1
DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA
: Sebuah Pendekatan Model Dinamik
Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng., Kuntum Khoiro Ummatin Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: purple_kuntum@yahoo.co.id ; santoso@ie.its.ac.id
Abstrak
Gejolak perekonomian global melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, berbagai kebijakan pengendalian harga BBM telah dilakukan pemerintah yang berdampak pada tingkat PDB, jumlah pengangguran, serta jumlah orang miskin. Data BPS menyebutkan jumlah orang miskin 2008 sebesar 15.42 % penduduk Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan. Sehingga diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kebijakan harga BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah permodelan sistem dinamik untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilakukan. Variabel yang mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah pendapatan, pendidikan, kesehatan dan tingkat kesempatan kerja.
Hasil penelitian menyebutkan dari simulasi skenario didapatkan bahwa skenario kebijakan kompensasi BBM secara langsung pada masyarakat miskin dapat mengurangi angka kemiskinan. Dengan skenario ini jumlah orang miskin pada tahun 2015 sebesar 1.09 %. Sedangkan dengan skenario kedua yaitu penurunan harga BBM didapatkan bahwa jumlah orang miskin pada 2015 sebesar 13.2 %. Namun untuk variabel tingkat pendapatan dan tingkat kesempatan kerja, nilai yang lebih tinggi ditunjukkan pada skenario penurunan harga BBM.
Kata kunci : Harga BBM, kemiskinan, Kebijakan, model, sistem dinamik
ABSTRACT
Global economic fluctuate stricken almost the whole state around the world include Indonesia. Because of that, vary of fuels price policies had been done that impact at PDB level, amount of unemployment, and also the amount of pauper. BPS data mention the amount of pauper at 2008 equal to 15.42 percent of total Indonesian population.This research is done to find the relation between fuels price and the poverty rate. So variables influence the system that elaborate fuels policy relation with Indonesian poverty rate could be found. One of approximation method used is dynamic system model. This method to evaluate the policy that had been done.
The result of scenario simulation shows that policy of direct fuels compensation to pauper scenario could reduce the poverty rate. With this scenario amount of the pauper at 2015 is 1.09%. Whereas with the second scenario, fuels price reduction, amount of the pauper at 2015 is 13.2%. But for the rate of return and job opportunities va riables, fuels price reduction scenario shows bigger value than other scenario.
Keywords: fuels price, poverty, policy, model, dynamic system
1. Pendahuluan
Di Indonesia, tingkat kesejahteraan masyarakat termasuk pada urutan ke 111 dari sebanyak 174 negara di dunia (BKKBN, 2005). Terdapat tiga pilar yang menjadi parameter kualitas kesejahteraan tersebut adalah indeks pembangunan manusia (HDI) yaitu pendidikan, pendapatan dan
2 adalah krisis energi yang diindikasikan oleh
kenaikan harga BBM. Diperkirakan kenaikan sekitar 33 persen harga beras yang dikonsumsi kaum miskin, antara bulan Februari 2005 dan Maret 2006, yang sebagian besar menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 17,75 persen.
0 5 10 15 20 25 30
1996 19981999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
A
n
g
k
a
k
e
m
is
k
in
a
n
(
%
)
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.1 Angka Kemiskinan di Indonesia
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah dalam rangka meminimumkan jumlah penduduk miskin demi tercapainya kesejahteraan rakyat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang mempengaruhi angka kemiskinan adalah kebijakan penentuan harga BBM. Karena Harga BBM inilah yang mempengaruhi inflasi yang menjadi salah satu indikator kunci perekonomian. Berikut merupakan tabel fuktuasi harga BBM selama periode lima tahun terakhir.
Tabel 1.1 Fluktuasi harga BBM selama periode 5 tahun Terakhir
Sumber : Data harga premium, pertamina (diolah)
Harga BBM mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, baik konsumsi langsung dan tidak langsung. Karena dampak dari perubahan harga
BBM ini mempengaruhi distribusi, transportasi, biaya produksi sehingga berpengaruh juga pada harga-harga barang yang lain. Kebutuhan bahan makanan pokok pun juga terpengaruh, antara lain beras dan minyak goreng.
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah yang selama ini belum dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, maka diperlukan suatu kajian atau studi yaitu dengan penghampiran permodelan sistem. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah melalui pendekatan sistem dinamik. Dengan demikian dapat dilakukan pengendalian pada perilaku variabel-variabel yang mempengaruhi suatu sistem tersebut. sehingga didapatkan alternatif skenario perbaikan dari kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Maka dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan model untuk mengidentifikasi indikator-indikator yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia kemudian disimulasikan. Dalam model simulasi tersebut dimasukkan nilai-nilai harga BBM tertentu dan mengevaluasi pada nilai harga BBM berapa didapatkan alternatif skenario perbaikan dari kebijakan pemerintah.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian tugas akhir kali ini adalah “ Bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan”
Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sistem kemiskinan khususnya terkait dengan kebijakan penyesuaian harga BBM
2. Merumuskan permodelan sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kenaikan BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia.
3. Mengetahui perilaku sistem dari waktu ke waktu mengenai dampak harga BBM terhadap jumlah orang miskin di Indonesia 4. Memberikan alternatif evaluasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penentuan harga BBM dalam usaha untuk meminimasi bertambahnya jumlah orang miskin.
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari kajian ini maka terdapat beberapa hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya:
3 yang dipengaruhi oleh dampak fluktuasi
harga BBM
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari BPS, dan data sekunder dari instasi pemerintahan yang terkait.
