• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Paper P00159

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Full Paper P00159"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

1

Laporan Akhir

PENGGUNAAN ANALISIS DIAGRAM TULANG

IKAN UNTUK PENGEMBANGAN MUTU

SEKOLAH

Tim Peneliti

Ketua : Prof. Dr. Slameto NIDN: 0606045302 Anggota : Susiyanto, M.Pd.

NIDN: 0621096001

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

S A L A T I G A

2015

(2)

2

Lembar Pengesahan

Judul Kegiatan : Penggunaan Analisis Diagram Tulang Ikan Untuk Pengembangan Mutu Sekolah Ketua Peneliti

a. Nama lengkap : Prof. Dr. Slameto, M.Pd

b. NIP/NIK : 0251

c. NIDN : 0606045302

d. Jabatan Fungsional : Guru Besar e. Jabatan Struktural : -

f. Fakultas/Jurusan : FKIP/PGSD g. Pusat Penelitian : Pusat Studi MBS

h. Alamat Institusi : Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

i. Telpon/Faks & E-mail : - Lama waktu penelitian : 1 tahun

Pembiayaan Rp. 20.500.000,-

Mengetahui Salatiga, 18 Desember 2015

Ketua Program Studi PGSD

Herry Sanoto, S.Pd, M.Pd

Ketua Peneliti

Prof. Dr. Slameto, M.Pd

Dekan FKIP

(3)

3

PRAKATA

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan dalam menentukan tujuan atau keadaan masa depan yang secara khusus diharapkan oleh sekolah. Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan nasional. Visi sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi, tujuan, sasaran program sekolah serta merupakan arah pengembangan sekolah dimasa depan. Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan tugas-tugas yang harus dilaksanakan sekolah.

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan terkait dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing. Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan dapat berwujud sebagian dari visi. Identifikasi tantangan nyata yang dihadapi sekolah memuat tentang gambaran umum tantangan yang dihadapi sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ingin diraih sekolah.

Apapun bentuk pengembangan mutu sekolah, selalu harus terprogram dengan baik. Mengingat kondisi nyata sekolah menunjukkan bahwa sekalipun mereka telah menyususn program peningkatan mutu sekolah, namun belum didasarkan kajian yang ilmiah dan mendalam; Maka dari itu, penelitian pengembangan ini dalam rangka peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan.

Laporan akhir ini memaparkan perkembangan studi mulai dari studi pendahuluan yang menghasilkan model faktual, pengembangan model hipotetik peningkatan mutu sekolah berbantuan analisis tulang ikan, dan validasi pakar serta uji coba terbatas untuk menghasilkan model final.

Kepada semua fihak yang telah mendukung penelitian ini, kami menghargai dan mengucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat!

(4)

4

ABSTRAK

Dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan Indonesia (SNPI), tolok ukur mutu sekolah sudahlah jelas; SNPI akan berfungsi sebagai acuan pengembangan sekolah guna meningkatkan mutu. Apapun bentuk pengembangan mutu sekolah, selalu harus terprogram dengan baik. Kondisi nyata sekolah menunjukkan bahwa sekalipun mereka telah menyususn program peningkatan mutu sekolah, namun belum didasarkan kajian yang ilmiah dan mendalam.

Masalah penelitian adalah: 1) Langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk pengembangan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan menggunakan analisis fishbone? 2) Apakah model program menggunakan analisis fishbone efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan sekolah untuk meningkatkan kualitas? Penelitian ini bertujuan untuk: menyusun program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan sesuai/untuk memenuhi standar, dan menghasilkan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan mutu SD.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan; Secara garis besar, “pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan” ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu: tahap I: Studi Pendahuluan, Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dan tahap III: Tahap Evaluasi/ Pengujian Model. Dalam Studi Pendahuluan ini memaparkan perkembangan studi kualitatif yang diawali dengan studi literatur, kemudian studi lapangan tentang standar pendidikan yang akan dijadikan referensi peningkatan mutu sekolah berbasis EDS dengan menggunakan analisis tulang ikan, diakhiri dengan deskripsi dan analisis tulang ikan sebagai temuan (Model Faktual). Berdasarkan model faktual yang belum memenuhi syarat dan prinsip perencanaan yang baik dan benar, perlu segera dibuat model hipotetik yang sesuai standar yang diharapkan memperbaiki model perencanaan peningkatan mutu sekolah (tahap 2); Mengembangkan menjadi desain produk, merevisinya, serta menguji-cobakan (tahap 3).

Hasilnya: 1) langkah-langkah perkembangan dalam program peningkatan mutu sekolah dengan cara analisis tulang ikan telah melalui 6 tahapan, 2) produk penelitian dengan menggunakan diagram tulang ikan telah terbukti menjadi sederhana, berlaku, penting, terkendali, serta mampu beradaptasi. Selain itu, bisa diterapkan, sehingga telah efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

(5)

5

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ... 2

Prakata ... 3

ABSTRAK ... 7

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ...vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Masalah ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 4

1.6 Pentingnya Pengembangan ... 5

1.7 Asumsi Pengembangan ... 6

1.8 Keterbatasan ... 7

1.9 Luaran Penelitian ... 8

BAB II. STUDI PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Studi Literatur ... 10

2.1.1 Mutu Pendidikan ... 10

2.1.2 Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan 12 2.1.3 Langkah-langkah Perencanaan Pengembangan Sekolah ... 17

2.1.4 Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Perencanaan Sekolah 18 2.1.5 Model Perencanaan Pengembangan Sekolah ... 21

2.1.6 Diagram Tulang Ikan/Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) ... 25

2.1.7 Keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah dengan Perencanaan Pengembangan Sekolah ... 30

(6)

6

2.3 Kerangka Pemikiran ... 34

2.4 Model Hipotetik ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN/PENGEMBANGAN ... 37

3.1 Prosedur Penelitian/Pengembangan... 37

3.2 Jenis Data ... 37

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 38

3.4 Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. 4.1 Hasil Studi Pendahuluan ... 40

4.2 Pengembangan Model ... 42

4.2.1 Model Pengembangan (Desain Produk) ... 42

4.2.2 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah Menggunakan Analisis Fishbone ... 45

