• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISI Laporan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISI Laporan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Narasi Kronoligis Persiapan Observasi Lembaga

Kegiatan praktikum I yang diselenggarakan oleh pihak jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Malang menjadikan setiap mahasiswanya harus mengikuti karena menjadi salah satu tugas mata kuliah yang wajib diikuti. Setiap mahasiswa harus mengikuti prktikum dengan syarat lulus mata kuliah yang telah ditentukan. Akan tetapi, jika ada salah satu mata kuliah yang menjadi syarat mengikuti praktikum tidak lulus maka, mahasiswa harus mengikuti praktikum I di tahun berikutnya.

Setiap mahasiswa harus memiliki kelompok praktikum dengan batas maksimal lima orang. Setelah memiliki kelompok praktikum I, mahasiswa diwajibkan mencari lembaga yang terkait dengan adanya pelayanan sosial. Pada kesempatan kali ini, kami mempunyai gambaran terkait lembaga untuk kegiatan praktikum I yakni di WCC yang ada di jalan Jombang, Yayasan Pembinaan Anak Cacat, Sekolah Dasar Luar Biasa Kedungkandang, BKKBN Kota Malang, BNN Kota Malang dan Panti Lansia Al-Ishlah.

Hari pertama kita sepakati untuk melakukan observasi ke WCC yang ada di jalan Jombang disana kami bertemu dengan pendiri WCC dan diberikan gambaran bahwasanya disana tidak ada klien yang menetap dan disana yang diutamakan adalah mahasiswa dari jurusan Kedokteran, Psikologi dan Hukum. Kemudian kita putuskan untuk melanjutkan observasi lembaga selanjutnya.

(2)

dan menjelaskan bahwa kuota bagi mahasiswa magang atau praktikum maksimal 10 orang, dan disana sudah dipenuhi oleh mahasiswa Universitas Brawijaya dan POLINEMA sehingga kami tidak ada kesempatan untuk praktikum disana. Selanjutnya kami berkunjung ke Panti Lansia Al-Ishlah dan disana kami diterima oleh pihak ketua panti, akan tetapi kami disana diberi waktu kunjungan maksimal 3 jam dalam sehari, kemudian kami mengurungkan untuk praktikum disana karena alasan minimnya waktu yang diberikan.

Hari kedua kami kembali ke YPAC kota Malang, disana kami bertemu dengan kepala staff tata usaha kami dipersilahkan untuk melakukan praktikum di lembaga tersebut. Hari selanjutkan kami melakukan observasi lembaga dan keadaan anak binaan dengan tujuan kami mengetahui keadaan disana. Hari selanjutnya kami meminta surat ke Tata Usaha kampus untuk ditujukan ke YPAC kota Malang dan setelah itu kami menyusun proposal praktikum. Setelah surat pengantar dari kampus dan proposal sudah disetujui oleh pembimbing praktikum, kemudian kami bergegas ke YPAC, dan dari pihak YPAC kami di setujui untuk melakukan pratikum 1 disana.

1.2. Pentingnya Penyelenggaraan Lembaga Pelayanan Sosial oleh Pemerintah dan Swasta YPAC Malang merupakan organisasi yang berbasis masyarakat Human Service Organization (HSO), di mana fungsi utamanya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan personal well-being individu dengan membentuk atau mengubah personal atribut mereka. YPAC juga bertanggung jawab untuk meresosialisasikan individu yang gagal menjalankan perannya. Individu yang disosialisasikan adalah anak-anak penyadang tuna daksa termasuk para penderita cerebral palsy (CP).

(3)

kemampuan sosialnya maupun peningkatan kemampuan pribadi sesuai kapasitas yang dimilikinya, dimana tujuan akhir dari serangkaian upaya yang dilaksanakan adalah terciptanya kesejahteraan bagi anak, terutama bagi anak-anak penyandang cacat.

YPAC memberikan perhatian kepada anak-anak penyandang tuna daksa (cacat tubuh). Tuna daksa adalah kelainan anggota gerak yang meliputi tulang, otot, dan persendian, baik dalam struktur maupun fungsinya (Termasuk karena kelainan otak, seperti pada khasus cerebal palsy, atau kelainan karena virus kusta) sehingga dapat merupakan rintangan untuk melakukan kegiatan secara nyata. Sesungguhnya yang termasuk dalam kategori cacat fisik tuna daksa ini akan sangat beragam jenisnya, sehubungan dengan beragamnya pula jenis impairment fisik. Adapun penyandang tuna daksa yang dirawat di YPAC malang diantaranya kelainan tulang atau persendian, sendi otot dan lain-lain (Termasuk di dalamnya kekakuan atau justru kelemahan tulang pada kasus cerebal palsy, dan tulang mengecil pada khasus polio).

YPAC merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bersifat non-provit, di mana YPAC melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan kegiatan. Kerjasama tersebut tidak bersifat mengikat dan bertujuan untuk mendapatkan bantuan dalam pendanaan.

Lembaga-lembaga yang ikut bekerja yang ikut bekerja sama dengan YPAC merupakan lembaga yang bertaraf nasional yang peduli terhadap kemanusiaan dan anak-anak penyandang cacat. Lembaga-lembaga tersebut antara lain Lembaga-lembaga donor, perushaan-perusahaan, Lembaga pemerintah, serta LSM lain.

(4)

secara mental, sehingga di YPAC banyak yang di temui klien yang sudah berumur di atas 18 tahun. Bentuk pemberian layanan tersebut merupakan layanan medis, layanan pendidik, dan layanan sosial

Pelayanan yang diberikan di YPAC bersifat reformatif, di mana pelayanan di tunjukan untuk mendorong dan membantu kliennya yaitu anak-anak penyandang cacat agar mampu mengatasi sendiri kesulitannya sehingga tidak tergantung pada orang lain dalam kehidupan kesehariannya. Bentuk pelayanan YPAC malang dilakukan secara langsung melalui layanan-layanan medis dengan memberikan terapi-terapi, pendidikan formal maupun sekolah, juga pengembangan keterampilan yang disesuaikan dengan kecacatan juga potensi yang dimiliki oleh klien.

YPAC merupakan yayasan sosial yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan upaya mengubah orang yaitu dengan melakukan pelayanan terhadap anak-anak penyandang cacat melalui suatu proses yang panjang, dengan serangkaian pemberian rangsangan dan latihan rutin yang harus dilalui dan juga diikuti.

Melalui upayanya itu YPAC malang mengharapkan anak-anak penyandang cacat tersebut memperoleh kemampuan yang lebih baik. Selain itu YPAC malang juga berupaya dalam rangka meningkatkankan kepercaan diri kliennya dalam masyarakat, juga memberdayakan potensi yang masih dimiliki oleh anak-anak penyandang cacat tersebut.

(5)

pendidikan di YPAC Malang, yaitu untuk membina dan menyiapkan anak-anak didiknya melalui pembekalan keterampilan dan pendidikan.

YPAC – Malang berkomitmen untuk :

1. Memberikan pelayanan yang terbaik melalui Total Carenya yang didukung oleh para Dokter, Terapis, Guru, Para Karyawan Yayasan dan Pengurus, Pengawas, Pembina serta para Donatur.

2. Memperlakukan para anak penyandang cacat tanpa diskriminasi.

3. Meningkatkan kesejahteraan sosial anak dan kemandirian sesuai dengan potensi yang ada pada anak.

4. Menyediakan layanan pendidikan formal dan non formal serta panti (Asrama).

5. Memperhatikan prinsip dan pola pelayanan yang diberikan.

6. Pola rehabilitasi terpadu yang diberikan bersifat menyeluruh dan diperlakukan tanpa mengesampingkan peranan orang tua dan keluarga serta masyarakat. 7. Anak cacat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan diperlakukan

(6)

BAB II

TINJAUAN KONSEPTUAL

A. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.1

Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh kaarena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda beda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuiakan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementra (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent)2, antara lain :

1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)

1 Sri Winarsi dkk. 2013. Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang

Tua, Keluarga, dan Masyarakat). Halaman 8. Di akses pada tamggal 8 juni 2017 pkl 01.55 Wib.

(7)

Anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementra tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang berssifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan disebut pendidikan kebutuhan khusus.

2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gannguan gerak (motorik), gannguan iteraksi-komunikasi, gannguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak penyandang kecacatan.

1. Teori Retardasi Mental

(8)

hendaya perkembangan. Kata impairment diartikan sebagai hendaya tau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas.3

Penyandang tunagrahita adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalnya cacat mental juga diikuti dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda (http/panti.tripot.com).

Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Assosiation on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools adalah :

a. Taraf Perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70-85.

b. Educable / Debil atau mampu didik adalah mempunyai daya pikir rendah atau berkemampuan berpikir tidak lebih daripada anak yang berumur 12 tahun atau anak reguler pada anak kelas 5 Sekolah Dasar dengan IQ 50-70 atau 75. c. Trainable atau mampu latih adalah mempunyi kemampuan dalam mengurus

diri sendiri, pertahanan diri dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik dengan IQ 30-50 atau IQ 35-55.

d. Custodial (dependent or profoundly mentally retarded) atau butuh rawat adalah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih abak tentang dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus dengan IQ dibawah 25 atau 30.

(9)

Penggolongan tunagrahita secara sosial-psikologis terdapat dua kriteria yaitu psikometrik dan perilaku adaptif.

a. Ada empat taraf tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala Intelegensi Wechsler (Kirk dan Gallagher) yaitu :

1) Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55-69. 2) Retardasi mental ringan (moderate mental retardation) dengan IQ

40-54.

3) Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20-39. 4) Retardasi mental sangan berat (profound mental retardation) dengan IQ

dibawah 20.

b. Penggolongan tunagrahita menurut kriteria perilaku adaptif tidk berdasarkan intelegensi, tetpi berdasarkan kematngan sosial. Mempunyai empat taraf yaitu, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

2. Teori Cerebral Palsy

Cerebral Palsy menurut asal katanya berasal dari dua kata, cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dapat disimpulkan bahwasannya cerebral palsy merupakan bagian dari tunadaksa, dimana adanya kelainan gerak, sikap, ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi dan kadang-kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris, yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

(10)

Gangguan itu berupa penglihatan, pendengaran, perabaan, dan kemampuan kesan gerak dan raba (tactilekinesthetic). Tingkat kecerdasan anak cerebral palsy pun berentang, mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted. Pengungkapan kemampuan tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mengalami kesukaran dan hambatan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penyesuaian social anak-anak cerebral palsy tidak menyenangkan.Penyesuaian social seseorang berkaitan erat dengan konsep diri. Konsep diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri bukanlah bawaan, tetapi diperoleh anak melalui interaksi antara keluarga dan lingkungan.

Penggolongan anak Cerebral Palsy dapat digolongkan menjadi beberapa bagian diantaranya :

a. Menurut derajat kecacatan  Golongan ringan (Mild)

Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun cacat, tapi tidak akan mengganggu kehidupannya sehingga dapat beraktifitas dengan anak-anak normal lainnya.  Golongan sedang (Moderate)

Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang memerlukan latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus seperti brace, crutches untuk memperbaiki cacatnya.

 Golongan berat (Severe)

(11)

sendiri. Prognosis hasil usaha peningkatan jelek, sehingga mereka tidak dapat hidup sendiri di tengah-tengah masyarakat.

b. Menurut topografi

 Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh. Misalnya kaki kiri, kaki kanan dan kedua tangan normal.

 Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama. Misalnya tangan kanan dan kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri.

 Paraplegia, lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.

 Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri lumpuh. Lumpuh kedua kaki kiri dan kanan yang disebut juga paraplegia.

 Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan. Misalnya, tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

 Quadriplegia, menderita kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya, yang disebut juga dengan tetraplegia.

c. Menurut fisiologi

Berdasarkan fungsi letaknya (motorik)  Spastik

Anak yang mengalami sistem ini menunjukkan kekejangan pada otot-ototnya, yang disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diam (tidur). Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang.

 Athetoid

(12)

gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir, dan mata.

 Tremor

Anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan-gerakan kecil yang berulang-ulang. Sering dijumpai anak yang salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak.

1. Hiperaktif, anak tertarik oleh setiap rangsangan yang ia terima dan perhatiannya sangat mudah beralih dari satu objek ke objek yang lain.

2. Hipoaktif, gerakan lamban dan sangat kurang, tidak dapat menanggapi rangsanga yang di terima.

3. Gangguan koordinasi motorik

Selain itu, juga terdapatnya kesulitan sensoris yang dapat dibagi menjadi:  Gangguan persepsi yang menyebabkan sulit mengolah rangsangan visual,

auditorium dan sulit dalam konsep bentuk ruang, warna, dan bunyi.

 Gungguan emosi, dimana adanya rasa rendah diri, pemalu, mudah tersinggung, pemarah, keras kepala dan acuh tak acuh.

4. Gangguan bahasa dan bicara, disebabkan karena anak cerebral palsy tidak mendapatkan pengalaman untuk mendapatkan konsep bahasa yang menyebabkan timbulnya keterlambatan perkembangan bicara.

(13)

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada perubahan tingkah laku anak sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami anak dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Watson tingkah laku Anak merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam mengembangkan respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku4.

Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk mengembangkan tingkah laku anak ke arah yang lebih baik. Dan teori ini juga lebih mengutamakan pengukuran kapasitas, sebab pengukuran kapasitas merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku anak tersebut.

BAB III

3.1 Profil Lembaga

A. Sejarah dan Latar Belakang Lembaga

(14)

Gambar 3.1: Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) yang tampak dari depan.

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) didirikan oleh almarhum Prof. Dr. Soeharso, seorang ahli bedah tulang yang pertama kali merintis upaya rehabilitasi bagi penyandang cacat di Indonesia.

Awalnya pada tahun 1952 beliau mendirikan Pusat Rehabilitasi (Rehabilitasi Centrum) di Solo bagi korban revolusi perang kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat itu beberapa daerah terserang wabah poliomyelitis, maka anak-anak dengan gejala post polio dibawa ke pusat rehabilitasi ini. Mula-mula anak-anak tersebut tidak mendapatkan perhatian serius karena tidak tersedia fasilitas yang memadai waktu itu. Namun Prof. Dr. Soeharso tidak membiarkan hal tersebut berlarut-larut. Setelah menghadiri International Study a Conference of Child Welfare di Bombay dan The Sixth International Conference on Social Work di Madras pada tahun 1952, maka Prof. Soeharso mempunyai inisiatif untuk mendirikan yayasan bagi anak-anak cacat. Maka pada tahun 1953 didirikan Yayasan Penderita Anak Tjatjat (YPAT) di Surakarta dengan

(15)

Rehabilitasi Centrum sangat besar bantuannya dengan memberikan ruangan khusus untuk merintis pelayanan kepada anak-anak yang dibawa ke YPAT. Prof. Dr. Soeharso meletakkan prinsip-prinsip pekerjaan yayasan yang dalam garis besarnya sama dengan apa yang dikerjakan di RC.

Tahun 1954 YPAT mendapatkan bantuan sebuah gedung dari Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial. Pada tanggal 5 Pebruari 1954 dilaksanakan peletakan batu pertama. Enam bulan kemudian pada tanggal 8 Agustus 1954 gedung YPAT yang terletak di Jalan Slamet Riyadi 316 secara resmi dibuka.

Dalam perkembangan Prof. Soeharso dan istri berhasil menghimbau dan memotivasi lingkup profesi kedokteran untuk mengikuti jejaknya. Beliau juga memotivasi perorangan maupun organisasi wanita untuk mendirikan yayasan semacam YPAT yang memberikan pelayanan rehabilitasi pada anak cacat fisik (tuna daksa). Menyusullah kemudian berdiri YPAC di beberapa daerah di Indonesia.

Kemudian YPAC Surakarta sebagai yang pertama berdiri ditetapkan sebagai YPAC Pusat yang diketuai oleh Ibu Soeharso. Adapun yang didirikan kemudian menjadi YPAC-YPAC cabang, yaitu:

(16)

8. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Manado 9. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan

10. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Pangkalpinang 11. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Palembang 12. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Semarang 13. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Sumatra Barat 14. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya 15. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta 16. Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Ternate

Pada Munas YPAC tahun 1980 diputuskan bahwa YPAC Pusat berdomisili di Ibu Kota RI, maka YPAC Pusat dipindah dari Surakarta ke Jakarta. Kemudian namanya dirubah menjadi Yayasan Pembinaan Anak Cacat.

B. Visi dan Misi

Visi:

Terwujudnya kesempatan pengembangan diri, peningkatan kecerdasan dan kesejahteraan bagi anak penyandang cacat sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Misi:

1. Melakukan deteksi dini melalui kegiatan Rehabilitasi Bersumber Daya Masyarakat (RBM).

(17)

3. Melakukan gerakan Rehabilitasi Dalam Keluarga (RDK) sebagai tindak lanjut layanan PRA agar anak lebih cepat mencapai kemandiriannya secara fisik dan mental.

