• Tidak ada hasil yang ditemukan

T LING 1303292 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T LING 1303292 Chapter5"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

60

Nuke Dewi Utami Hamid, 2016

REALISASI TINDAK TUTUR PETUGAS PENERANGAN DAN MASYARAKAT DI KELURAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Pada bab ini akan dipaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Dari

proses penelitian yang telah dilakukan, ditemukan 419 tuturan petugas penerangan

dan 218 tuturan masyarakat. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori

tindak tutur yang diklasifikasikan ke dalam 5 jenis menurut ilokusinya yaitu asertif,

direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada

tuturan asertif sebanyak 148 tuturan, direktif sebanyak 235 tuturan, ekspresif 23

tuturan, dan komisif 13 tuturan. Sementara tuturan deklaratif tidak ditemukan dalam

penelitian ini. Dari hasil klasifikasi tersebut yang paling banyak adalah tuturan jenis

direktif. Tuturan jenis direktif memiliki beberapa bentuk yaitu bentuk memerintah,

meminta, bertanya, menolak, dan menasihati. Bentuk yang paling banyak dituturkan

oleh petugas penerangan adalah bentuk memerintah. Perintah-perintah yang

dituturkan petugas penerangan pada umumnya adalah untuk memfotokopi

kelengkapan berkas, menyuruh melengkapi kembali kelengkapan berkasnya, dan

memerintah untuk mengikuti pendapatnya.

Kemudian setelah mendapatkan tuturan yang paling banyak digunakan oleh

petugas penerangan, dianalisis alasan penggunaan tuturan tersebut dari

masing-masing jenis tindak tutur. Didapatkan hasil bahwa tuturan yang paling banyak

digunakan oleh petugas penerangan secara umum adalah jenis tindak tutur direktif

bentuk memerintah. Untuk jenis tindak tutur asertif bentuk yang paling banyak

digunakan adalah bentuk menyatakan. Sementara untuk jenis tindak tutur komisif

yang paling banyak digunakan adalah bentuk menawarkan sesuatu. Dan untuk jenis

tindak tutur ekspresif bentuk yang paling banyak digunakan adalah bentuk

berterimakasih. Yang menjadi alasan penggunaan tuturan jenis tersebut adalah

perbedaan status sosial dan petugas penerangan merasa memiliki power lebih

(2)

61

Nuke Dewi Utami Hamid, 2016

REALISASI TINDAK TUTUR PETUGAS PENERANGAN DAN MASYARAKAT DI KELURAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keharusannya. Seorang petugas pelayanan seyogyanya menjadikan masyarakat

sebagai raja, karena tugas mereka adalah melayani masyarakat. Namun petugas

penerangan seakan memilih masyarakat yang akan dilayani. Dari faktor variable

sosial seperti usia, gender, dan latarbelakang masyarakat yang membuat perbedaan

pelayanan oleh petugas penerangan.

Selanjutnya setiap tuturan petugas penerangan dianalisis dengan

menggunakan teori kesantunan PSTR. Analisis PSTR yang dilakukan adalah tentang

nilai kesantunan tuturan petugas penerangan ketika melayani masyarakat. PSTR

memiliki 4 suprinsip yaitu subrinsip daya luka dan daya sanjung, berbagi rasa, kesan

pertama, dan keberlanjutan. Dari hasil analisis ditemukan bahwa tuturan petugas

penerangan memiliki lebih banyak nilai negatif dibanding dengan nilai positif.

Artinya lebih banyak tuturan yang tak santun dibanding dengan tuturan santun.

Dengan begitu realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat masih

kurang santun jika ditinjau dari nilai kesantunan PSTR.

Temuan pada penelitian ini adalah tidak semua jenis tindak tutur direktif

dinyatakan tidak santun. Leech berpendapat bahwa semakin direktif sebuah tuturan

maka semakin tidak santun tuturan tersebut. Kemudian Brown dan Levinson

menyatakan bahwa jenis tuturan direktif mengancam wajah mitra tutur. Hal tersebut

memang benar. Pada umumnya tuturan direktif mengancam wajah mitra tutur.

Namun tidak semua tuturan direktif seperti itu. Tuturan asertif pun bisa mengancam

wajah mitra tutur. Sehingga memperkuat bahwa teori yang cocok untuk penelitian ini

adalah teori PSTR.

Bentuk tuturan direktif yang sering muncul dalam tuturan petugas penerangan

tidak semuanya berupa tuturan direktif yang tidak santun. Setiap tuturan tersebut

dapat dilihat konteks kalimatnya. Dalam tuturan ada downgrades yang berfungsi

untuk menjaga harmoni komunikasi. Downgraders tersebut ada yang berupa

conjolers (pembujuk) dan ada juga appealers (penyeru). Hal tersebut berlaku dalam

penelitian ini sehingga tidak semua bentuk tuturan direktif dinyatakan tidak santun.