4.3 Validasi Desain ... 50

4.4 Revisi Desain ... 51

4.5 Uji Coba Produk ... 52

4.6 Revisi Produk ... 53

4.7 Penyempurnaan ... 54

4.8 Pembahasan Produk ... 54

BAB V. PENUTUP ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Rekomendasi ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(7)

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kaitan antar Standar Nasional Pendidikan (SNP) ... 13

Gambar 2.2 Proses Perencanaan Pengembangan Sekolah ... 18

Gambar 2.3 Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana ... 23

Gambar 2.4 Diagram Ishikawa ... 26

Gambar 2.5 EDS dalam Kaitannya dengan Penjaminan Mutu ... 31

Gambar 2.6 Siklus Pengembangan dan Peningkatan yang Berkelanjutan ... 32

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian ... 35

Gambar 2.8 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan ... 36

(8)

8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi/Studi Dokumen ... 62

Lampiran 2 Kuisioner ... 63

Lampiran 3 Standar Pengelolaan SD ... 64

Lampiran 4 Model Faktual Pengembangan SD ... 66

Lampiran 5 Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan ... 68

Lampiran 6 Validasi Desain ... 70

Lampiran 7 Laporan Hasil Uji Coba Produk ... 72

Lampiran 8 Model Final ... 74

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Visi sekolah adalah imajinasi moral yang dijadikan dasar atau rujukan dalam menentukan tujuan atau keadaan masa depan yang secara khusus diharapkan oleh sekolah. Visi sekolah harus berada dalam koridor pembangunan pendidikan yang telah ditetapkan secara nasional oleh pemerintah, tetapi tetap sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah dan keinginan masyarakat di sekitar sekolah.Visi sekolah merupakan turunan dari visi pendidikan nasional. Visi sekolah dijadikan dasar atau rujukan dalam merumuskan misi, tujuan, sasaran program sekolah serta merupakan arah pengembangan sekolah dimasa depan. Secara sederhana visi adalah profil atau gambaran masa depan sekolah yang diimpikan dimasa mendatang agar sekolah dapat terus terjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Misi adalah penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan demikian, misi sekolah merupakan sekumpulan tugas-tugas yang harus dilaksana-kan sekolah. Perlu dicatat bahwa sebagai tindadilaksana-kan untuk mewujuddilaksana-kan visi, misi dapat mencakup berbagai aspek, misalnya: Pembelajaran, pengembangan moral keagamaan, iklim sekolah, manajemen sekolah, dan sebagainya.

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan sekolah adalah jabaran dari visi dan misi sekolah atau merupakan tahapan/ langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Jika visi dan misi seakan untuk waktu yang sangat panjang, maka tujuan sekolah untuk jangka menengah (3 – 5 tahun). Tidak ada patokan berapa tahun, namun sebaiknya terkait dengan satu siklus pendidikan agar mudah penjabaran berikutnya. Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam waktu 4 tahun mungkin belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan dapat berwujud sebagian dari visi.

(10)

2

analisis output yang hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih antara output sekolah yang diharapkan dimasa mendatang (ideal). Besar kecilnya selisih tersebut memberitahukan besar kecilnya tantangan (loncatan). Pada umumnya, tantangan nyata yang dihadapi sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat dibagi menjadi 4 yaitu kualitas, produktivitas, efektifitas dan efisisensi. Sasaran/tujuan sitasional sekolah memuat tentang sasaran yang akan dicapai serta kebutuhan sekolah. Sasaran adalah tujuan yang dirumuskan dengan memperhitungkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah. Sasaran atau tujan situasional sekolah sering juga disebut tujuan jangka pendek.

Setelah sasaran ditentukan, selanjutnya dilakukan identifiaksi fungsi untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini dilakukan sebagai tahap persiapan dalam melakukan analisa SWOT misalnya. Diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Alternatif langkah pemecahan persoalan memuat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan sekolah serta dalam rangka memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah serta langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka mengatasi kelemahan serta ancaman terhadap sekolah.

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan Indonesia (SNPI), tolok ukur mutu sekolah sudahlah jelas; SNPI akan berfungsi sebagai acuan pengembangan sekolah guna meningkatkan mutu. Apapun bentuk pengembangan mutu sekolah, selalu harus terprogram dengan baik. Program yang baik ini akan mempermudah pelaksanaannya. Apapun bentuk program yang dimaksud, perlu dipersiapkan melalui proposal yang baik.

(11)

3

sekolah, identifikasi fungsi-fungsi sasaran, analisa SWOT yang berupa analisa tingkat kesiapan fungsi, langkah-langkah pemecahan persoalan, rencana dan program peningkatan mutu dan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS).

Kondisi nyata sekolah menunjukkan bahwa sekalipun mereka telah menyususn program peningkatan mutu sekolah, namun belum didasarkan kajian yang ilmiah dan mendalam; banyak kepala sekolah mengalami kendala dalam mengembangkan program peningkatan mutu sekolahnya. Akibat langsung dari rendahnya mutu program ini pasti implementasinya menjadi tidak optimal mendukung tercapainya tujuan. Maka dari itu perlu sekali adanya pendampingan sekolah dalam rangka mengembangkan program peningkatan mutu sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan seperti berikut ini.

1. Bagaimanakah tahapan pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan?

2. Apakah program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikanefektif dan efisien menjawab kebutuhan SD dalam meningkat-kan mutu sekolahnya?

1.3 TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyusun program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan sesuai/untuk memenuhistandar,

2. Menghasilkan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien yang siap di-implementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

1.4. MANFAAT

(12)

4

1.Memberikan suatu model pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang akan terbukti efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

2.Meningkatkan implementasi program yang akan mampu meningkatkan mutu sekolah.

