• Tidak ada hasil yang ditemukan

CALK KESBANG 2015(6)(print)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CALK KESBANG 2015(6)(print)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Pendahuluan

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi terdiri atas kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, termasuk pengelolaan keuangannya.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah serta Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem dan Proedur Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan ketentuan pada peraturan-peraturan tersebut, Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana yang berada dalam tanggungjawabnya serta menyiapkan Laporan Keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya. Laporan Keuangan yang dimaksud terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang disampaikan kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

1.1. Peranan dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD

Laporan Keuangan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2015 disusun dengan maksud untuk memenuhi tanggung jawab konstitusi sesuai dengan ketentuan UU No. 17/2003, UU No. 1/2004, PP No 58/2005, PP No. 71/2010, Peraturan Daerah No. 5/2007, Perbup No. 25/2014 dan Perbup 35/2014.

a. Peranan Pelaporan Keuangan

(2)

digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan daerah, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan Pelaporan Keuangan adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat keputusan dan menilai akuntabilitas publik Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat atas sumber daya yang dipercayakan, dengan:

 menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

 menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

 menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik serta hasil-hasil yang telah dicapai;

 menyediakan informasi mengenai cara Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mendanai seluruh kegiatan dan memenuhi kebutuhan kasnya;

 menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya (baik jangka pendek maupun jangka panjang);

 menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan selama periode pelaporan;

 menyediakan informasi mengenai potensi Pemerintah Daerah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah;

 menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam mendanai aktivitasnya.

(3)

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

1) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (2);

2) Undang

­

Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerat Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679)

7) Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

(4)

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); dan 11) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 5 Tahun 2007 tentang

Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 Nomor 83).

1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

Adapun sistematika isi catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

1.1. Peranan dan tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan Bab II Kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja keuangan

2.1. Kebijakan keuangan

2.2. Indikator pencapaian target kinerja keuangan Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan 3.2. Hambatan dan kendala pencapaian target

Bab IV Kebijakan akuntansi

4.1. Entitas pelaporan keuangan SKPD

4.2. Asumsi dasar penyusunan laporan keuangan

4.3. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.4. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.5. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang

ada dalam standar akuntansi pemerintahan Bab V Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan

(5)

5.5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan

Bab V Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan 5.1. Penjelasan Pos Pendapatan 5.2. Penjelasan Pos Belanja 5.3. Penjelasan Pos Aset 5.4. Penjelasan Pos Kewajiban 5.5. Penjelasan Pos Ekuitas dana

5.6. Pengungkapan Informasi sehubungan dengan penerapan basis akrual

Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan

Bab II

Kebijakan Keuangan

dan Pencapaian Target Kinerja Keuangan

2.1. Kebijakan Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Barat tahun anggaran 2015 disahkan melalui Perda Nomor : 8 Tahun 2014 sedangkan APBD Perubahan disahkan melalui Perda Nomor Tahun 2015 dan pelaksanaannya melalui Peraturan Bupati Nomor Tahun 2015.

Terkait dengan perubahan anggaran pendapatan dan belanja pada Badan Kesbang dan Pol Kabupaten Lombok Barat, sebagai berikut:

No Uraian Anggaransemula Anggaransetelah Perubahan

Kenaikan/

Penurunan %

(6)

Jumlah

2 Belanja Barang 724.463.000 679.686.000 (44.777.000,0

0) (6,18) yang dihadapi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat antara lain:

a. Terbatasnya anggaran

b. Kurangnya sarana pendukung dalam menyerap dan penyampaian informasi dan koordinasi bagi anggota kominda

c. Terbatasnya anggaran guna memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan , peredaran/penggunaan miniman keras dan narkoba. d. Kurangnya kesadaran ormas dan LSM yang melaporkan keberadaannya. e. Masih adanya Ormas dan LSM yang berdiri tanpa didukung dokumen yang

memadai sesuai persyaratan.

f. Sarana dan prasarana kurang memadai

2.2. Indikator Pencapaian Target Kinerja Keuangan

Indikator pencapaian target kinerja keuangan tercermin pada penyerapan anggaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dalam konteks penganggaran berdasar Permendagri Nomor: 13 tahun 2006 pada masing-masing program yang menjadi tugas pokok dan fungsi Badan Kesbang dan Politk Kabupaten Lombok Barat

(7)

tersebut didukung dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 188.348.300,- terealisasi sebesar Rp. 183.723.100,- atau 97,54 %. Dalam rangka peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan juga dilaksanakan kegiatan Identifikasi pemetaan konflik yang didukung dengan dana setelah perubahan sebesar Rp. 28.395.900,- terrealisasi sebesar Rp.28.385.900,- atau 99,96 %. Dan Kegiatan Peningkatan Forum Pembauran Kebangsaan dengan dukungan dana setelah perubahan sebesar Rp. 184.370.900,- terealisasi sebesar Rp. 180.320.900,- atau 97,80 %.

2) Program Pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal.

