stephen seorang dosen di San Diego University menggambarkan organisasi dengan sebuah cerita yang diberi judul Celestical Seasoning. Ia bercerita mengenai sepasang suami istri yang pada tahun 1971 di Amerika Serikat memulai berjualan obat-obatan dari tanaman. Diracik sendiri. Sepasang suami istri tersebut bernama Mio Siegel dan John. Dari mulai bisnis yang ditangani sendiri,

hingga ternyata berkembang pesat. Tak pelak membutuhkan bukan beberapa orang tambahan pekerja, tetapi struktur yang jelas mengenai pembagian kerja.

Dari situlah dikenalkan bagaimana organisasi terbentuk dan apa hakikat organisasi.

Dalam era globalisasi ini, perspektif tentang organisasi mulai mengalami

perkembangan. Organisasi tidak hanya dikaji sebagai suatu ilmu administratif tetapi telah menjangkau seluruh lini pembelajaran dan ilmu pengetahuan.

Stephen dalam bukunya yang berjudul: “Organizaion Theory; Structure, Design &Application” merangkum teori awal organisasi dan perkembangannya.

Mulai dari system tertutup yang dianut organisasi pada abad 18-19, manajemen audit, cerita mengenai F. Taylor hingga Miles & Soagan. Stephen bukan hanya memaparkan teori struktur organisasi yang dikemukakan oleh Mintzberg (Sederhana, Birokrasi Profesional, Mesin Birokrasi, Divisi dan Adokrasi), tetapi juga mengemukakan bahasan baru. Ada 3 jenis struktur yang utama, yakni sentralisasi, formalitas dan kompleksitas. 3 variabe l tersebut yang menjadi pembeda. Dikatakan pula

bahwa penyebab terjadinya struktur dalam perspektif industrialisasi bermula dari proses

industri, kemudian menjadi strategi dan berakhir pada pembuatan struktur organisasi.Jika

dikaitkan dengan perkembangan ilmu yang lebih relevan saat ini, maka istilah yang cukup

(5)

Organisasi Pondok Pesantren dan Sistem pengelolaannya

Organisasi adalah sistem kerjasama kelompok orang untuk mencapai

tujuan bersama (Hadari Nawawi, 1989: 27). Suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan apabila ditopang dengan

pengorganisasian yang baik. Hal ini berlaku pula pada pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia.

Untuk merealisasi hal tersebut sangat dibutuhkan perencanaan yang matang dan sistematik agar tercapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pesantren. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Hadari Nawawi bahwa: Langkah pertama dalam pengorganisasian diwujudkan melalui perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang/fungsi- fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan oleh suatu kelompok. Keseluruhan pembidangan itu

sebagai suatu kesatuan merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan (Hadari Nawawi, 1989: 27).

Pada umumnya semua kelompok masyarakat menginginkan organisasinya menggunakan sistem yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang maksimal sesuai keinginan. Namun, dalam kenyataan di pesantren banyak yang tidak

memiliki organisasi yang baik. Keadaan ini selain dipengaruhi oleh kepemimpinan Kyai sebagai pemegang kebijakan pesantren yang harus dipatuhi

juga dipengaruhi oleh sifat konfensionalisme dari pesantren tersebut.

Untuk pengembangan pesantren dibutuhkan pengorganisasi yang jelas

dengan bentuk yang sederhana, namun menggambarkan tujuan, tugas-tugas pokok dan unsur-unsur kerja organisasi pesantren. Kesederhanaan tersebut untuk menjamin fleksibilitas akan memungkinkan adanya perubahan atau pengembangan.

Secara teoritik organisasi pesantren bisa berbentuk kompleks atau berbentuk sederhana. Adapun bentuk sederhana organisasi pesantren berdasarkan

(6)

STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN

(Bentuk Sederhana)

GAM BA R 1

Sedangkan bentuk organisasi pesantren yang lebih kompleks menurutnya

(Abd. Rachman Shaleh, et. al., 1985: 60) sebagai berikut:

Struktur Organisasi Pondok Pesantren

(Komprehensif)

(7)

Dalam struktur organisasi pondok pesantren di atas, baik yang sederhana maupun yang komprehensif terdapat hal- hal pokok yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan pembagian tugas dan wewenang dalam suatu organisasi. Hal ini sebagaimana pula telah dijelaskan dalam Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren

sebagai berikut:

1. Pengelompokan kerja ke dalam satuan-satuan organisasi didasarkan atas

kesamaan sifat pelaksanaan tugasnya masing- masing.