1.5. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHARAPKAN

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah model ―Pengembangan Program

Peningkatan Mutu Sekolah dengan Menggunakan Analisis Tulang Ikan‖. Model

yang dikembangkan ini termasuk Descriptive Model yaitu model yang mendeskripsikan suatu proses atau sistem baik secara kuantitatif maupun kualitatif; model ini melukiskan dan menerangkan 6 langkah dalam mencapai tujuan peningkatan mutu sekolah dan pengaruh setiap langkah pada langkah yang lainnya secara lebih aktual. Model atau produk ini berguna untuk memecahkan masalah-masalah pengelolaan sekolah melalui perencanaan yang masak, yang jika diimplementasikan dapat menghasilkan program peningkatan mutu sekolah; Dimana dalam pengembangan program peningkatan mutu sekolah perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan visi, misi dan standar mutu serta analisa lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kebutuhan, hambatan, kelemahan dan masalah-masalah serta akar penyebabnya sehingga dapat ditemukan alternatif yang paling tepat dalam kerangka kepemimpinan kepala sekolah. Model yang dikembangkan dilengkapi dengan panduan pengembangan program beserta instrumen yang diperlukan, sehingga siap diimplementasikan sekolah karena

(13)

5

1.6. PENTINGNYA PENGEMBANGAN

Penjaminan mutu pendidikan adalah serentetan proses dalam sistem yang saling berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan data tentang program atau kegiatan pendidikan dalam mencapai mutu pendidikan. Proses penjaminan mutu diawali dari mengidentifikasi aspek pencapaian dan prioritas peningkatan, penyediaan data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah menetapkan Standar Pengelolaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Permendiknas tersebut membahas tentang: a). Perencanaan Program, b). Pelaksanaan Rencana Kerja, c). Pengawasan dan Evaluasi, d). Kepemimpinan Sekolah/ Madrasah, e).Sistem Informasi Manajemen, dan f). Penilaian Khusus.

Perencanaan Program Sekolah penting dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidak-pastian masa depan. Perencanaan Sekolah adalah proses penyusunan gambaran kegiatan pendidikan dimasa depan dalam rangka mencapai perubahan/tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sasaran minimal pengembangan sekolah yang dituangkan dalam setiap rencana pengembangan sekolah haruslah menggunakan standar penyelenggaraan pendidikan yang berlaku secara nasional. Berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah/persoalan, sekolah bersama-sama dengan semua unsur warga sekolah (termasuk komite sekolah) membuat rencana dan program-program untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetap-kan.

(14)

6

memukan akar masalahnya ini, maka dapat dirumuskan atau diidentifikasi alternatif tindakan pemecahan masalah yang merupakan suatu usaha untuk peningkatan mutu pendidikan; Selanjutnya menganalisis altematif-alternatif, yang merupakan penganalisisan setiap altematif menurut kriteria tertentu yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif. Pada akhirnya memilih alternatif terbaik yang dilakukan atas kriteria dan skala prioritas tertentu, dan keputusan dapat dilaksanakan. Model pengembangan program peningkatan mutu sekolah ini memfasilitasi pengelolaan sekolah (perencanaan) sebagaimana tuntutan mutu di atas.

1.7. ASUMSI PENGEMBANGAN

Rencana Pengembangan Sekolah merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah karena berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam rangka menuju tujuan sekolah yang lebih baik dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), setiap sekolah harus memenuhi SNP tersebut. Salah satu upaya untuk mencapai SNP, setiap sekolah wajib membuat Rencana Pengembangan Sekolah.

Telah terjadi perubahan paradigma pengembangan program peningkatan mutu sekolah menggeser dari pengelolaan sekolah konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern, dimana dalam pengembangan program peningkatan mutu sekolah perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan analisa lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kelemahan dan kekuatan sekolah, hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala sekolah.

Perencanaan pengembangan sekolah yang memanfaatkan model ini akan memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam rangka menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik atau lebih bermutu di masa depan. Rencana pengembangan mutu sekolah yang diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

(15)

7

b. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis situasi pendidikan sekolah dan lingkungan strategisnya

c. kemanfaatan serta kesesuaian dengan permasalahan pendidikan

d. Kelayakan strategi implementasi Kelayakan rencana monitoring dan evaluasi

e. Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun dan

f. Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan

Penggunaan analisis tulang ikan, menjamin terpenuhinya 6 kriteria yang diharapkan itu; Model pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan ini terbukti efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

1.8. KETERBATASAN

Model ―Pengembangan Program Peningkatan Mutu Sekolah dengan Mengguna

-kan Analisis Tulang I-kan‖ yang dihasil-kan ini membatasi diri sampai pada tahap

Perencanaan Program Sekolah. Sekalipun perencanaan itu sangat penting dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan mutu yang lebih baik dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidak-pastian masa depan, perencanaan belum memberi jaminan implentasinya secara efisien dan efektif, mengingat banyak faktor yang berpengaruh seperti kualitas: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) siswa, (3) guru, (4) kurikulum, dan (5) jaringan kerja sama.

(16)

8

jarang mendefinisikan kategori secara jelas dan verifikasi antara hubungan kausal (kurang memadai). Selain itu dari diagram ini tidak mengisolasi masalah utama dari masalah dan menyajikan masing-masing dalam cara yang sama.

1.9. LUARAN PENELITIAN

Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan model pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang terbukti efektif dan efisien yang siap diimplementasikan dalam meningkatkan mutu sekolah. Penelitian ini akan menghasilkan output dan outcome sebagai berikut:

1. Output

a. Panduan pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan

b. Program peningkatan mutu sekolah yang dinilai efektif dan efisien yang siap diimplementasikan sekolah.

2. Outcome

a. Perubahan praktek manajerial pengelola sekolah

b. Perubahan paradigma pengembangan program peningkatan mutu sekolah menggeser dari suatu paradigma pengelolaan sekolah konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern. Dimana dalam pengembangan program peningkatan mutu sekolah perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan analisa lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kelemahan dan kekuatan sekolah, hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala sekolah.

(17)
(18)

10

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 STUDI LITERATUR 2.1.1 Mutu Pendidikan

Ada tiga konsep dasar yang perlu dibedakan dalam peningkatan mutu yaitu kontrol mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan mutu terpadu (total quality). Kontrol mutu secara historis merupakan konsep mutu yang paling tua. Kegiatannya melibatkan deteksi dan eliminasi terhadap produk-produk gagal yang tidak sesuai dengan standar. Tujuannya hanya untuk menerima produk yang berhasil dan menolak produk yang gagal. Dalam dunia pendidikan, kontrol mutu diimplementasikan dengan melaksanaan ujian sumatif dan ujian akhir. Hasil ujian dapat dijadikan sebagai bahan untuk kontrol mutu.