Tujuan program ini untuk meningkatkan kantrantibmas juga mengadakan evaluasi dengan cara memberikan informasi dan mengadakan monitoring kepada kemasyarakat di 10 Kecamatan yaitu bagaimana caranya pencegahan tindak kriminal dan penanggulangannya. Untuk mencapai tujuan tersebut didukung, dengan anggara setelah perubahan sebesar Rp. 36.499.900,-,- terealisasi sebesar Rp.36.499.900,- atau 100 %

3) Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Tujuan program ini untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama untuk mencapai tujuan tersebut didukung dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 13.026.500,- terrealisasi sebesar Rp. 13.026.500 atau 100 %. Dan Peningkatan Kesadaran Masyarakat akan Nilai-Nilai Luhur Bangsa dengan dukungan dana setelah perubahan sebesar Rp. 12.941.500,- terrealisasi sebesar Rp. 12.941.500,- atau 100 %

4) Program Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT)

Tujuan program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberantasan penyakit masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan pencegahan peredaran/ penggunaan miras dan narkoba dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 11.287.200,-terrealisasi sebesar Rp. 11.287.200,- atau 100 %.Serta Penyuluhan Pencegahan Eksploitasi anak dibawah umur dengan anggaran sebesar Rp. 11.261.200,- terrealisasi sebesar Rp. 11.261.200,- atau 100 % Dan monitoring evaluasi dan pelaporan di 119 Desa dan 3 Kelurahan di 10 Kecamatan dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 23.598.600,-,-terrelisasi sebesar R 23.593.600,- atau 99,98 %

5) Program Pendidikan Politik Masyarakat

(8)

aman, tertib lancar dan sesuai dengan rencana dengan cara melakukan Penyuluhan kepada masyarakat sehingga terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang Pilkada dan Pemilu. Untuk mencapai tujuan tersebut didukung dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 11.433.400,-terrealisasi sebesar Rp. 11.433.400,- atau 100 %. Dan Monitoring Evaluasi dan Pelaporan dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 51.118.600,- terrealisasi sebesar Rp. 51.093,600,- atau 99,95 % serta Penyusunan Data Base LSM dan ORMAS dengan anggaran setelah perubahan sebesar 11.444.700,- terrealisasi sebesar Rp.11.444.700,- atau 100 %. Dan kegiatan fasilitasi penyaluran bantuan keuangan Parpol se Kabupaten Lombok Barat sebesar Rp. 16.960.000,- terrealisasi sebesar Rp. 15.360.000,- atau 90,57 %. anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 79.059.000,- terrealisasi sebesar Rp. 77.759.000,- atau 98,36 %

Ditinjau dari konteks PP 24 Tahun 2005 terkait penyajian laporan keuangan sesuai SAP, target dan realisasi keuangan Badan Kesbang dan Politik Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2015 dapat diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

No Uraian AnggaranSemula PerubahanAnggaran AnggaranRealisasi Anggaran% dari I Pendapatan

0,- 3.214.087.283,04,- 3.122.811.652,- 97,16 1.2 Belanja Barang 724.463.000,- 679.686.000,- 658.587.90

3,- 96,90

(9)

2.3 Belanja Modal

50,- 3.962.077.283,04,- 3.849.703.555,- 97,16

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

nilai-nilai luhur bangsa

VII

. Program Peningkatan Pemberantasan

(16)

terprnuhinya

(17)

IX Program

(sumber data: DPA/DPPA, Laporan Kegiatan, LRA)

CATATAN :

1. Penyediaan jasa komunikasi sumber daya air dan listrik angka pencapaiannya 71,21 % hal ini disebabkan adanya eisiensi dalam penggunaan listrik, telpon dan air.

2. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas angka mencapai 98,16 % hal ini disebabkan adanya perubahan/penurunan tarif STNK berdasarkan usia tahun kendaraan

3. Penyediaan jasa administrasi keuangan angka mencapai 99,46 % hal ini disebabkan contrapost honor pengguna anggaran.

4. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan angka mencapai 84,09 % hal sebabkan adanya efisiensi pada pembayaran koran.

5. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi kedalam/keluar daerah angka mencapai 98,49 % hal ini disebabkan adanya kelebihan /perubahan harga tiket karena tujuan berbeda.

6. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional angka mencapai 99,98 % hal ini disebabkan adanya perubahan/penurunan tarif BBM.

7. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD angka mencapai 99,40 % hal ini disebabkan adanya mutasi sehingga kelebihan golongan

8. Kegiatan pengendalian keamanan lingkungan angka mencapai 97,54 % hal ini disebabkan adanya contrapost honor tim dan uang makan minum rapat bupati serta penyesuaian harga BBM.

(18)

10. Peningkatan Forum Pembauran Kebangsaan angka mencapai 97,80 % hal ini disebabkan adanya contrapost honor tim dan uang makan minum rapat bupati. 11. Monotoring evaluasi dan pelaporan dalam program peningkatan pemberantasan

penyakit masyarakat angka mencapai 99,98 % hal ini disebabkan adanya contrapost perjalanan dinas dalam daerah kelebihan golongan

12. Monitoring evaluasi dan pelaporan dalam program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat angka mencapai 99,90 % hal ini disebabkan adanya contrapost perjalanan dinas dalam daerah an golongan.

13. Penyaluran bantuan keuangan kepada partai politik angka mencapai 90,57 % hal ini disebabkan adanya contrapost honor bupati

(19)

Bab III

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan.