2. Menjauhkan sesuatu fungsi menyeluruh dan tunggal bagi setiap satuan organisasi dengan menitik-beratkan tercapainya kegiatan yang terpadu. 3. Menekankan koordinasi pada bagian kerja dan pelaksanaan kegiatan dalam

seluruh organisasi.

4. Menempatkan fungsi dan tugas pokok yang penting pada tingkat jenjang

organisasi yang sesuai, demikian pula fungsi- fungsi yang sederajat pada tingkat yang sama.

5. Memberikan kesempatan terhadap perluasan sewajarnya terhadap kegiatan-kegiatan melalui satuan organisasi yang ada.

6. Menentukan saluran perintah dan tanggung jawab organisasi melalui garis

komando lini dan staf (Depag RI., 1988: 25).

Dengan pengorganisasian yang baik, pelaksanaan kerja dan pelaksanaan dari perencanaan pesantren akan mendapatkan bagian-bagian yang

setepat-tepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara obyektif sesuai dengan kemampuan dibidangnya masing- masing. Organisasi berfungsi sebagai alat dari pada manajemen untuk mencapai tujuan yang diharapka n oleh suatu pesantren.

Pondok Pesantren dan Globalisasi

Pondok pesantren sejatinya merupakan institusi pendidikan Islam

nonformal, swasta yang eksistensinya sejak munculnya mengalami perubahan dan perkembangan, serta tetap bertahan dengan karakteristiknya yang khas. (Masyhud,

(8)

pendidikan tradisionalnya. Untuk itu secara umum Pondok Pesantren dalam penerapan manajemennya boleh dikata masih konvensional dan menghadapi

kendala serius menyangkut ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kurang professional pula.

Hal ini misalnya dapat dilihat dari tiadanya pemisahan yang jelas antara yayasan, pemimpin madrasah, guru dan staf administrasi, tidak adanya

transparansi pengelolaan sumber-sumber keuangan, belum terdistribusinya peran pengelolaan pendidikan, banyaknya penyelenggaraan administrasi yang tidak sesuai dengan standar, serta unit-unit kerja tidak berjalan sesuai aturan baku organisasi.(Masyhud, dkk, 2003: 8, 16).

Pondok Pesantren yang sesungguhnya memiliki potensi pendidikan dan pengembang masyarakat (Saefudin Zuhri & Marzuki Wahid, dkk, 1999). Sampai

kapan pun Pondok Pesantren tentu tetap dibutuhkan jika dalam dunia globalisasi saat ini mampu menyuguhkan dirinya kepada pengguna jasa (stakeholder) dengan pola dan menu yang dibutuhnya masyarakat sesuai dengan konteks zaman yang ada.

Selanjutnya perlu di ketahui bahwa dunia global saat ini ditandai dengan

arus pergerakan yang bebas lintas batas geografis dari barang, jasa, orang-orang, keahlian dan gagasannya. Pergerakan yang bebas tersebut relative tidak terhambat

oleh batas-batas artifisial seperti tarif. Dunia global ini secara signifikan memperluas dan membuat lingkungan persaingan semakin kompleks. (Murtha,

Lenway & Bagozzi, 1998: 97-114).

Kondisi seperti ini sesungguhnya menuntut agar Pondok Pesantren mau dan berani mereposisi diri. Mengingat eksistensinya menjadi salah satu agant of change masyarakat muslim maka pihak pengelola/pengasuh Pondok Pesantren yang ada dalam arus globalisasi ini harus mempertimbangkan ulang peluang, tantang, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Pondok Pesantren tersebut. Sebab

menurut para pakar manajemen strategis seperti Hitt, Ireland & Hoskisson (2001: 12) bahwa dalam dunia global seperti saat ini tentu akan memunculkan peluang

(9)

Selanjutnya mereka juga mengatakan bahwa globalisasi adalah penyebaran inovasi ke seluruh dunia dan penyesuaian politis dan budaya yang menyertai

pernyebaran tersebut. Globalisasi mendorong integrasi internasional. (Hitt,dkk, 2001: 14).