(19)

11

tentang profil sekolah. Adapun kegiatan penetapan langkah pencapaian mutu adalah rencana sistematis, rasional, dan terukur serta dirumuskan oleh satuan pendidikan untuk memenuhi pencapaian mutu pendidikan.

Jaminan mutu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan sejak awal proses produksi. Jaminan mutu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin proses produksi agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi tertentu. Jaminan mutu adalah sebuah cara menghasilkan produk yang bebas dari cacat dan kesalahan. Lanjutan dari konsep jaminan mutu adalah Total Quality Management (TQM) yang berusaha menciptakan sebuah budaya mutu dengan cara mendorong semua anggota stafnya untuk dapat memuaskan para pelanggan. Dalam konsep TQM pelanggan adalah raja. Inilah yang merupakan pendekatan yang sangat populer termasuk dalam dunia pendidikan. Sifat TQM adalah perbaikan yang terus menerus untuk memenuhi harapan pelanggan.

Dalam TQM, mutu adalah kesesuaian fungsi dengan tujuan, kesesuaian dengan spesifikasi dan standar yang ditentukan, sesuai dengan kegunaannya, produk yang memuaskan pelanggan, sifat dan karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Sistem manajemen mutu pendidikan adalah suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendali-kan satuan pendidimengendali-kan dalam penetapan kebijamengendali-kan, sasaran, rencana dan proses/ prosedur mutu serta pencapaiannya secara berkelanjutan (continous improvement).

(20)

12

atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah.

SPMP berbasis pada data dan pemetaan yang valid, akurat, dan empirik. Data yang dikumpulkan oleh sekolah dapat diperoleh dari hasil akreditasi sekolah, sertifikasi guru, ujian nasional, dan profil sekolah. Selain itu Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan instrumen implementasi SPMP yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan sebagai salah satu program akseleratif dalam peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan (Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010; Prioritas Nomor 2. Pendidikan).

2.1.2 Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan

Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan.

(21)

13

reformasi pendidikan nasional dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. Terdapat delapan SNP yaitu:

1. Standar Isi 2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian

Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berikut ini disajikan kaitan antara SNP.

(22)

14

Setiap standar memiliki indikator ketercapaiannya dan setiap indikator merupakan acuan mutu pendidikan di Indonesia. Daftar indikator pemenuhan standar sebagai acuan mutu yang harus diupayakan dipenuhi oleh setiap sekolah di berbagai jenjang dan jenis pendidikan terdapat pada lampiran.

Di antara standar-standar tersebut, standar pengelolaan pada tingkat satuan pendidikan merupakan standar terpenting yang harus djadikan acuan dalam perencanaan pengembangan sekolah. Standar pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah standar pengelolaan pendidikan untuk sekolah/madrasah yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005); Standar Pengelolaan terdiri atas:

a. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan. b. Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah. c. Standar pengelolaan oleh Pemerintah.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah menetapkan Standar Pengelolaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Permendiknas tersebut membahas tentang:

a). Perencanaan Program, b). Pelaksanaan Rencana Kerja, c). Pengawasan dan Evaluasi,

d). Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, e).Sistem Informasi Manajemen, dan f). Penilaian Khusus.

Pasal 49 ayat (1) pada Peraturan Pemerintah ini menyatakan: ―Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,

partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.‖ Berkaitan dengan penerapan

(23)

15

keputusan, pedoman pendidikan, rencana kerja, prinsip-prinsip dasar pengelolaan satuan pendidikan, pengawasan, pemantauan, supervisi, dan pelaporan.

Pengelolaan satuan pendidikan harus berpegang pada prinsip-prinsip kemandirian, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah.

Terkait dengan Pengambilan Keputusan, beberapa hal penting yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut meliputi bidang-bidang pengambilan keputusan, prosedur pengambilan keputusan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan itu. Pengambilan keputusan bidang akademik dilakukan melalui rapat Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah. Sedangkan bidang non-akademik pengambilan keputusan dilakukan oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala sekolah. Rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan pendidikan.

Rencana kerja yang harus dibuat oleh satuan pendidikan meliputi Rencana Kerja Jangka Menengah (4 tahun) dan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kerja Satuan Pendidikan dasar dan Menengah harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah.

Pengawasan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan mencakup pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan.

(24)

16

dengan dan memperkuat partisipasi semua pemangku kepentingan (stakeholders), bersikap lebih terbuka dan akuntabel.

Kewenangan yang begitu luas yang diberikan kepada sekolah pada gilirannya menuntut setiap sekolah mereformasi dirinya. Setiap sekolah harus

beralih dari budaya dan manajemen yang bersifat ―menunggu dan bertindak sesuai kebijakan atas‖ yang bersifat konvensional kepada sebuah budaya dan manajemen baru yang menempatkan hasil telaah diri sebagai titik awal usaha pengembangan, kemandirian dan akuntabilitas sebagai instrumen utama dalam proses pengembangan dirinya, dan peningkatan mutu sebagai muara dan tujuan utama dari setiap usaha pengembangan itu.

Perencanaan Sekolah penting dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidak-pastian masa depan. Perencanaan Sekolah adalah proses penyusunan gambaran kegiatan pendidikan dimasa depan dalam rangka mencapai perubahan/tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan, sekolah bersama-sama dengan semua unsur warga sekolah (termasuk komite sekolah) membuat rencana dan program-program untuk merealisasi rencana dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai. Kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal ini juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan.

(25)

17

dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan.