3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan

Pencapaian kinerja keuangan tergambar pada pencapaian/realisasi anggaran pendapatan dan belanja. Berikut disajikan gambaran realisasi anggaran tahun 2015 dan perbandingan dengan

Realisasi tahun anggaran 2014

Pada capaian bagian belanja sebesar 97,16% terinci untuk masing-masing komponen belanja sebagai berikut:

- Belanja pegawai, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp 3.214.087.283,04,- terealisasi sebesar Rp 3.122.811.652,- atau 97,16 %. - Belanja barang, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp

679.686.000,-terealisasi sebesar Rp 658.587.903- atau 96,90 %.

- Belanja Modal, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp 68,304.000,-terealisasi sebesar Rp 68.304.000,- atau 100 %.

(20)

disebabkan karena adanya kenaikan dibelanja modal yang diperuntukkan pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik pada tahun 2015.

3.2. Hambatan dan Kendala Pencapaian Target

Dalam pencapaian target tidak terdapat kendala yang berarti, hanya saja ditemui permasalahan dalam pencapaian target yang telah ditetapkan yaitu berupa mekanisme dan prosedur dalam proses pencairan dana yang sering terlambat disebabkan oleh persyaratan administrasi yang kurang fleksibel sehingga menyebabkan keterlambatan dalam memenuhi Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sebagai persyaratan proses pencairan dana.

Kondisi tersebut menyebabkan keterlambatan dalam pencairan dana kegiatan sehingga berpengaruh bagi pelaksanaan kegiatan menyangkut penyelesaian kegiatan tepat waktu.

Solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala dan hambatan, antara lain: a. Peningkatan anggaran untuk kegiatan berikutnya

b. Peningkatan pelatihan

c.Meningkatkan/memaksimalkan penggunaan sarana komunikasi dan sarana transportasi yang ada pada Bakesbang dan Politik dan meningkatkan koordinasi dengan anggota kominda dieksternal Pemda

(21)

Bab IV

Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi disusun untuk mengatur atau sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan daerah. Laporan keuangan daerah adalah laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegitan keuangan dan sumber daya eknomis yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan. Sehubungan dengan berlakunya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka kebijakan akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan tahun 2013 juga telah mengalami perubahan.

4.1. Asumsi Dasar Penyusunan Laporan Keuangan

Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam penyusunan laporan keuangan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut:  Asumsi kemandirian entitas;

berarti bahwa unit Pemerintah Daerah sebagai entitas pelaporan dan entitas akuntansi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya diluar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumberdaya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidaknya program yang telah ditetapkan

.

 Asumsi kesinambungan entitas;

berarti bahwa laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas tersebut akan berlanjut keberadaannya dan tidak dimaksudkan untuk melakukan likuidasi.  Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Berarti bahwa Laporan keuangan Pemerintah Daerah harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi. Satuan uang yang digunakan adalah rupiah.

(22)

Basis Kas (cash basis) untuk penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Basis Kas digunakan untuk pengakuan pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban dan pos-pos luar biasa dalam Laporan Operasional, aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja serta transfer diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Penentuan sisa pembiayaan anggaran baik lebih ataupun kurang untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran.

Basis Akrual (accrual basis) untuk penyusunan Neraca

Basis akrual untuk laporan operasional bahwa pendapatan-LO diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Sedangkan basis akrual untuk Neraca, berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah Daerah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

4.3. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis dan dalam mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversikan terlebih dahulu dengan kurs Bank Indonesia pada tanggal transaksi dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

(23)

A. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendapatan-LRA

Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas Pemerintah Daerah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Daerah.

Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan akuntasi pendapatan antara lain:

a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi hak daerah.

b. Pendapatan diakui atas dasar kas, yaitu pada saat diterima pada kas daerah. c. Pencatatan pendapatan berdasarkan azas bruto yaitu mencatat penerimaan bruto

dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

d. Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai nominal yang diterima. Apabila pendapatan diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.

e. Pengembalian/koreksi atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode akuntansi dicatat sebagai pengurang pendapatan. Apabila pengembalian/koreksi pendapatan terjadi setelah periode akuntansi berikutnya dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar (SiLPA).

f. Pendapatan diklasifikasikan menurut kelompoknya antara lain : Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.

g. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.

Kebijakan akuntansi berkaitan dengan belanja daerah yaitu:

(24)

b. Pengukuran belanja menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan. Apabila belanja diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan belanja.

c. Koreksi atas pengeluaran belanja yang terjadi pada periode akuntansi dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode akuntansi berikutnya dicatat sebagai Lain – lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah;

d. Belanja diklasifikasikan sesuai SAP yaitu : belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga dan belanja bagi hasil – transfer. Belanja Operasi diklasifikasikan atas : belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Belanja modal diklasifikasikan atas : belanja tanah, belanja peralatan & mesin, belanja gedung & bangunan, belanja jalan, irigasi & jaringan, belanja aset tetap lainnya dan belanja aset lainnya.

b. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

c. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran Pemerintah Daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah.

B. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

I. ASET

(25)

tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional Pemerintah Daerah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi Pemerintah Daerah.

I.1 ASET LANCAR

Aset lancar adalah kas dan sumber daya lainnya yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam 1 (satu) periode akuntansi. Aset lancar antara lain : Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan, Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR), Piutang Lainnya, dan Persediaan.