3. Pembuatan model sistem dalam penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang pemerintah saja
4. Harga BBM dan harga pangan merupakan faktor yang mempengaruhi inflasi.
Sedangkan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah perubahan kebijakan pemerintah atas harga BBM digunakan dalam model sebagai skenario kebijakan.
2. Metodologi Penelitian
2.1 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah - Identifikasi dan Perumusan Masalah
Tahapan awal dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini. Permasalahan yang akan diteliti adalah menentukan bagaimana hubungan antara dampak kebijakan harga BBM terhadap angka kemiskinan.
- Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk dapat merencanakan langkah-langkah yang dapat diambil pada penelitian nanti maka harus ditetapkan terlebih dahulu tujuan dari penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada. Selain itu peneliti dapat memfokuskan diri pada langkah-langkah tersebut, sehingga penelitian dapat dijalankan dengan lancar. Adapun tujuan penelitian telah dirumuskan dan dinyatakan dalam Bab I Pendahuluan. Juga ditentukan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.
-
Studi Pustaka
Sebagai dasar penelitian, harus ada studi literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam menyelasaikan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini, maka diharapkan dapat menjadi pembanding antara apa yang terjadi di dunia nyata dan sebagai penuntun langkah-langkah atas tindakan yang akan diambil untuk penelitian ini. Pustaka yang digunakan dapat diambil dari buku – buku teks dan jurnal yang dapat dijadikan sebagai referensi dari penelitian.
- Identifikasi Variabel
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi semua variabel dari data-data sekunder yang diambil dari BPS dan informasi dari sumber -sumber yang ada.
2.2 Tahap Pembuatan model
Setelah mengatahui variabel-variabel input, dan informasi-informasi yang diperoleh, maka dilakukan pembuatan model jumlah orang miskin yang terintegrasi. Tahapan dalam pembuatan model ini terdiri dari pengumpulan data dan pembuatan model.
- Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini adalah data-data yang digunakan sebagai variabel input dalam model kemiskinan di Indonesia. Data yang dikumpulkan adalah data-data sekunder yang berkaitan dengan kondisi perekonomian di Indonesia, data demografi penduduk, serta informasi-informasi lain yang dibutuhkan untuk membangun konseptualisasi dari sistem yang diamati.
- Pembuatan Model Dampak Harga BBM terhadap Kemiskinan
Berdasarkan data – data yang ada maka dapat dilakukan pembuatan model. Pembuatan model ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Vensim. Setelah model dibuat, maka dilalukan percobaan dan melihat apakah model sesuai atau tidak.
2.3 Tahap Simulasi dan Evaluasi Kebijakan
- Formulasi Model
Berdasarkan diagram sebab-akibat, diagram alir disusun dan dibuat persamaan matematis dari variabel-variabel yang terdapat dalam sistem.
- Menjalankan Simulasi dan validasi model Setelah semua variabel input dimasukkan, maka simulasi dijalankan. Disini variabel-variabel tersebut akan disimulasikan berdasarkan periode waktu yang telah ditentukan dan didapatkan hasil berupa berapa tingkat signifikansi kebijakan harga BBM dalam mempengaruhi kemiskin di Indonesia. Selanjutnya dilakukan validasi terhadap output dari simulasi model.
- Simulasi Perubahan Kondisi dan Evaluasi Kebijakan
Perubahan kondisi pada model dilakukan dengan membuat skenario kebijakan baru atau mengubah nilai parameter variabel pada model sistem. Dari perubahan kondisi yang dilakukan dihasilkan output simulasi yang berbeda. Berdasarkan output simulasi tersebut dapat dilihat pengaruh perubahan kondisi yang terjadi atau penerapan kebijakan baru terhadap sistem.
2.4 Tahap Analisa dan Kesimpulan
4 Hasil yang didapat dari simulasi
selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh penyesuaian harga BBM terhadap kemiskinan di Indonesia.
- Kesimpulan dan Saran
Ini merupakan tahapan terakir dalam penelitian. Dari hasil analisa maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian dan dapat memberikan saran-saran untuk pemerintah berdasarkan hasil penelitian.
Langkah-langkah penelitian dapat disusun dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 2.1.
Identifikasi dan perumusan masalah
Penetapan Tujuan & Manfaat Penelitian
Studi Pustaka: Kemiskinan
BBM Sistem dan Model
Identifikasi Variabel
Pengumpulan Data
Pembuatan model kemiskinan: - Penentuan batasan model - Pengidentifikasian causal loop
- Penyusunan causal loop
Formulasi Model
? Simulasi & Validasi Model
Simulasi Perubahan Kondisi & Mencari skenario kebijakan
harga BBM
Analisa dan Interpretasi Hasil Simulasi
Kesimpulan dan Saran
Tahap Indetifikasi dan Perumusan Masalah
Tahap pembuatan model kemiskinan
Tahap Simulasi dan mencari alternatif perbaikan kebijakan
Tahap analisis dan kesimpulan
:
Data yang dikumpulkan : - Data demografi penduduk
- Data harga BBM - Data angka pengangguran,
- Data variabel kemiskinan (Data sosio ekonomi
nasional)
-Model Sesuai
Tidak
Ya
Gambar 2.1 Diagram Alir Langkah Penelitian
3. Pengembangan Model
3.1 Perkembangan Jumlah penduduk miskin Indonesia
BPS menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin. Sumber data utama merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dan Metode penghitungan yang digunakan adalah
Metode Head Count Index berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Dasar (Basic Needs Approach).