Penyusunan anggaran berangkat dari rencana kegaitan atau program yang telah disusun dan kemudian diperhitungkan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dengan demikian aggaran berfungsi sebagai alat pengendali kegiatan. Langkah-langkah penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:

a. Menginventarisasi rencana program yang akan dilaksanakan.

b. Menyusun rencana berdasarkan pada skala prioritas pelaksanaannya. c. Menentukan program kerja dan rincian program kerja.

d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program.

e. Menghitung dana yang dibutuhkan.

f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

2.1.2 Langkah-Langkah Perencanaan Pengembangan Sekolah

(26)

18

Gambar 2.1 Proses Perencanaan Pengembangan Sekolah

Satuan atau program pendidikan yang telah memenuhi SNP, dapat mengembangkan standar yang lebih tinggi lagi yaitu berupa:

1. Standar mutu di atas SNP yang dapat diadopsi dan/atau diadaptasi dari standar internasional.

2. Standar mutu di atas SNP yang berbasis pada keunggulan dan spesifikasi tertentu.

2.1.3 Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Perencanaan Sekolah

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), setiap sekolah harus memenuhi SNP. Oleh karena itu, aspek-aspek yang harus disusun dalam perencanaan pengembangan sekolah juga harus sesuai dengan tuntutan SNP tersebut yaitu 8 standar nasional

Menyusun

Rencana Pendapatan dan Belanja Sekolah

Merumuskan:

Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri

(Self Review)

Memilih

Prioritas dan Strategi Pengembangan

Menyusun

Program Pengembangan

Menyusun

(27)

19

pendidikan: kompetensi lulusan, isi (kurikulum), proses, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, prasarana dan sarana, pembiayaan, dan penilaian. Namun demikian, ditinjau dari sisi pemerataan, kualitas, relevansi, efisiensi, dan pengembangan kapasitas, dari delapan SNP tersebut dapat dijabarkan menjadi lebih rinci dalam RPS.

Sesuai judul penelitian ini, yaitu untuk peningkatan mutu sekolah, maka aspek yang dikembangkan adalah aspek kedua yaitu peningkatan kualitas. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Mutu atau kualitas pendidikan sekolah meliputi input, proses, dan output, dengan catatan bahwa output sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input (Hafis Muaddab, 2011).

(28)

20

keterampilan kejuruan, kesenian, olah-raga, karya ilmiah, keagamaan, kedisiplin-an, karakter/kepribadikedisiplin-an, dan sebagainya).

Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang secara sadar dalam usaha meningkatkan kompetensi input demi menghasilkan output dan outcome bermutu.Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).

(29)

ber-21

kualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, UN, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya imtaq, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya.

Outcome adalah efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan di pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan berikutnya, kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih lanjut ataurespon partisipan terhadap pelayanan yang diberikan dalam suatu program; outcome juga berupa dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau pelayanan suatu program. Dalam definisi lain dikatakan bahwa Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek.

Standar pengelolaan pendidikan yang bersumber dari Badan Standar Nsaional pendidikan, beserta indikatornya dalam bentuk rangkum terlampir.

2.1.4 Model Perencanaan Pengembangan Sekolah

Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam proses manajemen. Jika digambarkan dalam sebuah siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya dalam proses manajemen bermula dari perencanaan. Daft (1988:100)

menyatakan: ―When planning is done well, the other management functions can be done well.‖

(30)

22

(blueprint) mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan, jadwal, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan.

Dalam pengertian tersebut, tujuan dan alokasi sumber daya merupakan dua kata kunci dalam sebuah rencana. Tujuan (goal) dapat diartikan sebagai kondisi masa depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini terdiri dari beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan pada tingkat yang tertinggi disebut dengan tujuan strategis (strategic goal), kemudian berturut-turut di bawahnya dijabarkan menjadi tujuan taktis (tactical objective) kemudian tujuan operasional (operational objective). Tujuan strategis merupakan tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang, sedangkan tujuan taktis dan tujuan operasional adalah tujuan jangka pendek yang berupa sasaran-sasaran yang terukur.

Dalam SD/MI, tujuan strategis merupakan tujuan tertinggi yang akan dicapai pada tingkat sekolah. Tujuan ini bersifat umum dan biasanya tidak dapat diukur secara langsung. Tujuan-tujuan taktis merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh bagian-bagian utama organisasi sekolah, misalnya bidang kurikulum, kesiswaan, atau kerja sama dengan masyarakat. Sedangkan tujuan operasional merupakan tujuan yang harus dicapai pada bagian-bagian yang secara struktur yang lebih rendah dari bagian-bagian utama sekolah tersebut. Tujuan mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, misalnya, dapat dikategorikan sebagai tujuan operasional.

Masing-masing tingkatan tujuan tersebut terkait dengan proses perencanaan. Tujuan strategis merupakan tujuan yang harus dicapai pada tingkat rencana strategis (strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing-masing merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai pada rencana taktis (tactical plan) dan rencana operasional (operational plan).

(31)

23

utama dan sasaran kinerja dari lembaga. Keduanya harus dirumuskan dalam kerangka filosofis, keyakinan dan nilai-nilai dasar yang dianut oleh sekolah yang bersangkutan dan digunakan sebagai konteks pengembangan dan evaluasi atas strategi yang diinginkan.

Premis-premis tersebut harus menjadi titik-tolak dalam perencanaan. Tujuan dan cara untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam rencana harus berada dalam kerangka premis-premis itu. Untuk memudahkan pemahaman, Gambar 2.1 mengilustrasikan hubungan antara premis organisasi, hierarki tujuan, dan bentuk rencana sebagaimana diuraikan di atas.

Gambar 4.1 Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana

Perencanaan pengembangan sekolah (school development planning) merupakan proses pengembangan sebuah rencana untuk meningkatkan kinerja sebuah sekolah secara berkesinambungan. Perbedaan pokok rencana pengembangan dengan rencana lainnya terletak pada tujuan. Sedangkan hierarki tujuan dan rencana sebagaimana telah diuraikan di atas juga berlaku dalam rencana pengembangan. Tujuan yang akan dicapai dalam rencana pengembangan

(32)

Nilai-24

merupakan hasil-hasil yang lebih baik dari apa yang selama ini telah di oleh sekolah. Rencana pengembangan sekolah disusun agar sekolah terus-menerus meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, selain didasarkan pada visi dan misi sekolah, perencanaan pengembangan harus didasarkan atas pemahaman yang mendalam tentang keberadaan dan kondisi sekolah pada saat rencana pengembangan itu disusun. Pemahaman semacam ini dapat dilakukan melalui kajian dan telaah mendalam terhadap kondisi internal maupun lingkungan eksternal dimana sekolah itu berada.