4. Menyelenggarakan pembinaan kegiatan usaha ekonomi produktif / kewirausahaan bagi anak penyandang cacat sehingga mampu mandiri dalam kehidupannya.

5. Meningkatkan kepedulian sosial dan profesionalisme relawan guna mendukung terwujudnya kesadaran pengabdian yang bertanggung jawab. C. Tujuan

1. Tercapainya visi dan misi YPAC Malang

2. Terpenuhi kebutuhan SDM yang berkualitas dan profesional

3. Terwujudnya pedoman pengurus dan pengawas untuk membuat program kerja. 4. Terwujudnya pelayanan YPAC yang bermutu

5. Terselenggaranya manajemen YPAC yang efektif dan efisien 6. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi kegiatan YPAC 7. Terselenggaranya dana usaha yang memadai

8. Terselenggaranya kemitraan yang saling menguntung 9. Terselenggaranya aplikasi IT di YPAC

3.2 Fasilitas Lembaga Pelayanan Sosial A. Prosedur Pelayanan

1. Pelayanan Rehabilitasi Pendidikan

(18)

Gambar 3.2 : Kegiatan pembelajaran dalam kelas

Proses pembelajaran di Sekolah, suasana di kelas berbeda dengan sekolah pada umumnya. Terdapat 3 – 5 siswa pada kelas kecil, adapun pada kelas besar terdapat 6 – 8. Dalam 1 kelas kecil terdapat 1 guru pendamping dan kelas besar 2 guru pendamping.

a. Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TK – LB D, D1) b. Sekolah Dasar Luar Biasa D, D1 (SD – LB D, D1)

c. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP – LB D, D1) d. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA – LB D, D1) 2. Pelayanan Rehabilitasi Medik

a. Balai Pengobatan: Pemeriksaan dokter umum dan spesialis.

b. Fisioterapi: Terapi pada penderita yang mengalami keterlambatan akibat bawaan / pasca sakit, penderita pasca stroke, pasca operasi patah tulang.

(19)

Kegiatan fisioterapi digunakan untuk melemaskan atau melenturkan tulang-tulang pada anggota tubuh yang pernah mengalami keterlambatan akibat bawaan atau pasca sakit, penderita pasca stroke, pasca operasi patah tulang.

c. Terapi Okupasi: Melayani program pelatihan untuk otot motorik halus dan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

Gambar 3.4 : Saat mendampingi klien di terapi okupasi (OT).

Terapi okupasi diberikan pada pasien yang mempunyai keterlambatan dalam motoriknya dan melatih konsentrasi pada pasien dengan menggunakan alat bantu peraga.

d. Terapi Snoozelen / Konsentrasi: Terapi untuk stimulasi integrasi sensoris (tactile audio visual)

(20)

Terapi Snoozelen diberikan pada pasien yang bertujuan untuk merangsang sistem susunan saraf pusat atau otak melalui pemberian stimulan sensoris seperti penglihatan, pendengaran, penciuman dan sentuhan agar anak dapat mencapai relaksasi atau aktivitas untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

e. Terapi Wicara: Melayani anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara dan gangguan bicara, gangguan menelan pada pasien misalnya pasca stroke.

Gambar 3.6 : Praktikan mendampingi klien saat terapi wicara.

Terapi wicara digunakan untuk melatih kecakapan bicara pasien yang mengalami keterlambatan wicara dengan bantuan alat peraga dan juga alat oral untuk merangsang saraf-saraf dalam mulut.

(21)

Gambar 3.7 : Saat murid SMALB mengikuti program terapi musik. Terapi musik diberikan pada anak didik untuk melatih daya ingat guna mengenalkan kosa kata dalam bentuk lirik lagu, sebagai sarana hiburan untuk penyembuhan psikologis anak dan sarana kreativitas anak didik seperti bernyanyi dan bermain alat musik.

g. Terapi Autis: Melayani anak-anak yang berkebutuhan khusus / gangguan perilaku guna merubah dan mengembangkan kemampuan anak.

(22)

Gambar 3.9 : Saat pelaksanaan terapi prostetik.

Terapi Prostetik diberikan pada pasien yang membutuhkan alat bantu dan alat ganti anggota gerak tubuh manusia yang hilang atau disabilitas.

i. Terapi Balur: Reduksi / pelepasan radikal bebas dalam tubuh.

Gambar 3.10 : Saat terapi balur yang dilakukan terapis ke pada salah satu anak asuh.

Terapi Balur berguna untuk menghilangkan radikal bebas pada tubuh dengan proses detoxifikasi pembaluran kulit dengan menggunakan bahan peluruh radikal bebas.

(23)

Konsultasi Psikologi biasa dilakukan saat pasien pertama kali datang ke Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang.

3. Pelayana Rehabilitasi Sosial a. Asrama / Panti

Gambar 3.11 : Asrama anak asuh putri.

Ruang tidur anak asuh putri terdapat 11 kasur, akan tetapi yang digunakan sebanyak 5 kasur, karena jumlah anak asuh putri hanya 5 orang.

Gambar 3.12 : Asrama anak asuh putra.

(24)

b. Day Care

Gambar 3.13 : Kegiatan makan siang bersama saat di Asrama. Kegiatan makan bersama dilakukan oleh anak asuh pada jam-jam makan. Pada kegiatan makan bersama, anak asuh sudah bisa melakukan makan sendiri dan ada pula yang masih dibantu oleh pengasuh asrama. 4. Pelayanan Rehabilitasi Provokasional

a. Melatih ketrampilan anak binaan untuk menuju usaha ekonomi produktif.

Gambar 3.14 : Anak didik Provokasional dilatih untuk mengembangkan ketrampilannya dalam pemnbuatan keset.

(25)

dan gantungan kunci. Hasil ketrampilan tersebut akan dipamerkan pada hari-hari besar YPAC dan akan di jual belikan pada pengunjung.

Gambar 3.15 : Anak didik di latih untuk mengembangkan ketrampilannya dalam pembuatan telur asin.

Hasil ketrampilan pembuatan telur asin yang dilakukan oleh kelas provokasional akan di jual belikan pada wali murid atau pengunjung pada saat ada pameran di YPAC.

5. Pelayanan Home Care

a. Melayani masyarakat yang membutuhkan terapi-terapi dengan alat dan fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasi.

3.3 Fasilitas Lembaga

A. Gedung untuk Pelayanan Pendidikan (SLB) berjumlah 11 ruangan. B. Perpustakaan dan Ruang UKS berjumlah 1 ruangan.

C. Ruang Kelas Ketrampilan berjumlah 1 ruangan. D. Gedung Sasana Asih berjumlah 1 ruangan. E. Balai Pengobatan berjumlah 7 ruangan.

F. Asrama / Panti dengan segala kelengkapannya berjumlah 9 ruangan.

(26)

H. Alat terapi Elektrik : ultra sound, SWD, Tens dan traksi

I. Dapur untuk kegiatan memasak dan ruang makan & segala peralatannya berjumlah 2 ruangan yang terletak di Asrama YPAC dan di Dapur SMPLB.

3.4 Kegiatan Yang Dilakukan oleh Lembaga

A. Kegiatan yang dilakukan di YPAC dan Lingkungan luar YPAC

1. Melakukan kegiatan bersama melalui pramuka yang dilakukan oleh siswa-siswi SDLB, SMPLB dan SMALB sebagai pola komunikasi kelompok sebagai budaya berinteraksi dengan siswa-siswi lainnya.

Gambar 3.16 : Anak didik belajar membuat tape dari singkong dalam kegiatan Pramuka.

Kegiatan yang dilakukan oleh anak didik YPAC pada saat pramuka adalah membuat tape singkong. Pada kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih kerjasama anak didik dengan teman-temannya.

(27)

Gambar 3.17 : Anak didik bersama – sama melakukan kegiatan olahraga rutin setiap hari Jum’at dengan di dampingi Guru.

Kegiatan olahraga yang dilakukan pada hari Jum’at pagi diikuti oleh seluruh warga sekolah YPAC. Olahraga yang dilakukan seperti senam bersama, bermain bola, badminton, dan jalan santai.

3. Memperingati setiap hari-hari besar. Contoh: Peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Gambar 3.18 : Anak asuh berpakaian adat untuk mengikuti perlombaan fashion show yang diadakan pihak Sekolah YPAC.