Dengan demikian globalisasi akan meningkatkan kisaran peluang bagi Pondok Pesantren-Pondok Pesantren yang ada sekaligus berkompetisi di

lingkungan persaingan abad 21 di era millennium ketiga ini. Menurut Hamilton (1999) seperti yang dikutib Hitt,dkk (2001: 16) bahwa dalam lingkungan persaingan abad 21, daya saing strategis akan didapatkan hanya oleh mereka yang mampu memenuhi standar global yakni kualitas yang bisa diterima internasional. Standar ini tidak statis, membutuhkan usaha, memerlukan perbaikan terus menerus.

Untuk itu menjadi tugas bersama para pengelola/pengasuh Pondok Pesantren melakukan upaya dan membuat serta meningkatkan strategi agar Pondok Pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang memiliki ciri khas tersendiri pada saatnya menjadi rujukan umat Islam di dunia. Mereka kemudian menjadi berpaling menuju Pondok Pesantren dan menjadikan Pondok Pesantren

sebagai alternative utama tempat pendidikan masyarakat.

Menakar Eksistensi Pondok Pesantren

Untuk mewujudkan harapan seperti di atas, bahwa Pondok Pesantren

menjadi alternative utama tempat pendidikan masyarakat dunia maka para pengelola/pengasuh Pondok Pesantren saat ini harus mau menakar akan eksistensi Pondok Pesantren mereka.

Untuk itu Visi, misi, tujuan, nilai karakteristik Pondok Pesantren tentu harus dicanangkan. Studi kelayakan dan perencanaan strategi juga harus dilakukan. Ini semua merupakan bagian pengembangan manajemen Pondok

(10)

Mencangkan visi, misi, nilai- nilai, tujuan Pondok Pesantren tentu sangat penting. Hal ini karena keberadaannya memperjelas arah mana yang hendak

dituju, jenis institusi seperti apa yang mereka harapkan nantinya. Dalam hal ini pakar manajemen dan ekonomi Indonesia Renald Kasali (2011) mengatakan

bahwa organisasi-organsiasi/perusahaan besar yang memiliki daya saing global memiliki visi yang jelas dan tidak bertele-tele.

Pertama tentang Visi

Stetemen visi ini mengisyaratkan tujuan puncak dari sebuah institusi dan untuk apa visi itu dicapai. Visi yang baik tidak perlu bertele-tele, tetapi harus singkat, langsung dan menunjukkan tujuan puncak institusi. (Edward Sallis, 2010: 216). Hal senada juga dikemukakan Reuben Mark, CEO dari Colgate. Ia

menegaskan bahwa visi hendaknya yang jelas dan harus semakin masuk akal secara internasional, sederhana tetapi membangkitkan semangat (Brian Dumaine,

1989: 50). Menurut Fred R. David (2002: 83) bahwa pernyataan visi menjawab

pertanyaan “Kita ingin menjadi seperti apa?” dan visi diperlukan untuk

memotivasi kerja secara efektif.

Beberapa contoh visi institusi dalam dunia komersil, “IBM adalah layanan”, Disneyland: “Kami menciptakan kegembiraan”. Perusahaan computer: “Kami membuat computer tercepat di dunia”, Perusahaan telekomunikasi: “Pelayanan telepon untuk setiap orang”. Visi Presiden Amerika Serikat, John F.

Kennedy (1961) yakni: Mencapai bulan sebelum dekade ini berakhir.

Delapan tahun kemudian pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat ke bulan sehingga Amerika merasa percaya diri lagi. Pada hal sebelumnya Uni Soviet mengejutkan dunia dengan meroketkan satelit ke orbit Bumi dan Yuri Gagarin menjadi manusia pertama ke ruang angkasa. Pada saat itu Amerika dan masyarakatnya hanya menjadi penonton dengan takjub dan kagum

serta penuh dengan kekuatiran.