Standar nasional pendidikan sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa proses perencanaan menjadi perangkat yang esensial dalam pengelolaan sekolah. Dalam kaitannya dengan standar pengelolaan satuan pendidikan, sistem perencanaan pengembangan lembaga yang diterapkan pada setiap sekolah harus mampu memfasilitasi dan mengakomodasi lima pilar utama yang digariskan dalam standar pengelolaan,yaitukemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Model perencanaan strategis (strategis planning) hingga saat ini dipandang sebagai proses perencanaan yang demikian itu. Dengan menerapkan pendekatan perencanaan strategis, diharapkan sekolah akan terdorong untuk melakukan perencanaan secara sistematis. Sekolah diharapkan akan menyediakan waktu untuk mentelaah dan menganalisis dirinya sendiri dan lingkungannya, meng-identifikasi kebutuhannya untuk mendapatkan keunggulan terhadap yang lain, dan melakukan komunikasi dan konsultasi secara terus-menerus dengan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar lingkungan lembaga selama berlangsungnya proses perencanaan. Di samping itu perencanaan strategis juga diharapkan akan mendorong sekolah untuk menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan strategis, secara terus-menerus memantau pelaksanaan rencana itu, dan secara teratur melakukan pengkajian dan perbaikan untuk menjaga agar perencanaan yang dibuat tetap relevan terhadap berbagai kondisi yang terus berkembang {Nickols dan Thirunamachandran, (Departemen Pendidikan Nasional. 2007)}.

(33)

pilihan-25

pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi di masa depan {Nickols dan Thirunama chandran, (Departemen Pendidikan Nasional, 2007)}.

2.1.5 Diagram Tulang Ikan/ Sebab – Akibat (Fishbone Diagram)

Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram

diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang telah memperkenalkan Fishbone cause and effect diagram kepada dunia. Diagram

Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab masalah. Alasan-nya sederhana, Fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu permasalahan.

Diagram ―tulang ikan‖ ini dikenal dengancause and effect diagram. Kenapa

Diagram Ishikawa juga disebut dengan ―tulang ikan‖?…..ya memang kalau

diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu per-masalahan yang timbul.

Dari gambar di bawah terlihat bahwa faktor penyebab masalah antara lain (kemungkinan) terdiri dari: material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang

―saat ini‖ dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi ―menyimpang‖

dan berpotensi terjadi masalah. Ingat,...ketika sudah ditemukan satu atau beberapa

―penyebab‖ jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar

penyebab di dalamnya yang ―tersembunyi‖. Bahasa gaulnya, jangan hanya

(34)

26

Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat ―ke dalam‖ dengan bertanya mengapa? …… mengapa?…dan mengapa?‖. Hanya dengan bertanya ―mengapa‖ beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya. Penyebab sesungguhnya, bukan gejala. Dengan menerapkan diagram Fishbone ini

dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar ―penyebab‖ terjadinya masalah

khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila

―masalah‖ dan ―penyebab‖ sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan

langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua

kemungkinan ―penyebab‖ dan mencari ―akar‖ permasalahan sebenarnya.

(35)

27

ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008: 1–6).

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming.

Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram atau fishbone diagram) adalah sebuah teknik grafis yang digunakan untuk mengurutkan dan menghubungkan interaksi antara faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu proses. Diagram ini berguna untuk menganalisia dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh atau efek secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Efek ini bisa bernilai "baik" dan bisa bernilai "buruk".

Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode), Mother Nature/environment (lingkungan), dan

(36)

28

digunakan teknik brainstorming (Pande &Holpp, 2001 dalam Scarvada, 2004). Diagram fishbone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut. Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya, diagram fishbone ini juga dapat digunakan pada proses perubahan.

Scarvada (2004) menyatakan Diagram fishbone ini dapat diperluas menjadi diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram). Perluasan (extension) terhadap Diagram Fishbone dapat dilakukan dengan teknik

menanyakan ―Mengapa sampai lima kali (five whys)‖ (Pande & Holpp, 2001

dalam Scarvada, 2004). Jadi dengan diketahui sebab dari efek yang terjadi, diharapkan hasil dari proses produksi bisa diperbaiki dengan mengubah faktor terkontrol dari suatu proses. Diagram ini juga berguna untuk mengidentifikasi akar penyebab potensi darisuatu masalah. Diagram sebab akibat memfokuskan pada penekanan masalah atau gejala yang merupakan akar penyebab masalah. Diagram sebab akibat juga menampilkan penyebab-penyebab masalah dengan cara menghubungkan penyebab-penyebab menjadi satu.

Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:

1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama. Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/ organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.

(37)

29

penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang dominan.

4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.

5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan. 6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.

7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Dalam melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni

1. Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2. Mengidentifikasi akibat atau masalah.

3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone

diagram adalah opinion based on tool dan didesign membatasi kemampuan tim/pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting

digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

(38)

30

dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya (Imamoto et al., 2008).

Diagram tulang ikan merupakan alat dan/teknik untuk mengenali penyelesaian masalah secara kreatif dalam perbaikan mutu pendidikan. Menurut hasil penelitian Aroem (2013), diagram tulang ikan (fishbone diagram atau root causes analysis) memegang peranan penting dalam inovasi pendidikan dalam menentukan kebijakan selanjutnya (korektif/ pembaharuan/inovasi); Gejolak, penomena, gap, ketidak-sesuian yang terjadi dalam proses pendidikan atau berbagai permasalahan yang aktual baik teoritis maupun paraktis, baik dalam tatanan makro maupun mikro, bisa dilakukan analisis dengan diagram ini.

2.1.6 Keterkaitan Evaluasi Diri Sekolah dengan Perencanaan Pengembangan Sekolah

(39)

31

EDS dalam Kaitannya dengan Penjaminan Mutu

(40)

32

untuk menyepakati nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang akanditetapkan. Visi bersama ini yang akan membawa arah pengembangan sekolah ke depan dengan lebih jelas. Sekolah mengukur dampak dari berbagai kegiatan pentingnya terkait dengan peserta didik dan kegiatan pembelajaran (belajar mengajar); setiap tahun sekolah juga memeriksa hasil dan dampak dari kegiatan belajar mengajar serta bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Hal yang sangat penting dalam proses ini adalah sekolah harus mempergunakan evaluasi ini untuk memprioritaskan bidang yang memerlukan peningkatan dan mempersiapkan rencana pengembangan/peningkatan sekolah. Proses ini kemudian menjadi bagian dari siklus pengembangan dan peningkatan yang berkelanjutan.

(41)

33

Kemudian sekolah akan menjadi pelaku utama dalam peningkatan mutu dan memberikan penjaminan terhadap pelayanan pendidikan yang bermutu.