(28)

4. Memperingati hari jadi YPAC

Gambar 3.19 : Peringatan Hari jadi YPAC – Malang yang ke 62. 5. Rekreasi bersama

Gambar 3.20 : Anak asuh menunjukkan bakatnya dibidang seni musik pada kegiatan rekreasi di Hawai Waterpark.

6. Kunjungan ke tempat edukatif seperti kampung kids, radio RRI Malang dan lain sebagainya.

(29)

7. Kegiatan Rutin di Asrama

No Pukul Kegiatan

1. 05.00-06.00 Anak asuh melakukan kegiatan bantu diri seperti merapikan tempat tidur, mandi, dan ganti baju. 2. 06.00-07.00 Makan pagi bersama

3. 07.30-12.00 Belajar di sekolah (sesuai dengan tingkatan) 4. 12.00-12.30 Makan siang bersama

5. 12.30-13.00 Belajar membaca Al-qur’an (setiap hari selasa dan kamis)

6. 13.00-15.00 Tidur siang

7. 15.00-15.30 Kegiatan bantu diri (mandi sore)

8. 15.30-17.00 Belajar bersama didampingi oleh praktikan atau pengasuh asrama

9. 17.00-17.30 Makan malam bersama

10. 17.30-18.00 Melakukan kegiatan beribadah (sholat magrib) 11. 18.00-19.00 Kegiatan istirahat anak asuh ( menonton TV dan

bermain bersama) 12. 19.00-05.00 Tidur malam

3.5 Model Penanganan Klien

A. Pemeriksaan anak asuh yang dilakukan oleh psikolog untuk mengetahui permasalahan yang dimiliki oleh anak asuh.

B. Memberikan penanganan masalah dengan kegiatan terapi yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan anak asuh.

Contoh : Terapi wicara, Okupasi terapi dan hidroterapi, dan lain sebagainya. C. Pemeriksaan kesehatan yang diberikan oleh para dokter muda dari Rumah Sakit

Saiful Anwar. Dilakukan selama satu kali dalam seminggu. D. Memberikan metode pembelajaran akademik, sosial dan spiritual.

(30)

Berdasarkan keputusan Pembina YPAC Malang Nomor:

013/SK/D/YPAC/MALANG/09/2013 Tanggal 28 September 2013, Susunan Organ Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang periode 2013 – 2018 adalah sebagai berikut :

.

Ketua

Pengurus

Ketua Umum

Ketua II Ketua I

Sekretaris

Bendahara Umum

Bendahara I Bendahara II

Unit Rehabilitasi pendidikan

Unit Rehabilitasi Medik Unit Rehabilitasi Medik

Unit Rehabilitasi Sosial

Unit Rehabilitasi ProvokasionalUnit Rehabilitasi Provokasional

(31)

Pembina :

Keterangan :

 Ketua: dr. H. Moch. Ridwan, Sp.KFR.

 Anggota:

1. dr. H. Bambang Paridjoto

2. dr. H. Mahindra Soendoro, MPH. 3. Hj. Sri Hadiah

4. Hj. Titi Setyowati

Pengurus:

 Ketua Umum: Ir. Endang Haryani WB.

 Ketua I: Hj. Naniek Hariani

 Ketua II: dr. Djoko Witjaksono Sp. KFR.

 Sekretaris: Hj. Elly Indriati

 Bendahara Umum: Dra. Hj. Kasri Bening Menik, MM.

 Bendahara I: Siti Muindrayatie

 Bendahara II: Dra. Hari Indiarti

 Unit Rehabilitasi Pendidikan: Hj. Lidiawati

 Unit Rehabilitasi Medik:

1. dr. Hj. Hersusilowati

2. Enny Dyah Iswari

 Unit Rehabilitasi Sosial: Mintarsih

 Unit Pravokasional : Dra. Hj. Latifah Hanun

(32)

Pengawas:

 Ketua: Dra. Psi. Hj. Nurwahyu

 Anggota:

1. Hj. Harini, BA. 2. Hj. SitiTartilah, BA. 3.7 Program Kerja

A. Program Pembinaan untuk Membangun Managenem yang Efektif dan Efisien a. Terselenggaranya manajemen organisasi yang efektif dan efisien.

b. Terciptanya manajemen guna mendukung kemudahan menjalin kemitraan c. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi yang berkualitas

d. Terselenggaranya manajemen keuangan yang seimbang e. Terselenggaranya hubungan antar relawan yang kondusif B. Program Peningakata Sumber Daya Manusia YPAC Malang

a. Terpeliharanya regenerasi SDM YPAC yang memenuhi syarat

b. Terpenuhinya SDM karyawan YPAC yang berkualitas dan profesional c. Terpenuhinya SDM organ YPAC yang memadai dan berkualitas

d. Menyelenggarakan pelatihan SDM untuk mendukung organisasi YPAC e. Peningkatan kesejahteraan karyawan YPAC

f. Program Peningkatan Pelayanan Prima YPAC Malang

g. Terselenggaranya pelayanan yang komprehensif dengan total care untuk semua jenis kecacatan anak melalui Pusat Rehabilitasi Anak (PRA) h. Terpenuhinya fasilitas sarana/prasarana pelayanan yang memadai

i. Terselenggaranya pelayanan medis, pendidikan dan sosial yang berkualitas pada anak penyandang cacat.

(33)

k. Terselenggaranya peningkatan pendidikan ketrampilan anak penyandang cacat.

3.8 Mapping Masalah Lembaga

a. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah pengasuh asrama dengan jumlah anak asuh asrama.

b. Adanya diskriminasi pada anak asuh yang dilakukan oleh pengasuh asrama. c. Program terapi yang diseharusnya diberikan pada anak asuh masih belum

berjalan secara efektif.

d. Tidaknya ada tenaga pekerja sosial di lembaga sehingga masih belum ada yang menangani masalah anak asuh dalam lembaga mengenai masalah sosial.

e. Ketidakpemerataan jumlah jam kerja pada pengasuh dengan pengasuh lainnya sehingga terjadi suatu ketidakadilan mengenai jam kerja. 3.9 Rekomendasi untuk Lembaga YPAC Malang

a. Penambahan tenaga pengasuh bagi anak asuh di asrama guna memasifkan kegiatan diasrama dan proses pendampingan. Karena selama ini masih minim tenaga pengasuh yang tidak sesuai dengan jumlah anak asuh. b. Diharapkan pihak asrama YPAC Malang mampu memberikan pelayanan

rehabilitasi sosial yang sesuai dengan kebutuhan anak asuh.

c. Diharapkan pengasuh tidak melakukan diskriminasi terhadap anak asuh dan mampu mendampingi anak asuh.

d. Diharapkan YPAC mampu memasifkan pelayanan terapi terhadap anak asuh.

(34)

f. Perlu adanya pembagian jam kerja bagi pengasuh dikarenakan jumlah jam kerja tidak sama rata dengan karyawan lainnya dan tidak sesuai dengan undang- undang ketenagakerjaan.

BAB IV

4.1 Profil Informan

(35)

Nim : 201410030311057

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : VN

Tempat/tanggal lahir : Pasuruan, 02 Januari 1998 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Yayasan Pembinaan Anak Cacat

Jl. Raden Tumenggung Suryo No. 39 Kota Malang B. SUSUNAN KELUARGA

2 SW P 49Th Ibu S1 Swasta Gresik

3 Vn P - Anak SMALB -

-Klien masuk di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Cabang Malang, pada tahun 2007 dengan di antar oleh ibu kandungnya yang telah mengetahui bahwa anaknya mempunyai permasalahan dalam fisik dan psikologisnya.

(36)

mengalami Cerebral Palsy (CP) merupakan bagian dari tunadaksa dan juga gangguan funsi motoriknya.

Cerebral Palsy menurut asal katanya berasal dari dua kata, cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dapat disimpulkan bahwasannya cerebral palsy merupakan bagian dari tunadaksa, dimana adanya kelainan gerak, sikap, ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi dan kadang-kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris, yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Penyandang tunadaksa yang tergolong anak cerebral palsy mengalami kerusakan pada pyramidal tract dan extrapyramidal. Kedua system tersebut berfungsi mengatur system motorik manusia. Oleh karena itu anak mengalami gangguan fungsi motoriknya. Gangguan tersebut berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis, dan gangguan keseimbangan. Selain gangguan motorik, anak tunadaksa juga mengalami gangguan pada fungsi sensoris. Gangguan itu berupa penglihatan, pendengaran, perabaan, dan kemampuan kesan gerak dan raba (tactilekinesthetic). Tingkat kecerdasan anak cerebral palsy pun berentang, mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted. Pengungkapan kemampuan tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mengalami kesukaran dan hambatan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penyesuaian social anak-anak cerebral palsy tidak menyenangkan.Penyesuaian social seseorang berkaitan erat dengan konsep diri ( Sawrey dan Telfold, 1975). Konsep diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri bukanlah bawaan, tetapi diperoleh anak melalui interaksi antara keluarga dan lingkungan.