Melihat kondisi sebagian besar Pondok Pesantren di masyarakat tentu

(11)

menjadi penonton yang takjub dan kagum terhadap perkembangan sain dan teknologi serta belum mampu menjadi produsen yang memberi manfaat bagi

masyarakat dunia. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat Amerika yang F. Kennedy menjadi Presidennya tatkala melihat Negara Uni Soviet kala itu. Kalau

John F. Kennedy dengan visinya mampu mengembalikan kepercayaan diri masyarakatnya, tentu para Kyai pengelola/pengasuh Pondok Pesantren juga harus

bisa.

Kalau Rasulullah Saw mampu mewujudkan masyarakat Madani yang berperadaban tinggi, maka sebagai pewaris Nabi tentu juga menjadi suatu hal keharusan pula. Tinggal kita mau dan berani apa tidak melakukan perubahan dan pengembangan ke arah sana. Mungkin di sini Kementerian Agama RI khususnya bagian pondok pesantren perlu mencanangkan Visi Besar Pondok Pesantren

Indonesia yakni Menjadi Sentral Pendidikan Masyarakat Internasional.

Kedua tentang Misi

Sementara misi sangat berkaitan dengan visi, memberi arahan yang jelas baik untuk masa sekarang maupun akan datang serta membuat visi memperjelas

alasan, kenapa sebuah institusi berbeda dari institusi- institusi yang lain, harus diterjemahkan ke dalam langkah-langkah penting yang dibutuhkan dalam

memanfaatkan peluang yang ada dalam institusi. (Edward Sallis, 2010: 216).

Menurut Fred R.David (2002: 82-83) pernyataan misi menjawab

pertanyaan “Apa bisnis kita?”. Dari hasil penelitian yang membandingkan

pernyataan misi dari perusahaan daftar Fortune 500 dengan prestasi baik dan perusahaan dengan prestasi jelek sampai pada kesimpulan bahwa yang berprestasi baik mempunyai pernyataan misi yang lebih lengkap ketimbang yang berprestasi rendah.

Untuk itu para pengelola organisasi harus berhati- hati dalam

mengembangkan pernyataan misinya. Menurut Edward Sallis (2010: 217), para pengelola organisasi dalam menyusun statemen misi hendaknya mengingat

(12)

1. Harus mudah diingat

2. Harus mudah dikomunikasikan

3. Harus memperjelas sifat dasar bisnis

4. Harus ada komitmen terhadap peningkatan mutu

5. Harus berupa statemen tujuan jangka panjang dari sebuah organisasi 6. Harus difokuskan pada pelanggan

7. Harus fleksibel

Ada beberapa contoh statemen misi. Misi Hightown School:

“Memberikan mutu pendidikan yang terbaik kepada para pelajarnya”. Misi Mid

-County College of Arts and Teknologi: “Penyedia utama program-program akademik dan kejuruan bermutu yang fleksibel bagi lulusan sekolah dan

remaja-remaja di wilayah tersebut”.

Ketiga tentang Nilai-Nilai

Nilai-nilai dari sebuah organisasi merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar operasi dan pencarian organisasi tersebut dalam mencapai visi dan misinya.

Nilai-nilai tersebut mengekspresikan kepercayaan dan cita-cita institusi. Ia harus singkat padat, mudah diingat dan harus bisa dikomunikasikan, mengemudikan

organisasi dan memberikan arah, menyediakan tujuan yang konsisten, sesuai dengan lingkungan yang ada, menancapkan hubungan kuat baik dengan

pelanggan maupun dengan staf. (Edward Sallis, 2010: 218)

Adapun contoh nilai- nilai:

1. Kita mengutamakan para pelajar kita

2. Kita bekerja dengan standar integritas professional tertinggi 3. Kita bekerja sebaga tim

4. Kita memiliki komitmen terhadap peningkatan yang kontinyu

(13)