2.2 PENELITIAN RELEVAN

Tri Sadono, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto (2014) melakukan

penelitian ―Strategi Untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis

Fishbone di SD Negeri Margolelo, Kandangan, Temanggung‖. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan menurunnya mutu sekolah di SD Negeri Margolelo dan strategi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan analisis

Fishbone, dan diperoleh hasil adalah: 1) faktor yang menyebabkan menurunnya mutu sekolah yaitu Faktor internal dan eksternal yang meliputi: sumber daya manusia, sarana prasarana, metode pembelajaran dan material/sumber belajar. 2) terdapat beberapa strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu sekolah di SD Negeri Margolelo. 3) dengan harapan sekolah dapat melaksanakan strategi yang sudah dibuat dengan baik.

Untuk menerapkan manajemen mutu pendidikan dengan baik dalam pembelajaran di kelas, diterapkannya prinsip-prinsip untuk manajemen mutu yang dirumuskan oleh Edward Deming yang diungkapkan oleh Juran dimana perlu menggunakan alat dan teknik untuk perbaikan mutu, salah satunya menggunakan teknik diagram tulang ikan (fishbone diagram); Inilah penelitian Imam Gozali

(2012) dengan judul ―Implementasi Konsep TQM dalam Pendidikan Melalui

Madrasah Model: Studi Pada MTsN Model di Brebes Jawa Tengah‖. Hasilnya ditemukan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan di MTsN Model Brebes, yakni berhasil menciptakan mutu pendidikannya sesuai standar mutu, baik mutu akademik maupun non akademik, diperoleh prestasi-prestasi belajar siswa (lulusan) dengan nilai tertinggi hingga melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), serta keunggulan-keunggulan lain di bidang akademik maupun non akademik, sehingga benar-benar menjadi magnet school di kalangan masyarakat.

(42)

34

analisis diagram tulang ikan, dan keduanya menunjukkan hasil yang positif; Penelitian Tri Sadono, Bambang Ismanto dan Arief Sadjiarto (2014) mengajukan strategi untuk mengatasi masalah, sedangkan penelitian Imam Gozali (2012) hanya mendeskripsikan secara ekspost fakto, dimana peneliti tidak mengadakan treatmen. Berbeda dengan penelitian yang kami lakukan, kami menghasilkan

produk yang berupa ―model pengembangan program peningkatan mutu sekolah

dengan menggunakan analisis tulang ikan‖

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Seperti disebutkan di atas, penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa model yang dihasilkan ini sangat dibutuhkan oleh sekolah dalam meningkatkan mutunya; Bukankah telah terjadi pergeseran paradigma pengembangan program pengelolaan dan/ peningkatan mutu sekolah yang konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern. Penelitian dan

pengembangan ini menghasilkan produk yang berupa ―model pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan‖;

(43)

35

2.4 MODEL HIPOTETTIK

(44)

36

Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah dengan Diagram Tulang Ikan (adaptasi dari Depdiknas 2006)

Validasi Visi, Misi dan Tujuan

Telaah Diri (Self Review), Identifikasi kebutuhan/Masalah/Gap

Menganalisis Akar Masalah Penyebab Gap (Tulang ikan)

Pengembangan Rencana tindakan inovative

Desain Implementasi

(45)

37

BAB III

METODE PENELITIAN/PENGEMBANGAN

Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan; Secara garis besar,

―pengembangan program peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan

analisis tulang ikan‖ ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu: tahap I: Studi Pendahuluan, Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dan tahap III: Tahap Evaluasi/Pengujian Model.

3.1. PROSEDUR PENELITIAN/ PENGEMBANGAN

Prosedur Pengembangan dalam Penelitian ini adalah seperti berikut ini. 1. Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif

kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literatur, kemudian studi lapangan tentang standar pendidikan yang akan dijadikan referensi peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang akan dikembangkan. Pada studi pendahuluan ini diakhiri dengan deskripsi dan analisis tulang ikan sebagai temuan (Model Faktual).

2. Tahap II: Tahap Pengembangan Model, dalam pengembangan model ini akan dilakukan penyusunan Model Hipotetik sebagai dasar Model pengembangan (desain Produk) yang siap divalidasi dan direvisi atas dasar masukan validator, selanjutnya dilakukan uji coba terbatas atas produk yang dikembangkan. 3. Tahap III: Tahap Evaluasi/Pengujian Model, pada tahap ini Model hipotetik

divalidasi, direvisi dan diujicobakan terbatas; Subyek uji coba adalah kepala SD Kecamatan Sidorejo, uji coba dilakukan dengan FGD dan direvisi atas hasil uji coba menjadi Model Final.

3.2. JENIS DATA

(46)

38

diperoleh dari penilaian pakar manajemen terhadap draft produk, lembar observasi studi lapangan tentang standar pendidikan, dan uji coba.

3.3 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data pada uji validitas dari pakar dan uji coba terbatas. Uji validitas pakar menggunakan instrumen lembar validasi pakar manajemen. Uji coba terbatas menggunakan instrumen lembar observasi, pedoman wawancara/FGD, angket dan dokumentasi. Fungsi dari instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Lembar validasi pakar pembelajaran

Lembar validasi dari pakar manajemen digunakan untuk memvalidasi draft produk awal yang telah dibuat sehingga layak untuk diuji coba.

b. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat pengamatan terhadap kondisi awal pengembangan program sekolahdan pada uji coba terbatas. Lembar observasi ini terdiri dari: lembar observasi pada Kepala Sekolah dan pada guru terpilih, serta Komite Sekolah.

c. Pedoman wawancara dan FGD

Pedoman wawancara dan FGD digunakan sebagai panduan wawancara dengan stake holder.

d. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi stake holderterhadap program peningkatan mutu sekolah.

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis terhadap data validasi dari pakar adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Frekuensi tiap-tiap skor dihitung untuk mengetahui persentase dari kategori sangat baik (4), baik (3), cukup (2), kurang (1).

(47)

39

x adalah rerata skor keseluruhan siswa

SBx adalah simpangan baku skor keseluruhan siswa dalam satu kelas x adalah skor yang dicapai siswa

Selanjutnya tahap-tahap penelitian seperti di atas dapatlah disajikan dalam bentuk gambar seperti gambar 3 berikut ini.