Tabel 3.1. Mutasi penduduk miskin feb 2005 - mrt 2007
Sumber : Susenas Panel 2005, 2006, & 2007
3.2 Kebijakan Kompensasi BBM
Agenda kesejahteraan masyarakat sudah menjadi agenda yang tertuang dalam SJSN. Peran pemerintah terhadap kelangsungan sistem jaminan sosial pekerja sangat diperlukan yaitu untuk menekan tingkat inflasi serendah mungkin menyusul memberlakukan tingkat bunga pasar yang rendah dan membuat mata uang stabil sehingga investasi dapat diarahkan untuk tujuan jangka panjang.
Tabel 3.2 Distribusi Pengeluaran Untuk BBM menurut kelompok Pengeluaran (orang/bulan)
Kelompok Pendapatan
Distribusi Subsidi BBM
Dalam Triliun Rupiah
20 % Teratas 43 % 48.9
20 % kedua teratas
23 % 26.2
20 % di tengah 16 % 18.2
20 % kedua terbawah
11 % 12.5
20 % terbawah 7 % 7.9
Jumlah 100% 113
Sumber : Diolah dari data BPS 2002
I. Bantuan dan Perlindungan Sosial
Kelompok Sasaran
II. Pemberdayaan Masyarakat
III. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
(UMK)
Sasaran 19,1 juta RTS/ Rumah Tangga Sasaran (Raskin, PKH, BOS, JAMKESMAS, dll), termasuk pemberian layanan khusus bagi 3,9 juta RT sangat miskin. + Minyak goreng, Kedele (PSH)
+ BLT
+ Beras bersubsidi non-miskin
Program-program yang tergabung dalam PNPM. Fokus :
5720 kecamatan Bentuk: Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp. 3 Milyar/kec/tahun
Sasaran : Pelaku usaha mikro kecil. Penyalur KUR : diarahkan untuk kredit Rp. 5 juta ke bawah. Plus : penyaluran programpendanaan K/L
“Dikasih Ikan” “Diajari Mancing”
“Dikasih Kail”
Sumber : Depkominfo
Gambar 3.1. Program Pengurangan Orang Miskin 2008-2009
3.3 Konseptualisasi Model
3.3.1 Pembatasan Model (Model Boundary Chart)
Pembatasan model dilakukan dengan membatasi lingkup pemodelan dengan mengidentifikasi variabel apa yang akan masuk dalam model, berupa variabel endogenous atau exogenous dan variabel apa saja yang tidak termasuk di dalam pemodelan (excluded from the model).
Tabel 3.3. Model Boundary Chart
3.3.2 Penyusunan Causal Loop Diagram
Secara Garis Besar, model yang akan dibuat nantinya akan mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan yaitu pendapatan, kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan. Dari masing-masing variable tersebut dapat terjadi hubungan atau keterkaitan dengan variable yang lain. Artinya satu variable dapat mempengaruhi variable yang lain. Hubungan tersebut bisa bersifat positif jika penambahan pada satu variabel akan menyebabkan penambahan pada variabel lain, namun juga bisa bersifat negatif jika penambahan pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada variabel lain.
Setelah dilakukan identifikasi terhadap variable-variabel yang terlibat dalam sistem, kemudian ditentukan hubungan yang logis antar variable tersebut. Pendekatan sistem juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi antar elemen sistem yang akan digambarkan dengan causal loop diagram seperti gambar 3.2
Dari konseptualisasi model melalui Causal Loop Diagram tersebut, terlihat bahwa tujuan utama pemodelan adalah untuk mengetahui seberapa jauh dampak harga BBM terhadap kemiskinan di Indonesia.
Model Utama "Dampak Kebijakan BBM terhadap Kemiskinan di Indonesia"
Inflasi base year <Laju penurunan
lapangan kerja>
Gambar 3.2 Causal Loop Diagram dampak Kebijakan
BBM terhadap kemiskinan
3.3.3 Penyusunan Stock and F lowMaps
Dalam pemodelan Dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan, penyusunan Stock and Flow Maps dilakukan dengan menyusun model utama dan pembagian sub modelnya. Penyusunan sub model dimaksudkan agar model akan semakin detail.
Model utama dalam Sistem ini adalah dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan. Sedangkan submodel (subsistem) yaitu sebagai berikut :
1. Sub Model Dampak harga BBM terhadap Inflasi
Dari sub model dampak harga BBM terhadap inflasi gambar 3.3, diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi inflasi adalah adanya kenaikan harga dari berbagai komoditas. Dalam model tersebut, diasumsikan bahwa variabel yang menjadi kontrol dalam naik turunnya inflasi adalah variabel harga BBM dan harga pangan. Karena kedua komoditas tersebut adalah barang kebutuhan primer dan bukan barang substitusi sehingga bobot terhadap pengeluaran besar.
Inflasi Indeks Bahan
Makanan
Indeks makanan jadi
Indeks BBM Indeks Sandang
Indeks Kesehatan Model Dampak Harga BBM pada inflasi
2. Sub Model Kemiskinan
Pada sub model kemiskinan tersebut, yang menjadi variabel utama adalah banyaknya jumlah orang miskin, yang dipengaruhi oleh variabel “menjadi
1
Gambar 3.4 Stock and F low Maps Sub Model Kemiskinan
Jika besar pendapatan orang miskin kurang dari garis kemiskinan, dimana dimana garis kemiskinan dihitung dari pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) seperti kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan pengeluaran rumah tangga lainnya, maka penduduk yang rentan miskin akan menjadi miskin. Sedangkan jika pendapatan orang miskin bertambah (jika ada kebijakan kompensasi BBM) sehingga pendapatan orang miskin lebih besar daripada pengeluaran orang miskin maka penduduk miskin akan keluar dari kemiskinan.