Keempat tentang Tujuan

Setelah visi, misi dan nilai- nilai telah ditetapkan, ketiganya harus

diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang bisa tercapai. Tujuan sering diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita, diekspresikan dalam metode yang

terukur sehingga hasil akhirnya dapat dievaluasi dengan menggunakan metode tersebut. Tujuan harus realistis dan dapat dicapai. (Edward Sallis, 2010: 219)

Pentingnya Studi Kelayakan

Menurut Herry Erlangga (2007) studi kelayakan usaha (feasibility study of

business)adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus.Studi kelayakan bertujuan untuk secara objektif dan rasional mengungkap kekuatan dan kelemahan serta peluang

dan ancaman bisnis yang ada atau usaha yang diusulkan.

Untuk itu bagi pengelola/pengasuh Pondok Pesantren tentu sangat penting

melakukan studi kelayakan ini dalam rangka untuk mengetahui kelayakan eksistensi Pondok Pesantren tersebut, lebih- lebih dalam memasuki abad millennium ketiga ini. Selanjutnya untuk mengetahui kelayakan eksistensi Pondok

Pesantren di era globalisasi ini maka dapat menggunakan analisis SWOTyakni :

1. Strenght / Kekuatan

2. Weakness / Kelemahan 3. Opportunity / Peluang

4. Threat/Ancaman

Hasil Feasibility Study (FS) pada prinsipnya digunakan untuk antara lain :

1. Merintis usaha baru

2. Mengembangkan usaha yang sudah ada

3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan.

Adapun pihak yang memerlukan FS di antaranya:

(14)

2. Pihak investor dan penyandang dana; 3. Pihak masyarakat dan pemerintah.

Menurut Edward Sallis (2010: 221-222), analisis SWOT sejatinya

merupakan alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis dan merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi institusi. SWOT dapat

dibagi ke dalam dua elemen yakni analisis internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri dan analisis lingkungan.

Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan. Untuk itu pentingnya pengujian ini (SWOT) adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan

kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.

Kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat institusi beroperasi

sesungguhnya merupakan dua variable kunci dalam membangun atau mengembangkan strategi jangka panjang institusi. Strategi ini harus dikembangkan dengan berbagai metode yang dapat memungkinkan

institusi/Pondok Pesantren mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan,

pengguna jasa, stakeholder. Jika pengujian tersebut dipadukan dengan pengujian misi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah identitas institusi/Pondok Pesantren

atau karakteristik mutu yang berbeda dari para pesaingnya.

Draft/Instrumen Melakukan Studi Kelayakan Pondok Pesantren

1. Buat visi, misi, nilai- nilai dan tujuan 2. Buat visi, misi, nilai- nilai dan tujuan

3. Deskripsikan kondisi objek Pondok Pesantren

4. Buat analisis SWOT yang menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman terhadap Pondok Pesantren. Dalam menyusun analisis ini, perlu mempertimbangkan: Dinamika dan perubahan masyarakat, Perkembangan

(15)

internasional, Kerja sama yang sudah terjalin, baik dari dalam atau luar negeri.

5. Melakukan need assesment yaitu upaya mendapatkan informasi bahwa Pondok Pesantren yang ada sesuai dengan kebutuhan atau harapan calon

santri (peserta didik), masyarakat (stakeholder). Instrumen untuk melakukan pengukuran berupa: Survey atas minat santri/siswa, masyarakat/lembaga lain

terhadap Pondok Pesantren.

6. Melakukan analisis proyeksi (trend projection) yakni melihat kecenderungan pendidikan yang dibutuhkan masyarakat globalisasi.

7. Melakukan teknik delphi yaitu mencari informasi ke agen tertentu tentang persebaran peserta didik/anak-anak banyak berada di institusi pendidikan/Pondok Pesantren mana. Hal ini bisa ditanyakan kepada kepala

sekolah, para orang tua dan yang lain.

8. Melakukan analisis job market yakni analisis terhadap kemanfaatan dan keunggulan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik sehingga output/outcome lima tahun kedepan dapat diterima dan dibutuhkan pasar (marketable). Untuk itu dalam melakukan analisis ini perlu diperhatikan:

Perkembangan Pondok Pesantren-Pondok Pesantren yang ada di era globalisasi, perkembangan pasar/masyarakat globalisasi akan kebutuhan

alumni Pondok Pesantren.