(37)

1. Menurut derajat kecacatan  Golongan ringan (Mild)

Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun cacat, tapi tidak akan mengganggu kehidupannya sehingga dapat beraktifitas dengan anak-anak normal lainnya.

 Golongan sedang (Moderate)

Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang memerlukan latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus seperti brace, crutches untuk memperbaiki cacatnya.

 Golongan berat (Severe)

Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah anak-anak yang tetap membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri. Prognosis hasil usaha peningkatan jelek, sehingga mereka tidak dapat hidup sendiri di tengah-tengah masyarakat.

2. Menurut topografi

 Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh. Misalnya kaki kiri, kaki kanan dan kedua tangan normal.

 Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama. Misalnya tangan kanan dan kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri.

 Paraplegia, lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.

 Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri lumpuh. Lumpuh kedua kaki kiri dan kanan yang disebut juga paraplegia.

 Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan. Misalnya, tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

 Quadriplegia, menderita kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya, yang disebut juga dengan tetraplegia.

3. Menurut fisiologi

Berdasarkan fungsi letaknya (motorik)

(38)

Anak yang mengalami sistem ini menunjukkan kekejangan pada otot-ototnya, yang disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diam (tidur). Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang.

 Athetoid

Anak yang mengalami athetoid, tidak mengalami kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah, malah sering terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir, dan mata.

 Tremor

Anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan-gerakan kecil yang berulang-ulang. Sering dijumpai anak yang salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak.

 Rigid

Gerakan-gerakannya sangat lambat dan kasar.

 Ataxia

Kelainannya terletak di otak kecil (cerebellum) sehingga penderita mengalami gangguan keseimbangan.

Anak cerebral palsy akan mengalami kesulitan permasalahan, diantaranya kesulitan aktifitas motorik. Kesulitan aktifitas motorik ini dibagi atas tiga, yaitu:

1. Hiperaktif, anak tertarik oleh setiap rangsangan yang ia terima dan perhatiannya sangat mudah beralih dari satu objek ke objek yang lain.

2. Hipoaktif, gerakan lamban dan sangat kurang, tidak dapat menanggapi rangsanga yang di terima.

3. Gangguan koordinasi motoric

Selain itu, juga terdapatnya kesulitan sensoris yang dapat dibagi menjadi: 1. Gangguan persepsi yang menyebabkan sulit mengolah rangsangan visual, auditorium dan sulit dalam konsep bentuk ruang, warna, dan bunyi.

(39)

3. Gangguan bahasa dan bicara, disebabkan karena anak cerebral palsy tidak mendapatkan pengalaman untuk mendapatkan konsep bahasa yang menyebabkan timbulnya keterlambatan perkembangan bicara.

Ada dua hal yang menyebabkan keadaan anak cerebral palsy memiliki keterbatasan, yaitu sempitnya ruang lingkup gerak dan respon dari masyarakat. Hasil penelitian Helman menunjukkan bahwa 45% dari anak cerebral palsy memiliki keterbelakangan mental, 35% memiliki kemampuan kecerdasan rata-rata, 20% memiliki kemampuan di bawah rata-rata. (Michael C. Hardman, 1999). 2. Tujuan Assesment

Assessment adalah suatu proses yang dilakukan oleh pratikan untuk mencari data terkait dengan klien, keluarga klien, dan lingkungan sekitar klien. Assessment juga disebut sebagai pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan kegiatan pengkajian pemeriksaan aspek fisik, mental, sosial vokasional klien serta kondisi klien dan lingkungan masyarakat untuk mendapatkan kejelasan kondisi objektif. Praktikan menggunkan proses assessment untuk mempermudah menganalisis masalah klien dan menentukan program pelayanan pada rehabilitasi sosial yang berhasil dan berdaya guna untuk proses penyelesaian masalah klien.

E. MASALAH KEBERFUNGSIAN

1. Keberfungsian Aspek Biologis/Fisik dan Kesehatan

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh praktikan menunjukkan bahwa klien merupakan anak pertama dari pasangan BIY dan SW, klien dilahirkan oleh ibunya dengan proses persalinan premature 6bulan.

Klien memiliki kecacatan dalam tubuhnya yaitu kecacatan pada kaki yang membentuk huruf O dan juga dibagian mata yang tidak sama yang mengakibatkan klien harus memakai kursi roda.

(40)

klien berpenampilan kurang rapi karena klien masih terbilang susah untuk bantu diri, masih membutuhkan bantuan orang lain agar terlihat rapi.

a. Kemampuan Dasar Klien 1. Kemampuan Dasar Imitasi

Kemampuan dasar imitasi klien terbilang kurang baik karena klien lumayan lama untuk merespon ketika guru sekolah, pengasuh asrama maupun praktikan memerintahkan klien untuk menirukan apa yang dicontohkan seperti menulis, membaca maupun dalam kegiatan berolahraga.

2. Kemampuan Dasar Persepsi

Kemampuan dasar persepsi klien bertaraf baik, karena pemahaman perintah yang diberikan oleh guru sekolah, pengasuh asrama dan praktikan sudah dimengerti oleh klien tetapi masih diperlukan pengulangan dan penegasan.

3. Kemampuan Motorik Kasar

Kemampuan motorik kasar klien bertaraf kurang baik karena klien tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang normal pada umumnya. Klien sangat membutuhkan pendampingan kusus.

4. Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus klien bertaraf kurang baik karena meskipun klien bisa melakukan kegiatan motorik halus seperti menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan, mengecat topeng dan lain sebagianya. Hanya saja pada saat menulis klien masih belum bisa melengkapi tulisan dengan benar terkadang masih ada kurang kata, kurang huruf yang tidak ditulis disetiap kata. Saat menulis tangan klien terlihat kurang kuat untuk memegang pensil dan juga tulisan klien susah untuk di baca. Karena itu saat menulis, klien masih memerlukan pengawasan dari guru kelas maupun oleh pratikan ketika sedang belajar di asrama.

5. Kemampuan Integrasi Mata dan Tangan

(41)

terfokus pada kegiatan orang lain yang berada disekitarnya, sehingga perlu diberikan teguran pada klien jika konsentrasi klien mudah beralih pada hal di sekeliling klien. Pada saat Guru menjelaskan materi mata klien juga masih tidak terfokus pada materi namun ke hal yang lain.

6. Kemampuan Performen Kognitif

Kemampuan kognitiv verbal klien bertaraf kurang baik karena klien lumayan susah untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain, klien terlihat lebih suka menyendiri.

b. Keberfungsian Aspek Mental Psikologis

Klien terbilang diam dan suka menyendiri, namun dalam pemahaman terkait pendidikan mampu memahami dank klien mampu berhitung. Dalam aspek inoi terbilang kurang Karena klien kalua sudah diajak berbicara kadang kala tidak nyambung dengan pertanyaan, menjawab yang tidak terarah.

c. Keberfungsian Aspek Spiritual

Klien adalah penganut agama Islam. Sikap dan perilaku klien dalam melaksanakan ajaran agama sudah cukup baik karena klien sebelum dan sesudah melakukan suatu kegiatan selalu membaca do’a karena sudah menjadi suatu kebiasaan dalam sekolah maupun asrama. Klien juga sudah melakukan kegiatan beribadah seperti sholat, mengaji, berdo’a, berwudhu dan berpuasa ketika bulan ramadhan. Klien juga mengerti bahwasanya sehabis klien menstruasi klien harus melakukan mandi besar. Tetapi ketika klien sholat, klien masih belum bisa mengerti jumlah rakaat dalam sholat, klien hanya mengikuti orang disampingnya. Klien juga masih belum bisa menghafal do’a sholat. Klien juga masih suka mengalihkan pandangannya ketika sholat.

d. Keberfungsian Aspek Intelektual

(42)

Pengungkapan kemampuan tingkat kecerdasan anak cerebral palsy banyak mengalami kesukaran dan hambatan. Hambatan itu terjdi karena anak cerebral palsy mengalami gangguan bicara sehingga sukar mengemukakan jawaban saat tes dilakukan.

e. Keberfungsian Aspek Sosial 1. Kemampuan Realisasi Diri

Klien dapat mengenal diri dan keluarganya. Klien juga bisa melakukan bantu diri seperti makan, berpakaian, mandi, ke toilet, merawat hak milik. Klien termasuk anak asuh yang sangat susah untuk dapat membantu dalam kegiatan asrama, seperti merapikan piring setelah makan.