Jumlah orang miskin juga dipengaruhi oleh jumlah orang tidak rentan miskin. Kelompok tidak rentan ini dianggap tidak berpengaruh meskipun terjadi perubahan harga. Jumlah penduduk tidak rentan miskin adalah sebesar 51 % dari penduduk Indonesia. Jumlah ini diketahui dari data dari bank dunia 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin sebesar 49 %.
3. Sub Model Tingkat Kesempatan Kerja
Dalam sub model ini, yang menjadi variabel utama adalah tingkat kesempatan kerja yang secara langsung mempengaruhi persentase jumlah pengangguran. Tingkat kesempatan kerja ini adalah perbandingan antara jumlah lapangan kerja dan jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja akan dipengaruhi oleh laju peningkatan angkatan kerja. Sedangkan jumlah lapangan kerja dipengaruhi oleh peningkatan lapangan kerja yang disebabkan faktor pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan jumlah industri, dimana
dalam model ini hanya memperhitungkan jumlah industri pengolahan karena sektor ini mempunyai kontribusi cukup besar dalam lapangan kerja utama penduduk Indonesia. Sedangkan pengurangan lapangan kerja dipengaruhi oleh laju penurunan lapangan kerja yang disebabkan oleh fraksi peningkatan harga BBM.
4. Sub Model Pendapatan riil
Variabel utama dalam sub model ini yaitu pendapatan riil per bulan yang akan dipengaruhi oleh pendapatan perkapita nasional per kapita dan inflasi. Pendapatan per kapita per bulan merupakan pembagian antara besar PDB dan Jumlah penduduk Indonesia. Variabel PDB dipengaruhi oleh variable pertambahan PDB yang dipengaruhi oleh Faktor pembentuk PDB dari sisi pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentuk modal tetap domestik bruto, serta ekspor barang dan jasa dimana nilai sektor tersebut diketahui dari proporsi masing-masing sektor tersebut berdasarkan data PDB dari BPS. (lihat gambar 3.5)
2
Inflasi
Pendapatan per kapita Pendapatan Riil+
-PDB Jumlah penduduk
Indonesia
+ + Pertambahan
penduduk Laju pertambahan
penduduk
+ +
Pertambahan PDB Sub Model Pendapatan Riil
Per kapita
Pendapatan riil per bulan +
<Fraksi peningkatan harga BBM> +
<Initial PDB>
Pengurangan penduduk
Laju pengurangan penduduk
-Pengurangan PDB
Impor
-peningkatan impor pengurangan impor
Kebijakan proteksi
+ Harga komoditas
+ Komoditas dalam
negeri kurang
+ +
-+
Pengeluaran konsumsi RT
Pengeluaran konsumsi pemerintah
Pembentukan modal tetap domestik bruto
Ekspor barang&jasa +
+ + +
Gambar 3.5. Stock and F low Maps Sub Model Pendapatan riil
5. Sub Model Indeks Kesejahteraan
Indeks Kesejahteraan ini merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah orang miskin. Variabel ini dipengaruhi oleh indeks taraf pendidikan, indeks akses sarana kesehatan, tingkat pengangguran dan rasio peningkatan pendapatan.
Semakin besar kesempatan akses sarana pendidikan, akses sarana kesehatan, dan akses pangan maka akan semakin besar pula nilai indeks kesejahteraan.
Berikut adalah gambar diagram alir indeks peningkatan kersejahteraan.
Indeks peningkatan kesejahteraan Indeks taraf
pendidikan
Indeks akses sarana kesehatan
Rasio peningkatan pendapatan <Jumlah perusahaan industri pengolahan> Rata-rata lama
sekolah
Angka melek huruf
RT dengan sumber air minum dari mata air
kelahiran balita ditolong tenaga medis
Initial pendapatan
<Pendapatan riil per bulan>
+ +
Tingkat pengangguran
<Tingkat kesempatan kerja>
+ +
+
+ Program BOS
Program JAMKESMAS
Raskin
Akses Pangan Akses Pendidikan
Akses Kesehatan +
+ +
+
+
- +
Gambar 3.6. Stock and F low Maps Sub Model Indeks Kesejahteraan
3.4 Simulasi Software Vensim
Simulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perilaku dari model sistem yang
2 antar variabel, maka output grafik hasil running
dikelompokkan menurut keterkaitan antar variabel. Hasil running atau simulasi model pada software Vensim dapat dilihat pada grafik.
Pada grafik perbandingan jumlah orang miskin pada grafik 3.1 diperlihatkan perbandingan dari jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM tanpa disertai adanya kompensasi dari pemerintah menyebabkan jumlah penduduk miskin yang selalu bertambah bahkan jika dibiarkan dalam jangka panjang, semua penduduk yang rentan miskin akan menjadi miskin.
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Perbandingan Jumlah Orang miskin
400 M
300 M
200 M
100 M
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Time (Year)
Jumlah penduduk Indonesia : Model Awal Orang
Jumlah orang miskin : Model Awal Orang
Jumlah penduduk rentan miskin : Model Awal Orang
Grafik 3.1. Output Vensim untuk Jumlah Penduduk
2. Aspek Tenaga kerja
Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran karena kesempatan kerja yang semakin menurun. Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan kerja semakin menurun dari tahun ke tahun.
