• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.CaLK-BAKESBANGPOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 4.CaLK-BAKESBANGPOL"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Pendahuluan

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi terdiri atas kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, termasuk pengelolaan keuangannya.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah serta Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem dan Proedur Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan ketentuan pada peraturan-peraturan tersebut, Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana yang berada dalam tanggungjawabnya serta menyiapkan Laporan Keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya. Laporan Keuangan yang dimaksud terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang disampaikan kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

1.1.

Peranan dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD

Laporan Keuangan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2016 disusun dengan maksud untuk memenuhi tanggung jawab konstitusi sesuai dengan ketentuan UU No. 17/2003, UU No. 1/2004, PP No 58/2005, PP No. 71/2010, Peraturan Daerah No. 5/2007, Perbup No. 25/2014 dan Perbup 35/2014.

a. Peranan Pelaporan Keuangan

(2)

sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan daerah, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan Pelaporan Keuangan adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat keputusan dan menilai akuntabilitas publik Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat atas sumber daya yang dipercayakan dengan:

 menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

 menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

 menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik serta hasil-hasil yang telah dicapai;

 menyediakan informasi mengenai cara Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mendanai seluruh kegiatan dan memenuhi kebutuhan kasnya;

 menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Badan Keatuan Bangsa dan Politik berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya (baik jangka pendek maupun jangka panjang);

 menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan selama periode pelaporan;

 menyediakan informasi mengenai potensi Pemerintah Daerah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah;

 menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan Badan Keatuan Bangsa dan Politik dalam mendanai aktivitasnya.

 Untuk memenuhi tujuan tersebut diatas, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan /ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-LO,, aset, kewajiban, ekuitas arus kas

 

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

1.2.

Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
(3)

pemerintah, antara lain:

1) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (2);

2) Undang

­

Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerat Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679)

7) Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

(4)

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); dan

11) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 Nomor 83).

1.3.

Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

Adapun sistematika isi catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

1.1. Peranan dan tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan Bab II Kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja keuangan

2.1. Kebijakan keuangan

2.2. Indikator pencapaian target kinerja keuangan Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan 3.2. Hambatan dan kendala pencapaian target

Bab IV Kebijakan akuntansi

4.1. Entitas pelaporan keuangan SKPD

4.2. Asumsi dasar penyusunan laporan keuangan

4.3. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.4. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.5. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang

ada dalam standar akuntansi pemerintahan Bab V Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan

5.1. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 5.2. Penjelasan Pos-pos Neraca

(5)
(6)

Bab II

Kebijakan Keuangan

dan Pencapaian Target Kinerja Keuangan

2.1. Kebijakan Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Barat tahun anggaran 2016 disahkan melalui Perda Nomor 12 Tahun 2015, sedangkan APBD Perubahan disahkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2016.

Terkait dengan perubahan anggaran pendapatan dan belanja pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat,

sebagai berikut:

N

o Uraian Anggaransemula

Anggaran setelah Perubahan

Kenaikan/

Penurunan %

1 2 3 4 5 6=(5/3)*1

00 I Pendapatan

1 Rp. 0 ( nihil ) Jumlah Pendapatan II Belanja

1 Belanja

Pegawai 3.325.969.649,05 3.565.223.843,86 239.254.194,81 7,19 2 Belanja

Barang

769.050.000 929.706.000 160.656.000 20,89 3 Belanja Modal 31.455.000 34.770.000 3.315.000 10,54

Jumlah Belanja 4.126.474.649,0 5 4.529.699.843,8 6

403.225.194,81 9,77 Defisit/Surpl us (4.126.474.649 ,05) (4.529.699.843 ,86) (403.225.194, 81)

( 9,77 )

Menyikapi kebijakan keuangan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dengan adanya perubahan APBD tahun 2016 tersebut diatas, beberapa strategi yang ditempuh oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat antara lain:

1) Upaya peningkatan pendapatan yang menjadi leading sector Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat, telah melakukan kebijakan antara lain:

a. ...; b. ...; c. dst.

2) Upaya penghematan belanja, dengan menempuh kebijakan antara lain: a. ...;

(7)

c. dst.

Ketersediaan dana untuk membiayai kegiatan menjadi faktor pembatas dalam mewujudkan kinerja kegiatan yang dilaksanakan. Permasalahan utama yang dihadapi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat antara lain:

a. Masih terbatasnya anggaran guna memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan,peredaran/penggunaan minuman keras dan sehingga belum semua kalangan masyarakat pedesaan maupun masyarakat dapat terjangkau terutama anak-anak sekolah

b. c. dst

2.2. Indikator Pencapaian Target Kinerja Keuangan

Indikator pencapaian target kinerja keuangan tercermin pada penyerapan anggaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dalam konteks penganggaran berdasar Permendagri Nomor: 13 tahun 2006 pada masing-masing program yang menjadi tugas pokok dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

1) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan (1.062.531.900 – 1.022.023.850 - 96,19 %

