Perbandingan Penerapan Model CAPM dan APT Dalam Memprediksi Return dan Risk di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Putri. Elis Nurwidia Universitas Trilogi
Latar Belakang
Pasar modal, baik pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut Sharpe dalam (Tandelilin, 2010), bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Para investor dalam pembelian saham pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengharapkan pengembalian (return) yang maksimal dan risiko seminimal mungkin. Untuk mengambil keputusan dalam investasi tersebut dengan memperhatikan harapan investor maka diperlukan prediksi yang akurat.
Untuk memilih saham dari Pasar Modal, investor menilai dari expected return yang dihitung dari saham tersebut. Para investor dalam memilih portofolio saham sering dihadapkan dengan berbagai faktor yang relevan dalam mengestimasi expected return. Model yang sering digunakan dalam mengestimasi expected return saham berdasarkan faktor-faktor yang dianggap memengaruhi return saham adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model untuk menentukan expected return saham pada keadaan equilibrium. APT mengasumsikan bahwa expected return saham dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri.
Tujuan Penulisan
Penulis berkeinginan untuk mengetahui model manakah yang sesungguhnya lebih baik dalam memprediksi tingkat Risk dan Return saham apakah menggunakan model CAPM atau model APT.
Literatur (Isi/Pembahasan)
1. Pengertian Risk and Return
Risk and Return Eiteman, Stonehill dan Moffett dalam Fahmi (2011:169), risk is the mismatching of interest rate bases for associated a ssets and liabilities, yang berarti secara umum resiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Djohanputro (2006:15) menyatakan bahwa pengertian dasar risiko terkait dengan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya dapat diukur secara kuantitatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu ketidakpastian yang akan terjadi akibat dari keputusan investasi yang dapat diukur secara kuantitatif. Tandelilin (2001:47) mengemukakan bahwa return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sedangkan Halim (2006:34) mengemukakan bahwa return dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan yang diperoleh akibat hasil dari investasi. Return ini kemudian dibedakan menjadi dua yaitu actual return (pengembalian yang telah terjadi) dan expected return.
2. Capital Asset Pricing Model
CAPM mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1960-an oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin. Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Yulianto (2006: 239) menerangkan bahwa model ini didasarkan pada adanya dalil bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko plus premi risiko yang hanya tinggal mencerminkan risiko yang tersisa setelah dilakukan diversifikasi. Wijaya dalam Candra (2014:15) menerangkan CAPM merupakan model untuk menjelaskan besaran expected return. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penilaian aset modal (CAPM) merupakan suatu model untuk menjelaskan besaran expected return yang dipengaruhi oleh return bebas risiko dan return pasar.
� = return saham individual yang diharapkan
� = return investasi bebas risiko
�� = beta saham i (risiko sistematis )
� = return pasar.
3. Arbitrage Pricing Theory (APT)
Capital Asset Pricing Model bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar. Ross (1976) merumuskan suatu teori
yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Seperti halnya CAPM, APT menggambarkan hubungan antara risiko dan pendapatan, tetapi dengan menggunakan asumsi
dan prosedur yang berbeda. Menurut Tandelilin (2010), APT menyatakan bahwa return harapan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya satu faktor (portofolio
pasar) seperti yang telah dikemukakan pada teori CAPM. Ross menyatakan bahwa variasi return saham disebabkan oleh adanya perubahan pada GDP, tingkat inflasi dan variabel ekonomi lainnya.
� = α + �1 (tingkat inflasi)+ �2 (tingkat suku bunga) + e
Keterangan:
� = return saham yang diharapkan
a = konstanta
�1,�2, = koefisien regresi parsial untuk variabel inflasi, tingkat suku bunga
e = fakto pengganggu
Variabel dari CAPM
No Variabel Definisi Skala Pengukuran
1 Return Saham (Ri)
Return yang telah diterima investor dari transaksi yang berupa capital gain. Hasil selisih antara harga saham i pada periode t dikurangi harga saham i sebelum periode t lalu hasilnya dibagi dengan harga saham I sebelum periode t
Ratio
2 Return Market (RM)
Return yang diperoleh dari perbandingan indeks saham yang aktif diperdagangkan. Hasil selisih dari Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t dikurangi Indeks Harga Saham
Gabungan sebelum periode t dibagi dengan Indeks Harga Saham Gabungan sebelum periode t
Ratio
� = �− �−1 �−1
x 100%
3 Return
Aset Bebas Resiko (Rf)
Return yang diperoleh investor tanpa
menanggung resiko yang diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. Aset bebas resiko yang didapat dari suku bunga selama satu bulan dibagi 12.
Ratio
Rf = SBIt 12
4 Excees
Return
Excess return adalah selisih antara return yang diharapkan dengan return yang didapatkan
Ratio Excees Return = Rm-Rf
Sumber : Levy, Haim 2003. Fundamental of investments
Variabel dari APT
No Variabel Definisi Skala Pengukuran
1 Return
Saham (Ri)
Return yang telah diterima investor dari transaksi yang berupa capital gain. Hasil selisih antara harga saham i pada periode t dikurangi harga saham i sebelum periode t lalu hasilnya dibagi dengan harga saham I sebelum periode t
Ratio
� = ��−��−��−1
1
2 Inflasi Selisih tingkat inflasi yang sesungguhnya dan tingkat inflasi yang diharapkan.
Ratio Inflasi actual –Inflasi Expected
3 Tingkat
suku bunga
Selisih tingkat bunga yang sesungguhnya dan tingkat bunga yang diharapkan. Tingkat bunga diwakili oleh tingkat bunga deposito
bulanan bank pemerintah.
Ratio SBI rate actual – SBI rate expected
Sumber : Sharpe F. William. 1999. Investment
Rekomendasi (Saran)
Sebaiknya para investor menggunakan model APT dalam memprediksi return saham. Karena model APT lebih mampu menjelaskan variasi return yang lebih tinggi daripada model CAPM dilihat dari koefisien determinasi (R2). Menambahkan rentang waktu observasi. Dengan memperbanyak sampel penelitian, diharapkan dapat menghasilkan analisa yang lebih akurat. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M.2015. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189
Lemiyana 2015. Analisis Model CAPM dan APT Dalam Memprediksi Tingkat Return Saham Syariah (Studi kasus Saham di Jakarta Islamic Index ). I‐Finance Vol. 1. No. 1. Juli 2015 Ibrahim. Muhammad Irfan, TitaleyJullia , Manurung Tohap K 2017.Analisis Keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Memprediksi Expected Saham pada LQ4. JdC, Vol. 6, No. 1, Maret 2017
Laia Kristin, Saerang Ivonne 2015. The Comparison Between Accuracy Of Capital Assets Pricing Model (CAPM) And Arbitrage Pricing Theory (APT) In Stocks Investment On Exchange National Private Banking Listed On Indonesian Stock Exchange. Jurnal EMBA 247 Vol.3 No.2 Juni 2015, Hal. 247-257