Tahapan Penelitian dan Pengembangan

Tahapan Analisa Luaran Indikator

Tahap I:

6. Evaluasi dan Penyempurnaan, 7. Model Hipotetik.

Model Final. 1. Dipetakannya revisi produk

2. Dihasilkannya model final

(48)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL STUDI PENDAHULUAN

Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literatur, kemudian studi lapangan tentang standar pendidikan yang akan dijadikan referensi peningkatan mutu sekolah dengan menggunakan analisis tulang ikan yang akan dikembangkan. Pada studi literatur ini dihasilkan standar pengelolaan pendidikan yang bersumber dari Badan Standar Nsaional pendidikan, naskah standar pengelolaan pendidikan dalam bentuk rangkum terlampir. Pada studi pendahuluan ini diakhiri dengan deskripsi dan analisis data sebagai temuan (Model Faktual) seperti berikut ini.

Model Faktual

Pertama, ada beberapa renstra yang ternyata hanya dibuat dengan cara “copy paste” tanpa modifikasi.

Kedua, visi dirumuskan secara ambivalen.

Ketiga, kurang dilengkapi dengan data.

Keempat, renstra yang berhasil dibuat tampak lebih karena perintah bukan karena memang merasa perlu menyusun renstra.

Kelima, bukan sekedar format atau wadah, tetapi isinya.

Keenam, renstra sesungguhnya merupakan rencana jangka menengah (lima tahun), sebagai penjabaran dari rencana jangka panjang (dua puluh lima tahun).

(49)

41

Penjelasan lebih lanjut seperti berikut ini.

Pertama, ada beberapa renstra yang ternyata hanya dibuat dengan cara “copy paste” tanpa modifikasi. Renstra yang demikian akan sangat mudah diketahui. Salah satunya dengan membandingkan data yang tertuang dalam renstra tersebut. Bahkan beberapa di antaranya ada yang lupa menghapus nama sekolah yang RPS-nya dikopi. Jadi, antara nama sekolah yang terdapat dalam cover renstra berbeda dengan nama yang tertulis di dalamnya. Hal yang satu ini sudah barang tentu harus dihindari, karena hal itu merupakan plagiat yang memang harus dihindari, bukan hanya karena melanggar kode etik, tetapi juga tidak menggambarkan data dan kondisi obyektif sekolahnya.Sebagai proses belajar, proses penyusun rencana strategis memang diperbolehkan melakukan “copy-paste”. Namun demikian, untuk selanjutnya semua substansi dalam rencana strategis itu harus disesuaikan dengan data dan kondisi masing-masing sekolah. Tetapi kenyataanya apa yang terjadi? Proses adaptasi rencana strategis hasil “copy-paste”itu tidak terjadi. Data dan kondisi yang tertuang dalam renstra yang dibuat telah kehilangan rohnya, karena rumusan kata dan kalimat dalam renstra itu sesungguhnya tidak keluar dari hati sanubari penyusun yang sebenarnya. Oleh karena itu, penyusunan renstra dengan cara “copy -paste”sama sekali bukan cara yang benar. Cara yang benar adalah dengan memahami teori penyusunan renstra yang sebenarnya, baru diterapkan dalam proses bersama semua pemangku kepentingan untuk menyusun renstra tersebut.

Kedua, visi dirumuskan secara ambivalen. Ada yang dijabarkan dalam indikator berdasarkan frase kalimat dari statemen visi, dan ada yang langsung dijabarkan dalam indikator berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP). Sebaiknya, SNP digunakan ketika menjabarkan visi dan misi untuk penysunan kebijakan, program dan kegiatan. Selain itu, pada umumnya belum menjelaskan nilai-nilai (values) yang dijadikan pegangan bagi para pelaksana kebijakan, program, dan kegiatan. Misalnya, nilai kejujuran harus diutamakan dalam pelaksanaan renstra.

Ketiga, kurang dilengkapi dengan data. Penyusunan renstra seharusnya berbasis data. Dari data inilah penyusun renstra akan dapat menganalisis kebutuhan yang sebenarnya, apanya yang kurang, apanya yang harus diusahakan, dan sebagainya.

Keempat, renstra yang berhasil dibuat tampak lebih karena perintah bukan karena memang merasa perlu menyusun renstra. Dengan kata lain, penyusunan renstra pada dasarnya bukan sebagai kebutuhan melainkan hanya karena melaksanakan perintah atau tugas, misalnya karena orientasi untuk mendapatkan bantuan (grant). Memang, membuat renstra harus diusahakan menjadi budaya atau kebiasaan yang memang dibutuhkan oleh setiap institusi. Renstra bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Perencanaan Pengembangan Sekolah
Gambar 4.1 Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana
Tabel 2 Kategori untuk Skor Angket
Tabel hasil validasi ahli
+4

Referensi

Dokumen terkait

Lokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tempat dilakukannya penelitian yang berjudul “Mengatasi Prestasi Belajar Siswa yang Rendah Melalui

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis(bertingkat),mulai dari tingkah laku yang sederhana

Pada diabetisi yang gula darahnya masih tinggi (>250 mg%) : sumber energi dari hati tidak mencukupi, sehingga lebih cepat. dipergunakan cadangan energi dari lemak

Nilai Tukar Petani Kabupaten Lumajang 2016 28 Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa indeks yang dibayar menurut sub sektor, bulan juli indeks yang dibayar petani

ZŝƐŝŬŽ ŚƵŬƵŵ ĂĚĂůĂŚ ƌŝƐŝŬŽ LJĂŶŐ ƟŵďƵů ĂŬŝďĂƚ ƚƵŶƚƵƚĂŶ

Mendengarkan penjelasan dosen, mengajukan pertanyaan dan berdiskusi tentang topik bahasan yang diberikan dosen Indikator Ketepatan jawaban tentang materi pendahuluan Strategi

Jumlah penumpang angkutan udara yang berangkat dari Kepulauan Bangka Belitung pada Agustus 2016 tercatat naik sebanyak 113,46 ribu orang turun cukup tajam sebesar 23,57

Maksimal memiliki tingkat konsekuensi pada level yang telah ditetapkan untuk diretensi sesuai dengan toleransi dan selera risiko instansi yang