Tujuan program ini untuk meningkatkan pengendalian gangguan masyarakat dan keamanan lingkungan bekerja sama dengan intelejen daerah untuk menun jang kamtibmas sehingga terdeteksinya lebih dini masalah-masalah yang menimbulkan gangguan di 10 Kecamatan, 119 desa dan 3 kelurahan di Kabupaten Lombok Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut didukung dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp.804.485.000,- terealisasi sebesar Rp. 770.282.000,- atau95,75%. Dalam rangka peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan juga dilaksanakan kegiatan Identifikasipemetaan konflik yang didukung dengan dana setelah perubahan sebesar Rp. 89.589.100,- terrealisasi sebesar Rp.89.134.100,- atau 99,49 %. Dan Kegiatan Peningkatan Forum Pembauran Kebangsaan dengan dukungan dana setelah perubahan sebesar Rp. 168.457.800,- terealisasi sebesar Rp. 162.607.750,- atau 96,53%.

2) Program Pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal (33.532.700-33.532.700,- 100%).

(8)

tujuan tersebut didukung, dengan anggara setelah perubahan sebesar Rp. 33.532.700,-,- terealisasi sebesar Rp.33.532.700,- atau 100 %

3) Program Pengembangan WawasanKebangsaan (42.136.300-42.136.300,- 100%)

Tujuan program ini untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama untuk mencapai tujuan tersebut didukung dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp.28.688.200,-terrealisasi sebesar Rp. 28.688.200,- atau 100 %. Dan Peningkatan Kesadaran Masyarakat akan Nilai-Nilai Luhur Bangsa dengan dukungan dana setelah perubahan sebesar Rp. 13.448.100,- terrealisasi sebesar Rp. 13.448.100,- atau 100 %

4) Program Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT) (50.035.400- 49.525.400,- 98,98%)

Tujuan program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberantasan penyakit masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan pencegahan peredaran/ penggunaan miras dan narkoba dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 12.656.100,-terrealisasi sebesar Rp. 12.156.100,- atau 96,05%. Dan monitoring evaluasi dan pelaporan di 119 Desa dan 3 Kelurahan di 10 Kecamatan dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 37.379.300,- terrelisasi sebesar R 37.369.300,- atau 99,97 % .

5) Program Pendidikan Politik Masyarakat (101.015.300-95.670.300,- 94.71%)

Tujuan program ini untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalampelaksanaan Pilkada dan Pemilu sehingga terselenggaranya Pilkada secara aman, tertib lancar dan sesuai dengan rencanadengan cara melakukanPenyuluhan kepada masyarakat sehingga terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang Pilkada dan Pemilu. Untuk mencapai tujuan tersebut didukung denganMonitoring Evaluasi dan Pelaporan dengan anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 44.232.200,- terrealisasi sebesar Rp. 44.112.200,- atau 99,73 % serta Penyusunan Data Base LSM dan ORMAS dengan anggaran setelah perubahan sebesar 23.776.500,- terrealisasi sebesar Rp.20.551.500,- atau 86,44 %. Dan kegiatan fasilitasi penyaluran bantuan keuangan Parpol se Kabupaten Lombok Barat sebesar Rp. 33.006.600,- terrealisasi sebesar Rp. 31.006.600,- atau 93,94 %.

6) Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, PMS termasuk HIV/ AIDS (47.469.000-47.469.00,- 100%)

(9)

berbahayanya miras dan narkoba ini, untuk menunjang ini tersedia anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 47.469.000,-terrealisasi sebesar Rp. 47.469.000,- atau 100 %Ditinjau dari konteks PP 24 Tahun 2005 terkait penyajian laporan keuangan sesuai SAP, target dan realisasi keuangan Badan Kesbang dan PolitikKabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2016 dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

Ditinjau dari konteks PP 24 Tahun 2005 terkait penyajian laporan keuangan sesuai SAP, target dan realisasi keuangan Badan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2016

dapat diuraikan

secara singkat sebagai berikut:

No Uraian AnggaranSemula PerubahanAnggaran AnggaranRealisasi Anggara% dari n I Pendapatan

1. 2. 3.

Jumlah Pendapatan II Belanja

1. Belanja Operasi 4.095.019.649,

05,- 4.494.929..843,86,- 4.241.913.759,- 94,37 1.1 Belanja Pegawai 3.325.969.649,0

5,- 3.565.223.843,86,- 3.333.793.950,- 93,51 1.2 Belanja Barang 769.050.000,- 929.706.000,- 907.987.809,- 97,66 2. Belanja Modal 31.455.000,- 34.770.000,- 34.470.000,- 99,14 2.1 Belanja Modal

Tanah

2.2 Belanja Modal

Peralatan Mesin 31.455.000,- 34.770.000,-,- 34.470.000,- 99,14 2.3 Belanja Modal

Gedung Bangunan 2.4 Belanja Modal

Jalan, Irigasi, Jaringan 2.5 Belanja Modal

Aset Tetap Lainnya

Jumlah Belanja 4.126.474.649,

05,- 4.529.699.843,86,- 4.276.251.759,- 94.41

Realisasi belanja lebih rendah dari anggarannya sebesar Rp 253.448.084,86 atau 5.59% disebabkan karena adanya Honor Bupati/Wakil Bupati dan Pengguna Anggaran yang tidak bisa direalisasikan.