Perbandingan aspek tenaga kerja
80 M Unit 200 M Orang
80 persen
40 M Unit 150 M Orang
40 persen
0 Unit 100 M Orang
0 persen
2005 2007 2009 2011 2013 2015
Time (Year)
Jumlah lapangan kerja : Model Awal Unit
Angkatan kerja : Model Awal Orang
Tingkat kesempatan kerja : Model Awal persen
Grafik 3.2. Output Vensim untuk Aspek Tenaga Kerja
3. Aspek Pendapatan
Output yang akan diperbandingkan dalam aspek pendapatan ini adalah variabel PDB, pendapatan riil dan pendapatan per kapita. Berikut ini adalah grafik perbandingannya.
Perbandingan aspek pendapatan
20 M Rp/Year 20 M Rp/Year 4e+015 Rp/Year
13 M Rp/Year 13 M Rp/Year 2.5e+015 Rp/Year
6 M Rp/Year 6 M Rp/Year 1e+015 Rp/Year
2005 2007 2009 2011 2013 2015
Time (Year)
Pendapatan Riil : Model Awal Rp/Year
Pendapatan per kapita : Model Awal Rp/Year
PDB : Model Awal Rp/Year
Grafik 3.3. Output Vensim untuk Aspek Pendapatan
Pada aspek pendapatan ini, terlihat bahwa pendapatan per kapita mengikuti pertumbuhan PDB. Faktor inflasi yang menyebabkan pendapatan riil lebih kecil dari pada pendapatan per kapita. Faktor yang mempengaruhi nilai PDB antara lain adalah perkembangan ekspor dan impor barang dan jasa. Peningkatan PDB ini yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
4. Aspek Kesejahteraan
3
Perbandingan indikator kesejahteraan
45 Dmnl 62 Dmnl 2 Dmnl
44 Dmnl 61 Dmnl 1 Dmnl
43 Dmnl 60 Dmnl 0 Dmnl
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Time (Year)
Indeks akses sarana kesehatan : Model Awal Dmnl
Indeks taraf pendidikan : Model Awal Dmnl
Indeks peningkatan kesejahteraan : Model Awal Dmnl
Grafik 3.4. Output Vensim untuk Aspek Kesejahteraan
3.5 Desain Skenario Kebijakan
Dalam perancangan skenario kebijakan, terdapat variabel yang akan dijadikan indikator utama. Variabel ini merupakan variable yang berpengaruh dalam mengurangi jumlah orang miskin, yaitu:
1. Fraksi peningkatan harga BBM
2. Adanya bantuan untuk kompensasi kenaikan harga BBM
Skenario perbaikan yang akan dilakukan, diambil berdasarkan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk dikontrol, Skenario perbaikan yaitu sebagai berikut :
1. Skenario 1 : Harga Naik 30 % , Terdapat program kompensasi BBM
2. Skenario 2 : Harga Turun 30 % , Tidak ada program kompensasi BBM
Dalam skenario ini, fraksi peningkatan harga BBM diturunkan sebesar 30% dan tidak ada program kompensasi BBM yang diberikan karena dana kompensasi ini sudah disalurkan dalam bentuk
Dari kedua skenario tersebut, setelah dirunning pada Vensim, maka dapat dilihat output salah satu variabel kontrol yaitu variabel jumlah orang miskin yaitu sebagai berikut :
Jumlah orang miskin
200 M
150 M
100 M
50 M
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Time (Year)
Jumlah orang miskin : Model Awal Orang
Jumlah orang miskin : Model Skenario 1 Orang
Jumlah orang miskin : Model Skenario 2 Orang
Grafik 3.5. Output simulasi model awal dan 2 skenario
Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa, semua skenario memperlihatkan adanya penurunan jumlah orang miskin dibandingkan dengan model awal tanpa skenario. Pada skenario 1 menunjukkan penurunan yang lebih signifikan dibandingkan dengan skenario 2.
4. Analisa dan Intepretasi
4.1 Analisa Hasil Simulasi Model Awal
1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin
Pada aspek jumlah penduduk miskin, selama 10 tahun kedepan diperkirakan terus terjadi peningkatan. Data dapat dilihat pada tabel 5.1. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM tanpa disertai adanya kompensasi dari pemerintah menyebabkan jumlah penduduk miskin yang selalu bertambah bahkan jika dibiarkan dalam jangka panjang, semua penduduk yang rentan miskin akan menjadi miskin. Oleh karena itu ketika harga BBM dinaikkan yang berarti bahwa harga kebutuhan lain ikut naik, pemerintah harus mengkompensasi hal tersebut untuk meminimasi bertambahnya jumlah orang miskin di Indonesia.
Tabel 4.1. Nilai Perubahan Variabel pada aspek jumlah penduduk miskin
Tahun
Jumlah penduduk Indonesia
Jumlah penduduk
rentan
Jumlah penduduk
4 bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran karena kesempatan kerja yang semakin menurun. Pada titik perpotongan antara lapangan kerja dan jumlah angkatan kerja adalah titik kesempatan kerja sama dengan satu. Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan kerja semakin menurun dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan produktivitas untuk faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja, sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja yang mengikuti laju pertumbuhan penduduk.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja adalah besar kapasitas produksi serta pertumbuhan ekonomi yang dipengaruh oleh peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Jadi, ketika banyak industri pengolahan dimana industri ini banyak menggunakan BBM sebagai bahan dalam produksinya. Sehingga kapasitas produksinya berkurang disebabkan daya beli masyarakat
menurun akibat adanya kenaikan harga BBM bisa ditingkatkan untuk investasi dan peningkatan ekspor untuk bidang lain, sehingga pertumbuhan lapangan kerja tetap mengesuaikan dengan laju pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini dapat memperbesar kesempatan kerja.