Dalam merawat dirinya klien masih terbilang kurang baik, meskipun klien sudah bisa mandi sendiri, dan setelah mandi klien memakai pakaian sendiri, namun sering terbalik dan kurang rapi. Pernah juga pada saat klien haid klien salah memasang pembalut terbalik bagian perekatnya ditaruh diatas. Memakai bedak dan parfum juga masih membutuhkan bantuan teman atau pengasuh. Hubungan klien dengan guru sekolah dan pengasuh asrama terbilang kurang karena klien sering mendapatkan teguran dari pihak guru sekolah maupun asrama karena keleletannya dan lain sebagainya.

Ketika klien berada di lingkuang luar seperti jalan-jalan ke pemukiman sekitar yayasan, berberlanja dan bertamasya, klien bisa beradaptasi dengan lingkungan luar akan tetapi klien termasuk anak asuh yang susah untuk menebar senyum dan menyapa orang lain. Klien masih memerlukan pendampingan saat berada dilingkungan luar.

3. Kemampuan Integrasi Sosial

(43)

melakukan kegiatan yang berorientasi pada lingkungan seperti penggunaan sarana umum ketika klien berada di lingkungan luar yayasan.

4. Keberfungsian Aspek Vokasional

Klien tidak dapat melakukan jenis pekerjaan kerumahtanggaan seperti, menyapu ketika sesudah makan, membuang sampah, merapikan piring setelah makan, menjemur handuk dan bantal teman-temannya. Akan tetapi disini klien mampu untuk bernyanyi dan membuat hasil karya seperti celengan, dompet meskipun masih dibantu dengan pemberian intruksi.

F. KEADAAN KLIEN SEBELUM BERADA DI LEMBAGA

Sebelum berada di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Cabang Malang, klien sudah sering datang ke Yayasan Pembinaan anak cacat akan tetapi masih sekedar terapi dan itu masih ada Ayahnya. Berhubung Ayah klien sudah meninggal klien dapet pesan bahwasannya klien disuruh tinggal di asrama dan sekolah di yayasan pembinaan anak cacat. Awalnya klien menolak, lamban tahun Ibunya menemukan pasangan hidup baru dan pada akhirnya klien sebelum Ibunya menikah memutuskan untuk tinggal di Yayasan Pembinaan anak cacat. Sebelum tinggal di asrama klien masih tinggal dengan nenek kakeknya. Karena jarak rumah dengan tempat terapi yayasan pembinaan anak cacat terbilang sangat jauh dan Ibu juga sibuk kerja maka klien dititipkan di asrama dan sekalian di sekolahkan di Yayasan Pembinaan Anak Cacat gunanya juga untuk mempermudah proses dia terapi.

G. KEADAAN KLIEN SELAMA BERADA DI LEMBAGA

Praktikan melakukan layanan bantuan kepada klien selama berada di Yayasan Pembinaan Anak Cacat yaitu dengan permasalahan Motorik halus dan motorik kasar. Klien terbilang susah untuk berkonsentrasi, tulisan klien kurang jelas, dank lien lamban dalam beraktivitas, sasah bergaul dengan teman temannya, kebanyakan main gadget dan suka menyendiri. Tujuan perubahan klien agar klien mampu berkonsentrasi dan menulis lebih baik , dan tidak lamban dalam beraktivitas. Memiliki rasa untuk maju.

2. Nama Praktikan : Lusi Agustin

NIM : 201410030311054

A. IDENTITAS KLIEN

(44)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Yayasan Pembinaan Anak Cacat

Jl. Raden Tumenggung Suryo No. 39 Kota Malang B. SUSUNAN KELUARGA tahun 2012 dengan di antar oleh ibu kandungnya yang telah mengetahui bahwa anaknya mempunyai permasalahan dalam fisik dan psikologisnya.

Pada tanggal 18 Januari 2017 klien dirujuk oleh supervisior lembaga kepada praktikan untuk melakukan assesment terhadap permasalahan klien yang mengalami tunagrahita, klasifikasi trainable dengan agresif pada lawan jenis perilaku ingin mendapat perhatian khusus dari lawan jenis.

(45)

Impairment, kata impairment diartikan sebagai hendaya tau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas (American Heritage Dictionary, 1982:644); Maslim,R, 2000:199 dalam Delphie:2006:113).

Penyandang tunagrahita adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalnya cacat mental juga diikuti dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda (http/panti.tripot.com).

Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Assosiation on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools adalah :

a. Taraf Perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70-85.

b. Educable / Debil atau mampu didik adalah mempunyai daya pikir rendah atau berkemampuan berpikir tidak lebih daripada anak yang berumur 12 tahun atau anak reguler pada anak kelas 5 Sekolah Dasar dengan IQ 50-70 atau 75.

c. Trainable atau mampu latih adalah mempunyi kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik dengan IQ 30-50 atau IQ 35-55.

d. Custodial (dependent or profoundly mentally retarded) atau butuh rawat adalah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih abak tentang dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus dengan IQ dibawah 25 atau 30.

Penggolongan tunagrahita secara sosial-psikologis terdapat dua kriteria yaitu psikometrik dan perilaku adaptif.

(46)

2) Retardasi mental ringan (moderate mental retardation) dengan IQ 40-54.

3) Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20-39. 4) Retardasi mental sangan berat (profound mental retardation) dengan IQ

dibawah 20.

h. Penggolongan tunagrahita menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Mempunyai empat taraf yaitu, ringan, sedang, berat dan sangat berat. 2.Tujuan Assesment

Assessment adalah suatu proses yang dilakukan oleh pratikan untuk mencari data terkait dengan klien, keluarga klien, dan lingkungan sekitar klien. Assessment juga disebut sebagai pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan kegiatan pengkajian pemeriksan aspek fisik, mental, sosial vokasional klien serta kondisi klien dan lingkungan masyarakat untuk mendapatkan kejelasan kondisi objektif. Praktikan menggunakan proses assessment untuk mempermudah menganalisis masalah klien dan menentukan program pelayanan pada rehabilitasi sosial yang berhasil dan berdaya guna untuk proses penyelesaian masalah klien.

E. MASALAH KEBERFUNGSIAN

1. Keberfungsian Apek Biologis/Fisik dan Kesehatan

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh praktikan menunjukkan bahwa klien merupakan anak kedua yang lahir dari pasangan SS dan SW. klien dilahirkan oleh ibunya dengan proses persalinan normal.

Klien memiliki kecacatan dalam tubuhnya yaitu pembengkokan pada tulang belakang. Pada usia tiga tahun klien sudah menunjukkan bahwa dalam perkembangannya sudah bermasalah karena pada usia tersebut klien mengalami keterlambatan berbicara dan keterlambatan perkembangan pertumbuhan.

(47)

a. Kemampuan Dasar Klien 1. Kemampuan Dasar Imitasi

Kemampuan dasar imitasi klien terbilang baik karena klien mudah merespon ketika guru sekolah, pengasuh asrama maupun praktikan memerintahkan klien untuk menirukan apa yang dicontohkan seperti menulis, membaca maupun dalam kegiatan berolahraga.

2. Kemampuan Dasar Persepsi

Kemampuan dasar persepsi klien bertaraf baik, karena pemahaman perintah yang diberikan oleh guru sekolah, pengasuh asrama dan praktikan sudah dimengerti oleh klien tetapi masih diperlukan untuk memanggil nama klien terlebih dahulu untuk memberikan suatu perintah.

3. Kemampuan Motorik Kasar

Kemampuan motorik kasar klien bertaraf baik karena klien bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang normal lainnya hanya saja klien masih terlihat berbeda dengan yang lainnya dari segi pembengkokkan pada tulang punggungnya.

4. Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus klien bertaraf baik karena klien bisa melakukan kegiatan motorik halus seperti menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan, mengecat topeng dan lain sebagianya. Hanya saja pada saat menulis klien masih belum bisa melengkapi tulisan dengan benar terkadang masih ada salah satu huruf yang tidak ditulis disetiap kata. Karena itu saat menulis, klien masih memerlukan pengawasan dari guru kelas maupun oleh pratikan ketika sedang belajar di asrama.

5. Kemampuan Integrasi Mata dan Tangan

(48)

memberikan teguran pada klien jika konsentrasi klien mudah beralih pada hal di sekeliling klien.