I.1.1 Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang menjadi tanggung jawab/ dikelola oleh Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa uang persediaan (UP) yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca dan mencakup seluruh saldo rekening Bendahara Pengeluaran, uang logam, uang kertas dan lain-lain kas. Kas di Bendahara Pengeluaran dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

I.1.2 Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan dari bendahara penerimaan yang bersangkutan. Saldo kas ini mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh bendahara penerimaan dari setoran para wajib pajak/retribusi yang belum disetorkan ke kas daerah. Kas di Bendahara Penerimaan dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

I.1.3 Piutang Pajak

Piutang pajak adalah merupakan piutang atas pajak-pajak daerah yang dicatat berdasarkan surat ketetapan pajak yang pembayarannya belum diterima. Piutang pajak dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah pajak-pajak yang belum dilunasi.

I.1.4 Piutang Retribusi

(26)

terbayar sebesar nilai rupiah dari retribusi yang belum dilunasi berdasarkan bukti penetapan retribusi. Perkiraan piutang retribusi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah dari retribusi yang belum dilunasi.

I.1.5 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek yang disebabkan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.

I.1.6 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi lain-lain aset yang berupa TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TGR jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu tahun. Dokumen sumber TGR adalah Surat Keputusan yang dikeluarkan Mejelis Pembebanan TP/TGR. Dalam hal Surat Keputusan tersebut terlambat atau tidak diterbitkan, dokumen sumber untuk Piutang TGR diperoleh dari hasil pemeriksaan APFP.

I.1.7 Piutang Lainnya

Akun Piutang Lainnya digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dan Piutang Pajak. Piutang Lainnya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi.

I.1.8 Persediaan

(27)

I.2 INVESTASI PERMANEN

Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Bentuk investasi permanen antara lain Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Permanen Lainnya.

I.2.1 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah menggambarkan jumlah yang dibayar oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk penyertaan modal dalam perusahaan negara/daerah dan perolehan deviden dari Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang dikapitalisir kembali. Penyertaan modal pemerintah dicatat sebesar harga perolehan jika kepemilikan kurang dari 20% dan tidak memiliki kendali yang signifikan. Kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki kendali yang signifikan dan kepemilikan 51% atau lebih dicatat secara proporsional dari nilai ekuitas yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan/lembaga yang dimaksud.

Untuk pencatatan dengan metode ekuitas, nilai penyertaan modal pemerintah daerah dihitung dari nilai ekuitas yang ada di laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dikalikan dengan persentase kepemilikan.

I.2.2 Investasi Permanen Lainnya – Dana Bergulir

Investasi Permanen Lainnya adalah investasi permanen yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori Penyertaan Modal Pemerintah Daerah. Investasi Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan kepada kelompok masyarakat untuk ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu dan kemudian disalurkan kembali. Investasi permanen lainnya dicatat sebesar harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperolehnya. Investasi Dana Bergulir dinilai sebesar jumlah nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value).

I.3 ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Perkiraan aset tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam Pengerjaan, dan Akumulasi Penyusutan.

(28)

dalam nilai aktiva yang bersangkutan. I.3.1 Tanah

Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Tanah diakui sebagai aset pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Harga perolehan ini meliputi harga pembelian serta biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan penimbunan. Jika tidak tersedia data secara memadai, maka tanah dicatat dengan estimasi harga perolehan.

I.3.2 Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan. Peralatan dan mesin dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan. Peralatan dan mesin dicatat dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Harga perolehan peralatan dan mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai peralatan dan mesin dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan oleh instansi teknis terkait. Peralatan dan mesin yang berasal dari hibah dinilai berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya.

I.3.3 Gedung dan Bangunan

(29)

kepemilikan. Gedung dan bangunan dicatat dengan nilai historis, harga perolehan. Harga perolehan gedung dan bangunan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai gedung dan bangunan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

I.3.4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan, irigasi dan jaringan di neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Jalan, irigasi dan jaringan dicatat sebagai aset pemerintah saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan nilai historis/perolehan, yaitu harga perolehan. Harga perolehan jalan, irigasi, jaringan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (Tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai jalan, irigasi dan jaringan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

I.3.5 Aset Tetap Lainnya

(30)

I.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun.

I.3.7 Akumulasi Penyusutan

Akumulasi Penyusutan menggambarkan akumulasi jumlah penurunan nilai ekonomis aset tetap pada tanggal laporan keuangan. Dengan demikian penyusutan tidak dimaksudkan untuk mengukur besarnya biaya yang dikorbankan untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan.

I.4 ASET LAINNYA

Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari Tagihan Penjualan Angsuran dan Aset Lain-lain. I.4.1 Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas daerah atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

I.4.2 Aset Lain-lain

(31)

periode ketika Pemerintah Daerah untuk pertama kali akan mengimplementasikan kebijakan akuntansi yang baru dari semula basis Kas Menuju Akrual menjadi basis Akrual penuh.

Penyajian kembali diperlukan untuk pos-pos Neraca yang kebijakannya belum mengikuti basis akrual penuh. Karena untuk penyusunan neraca ketika pertama kali disusun dengan basis akrual, neraca akhir tahun periode sebelumnya masih menggunakan basis Kas Menuju Akrual (cash toward accrual).