Tabel 4.2. Nilai Perubahan Variabel pada aspek tenaga kerja 3. Aspek Pendapatan
Aspek pendapatan memperlihatkan kenaikan terus menerus dari tahun ke tahun. Variabel yang diperhatikan dalam aspek ini adalah PDB, pendapatan per kapita dan pendapatan riil per bulan. Pendapatan riil per bulan adalah pendapatan per kapita yang diterima setiap penduduk Indonesia setelah mendapatkan penguranan nilai dari faktor inflasi. Namun, variabel pendapatan riil ini tetap meningkat secara terus menerus dari tahun ke tahun setelah memperhitungkan faktor inflasi.
5
Time
(Year) PDB
Pendapatan per kapita
Pendapatan riil per bulan
2005 1.751E+15 7963630.5 546998.8125
2006 1.847E+15 8295448 645610.5625
2007 1.949E+15 8641091 671666.0625
2008 2.056E+15 9001137 709092.5625
2009 2.169E+15 9376185 712072.25
2010 2.288E+15 9766859 741741.9375
2011 2.414E+15 10173811 772647.8125
2012 2.547E+15 10597719 804841.4375
2013 2.687E+15 11039291 838376.5
2014 2.835E+15 11499262 873308.8125
2015 2.991E+15 11978397 909696.6875
Peningkatan pendapatan ini akan menunjukkan besar pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jadi perlu diperhatikan variabel yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB. Pada tabel 5.4 berikut besar impor yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun merupakan variabel yang mengurangi PDB. Jadi, peningkatan nilai impor juga harus disertai dengan peningkatan nilai ekspor dan investasi.
Tabel 4.4. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek Pertambahan dan Pengurangan Pendapatan
Time
(Year) Impor
Pertambahan PDB 2005 1E-11 9.62951E+13 2006 1.069E-11 1.01591E+14 2007 1.143E-11 1.07179E+14 2008 1.223E-11 1.13074E+14 2009 1.307E-11 1.19293E+14 2010 1.398E-11 1.25854E+14 2011 1.495E-11 1.32776E+14 2012 1.599E-11 1.40078E+14 2013 1.709E-11 1.47783E+14 2014 1.828E-11 1.55911E+14 2015 1.955E-11 1.64486E+14 4. Aspek Kesejahteraan
Pada aspek kesejahteraan, variabel yang berpengaruh antara lain adalah indeks akses sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan dimana sesuai dengan grafik 4.6 menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Peningkatan indeks akses sarana kesehatan dan taraf pendidikan menyebabkan peningkatan kesejahteraan.
Jadi untuk mewujudkan peningkatan keejahteraan sehingga dapat meminimiasi
pertambahan jumlah orang miskin diperlukan kebijakan untuk memberikan kemudahan untuk mendapatkan akses pangan, kesehatan, dan pendidikan bagi orang miskin. Peningkatan indeks kesejahteraan ini secara jangka panjang dapat mengurangi kemiskinan. Dalam model penelitian ini, diasumsikan indeks kesejahteraan bisa mengurangi jumlah orang miskin sebesar 1 %.
4.2 Analisa Hasil Simulasi Model Skenario
Perancangan skenario dan running simulasinya akan dipergunakan untuk pertimbangan-pertimbangan atas kebijakan apa saja yang diperlukan dalam usaha meminimasi bertambahnya jumlah orang miskin dan peningkatan kesejahteraan sebagai dampak kebijakan BBM. Pada simulasi model skenario, variabel yang terus diamati adalah Jumlah orang miskin, besar pendapatan riil per bulan, Persentase pengangguran, dan indeks peningkatan kesejahteraan.
Dari dua skenario yang telah dijalankan, maka akan terlihat pada skenario mana yang paling mempercepat penurunan jumlah orang miskin di Indonesia. Seperti terlihat pada tabel 5.7 di bawah ini. Variabel jumlah lapangan kerja, tingkat kesempatan kerja, menunjukkan nilai tertinggi adalah pada skenario 2. Karena dalam skenario 2, dengan penurunan harga BBM sebesar 30 % menyebabkan nilai faktor inflasi yang turun sehingga mempengaruhi variabel makro perekonomian, yaitu jumlah lapangan kerja yang meningkat, sehingga tingkat kesempatan kerja pun meningkat. Dengan penurunan harga BBM akan memberi kesempatan pada industri yang banyak membutuhkan BBM sebagai bahan utamanya untuk membuka lapangna kerja. Dengan penurunan ini pula kapasitas produksi bisa lebih besar akibat adanya daya beli masyarakat yang naik sehingga permintaan barang dan jasa meningkat pula.
6 kesejahteraan yang lebih besar pada skenario 1.
Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan komsensasi menyebabkan akses pada faktor penentu kesejahteraan, yaitu akses pangan, akses pendidikan dan akses kesehatan difasilitasi dengan adanya kebijakan BLT, BOS, JAMKESMAS, dan Raskin. Dengan adanya hal tersebut, maka tingkat kesejahteraan penduduk miskin akan meningkat dan jumlah penduduk miskin pun akan berkurang.
Pada skenario 1, program kompensasi berupa pemberian uang tunai sebesar Rp. 100.000,00 dan dengan adanya program BOS, BLT, dan JAMKESMAS maka akses penduduk miskin dalam pendidikan, kesehatan dan pengan akan bertambah.