6. Kemampuan Performen Kognitif

Kemampuan performen kognitif klien bertaraf kurang, meskipun klien sudah bisa menghitung, sudah mengenal kelompok hewan, buah, transportasi, warna, akan tetapi klien masih belum bisa mengenal macam-macam penggolongan kelompok dengan baik. Klien hanya mengenal beberapa dari kelompok tersebut selebihnya klien masih membutuhkan pendampingan untuk menyebutkan berbagai kelompok tersebut.

7. Kemampuan Kognitif Verbal

Kemampuan kognitiv verbal klien bertaraf baik karena klien sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan juga bisa menanyakan kembali apa yang telah ditanyakan oleh orang yang sedang berkomunikasi dengan dirinya.

2. Keberfungsian Aspek Mental Psikologis

Pada saat emosi klien tidak stabil, klien suka menyakiti dirinya sendiri seperti menggigit tangan dan memukul kepalanya sendiri. Akan tetapi hal tersebut akan klien lakukan jika klien marah karena mendapat teguran tegas dari pengasuh maupun jika klien merasa terganggu dengan teman dan orang disekitarnya. Ketika klien melakukan kesalahan dan ditegur oleh pengasuh asrama, klien akan menunjukkan perilaku menggigit tangannya dan jika klien emosinya semakin meningkat klien akan memukul kepalanya. Terkadang klien juga menunjukkan sikap menangis apabila dimarahi oleh pengasuh asrama. Klien adalah salah satu ank asuh yang sering membantu kegiatan rumah tangga di asrama seperti menjemur pakaian dan bantal, klien sering membantu menyapu asrama.

3. Keberfungsian Aspek Spiritual

(49)

ramadhan. Klien juga mengerti bahwasanya sehabis klien menstruasi klien harus melakukan mandi besar. Tetapi ketika klien sholat, klien masih belum bisa mengerti jumlah rakaat dalam sholat, klien hanya mengikuti orang disampingnya. Klien juga masih belum bisa menghafal do’a sholat. Klien juga masih suka mengalihkan pandangannya ketika sholat.

4. Keberfungsian Aspek Intelektual

Klien merupakan penyandang retardasi mental atau tunagrahita taraf ringan, klasifikasi debil atu mampu educable (mampu didik). Dalam kegiatan pembelajaran klien menunjukkan kemampuan yang kurang dalam menerima atau mengikuti bimbingan pengajaran dikelas, sehingga terkadang klien masih memerlukan pengawasan ketika mengerjakan tugas dari guru kelas. Klien sudah dapat menghitung angka, mengenal huruf abjad meskipun masih belum bisa menghafalkan semua, yang dihafal oleh klien adalah huruf vocal, klien sudah bisa menulis dengan cara memberikan contoh terlebih dahulu baris atas buku tulisnya, akan tetapi ketika menulis masih saja ada salah satu huruf yang hilang di perkata. Terkadang konsentrasi klien mudah beralih ketika ada hal yang mengganggunya seperti teman-temannya yang membuat keributan, ada orang yang sedang lewat teutama adalah orang laki-laki.

5. Keberfungsian Aspek Sosial a. Kemampuan Realisasi Diri

Klien dapat mengenal diri dn keluarganya. Klien juga bisa melakukan bantu diri seperti makan, berpakaian, mandi, ke toilet, merawat hak milik, dan merapikan tempat tidur. Klien termasuk anak asuh yang mudah membantu dalam kegiatan asrama, seperti menyapu ketika sesudah makan, membuang sampah, merapikan piring setelah makan, menjemur handuk dan bantal teman-temannya.

Dalam merawat dirinya klien sudah bisa mengerjakan dengan baik, seperti klien sudah mandi sendiri, setelah mandi klien memakai pakaian sendiri, memakai bedak dan wewangian. Klien termasuk anak asuh yang terbilang rapi.

b. Kemampuan Relasi Sosial

(50)

teman-temannya. Mengajarkan temannya untuk berbicara meskipun klien sendiri tidak jelas dalam berbicara.

Klien juga bisa bekerja sama dalam kegiatan permainan kelompok. Hanya saja jika ada salah satu teman klien diganggu atau dijahili oleh teman yang lainmnya, klien merasa marah dan akan menunjukkan perilaku seperti menggigit tangannya. Hubungan klien dengan guru sekolah dan pengasuh asrama terbilang cukup baik, karena klien salah satu anak asuh yang bisa berkomunikasi dan mudah untuk diminta pertolongan oleh guru maupun pengasuh asrama.

Ketika klien berada di lingkuang luar seperti jalan-jalan ke pemukiman sekitar yayasan, berberlanja dan bertamasya, klien bisa beradaptasi dengan lingkungan luar dank lien termasuk anak asuh yang suka menebar senyum dan menyapa orang lain. Akan tetapi masih memerlukan pengawasan pada saat klien berada di lingkungan luar.

c. Kemampuan Integrasi Sosial

Klien sudah cukup baik melakukan kegiatan kemasyarakatan meskipun masih memerlukan pengawasan dari praktikan, guru sekolah maupun pengasuh asrama. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien adalah dalam kegiatan beribadah seperti pergi ke musollah, membaur dengan masyarakat melakukan kegiatan yang berorientasi pada lingkungan seperti penggunaan sarana umum ketika klien berada di lingkungan luar yayasan.

d. Keberfungsian Aspek Vokasional

klien dapat melakukan jenis pekerjaan kertumahtanggaan seperti, menyapu ketika sesudah makan, membuang sampah, merapikan piring setelah makan, menjemur handuk dan bantal teman-temannya. Klien mempunyai kemamapuan menerima instruksi dengan baik dalam menerima dan menyampaikan pesan dan juga ketika ada yang meminta pertolongan. Dalam melakukan pekerjaan, klien termasuk anak asuh yang cekatan dan mempunyai tanggung jawab.

F. KEADAAN KLIEN SEBELUM BERADA DI LEMBAGA

(51)

kesibukan orang tua klien, disana klien tidak ada yang mengawasi sehingga dalam kesehariannya klien hanya kakaknya dan kurang ada pengawasan dari orang tuanya.

Kemudian orang tua klien mengetahui Yayasan Pembinaan Anak Cacat sehingga klien dititipkan dan bersekolah di yayasan tersebut agar klien mendapatkan pendidikan dan pengawasan dalam kegiatan sehari-harinya.

G. KEADAAN KLIEN SELAMA BERADA DI LEMBAGA

Praktikan melakukan layanan bantuan kepada klien selama berada di Yayasan Pembinaan Anak Cacat yaitu dengan permasalahan keagresifan klien terhadap laki-laki yang sering ditunjukkan oleh klien untuk mendapatkan perhatian lebih dari laki-laki dan perilaku klien yang sering mendekati laki-laki agar dapat mencium dan mendekatkan dirinya dengan laki-laki. Dari segi usia, klien termasuk anak asuh yang sudah mempunyai hasrat untuk berhubungan lebih dengan orang laki-laki (pacaran atau menikah).

Pernah terjadi pada saat hari bebas klien menyendiri dengan temannya dan diketahui telah berciuman. Dan ketika berada di asrama klien selalu ingin dekat dengan teman laki-lakinya agar dapat menciumnya. Hal yang tidak diinginkan pernah terjadi yaitu klien pernah telanjang setengah badan bersama dengan teman laki-lakinya. Tujuan perubahan klien agar menghilangkan perilaku agresifnya terhadap laki-laki, maka praktikan melakukan intervensi.

3. Nama Praktikan : Wisnu Ghani

Nim : 201310030311016

A. IDENTITAS

Nama : MZ

Tempat/ tgl lahir : Mojokerto, 17 Juli 2000

Agama : Islam

Alamat : Griya Permata, Mojokerto Urutan kelahiran :Anak ke 3 dari 3 bersaudara

(52)

N

JM : kakek dari ayah SA : nenek dari ayah

(53)

MT : kakak klien

D. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Penyataan Rujukan

Semua orang tua menghendaki anaknya lahir dengan normal dan sehat. Namun harapan itu tidak selalu terwujud. Realitas seperti ini dialami oleh MZ, saat mendapati lambannya tumbuh kembang anak ketika memasuki usia bulan ketiga.Penyebabnya belum diketahui namun faktor resikonya termasuk kelahiran prematur dan mengalami komplikasi selama persalinan, seperti infeksi ibu atau trauma. Kebanyakan masalah ini terjadi ketika bayi masih dalam kandungan.