Dari hasil analisis jika tuturan tersebut memiliki nilai empat plus (4+) maka

(3)

62

Nuke Dewi Utami Hamid, 2016

REALISASI TINDAK TUTUR PETUGAS PENERANGAN DAN MASYARAKAT DI KELURAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tuturan. Jika tuturan memiliki nilai tiga plus (3+) maka tuturan tersebut dinyatakan

santun, jumlah tuturan santun sebanyak 53 tuturan. Jika tuturan tersebut memiliki dua

plus (2+) maka tuturan tersebut dinyatakan cukup santun, tuturan cukup santun

sebanyak 62 tuturan. Jika tuturan memiliki satu plus (1+) maka tuturan tersebut

dinyatakan tidak santun, tuturan tidak santun sebanyak 53 tuturan. Sementara jika

tuturan tersebut tidak memiliki nilai plus (0+) atau empat minus (4-) maka tuturan

tersebut dinyatakan sangat tidak santun, tuturan sangat tidak santun sebanyak 148

tuturan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tuturan yang digunakan oleh petugas

penerangan kepada masyarakat sangat tidak santun. Walaupun tuturan sangat santun

pun lazim digunakan tetapi biasanya tuturan tersebut ada ketika awal-awal tuturan

saja, selanjutnya petugas penerangan lupa menjaga kesantunan berbahasa.

5.2 Saran

Pada penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi data,

sumber data, cara analisis, maupun penulisan. Data yang ada pada penelitian ini

masih sangat terbatas sehingga masih kurang untuk mengungkap realisasi tindak tutur

dan kesantunan yang terjadi antara petugas penerangan dengan masyarakat. Karena

itu peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti topik yang sama

tetapi dengan cakupan data yang lebih luas seperti rumah sakit atau pelayanan BPJS.

Cakupan data yang lebih luas akan semakin memperjelas bagaimana realisasi tindak

tutur dan kesantunan petugas penerangan ketika melayani masyarakat atau yang

membutuhkan informasi.

Penelitian seperti ini memang sudah banyak dilakukan tetapi yang masih

jarang adalah menganilisis kesantunan dengan teori PSTR oleh Aziz. Teori PSTR

berbeda dengan teori-teori kesantunan lainnya. Selain mempertimbangkan pre-event

politeness dan on-the-spot politeness, model kesantunan berbahasa ini juga

mempertimbangkan post-event politeness. Prinsip kesantunan ini dibangun

berdasarkan tiga dimensi yaitu dimensi individual, sosial, dan ilahiyah/surgawi

(4)

63

Nuke Dewi Utami Hamid, 2016

REALISASI TINDAK TUTUR PETUGAS PENERANGAN DAN MASYARAKAT DI KELURAHAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemudian pada saat penelitian, peneliti menemukan adanya ‘calo’ kelurahan.

Mereka memberikan jasa kepada masyarakat agar masyarakat mendapatkan

kemudahaan untuk mengurus surat-suratnya. Namun cara berbahasa calo tersebut

perlu diteliti, karena mereka pun tidak mengindahkan kesantunan berbahasa kepada

masyarakat. Padahal seharusnya seorang calo berbahasa santun karena mereka

mendapatkan penghasilan dari masyarakat yang membayar jasa mereka. Hal tersebut

Referensi

Dokumen terkait

sebagai Bides Matang Cengai Kota Langsa, pada tahun 2006 saya lulus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan di tempatkan pada Puskesmas Langsa Timur, kemudian pada tahun

g) instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. 5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. 6)

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan ayam ras petelur di Dusun Passau Timur Desa Bukit Samang Kecamatan Sendana, Kabupaten

Dimana sulawesi Selatan masuk dalam salah satu Provinsi yang ikut di Pilkada serentak, ada 11 Kabupaten ikut berpartisipasi pada pesta demokrasi yang baru saja di selengarakan di

Kuartil Bawah dari data nilai ulangan matematika siswa suatu kelas yang disajikan dalam diagram berikut adalah …. Suku ke-9 dan suku ke-15 suatu barisan aritmetika

Berikan rincian biaya penelitian yang mengacu pada kegiatan penelitian seperti diuraikan dalam Metode Penelitian, dengan rekapitulasi biaya penelitian:. Honorarium peneliti

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pengelolaan sumber daya manusia pada sektor formal lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, selain