Berdasarkan identifikasi ini maka perlu disajikan kembali antara lain untuk akun sebagai berikut:

Piutang yang menampilkan nilai wajar setelah dikurangi penyisihan piutang; 1. Beban dibayar dimuka, sebelumnya diakui seluruhnya sebagai belanja,

apabila masih belum dimanfaatkan seluruhnya, maka disajikan sebagai akun beban dibayar di muka. Hal tersebut tidak dilakukan penyesuaian di tahun sebelumnya, oleh karena itu akun ini perlu disajikan kembali;

2. Persediaan, di Pemerintah Daerah esensinya adalah beban dibayar di muka. Sehingga dapat dicatat sebagai aset atau beban pada saat perolehan awal. Konsumsi atas beban dibayar di muka dalam persediaan ini harus diakui sebagai beban, sementara yang masih belum dikonsumsi diakui sebagai aset persediaan. Akun persediaan ini perlu dilakukan penyajian kembali bila metode penilaian persediaan pada periode sebelumnya tidak sama dengan metode penilaian persediaan setelah basis akrual penuh;

3. Investasi jangka panjang, disajikan kembali bila metode pencatatan sebelumnya berbeda dengan metode yang digunakan setelah menggunakan basis akrual. Misalnya ada investasi yang pada periode sebelumnya seharusnya sudah memenuhi kriteria pencatatan dengan metode ekuitas tapi masih dicatat dengan metode biaya, maka perlu disajikan kembali;

4. Aset tetap yang menampilkan nilai buku setelah dikurangi akumulasi penyusutan;

5. Utang bunga, perlu disajikan kembali terkait dengan akrual utang bunga akibat adanya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo;

6. Pendapatan diterima dimuka, perlu disajikan kembali karena pada periode sebelumnya belum disajikan;

7. Ekuitas, perlu disajikan kembali karena kebijakan yang digunakan dalam pengklasifikasian ekuitas berbeda.

(32)
(33)

Neraca Audited 2014/Sebelum Restatement Restatement setelah RestatementNeraca Tahun 2014

Uraian Debet (Rp)Jumlah Kredit (Rp) Debet (Rp) Kredit (Rp) Debet (Rp) Kredit (Rp)

ASET

ASET LANCAR

Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di BLUD

Kas Lainnya Setara Kas

Investasi Jangka Pendek Piutang Pendapatan Piutang Lainnya Penyisihan Piutang

Beban Dibayar Dimuka

Persediaan 747.000

747.000,00

JUMLAH ASET LANCAR 747.000

747.000,00 INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Jangka Panjang Non Permanen

Investasi Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya Investasi dalam Obligasi Investasi dalam Proyek Pembangunan

Dana Bergulir

(34)

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen

Investasi Jangka Panjang Permanen

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Investasi Permanen Lainnya JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG ASET TETAP

Tanah

Peralatan dan Mesin 841.644.182 841.644.182

Gedung dan Bangunan 769.715.500 769.715.500

Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akumulasi Penyusutan (989.168.060,5

7) (989.168.060,57)

JUMLAH ASET TETAP 622.191.621,4

3 622,191.621,43

DANA CADANGAN Dana Cadangan JUMLAH DANA CADANGAN ASET LAINNYA

Tagihan Jangka Panjang

(35)

KEWAJIBAN 336.071

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 336.071

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

Utang Bunga

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Pendapatan Diterima Dimuka

Utang Beban Listrik 191.576

Utang Beban Air 108.500

Utang Beban Telpon 35.995 Utang Jangka Pendek Lainnya

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 336.071 336.071 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Dalam Negeri

Utang Jangka Panjang Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

JUMLAH KEWAJIBAN

EKUITAS 1.071.291.912,43

EKUITAS 1.071.291.912,4

3 336.071 1.072.038.912,43 1.072.702.841,43 JUMLAH

KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

1.072,702,841

(36)

II. KEWAJIBAN

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Daerah.

II.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Kewajiban ini mencakup Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Utang Bunga, Bagian Lancar Utang Dalam Negeri – Pemerintah Pusat, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerintah belum menyetor kepada pihak lain atas pungutan/potongan PFK dari Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) atau dokumen lain yang dipersamakan. Pungutan/potongan PFK dapat berupa potongan/pungutan Iuran Taspen, Bapertarum, Askes, juga termasuk pajak-pajak pusat. Perkiraan ini dicatat sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong berdasarkan nilai nominal.

II.1.2 Pendapatan Yang Ditangguhkan

Pendapatan yang Ditangguhkan yaitu adanya pendapatan yang telah diterima oleh SKPD tetapi belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca, misalnya jasa giro atas rekening bank setiap bendaharawan uang di SKPD, pendapatan yang diterima oleh Bendaharawan Penerimaan belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca.

II.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca.

Kewajiban jangka panjang digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset daerah yang dapat menghasilkan penerimaan (baik langsung maupun tidak langsung) untuk pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. III. EKUITAS

(37)

Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. III.1. EKUITAS DANA LANCAR

Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Kelompok Ekuitas Dana Lancar antara lain terdiri dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/SILPA, Pendapatan yang Ditangguhkan, Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.

