Pendekatan Pembelajaran dan Penilaian
Pembelajaran adalah merupakan kegiatan dalam proses implementasi kurikulum yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instructional untuk suatu satuan instruksional tertentu.
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran terbagi 4 macam, yaitu: 1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan pembelajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. (Syaipul sagala, 2007). Contoh pendekatan konsep:
Dalam suatu pembelajaran di TK guru akan mengajarkan cara menggunting dan menempel. Pada awal pembelajaran guru akan menanamkan konsep yang mana yang menggunting dan mana yang menempel. Guru langsung saja memberikan penjelasan tanpa harus di minta anak.
2. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Contoh Pendekatan Proses:
Dalam suatu pembelajaran di TK guru akan mengajarkan cara menggunting dan menempel. Setelah dijelaskan oleh guru, anak diminta untuk mencobanya sendiri. Disini terdapat proses karena anak mencoba untuk mengerjakannya.
3. Pendekatan deduktif
Pendekatan ini adalah proses penalaran yang bermula dari umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajukan aturan prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh.
Seorang guru memberikan materi tentang volume balok kepada siswa. Pada awal pembelajaran guru memberikan definisi dan konsep mengenai balok dan rumus volume balok. Kemudian guru menerapkan rumus volume tersebut pada beberapa contoh soal. Selanjutnya guru memberikan beberapa tugas kepada siswa yang sesuai contoh yang telah diberikan. Tugas ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa mengenai materi yang telah disampaikan
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan ini pertama dikemukakan oleh filosof Inggris PrancisBacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan di dasarkan dari fakta yang konkrit sebanyak mungkin.
Contoh pendekatan induktif:
Seorang guru memberikan materi mengenai bangun datar persegi panjang. Diawal pembelajaran guru menyuruh siswa untuk membuat persegi panjang dengan menggunakan alat peraga berupa kertas. Siswa dituntut untuk membentuk kertas tersebut menjadi sebuah bangun persegi panjang. Siswa diperintah untuk berdiskusi tentang sifat – sifat bangun persegi panjang. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa dan guru sama – sama saling menyimpulkan mengenai sifat – sifat bangun persegi panjang.
Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk buat keputusan tentang pencapaian hasil belajar.
CIRI:
* Menggunakan acuan patokan/kriteria * Penilaian otentik:
- proses penilaian bagian integral dari proses pembelajaran, - mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah, - menggunakan berbagai cara dan kriteria,
- holistik (kognitif, afektif, psikomotor)
KRITERIA PENILAIAN:
*VALIDITAS: hasil penilaian dapat ditafsirkan sebagai apa yang akan dinilai.
*RELIABILITAS: hasil penilaian jelas, menggambarkan kemampuan yang sesungguhnya.
*KOMPREHENSIF: informasi yang diperoleh cukup untuk buat keputusan. *OBJEKTIV: adil, terencana, berkesinambungan
*MENDIDIK : penilaian untuk perbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas belajar.
Cara melakukan Penilaian:
*Lihat kompetensi pada kurikulum.
*Alat penilaian sesuai dengan kompettensi yang akan dicapai. *Ketika penilaian berlangsung pertimbangkan kondisi anak. *Petunjuk pelaksanan jelas,
*gunakan bahasa yang mudah dipahami *Kriteria penyekoran jelas
*Gunakan berbagai cara dan alat untuk nilai beragam kompetensi *Lakukan rangkaian aktivitas penilaian melalui:pemberian tugas, PR, ulangan, pengamatan, dsb.
Cara Perlindungan Anak Dari Pengaruh Negatif
Media
Menurut KBBI ( Kamus Besar Bhaasa Indonesia), kata media berarti alat (sarana), komunikasi seperti majalah, koran, radio, televis, film, video, dan spanduk selain itu media juga bermakna sebagai perantara, penghubung, atau yang terletak di antara dua pihak (dalam hal ini orang atau golongan).
Dari beberapa batasan pengertian media massa yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi (McLuhan, 1964 ; Bittner, 1980: 10 ; Wright, 1985: 2-7 ; Susanto, 1980: 2) dijelaskan bahwa media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Adapun bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu:
1. Media cetak, contohnya seperti surat kabar dan majalah, termasuk juga buku-buku.
2. Media elektronik, contohnya seperti radio, televisi, film (layar lebar) dan internet, termasuk juga telepon selular.
1. Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;
2. Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;
3. Orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa dari pada yang berasal dari orang lain;
4. Para guru perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya;
5. Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalkan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya.
Efek Negatif (disfungsi) dari media elektronik antara lain berupa:
1. Efek Radiasi
Penelitian yang dilakukan oleh University of Washington, Seattle, Verum (kelompok riset Jerman), dan penelitian dari Swedia yang ditampilkan dalam European Journal of Cancer Prevention 2002 menyebutkan bahwa radiasi yang dipancarkan HP berbahaya bagi orang dewasa, dan terutama bagi anak, karena bisa menjadi salah satu pencetus tumor, bahkan kanker otak.
2. Pedofilia
Hati-hati bila para orangtua mengizinkan anak mengakses internet di dalam HP. Internet memungkinkan anak untuk bertemu dengan siapa saja di dunia maya, termasuk pedofilia (orang dewasa yang memiliki
ketertarikan seksual pada anak). Para pemangsa ini berkeliaran di dunia maya, khususnya di chat room dan game online, yang memungkinkan anak ngobrol dengan orang yang tidak dikenalnya. Kasus pedofilia telah menjadi masalah serius di berbagai negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jerman.
3. Mengakses Materi yang Tidak Diperuntukkan Bagi Anak
HP memberikan akses kepada anak untuk mengunjungi dan mendapatkan materi yang sebenarnya diperuntukkan bagi orang dewasa, seperti:
b. Materi pornografi yang bisa didapatkan anak dengan men-download dari internet atau dengan membelinya di pedagang content HP dengan harga relatif murah, lalu disebarluaskan melalui MMS atau bluetooth.
c. Materi kekerasan, bisa saja dalam bentuk game atau gambar bertema kekerasan.
d. Penyalahgunaan kamera di HP untuk mengambil gambar tak senonoh atau merekayasa dan menyebarluaskan foto melalui internet atau
bluetooth.
4. Bullying
SMS, e-mail, dan telepon seringkali dijadikan media teror untuk tindakan bullying (penggencetan seperti “aksi malak”) di sekolah.
Cara perlindungan anak dari pengaruh negatif media:
Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan
manfaatnya dan tujuan penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak gatek. ”Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka
internet, juga tidak tahu apa-apa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal,” sesal Nina.
Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi
‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.
Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau
menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.
Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua, Rizal kembali mengingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.
Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.
Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari
bahaya listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.
Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan
kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.
Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak.
Jangan sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik bermain komputer.
Sumber:
Chen, M. 2005. Mendampigi Anak Menonton Televisi. Panduan bagi Orang Tua. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.