Hasil Output Angka hasil Simulasi Skenario dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Output Angka hasil Simulasi Skenario
Variabel Model Awal
Model Skenario 1
Model Skenario 2
Jumlah
lapangan kerja 6,730,016 348,420 65,900,000
Tingkat kesempatan
kerja 5.53440237 0.286521465 54.19260788
Jumlah orang
miskin 105114080 239658.5625 26218684
Indeks peningkatan
kesejahteraan 0.192666337 0.320559382 0.317049146
: nilai tertinggi
Dari semua analisis yang telah dilakukan sebelumnya, ditambahkan dengan analisis hasil simulasi model skenario, dengan memfokuskan tujuan penelitian untuk meminimasi jumlah orang miskin dan meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa skenario 1 yaitu pemberian kompensasi BBM ketika terjadi kenaikan harga BBM merupakan kebijakan yang paling signifikan mempercepat penurunan jumlah orang miskin di Indonesia. Walaupun dengan skenario 1, faktor penentu variabel makro mempunyai nilai yang lebih tinggi, namun untuk kesejahteraan masyarakat miskin, pemberian kompensasi secara langsung dan memberi kesempatan akses pangan, pendidikan dan
kesehatan akan lebih mensejahterakan bagi penduduk miskin.
4.3 Analisa Kebijakan Kompensasi untuk Mengurangi Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia
Untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk miskin, dipergunakan pengukuran jumlah penduduk miskin di Indonesia. Talah diketahui dalam skenario simulasi model kemiskinan bahwa dengan adanya program kompensasi ketika BBM dinaikkan sebesar 30 % merupakan kebijakan yang cukup efektif dalam meminimasi jumlah orang miskin.
Pengalihan dana subsidi Harga BBM pada subsidi kompensasi yang diberikan langsung pada orang miskin memberikan dampak yang signifikan dalam penurunan jumlah orang miskin. Hal ini dikarenakan distribusi subsidi BBM untuk 20 % terbawah (golongan termiskin) hanya sebesar 7 % dari total subsidi BBM, sedangkan porsi terbesar adalah untuk kelompok pendapatan 20 % teratas (golongan terkaya), yaitu sebesar 43 %. Meskipun hal ini tidak dimasukkan dalam simulasi model, namun dapat dilihat pada tabel 4.5 distribusi pengeluaran untuk BBM menurut kelompok pengeluaran.
Berdasarkan simulasi scenario Kebijakan, Skenario 1 dengan pemberian kompensasi pada orang miskin merupakan scenario dengan jumlah orang miskin yang menurun secara signifikan, karena untuk subsidi kompensasi berupa bantuan langsung pada masyarakat miskin memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Untuk jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin. 2. Untuk jangka panjang dapat memutus
rantai kemiskinan antar generasi melalui:
- Peningkatan kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin)
- Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect).
7 besar kepada pendidikan dan
kesehatan anaknya. 4.4 Analisa Asumsi Inflasi
Besaran inflasi sangat menentukan dalam menilai dampak kenaikan harga BBM terhadap kemiskinan. Karena faktor inilah yang langsung terkena dampak dari penyesuaian harga BBM. Dari kenaikan besaran inflasi ini akan mempengaruhi variabel makro ekonomi lain. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa fraksi peningkatan harga BBM dan fraksi peningkatan harga pangan yang mempengaruhi besaran inflasi, sedangkan faktor lain dianggap konstan. Dua variabel ini yang digunakan untuk mengasumsikan besaran inflasi karena kedua komoditas tersebut merupakan kebutuhan primer dan bukan barang substitusi. Kenaikan besaran inflasi ditentukan oleh kenaikan harga BBM dan bahan pangan, namun penurunan harga BBM hanya dipengaruhi oleh penurunan harga BBM namun tidak diikuti penurunan harga pangan.
Sedangkan akibat buruk dari inflasi adalah besaran inflasi ini biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Namun kondisi ini belum dimasukkan dalam model penelitian.
4.5 Dampak kenaikan harga BBM
terhadap kinerja Ekonomi Makro
Secara teoritis, kenaikan biaya BBM akan meningkatkan biaya produksi, selanjutnya harga-harga di pasar akan naik (inflasi) dan output keseimbangan yang baru menjadi turun. Dari sisi konsumen inflasi akan menyebabkan daya beli menjadi berkurang. Sedangkan dari sisi produsen, turunnya output akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Kondisi ini tentu saja berimplikasi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia, yang kemungkinan besar akan meningkat dan kondisi ini juga menyebabkan pendapatan riil masyarakat yang semakin berkurang.
Dari simulasi kebijakan yang telah dilakukan, maka untuk variabel makro ekonomi yaitu jumlah lapangan kerja dan dan kesempatan kerja menunjukkan bahwa penurunan harga BBM sebesar 30 % akan menyebabkan kedua variabel terebut meningkat. Berikut adalah grafik simulasi skenario kebijakan tersebut.
Tingkat kesempatan kerja
80
60
40
20
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Time (Year)
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 2 persen
Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 1 persen
Tingkat kesempatan kerja : Model Awal persen
Grafik.4.1 Output Simulasi Skenario Kebijkan untuk variabel tingkat kesempatan
kerja.
Peningkatan harga BBM akan mempengaruhi produksi industri lainnya, terutama industri yang banyak menggunakan bahan baku BBM. Industri yang mengurangi konsumsi BBM nya karena kenaikan harga ini berdampak pada turunnya produksi di seluruh sektor. Dalam model penelitian ini diasumsikan dengan peningkatan harga BBM akan menurunkan jumlah lapangan kerja sebesar 6.8 %.
5. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Variabel yang berpengaruh terhadap sistem kemiskinan khususnya terkait dengan kebijakan penyesuaian harga BBM antara lain adalah :
- tingkat inflasi, yaitu adanya peningkatan harga komoditas - pendapatan nasional, yang turut
mempengaruhi nilai pendapatan per kapita setiap penduduk Indonesia
- Tingkat kesempatan kerja, Aspek pendidikan dan aspek kesehatan
8 dan kesejahteraan. Inflasi juga
menyebabkan pendapatan riil yang diterima menjadi berkurang. Faktor pendapatan inilah yang menjadi faktor utama dalam menentukan kesejahteraan masyarakat.
3. Simulasi dengan menaikkan harga BBM dengan model awal tanpa scenario kebijakan untuk mengkonpensasikannya didapatkan bahwa jumlah orang miskin akan semakin meningkat dari tahun ke tahun, orang yang rentan akan menjadi miskin. Total jumlahnya mencapai 105,1 juta pada tahun 2015, meningkat hampir tiga kali lipat dari jumlah awal 35.1 juta orang
4. Dari dua skenario perbaikan yang diberikan, pada skenario 1 dimana harga BBM dinaikkan namun terdapat kompensasi berupa cash transfer sebesar Rp. 100.000, program bantuan JAMKESMAS, BOS dan Raskin didapatkan hasil jumlah orang miskin menunjukkan angka paling sedikit dibanding dengan yang lain. Namun untuk variabel pendapatan riil per bulan, tingkat pengangguran, dan bahwa skenario kedua lebih baik, yaitu dengan menurunkan harga BBM sebesar 30 % namun tidak memberikan bantuan kompensasi.
6. Daftar Pustaka
Ala, Andre Bayo (1996). “Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan”. Liberty, 3
BAPPENAS , Desember 2007. “Kebijakan Peningkatan Kesempatan dan Kesejahteraan Masyarakat” Vol 4. No.2, 42-53
Borschev.A, & Filippov.A.2006. „From system dynamics and discrete event to
practical agent based
modelling:reason, technique, tools‟. Paper of St.Petersburg Technical University&XJ Technologies, Rusia Bowerman, O‟Connel, & Koehler.2005. Time
Series and Regression Analysis, fourth edtion. Thomson, USA.
BPS. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi Indonesia, BPS Maret
2008, <URL:http//www.bps.go.id> diakses 12 Agustus 2008
BPS. 2008. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia 2008. Jakarta: BPS
BPS. 2008. Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas Panel 2008). Jakarta: BPS
Bulog (2006) Laporan Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Program Raskin Tahun Anggaran 2006.Jakarta: Bulog
Depkeu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. 2009. Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2001-2009. Jakarta: Depkeu
Depkominfo. 2008. Enam Pertanyaan Penting Tentang Kebijakan BBM. Jakarta: Depkominfo
Deptan, 2007. Direktorat Jenderal Penelitian dan Pengembangan: Mutasi penduduk Miskin. Jakarta: Deptan
Dumairy. 1997: Perekonomian Indonesia , Penerbit Erlangga. Jakarta
Eriyatno (1999), Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen, Bogor : IPB Press.
Fajarningtyas, L (2008). “Pemodelan Sistem Pembiayaan Di Bank Syari‟ah Dengan Pendekatan Metodologi Sistem Dinamik : Studi Kasus Pembiayaan Pada Usaha Sapi Perah Dan Perkebunan Tebu”.Laporan Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Harimurti, T (2005). “Rekaan Kebijakan Pengentasan Masyarakat Miskin Di Kota Surabaya Dengan Pendekatan Sistem Dinamik”.Laporan Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Ihsan, Muhammad. 2005< Kajian LPEM soal Kenaikan Harga BBM dan Kemiskinan.htm> diakses 2 februari 2009
Kementerian Sekretaris Negara RI. 2009, <URL:htp://www.setneg.go.id
9 Harga BBM.htm.diakses 1 Februari
2009
Kompas(Jakarta), 2005.14 Januari . Pengangguran Terdidik
Muttaqien, Arip.2006. “Paradigma Baru Pemberantasan Kemiskinan: Rekonstriuksi Arah Pembangunan Menuju Masyarakat yang Berkeadailan, Terbebaskan, dan Demokratis”. Menuju Indonesia Sejahtera.3-38. Jakarta: Khanata, Pustaka LPES
Modjo , Mohammad Ikhsan. 2008. Kebijakan BTL Hanya Seperti Balsem. <URL:http://suaramerdeka.com
Muttaqien, Arip, dkk.. 2006. Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan kemiskinan. Jakarta: Khanata, Pustaka LP3ES Indonesia
Prihartini, Diah Aryati. 2006. Perbandingan Total Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia Dan Bank Dunia Dengan Peran Strategis Dari Usaha Mikro Untuk Pengentasan Kemiskinan. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma : Jakarta
Soesastro, Hadi.dkk. 2005. Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir: Proses Pemulihan Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suharto. 2008. ANALISIS : BLT Plus?. URL:http://kedaulatanrakyat/analisis-blt.htm
Sukirno, Sadono. 2004. Makro ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tempointeraktif. 2008. Dewan Desak Menteri Kesehatan Tinjau Ulang Jamkesmas Utomo, Tri Widodo W. Analisis Strategis
Mengenai Implikasi Krisis Moneter, Khususnya Di Sektor Pendidikan
Ventana System, Inc. 2003. The Ventana Simulation Environment
World Bank. 2007. Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
World Bank, indikator utama kemiskinan