III.2. EKUITAS DANA INVESTASI

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Pos ini terdiri dari:

a) Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun lawan dari Investasi Jangka Panjang.

b) Diinvestasikan dalam Aset Tetap, yang merupakan akun lawan dari Aset Tetap.

II.1.1 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun lawan Aset Lainnya.

(38)

C. LAPORAN OPERASIONAL (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

2. Beban adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

3. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

4. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

D. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)

(39)

Bab V

Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan

5.1 Rincian dan Penjelasan Masing-Masing Pos-Pos Pelaporan Keuangan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

5.1.1 PENDAPATAN

5.1.2 BELANJA

Belanja daerah dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bagian yaitu Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tak Terduga dan Belanja Bagi Hasil - Transfer.

Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai dari kelompok belanja langsung dan belanja tidak langsung, dan belanja barang/jasa dari kelompok belanja langsung.

Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tidak berwujud.

Jumlah Belanja dalam Tahun Anggaran 2015 dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp3.962.077.283,04,- realisasinya sebesar Rp. 3.849.703.555,- atau 97,16 %. Rincian atas jumlah belanja tersebut sebagai berikut:

Gambaran angka realisasi Belanja Daerah secara terperinci adalah sebagai berikut: 1. Belanja Operasi, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.

3.893.773.283,04- terealisasi sebesar Rp. 3.781.399.555- atau 97,11 %. Rincian atas jumlah Belanja Operasi tersebut sebagai berikut:

(40)

68.304.000,-terealisasi sebesar Rp. 68.304.000,- atau 100%. Rincian atas jumlah Belanja Modal tersebut sebagai berikut:

1. Belanja Operasi

Gambaran angka realisasi Belanja Operasi secara terperinci adalah sebagai berikut: 1.1) Belanja Pegawai

Belanja Pegawai dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 3.214.087.283,04-realisasi pengeluaran sebesar Rp 3.122.811.652,- atau 97,16 %. Realisasi tersebut merupakan 97,16 % dari realisasi belanja operasi secara keseluruhan. Angka anggaran dan realisasi atas belanja pegawai tersebut merupakan reklasifikasi dari belanja pegawai penganggaran tahun 2015 yang berdasarkan Permendagri 13 tahun 2006 jo. Permendagri No. 59/2007, dengan rincian sebagai berikut:

1.2) Belanja Barang

(41)

CATATAN :

1. Belanja telepon angka pencapaiannya 19,47 %, belanja air pencapaian 98,22 % danbelanja listrik angka pencapaiannya 49,86 % hal ini disebabkan adanya eisiensi dalam penggunaan telpon, air dan listrik

2. Belanja jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas angka mencapai 76,55 % hal ini disebabkan adanya perubahan/penurunan tarif STNK berdasarkan usia tahun kendaraan

3. Belanja bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan angka mencapai 84,09 % hal sebabkan adanya efisiensi pada pembayaran koran.

4. Belanja perjalanan dinas/Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah angka mencapai 96,29 % hal ini disebabkan adanya kelebihan /perubahan harga tiket karena tujuan berbeda dan belanja perjalanan dinas dalam daerah mencapai 99,98 % hal ini disebabkan adanya kelebihan golongan

(42)

6. Belanja uang transport 99,51 % hal ini disebabkan contrapost dari peserta 7. Belanja Honor PNS angka pencapaianya 97,56 % hal ini disebabkan adanya

contrapost honor bupati

2. Belanja Modal

Gambaran angka realisasi Belanja Modal secara terperinci adalah sebagai berikut: 2.1) Belanja Peralatan dan Mesin

(43)

2.2) Gedung dan Bangunan

Belanja Gedung dan Bangunan dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp 0 ( nihil ), realisasi pengeluaran sebesar Rp. 0 ( nihil )- atau 0 %. Realisasi tersebut merupakan 0 % dari realisasi belanja modal secara keseluruhan. Angka anggaran dan realisasi atas belanja gedung dan bangunan tersebut merupakan reklasifikasi belanja modal bangunan gedung dan belanja modal monumen penganggaran tahun 2015 yang berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013, dengan rincian sebagai berikut:

2.3) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

(44)

NERACA KOMPARATIF per 31 Desember 2015 dan 2014

5.1.4. ASET

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014

ASET LANCAR

1. Kas di Bendahara Pengeluaran …………,00 ………….,00 Saldo Kas di Bendaharawan Pengeluaran

sebesar Rp……….. dan Rp………… merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, dengan rincian:

a. Sisa UUDP ...,00 ...,00 b. Jasa bank belum di setor ke kasda ...,00 ...,00 c. Uang PFK yang belum disetor ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

* Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran sudah/ belum disetor ke Kas Daerah tanggal ...

2. Kas di Bendahara Penerimaan …………,00 ………….,00 Saldo Kas di Bendaharawan Penerimaan

sebesar Rp……….. dan Rp………… merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, atas uang penerimaan dari wajib pajak/wajib restibusi yang belum disetor ke kasda * Sisa Kas di Bendahara Penerimaan sudah/ belum disetor ke Kas Daerah tanggal ...