(54)

Anak asuh mengalami penyandang cacat fisik yang mengakibatkan tidak bisa berjalan dan penglihatannya menghambat aktifitasnya. adanya disfungsi atau kurangnya suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya kelainan dari bagian tubuhanak asuh.Praktikan selalu memberi motivasi kebada anaka asuh untuk selalu percaya diri dengan keadaan yang di alaminya.

Kepercayaan diri ini meliputi adanya sikap yakin terhadap kemampuan dirinya, merasa aman, mandiri, bertanggung jawab, optimis serta tahu apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting bagi penyandang cacat, hal ini disebabakan kepercayaan diri dapat menentukan penyesuaian diri penyandang cacat tersebut dengan lingkungannya.

E. MASALAH KEBERFUNGSIAN

1. Keberfungsian Aspek Biologis/ Fisik dan Kesehatan

Dari hasil wawancara dengan orang tua (ayah) yang dilakukan oleh praktikan melalui via telepon menjelaskan bahwa anak asuh lahir dengan proses persalinan normal yang dibantu oleh seorang bidan. Pada usia 3 bulanorang tua anak asuh baru menyadari anak mereka menglami cacat fisik pada bagian kaki dan mata.

Anak asuh tidak memiliki kecatatan mental akan tetapi anak asuh memiliki kecatatan fisik pada bagian kaki dan mata.Saat ini anak asuh mempunyai ciri-ciri : kulit putih, anggota tubuh tidak normal, rambut lurus.

a. Kemampuan Dasar

(55)

Kemampuan dasar imitasi anak asuh bertarafbaik, karena mental anak asuh normal dan tidak cacat.Sehingga praktikan berpandangan bahwa kemampuan dasar imitasi anak asuh bertaraf baik.

2. Kemampuan Dasar Persepsi

Kemampuan dasar persepsi anak asuh bertaraf baik, karena pemahaman perintah yang diberikan oleh guru dan praktikan sudah dimengerti oleh anakasuhdan merespon anak asuh juga baik.

3. Kemampuan Motorik Kasar

Kemampuan motorik anak asuh bertaraf cukup, karena tidak semua motorik kasar dapat dilakukan oleh anak asuh. Motorik kasar yang bisa di lakukan oleh anak asuh adalah menggerakkan kursi rodanya, mengangkat kedua tangan, dan lain-lain. Motorik kasar yang tidak bisa dilakukan anak asuh adalah berjalan, menjinjit.

4. Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus anak damping bertaraf cukup, karena motorik halus yang bisa dilakukan anak asuh adalah menulis, menempel gambar, mewarna sedangkan untuk menggunting lurus anak asuh belum mampuh menyelesaikan.

5. Kemampuan Integrasi Mata dan Tangan

(56)

dan praktikan memegang tangannya dan di mengarahkan anak asuh untuk menempel dan menggunting.

6. Kemampuan Performen Kognitif

Kemampuan performen kognitif anak asuh bertaraf baik, karena anak asuh sudah bisa menghitung penjumlahan, pengurangan, membaca sudah mengenal kelompok hewan, dan lain.

7. Kemampuan Kognitif Verbal

Kemampuan kognitif verbal anakasuh bertaraf baik, karena anak asuh bisa menanyakan kembali apa yang sudah ditanyakan oleh guru danpraktikan.

2. Aspek Mental Psikologis

Aspek mental anak asuh tidak terganggu dan emosional anak asuh selalu stabil.

3. Aspek Spritual

Keluarga anak asuh semua beragama Islam. Kegiatan yang sering dilakukan anak asuh adalah sholat magrib dan sering adzan ketikan sholat berjama’ah,saat belajar membaca do’a sesudah belajar, membaca do’a sebelum dan sesudah makan, selalu mengucapkan salam saat datang dan pulang dari sekolah, dan disertai bersalaman dengan guru dan praktikan.

4. Aspek Mental Intelektual

(57)

harus ada pendampingan dari guru maupun praktikan. Ketika ada tugas sekolah anak asuh selalu mengajak praktikan untuk membantu dan mendampinginya.

5. Aspek Sosial

a. Kemampuan Realitas Diri

Anak asuh dapat mengenal diri sendiri, keluarga, teman-teman, pengasuh Asrama dan Praktikan. Bantu diri yang dapat dilakukan oleh anak asuh adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan sendiri, buang air kecil dan membersihkannya. Kemampuan perawatan seperti mandi, dan kesehatan anak asuh masih memerlukan bantuan dari pengasuh.

b. Kemampuan Realitas Sosial

Anak asuh mudah berbaur dan sangat senang ketika ada orang baru. Awal praktikan masuk lembaga anak asuh langsung menanyakan nama praktikan, sebelum praktikan memperkenalkan nama, dan anak asuh sangat antusias ketika mendengar praktikan akan perada di lembaga selama satu bulan.

c. Kemampuan Integrasi Sosial

Anak asuhbelum bisa melaksanakan kegiatan kemasyarakatan karena kondisi fisik yang di alaminya. dan masihmemerlukan bantuan atau pendampingan dalam melaksanakan dengan teman-teman dan masyarakat luar, karena anak asuh tidak bisa berjalan.

(58)

Anak asuh belum bisa melakukan jenis pekerjaan seperti membersihkan dirinya sendiri. Dalam melakukan aktivitas, anak asuh masih membutuhkan pendampingandari pengasuh dan praktikan.

F.

KEADAAN ANAK ASUH SEBELUM DILEMBAGA

Sebelum berada di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang, anak asuh dititipkan di “TK Aisyah Harapan VIII” salah satu Taman Kanak-kanak yang berada di kota Mojokerto. Saat berada di Taman Kanak-kanak anak asuh tidak bisa mengikuti kegiatan yang berada di TK tersebut, karena anak asuh sering di buli sama teman-temannya. Sehingga anak asuh tidak nyaman dalam melakukan proses belajar.

Sala satu Saudara dari ibu anak asuh yang bekerja di YPAC, menawarkan anak asuh untuk sekolah di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang. Sehingga anak asuh di masukkan di YPAC tersebut, supaya anak asuh nyaman dalam melakukan proses belajar.

G. KEADAAN ANAK ASUH SETELAH DILEMBAGA

Praktikan melakukan bantuan kepada anak asuh selama 12 jam/hari dalam satu bulan. Bantuan yang dilakukan agar anak asuh bisa berjalan sehingga anak asuh melakukan aktifitas tidak bergantung pada kursi roda.

4. Nama Praktikan : Bagus Firmansyah

Nim : 201310030311021

(59)

Nama : DS

Tempat/tanggal lahir : Gresik 01-September-2002 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Yayasan Pembinaan Anak Cacat

Jl. Raden Tumenggung Suryo No. 39 Kota Malang B. SUSUNAN KELUARGA

LG : kakek dari ayah BM : nenek dari ayah

WA : kakek dari ibu SB : nenek dari ibu

AP : ayah klien SW : ibu klien

DS : klien AW : adik klien

D. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Pernyataan Rujukan

Klien masuk di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Cabang Malang, pada tahun 2013 dengan di antar oleh Ayah kandungnya yang telah mengetahui bahwa anaknya mempunyai permasalahan dalam fisik.

Gambar

Gambar 3.1: Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) yang tampak daridepan.
Gambar 3.2 : Kegiatan pembelajaran dalam kelas
Gambar 3.4 : Saat mendampingi klien di terapi okupasi (OT).
Gambar 3.6 : Praktikan mendampingi klien saat terapi wicara.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Status

8 Hasil penelitian presuposisi percakapan antar tokoh dalam Novel Kembang Turi Karya Budi Sardjono terdapat 195 tuturan yang termasuk tuturan praanggapan eksistensial,

Penanganan sampah yang buruk sering terjadi pada suatu permukiman penduduk yang padat dan kumuh dengan tingkat pelayanan pengelolaan sampah yang rendah oleh

Dalam pembelajaran bahasa asing ada tingkatan pembelajaran, yaitu tingkat pemula (mubtadi’), menengah (mutawassitah), lanjut (mutaqaddim), dan tentunya setiap tingkat

Sejalan dengan visi dan misi Universitas Syiah Kuala dalam menjalankan pengembangan dan pembangunan berkelanjutan maka inti dari fokus rencana strategis (Renstra)

67 Hasil Heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Dependent

Nilai arnbang ini didapat dari nilai resiko yang dapat ditolerir oleh kontraktor, yang dibagi dengan jumlah Faktor Pengaruh Tak Terukur. Dengan

Hal-hal yang datangnya dari dalam individu yaitu hormon seks.Hormon seks tersebut dapat sangat besar pengaruhnya dalam menimbulkan dorongan seksual karena hormon seksual itu baru