9. Melakukan analisis market share yaitu strategi membagi peluang kerja dari

lulusan yang akan dihasilkan beberapa Pondok Pesantren yang sama. Sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Untuk itu perlu ada konsorsium sehingga market share bisa dibicarakan.

(16)

Penutup

Dengan pengorganisasian yang baik, pelaksanaan kerja dan pelaksanaan

dari perencanaan pesantren akan mendapatkan bagian-bagian yang setepat-tepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara obyektif sesuai dengan

kemampuan dibidangnya masing- masing. Organisasi berfungsi sebagai alat dari pada manajemen untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh suatu pesantren.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Bagozzi, Richard P., Murtha, Thomas P., Lenway, Stefanie Ann. Global Mind - Sets and Cognitive Shifts in A Complex Multinational Corporation, Artikel dari Strategic Management Journal vol. 19 no. 2, 1998.

Edward, Sallis, Total Quality Management in Education, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi, Yogyakarta: IRCiSod, 2010.

Erlangga, H. 2007. Ana lisis Kelayakan Bisnis,

http://kelayakanbisnis.blogspot.com/2007/09/analisis-kelayakan-bisnis.html, diakses pada 12 April 2008.

Fred R. David, Manajemen Strategis, Buku 1 Edisi 12, terj. Dono S unardi, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Gibson, L., James, Organisasi dan Manajemen, Surabaya: Erlangga, 1997. Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1999.

Hitt, Micahel A., R. Duane Ireland, Robert E. Hoskisson, Manajemen Strategis: Daya Saing dan Globalisasi; Konsep, Buku 1, Edisi keempat, terjemahan, Risa Rimendi, Jakarta: Salemba Empat, 2001.

Judge & Robbins, Organizational Behavior 13th Edition. Pearson Education, Inc. Inggris: Publishing as Prentice Hall, 2009.

Masyhud, dkk., Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Duta Pustaka, 2003. Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1997.

Shaleh, Rahman, Abdul, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Jakarta: Depag RI, 1985.

Winardi, J, Manajemen P erilaku Organisasi, Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2004.

Yudiati R.A.T.K, Restrukturisasi: Menuju Birokrasi Publik yang Efektif, Bandung: Asli Mandiri, 2005.

Zuhri, Saefudin, Pendidikan Pesantren di Persimpangan Jalan dalam Marzuki Wahid dkk., (peny), Pesantren Masa Depan “Wacana Pemberdayaan dan

Gambar

GAMBAR 1

Referensi

Dokumen terkait

Tugu Kota Semarang adalah guru kurang menerapkan variasi-variasi dalam mengajar atau monoton,sehingga siswa kesulitan dalam pembelajaran bola voli khususnya pada gerak

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa telah dihasilkan alat peraga pembelajaran matamatika pada materi matriks yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa: (1) Prestasi belajar siswa pada pra siklus dengan rata-rata kelas

dikarena kelarutan PbCl 2 yang nilainyaterlalu kecil.. 7) Hasil dari percobaan untuk volume NaOH yang didapat oleh kelompok kami tidak dapat dibandingkan dengan kelompok lain

Hanya saja, agar penetrasi nilai-nilai akhlak meresap ke dalam jiwa anak, suatu keharusan bagi orang tua atau guru untuk menetapkan strategi metode apa yang pantas

Hal ini dapat terjadi karena apabila LDR meningkat itu berarti telah terjadi peningkatan total kredit dengan presentase lebih besar dibanding presentase

3.5Mengidentifikasi struktur, cara hidup, reproduksi dan peran bakteri dalam kehidupan 3.5.1Mengidentifikasi ciri ciri umum bakteri 3.5.2 Membedakan morfologi koloni bakteri

Strategi komunikasi dalam kebijakan green university Unnes dilakukan dengan cara media relations (hubungan media), event (pengadaan kegiatan) dan komunikasi