3. Piutang Pajak …………,00 ………….,00

Saldo Piutang Pajak sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, dengan rincian sebagai berikut:

a. Pajak Hotel ...,00 ...,00 b. Pajak Restoran ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

Daftar rincian disajikan pada lampiran ...

4. Piutang Restribusi …………,00 ………….,00

(45)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 a. Restribusi... ...,00 ...,00 b. dst... ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

Daftar rincian disajikan pada lampiran...

5. Piutang Restribusi …………,00 ………….,00

Saldo Piutang Restribusi sebesar

Daftar rincian disajikan pada lampiran... 6. Bagian Lancar dari Tuntutan

Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

…………,00 ………….,00

Saldo Bagian Lancar dari Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, yang berasal dari temuan kerugian kas daerah hasil audit dari aparat pengawasan yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca, dengan rincian sebagai berikut:

a. Temuan BPK ...,00 ...,00 b. Temuan BPKP ...,00 ...,00 c. Temuan dari Itjen Depdagri ...,00 ...,00 d. Temuan dari Bawasda Provinsi ...,00 ...,00 e. Temuan dari Bawasda Kabupaten ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

Daftar rincian disajikan pada lampiran...

7. Persediaan 1.068.400,00 747.000,00

a. Alat Tulis Kantor 618.400,00 297.000,00

b. Barang Cetak 450.000,00 450.000,00

Jumlah 1.068.400,00 747.000,00 ASET TETAP

7. Tanah …………,00 ………….,00

(46)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 saldo per tanggal 31 Desember 2015

dan 2014, dengan rincian sebagai berikut :

a. Tanah untuk bangunan kantor ...,00 ...,00 b. Tanah untuk kebun ...,00 ...,00 c. Tanah untuk fasilitas umum ...,00 ...,00

Jumlah ……..……,00 ………….,00

Penambahan aset Tanah sebesar Rp... bersumber dari :

a. Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 b. Belanja yang sebelumnya masuk

dalam KDP 8. Peralatan dan Mesin 897.036.909,00 841.644.182, 00 Saldo Aset tetap – Peralatan dan Mesin

sebesar Rp. 897.336.454,- dan Rp.841.644.182,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, dengan rincian sebagai berikut:

a. Alat-alat besar/berat ,00 ,00

b. Alat Angkutan/Transportasi 449.040.454,00 437.268.182,00 c. Alat Bengkel dan Alat Ukur 4.900.000,00 4.900.000,00

d. Alat Pertanian ,00 ,00

e. Alat Kantor dan Rumah Tangga 403.133.555,00 359.513.100,00 f. Alat Studio dan Komunikasi 13.500.000,00 13.500.000,00

g. Alat Kedokteran ,00 ,00

h. Alat Laboratorium 26.462.900,00 26.462.900,00

i. Alat Keamanan/Persenjataan ,00 ,00

Jumlah 897.036.909,00 841.644.182, 00 Penambahan aset tetap – Peralatan

dan Mesin bersumber dari :

a. Realisasi Belanja Modal 43.920.000,00 53.899.000,00

b. Realisasi non Belanja Modal ,00 ,00

c. Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

,00 ,00

(47)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 b. Penghapusan ...,00 ...,00 c. Penjualan ...,00 ...,00 d. Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00 a.Penambahan Alat-alat besar/berat

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat-alat besar/berat

bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00

- Realisasi Belanja Modal ,00 ,00

- Realisasi non Belanja Modal 11.772.272,00 ,00

- Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00 c. Penambahan Alat Bengkel dan Alat

Ukur bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat bengkel dan Alat

Ukur bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

(48)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 d.Penambahan Alat Pertanian

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat Pertanian

bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00 e.Penambahan Alat Kantor dan Rumah

Tangga bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal 43.920.000,00 53.899.000,00

- Realisasi non Belanja Modal ,00 ,00

- Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

,00 ,00

Jumlah Penambahan 43.920.000,00 53.899.000,00 Pengurangan Alat Kantor dan Rumah

Tangga bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00 f. Penambahan Alat Studio dan

Komunikasi bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat Studio dan

Komunikasi bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

(49)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00

Pengurangan Alat Kedokteran bersumber dari:

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00 h.Penambahan Alat Laboratorium

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat Laboratorium

bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

9. Bangunan Gedung 769.715.500,00 769.715.500,

00

a. Bangunan Gedung Kantor Permanen 50.000.000,00 50.000.000,00

(50)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 c. Bangunan Gedung Kantor Semi

Permanen

d. Gedung Posko Linmas Dasan Tereng e. Ruang Rapat

a.

Penambahan Aset Tetap - Bangunan

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap - Bangunan

bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

b.Penambahan Aset Tetap - Gedung

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap - Gedung

bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

c.

Penambahan Aset Tetap - Monumen

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

(51)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014

d. Jaringan Irigasi ,00 ,00

e. Instalasi dan Tambah Daya Listrik 24.384.000,00 ,00

Jumlah 24.384.000,00 ,00

a.

Penambahan Aset Tetap – Jalan bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal 24.384.000,00 ,00

- Realisasi non Belanja Modal ,00 ,00

- Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

,00 ,00

Jumlah Penambahan 24.384.000,00 ,00

Pengurangan Aset Tetap – Jalan bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

b.Penambahan Aset Tetap –Jembatan

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap – Jembatan

bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

c.

Penambahan Aset Tetap –Bangunan

Air bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

(52)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 Pengurangan Aset Tetap – Bangunan

Air bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

d.Penambahan Aset Tetap –Jaringan

Irigasi bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap – Jaringan

Irigasi bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

e.

Penambahan Aset Tetap –Instalasi

bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal 24.384.000,00 ,00

- Realisasi non Belanja Modal ,00 ,00

- Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

,00 ,00

Jumlah Penambahan 24.384.000,00 ,00

Pengurangan Aset Tetap – Instalasi bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

11. Aset Tetap Lainnya …………,00 ………….,00

Saldo Aset Tetap – Aset Tetap Lainnya sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, dengan rincian sebagai berikut:

(53)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 - Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap Lainnya –

Buku Perpustakaan bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

b.Penambahan Aset Tetap Lainnya –

Barang Bercorak Seni/Olah Raga bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap Lainnya –

Barang Bercorak Seni/Olah Raga bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

c.

Penambahan Aset Tetap Lainnya –

Hewan/Tanaman bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Aset Tetap Lainnya –

Hewan/Tanaman bersumber dari :

- Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 - Penghapusan ...,00 ...,00 - Penjualan ...,00 ...,00 - Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00 12. Konstruksi Dalam Pengerjaan …………,00 ………….,00

(54)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 Konstruksi Dalam Pengerjaan bersumber dari : a.Penambahan dari Belanja Modal ...,00 ...,00

b.Reklas dari KDP ke aset tetap (...,00) (...,00)

Jumlah Penambahan/(Pengurangan) ...,00 ...,00

13. Akumulasi Penyusutan Saldo Akumulasi Penyusutan per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, sebesar Rp. (1.061.711,569) dan Rp. (989.168.060,57) dengan rincian sebagai berikut: a. Peralatan dan Mesin (1.061.711.569) (989.168.060,5 7) b. Bangunan Gedung ,00 ,00 c. Jalan, Irigasi dan Jaringan ,00 ,00 d. Aset Tetap Lainnya ,00 ,00 Jumlah (1.061.711.569 ) (989.168.060, 57) ASET LAINNYA 14. Aset Lain-Lain …………,00 ………….,00

Saldo Aset Lain-lain merupakan Aset tetap yang dalam kondisi rusak berat yang tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan operasional sebesar Rp.0,- dan Rp.0,- merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, dengan rincian sebagai berikut: a. Peralatan dan Mesin 00 ,00 b. Bangunan Gedung ,00 ,00 c. Jalan, Irigasi dan Jaringan ,00 ,00 d. Aset Tetap Lainnya ,00 ,00 Jumlah 00 00 Penambahan Aset Lain-lain bersumber dari : a.Reklasifikasi dari Peralatan dan Mesin ...,00 ...,00

b. Reklasifikasi dari Gedung dan Bangunan ...,00 ...,00

(55)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 b. Penghapusan ...,00 ...,00

Jumlah Penngurangan ...,00 ...,00 Catatan atas akun aset lainnya adalah sebagai berikut:

(56)

U r a i a n Tahun 2015 Tahun 2014 5.1.5. KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

15. Uang Muka dari BUD …………,00 ………….,00

Saldo Uang Muka dari BUD sebesar Rp... dan Rp... per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, merupakan kewajiban Bendaharawan Pengeluaran menyetorkan sisa UYHD ke kas daerah.

Catatan atas akun ini adalah sebagai berikut:  ...

 ...  ...dst

16. a. Utang Beban 3.191.068,00 ………….,00

Saldo Utang Beban sebesar Rp. 3.191.068 dan Rp... per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, merupakan kewajiban Bendaharawan Pengeluaran menyetorkan sisa utang beban ke kas daerah.

b. Utang Perhitungan Fihak Ketiga Saldo Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, sebesar Rp... dan Rp...,

merupakan kewajiban

Bendaharawan Pengeluaran untuk menyetorkan kepada pihak ketiga atas pemungutan pajak/non pajak.

…………,00 ………….,00

17. Pendapatan yang ditangguhkan …………,00 ………….,00 Saldo Pendapatan Yang Ditangguhkan

Referensi

Dokumen terkait

Uji toksisitas dilakukan dengan metode konvensional (BPOM, 2014) dengan rancangan post test only control group design. Tikus ditempatkan di dalam kandang dari box

1) Strategi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat produk. Dengan adanya strategi produk yang baik memberikan dampak yang besar terhadap minat

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui. wawancara dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian

kelompok A untuk mengetahui efek latihan intensitas sedang yang disertai dengan asupan bubur kacang kedelai selama 2 minggu terhadap kadar LDL kolesterol pada tikus,

Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja, Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja, Rasio Efisiensi Belanja, Rasio Belanja terhadap PDRB, Rasio Belanja Pegawai

Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk untuk mendapatkan pengaruh pupuk organik terhadap produksi dan kualitas hijauan

Apabila tidak ada keberatan yang sah, maka Kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Pernikahan Gerejawi ini, akan dilaksanakan pada waktu tersebut di atas1.

Yang telah memberikan taufik, hidayah serta rahmat_Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Kombinasi Metode Ceramah,