(10)

dijelaskan sebagai berikut:

No Uraian Program

dan Kegiatan Uraian Indikator Target Realisasi Capai% an I Program

Pelayanan Administrasi Perkantoran

Sasaran : Tertatanya administrasi perkantoran dengan baik

372.918.350,

- 348.689.809,- 93,50%

1. Penyediaan jasa surat menyurat

Input : dana

Output :

Terlaksananya kegiatan surat menyurat selama 1 tahun

Outcome: Meningkatnya

penyediaan jasasurat menyurat.

2.681.950,-,- 2.681.950,-,- 100

2. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

Input : dana

Output :

Terlaksananyapengelola an jasa komunikasi air dan listrik

Outcome: Menyusutkan

Penggunaan jasa

rekening telpon, air dan listrik.

41.705.000,- 29.522.374,

-70,79

3. Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor

Input : dana

Output :Tersedianya jasa peralatan dan perlengkapan kantor Outcome:

Memanfaatkan

peralatan dan

perlengkapan kantor.

6.565.000,- 6.565.000,- 100

4. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas/operasional

Input : dana Output : Terlaksananya pemeliharaan kendaraan dinas / operasional dengan dilengkapi perijinan Outcome:

Meningkatkan jasa KIR dan Penggantian STNK

63.433.800,- 63.132.725,- 99,53

5. Penyediaan jasa administrasi keuangan

Input : dana

Output :

Terlaksananya system pengelolaan keuangan daerah

Outcome: Menciptankan

kelancaran administrasi keuangan di Bakesbang Pol dan Linmas

128.652.100,

(11)

6. Penyediaan jasa kebersihan kantor supir,tukang kebun dll

Input : dana

Output :

Terlaksananya jasa kebersihan kantor Outcome: Menciptakan kantor yang bersih.

25,110,000,- 25.110.000 100

7. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

Input : dana

Output :

Terlaksananya

perbaikan peralatan kerja

Outcome:Menyediakan peralatan kerja yang baik.

11,250,000,- 11.250.000,- 100

8. Penyediaan alat tulis kantor

Input : dana

Output :

Terlaksananya

penyediaan alat tulis kantor

Outcome: Menyediakan ATK.

11,016.700,- 11.016.700,- 100

9. Penyediaan barang cetakan dan

penggandaan

Input : dana

Output : Tersedianya barang-barang cetakan dan penggandaan Outcome: Menyediakan barang cetakan.

13,548,800,- 13.548.800,- 100

10. Penyediaan

komponen instalasi listrik/ penerangan bangunan kantor

Input : dana

Output : Tersedianya komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

Outcome: Mewujudkan komponen instalasi listrik yang baik.

2.820.000,- 2.820.000,- 100

11. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

Input : dana

Output :

Tersedianyabahan bacaan dan peraturan perundang-undangan Outcome:

Menggunakan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

11.500.000,- 11.500.000,- 100

12. Penyediaan makanan dan minuman

Input : dana

Output :

Tersedianyamakanan dan minuman Outcome: Menyediakan makanan dan minuman.

16.560.000,- 15.840.000,- 95,65

13. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam /keluar daerah

Input : dana Output

:Terlaksananyarapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam

/keluar daerah

(12)

Outcome:

Melaksanakan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah. II. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Sasaran : Tersedianya sarana dan prasarana aparatur 116.126.150, -113.426.150, -97,67 % 1. Penyediaan komputer

Input : dana

Output :

Terlaksananya

pengadaan peralatan kerja komputer

Outcome :

Menyediakan peralatan kerja komputer

26.990.000,- 26.690.000,- 98,89

2. Pemeliharaan rutin /berkala gedung kantor

Input : dana

Output :

Terlaksananyapemeliha raan rutin gedung

kantor Outcome:

Menyediakan gedung kantor yang nyaman/ bersih.

22.453.650,- 22.453.650,- 100

3. Pemeliharaan rutin/ berkala kendaraan dinas/operasional

Input : dana

Output :Terlaksannya pemeliharaan rutin/ berkala kendaraan dinas/operasional

Outcome:

Menyediakankendaraan yang siap pakai

66.682.500,- 64.282.500 96,40 % III. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

Tersedianya laporan capaian kinerja dan keuangan

109.565.900,

- 107.313.300,- 97,94

1. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

Input : dana Output

:Terlaksananyapenyusu nan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD Outcome:Meningkatnya kualitas pelaksaan capaian kinerja. 100.595.500, -98.390.900,- 97,81

2. Penyusunan laporan keuangan

semesteran

Input : dana Output

:Terlaksananyapenyusu nan laporan keuangan

(13)

semesteran

Outcome:Meningkatnya kualitas pelaporan semesteran.

3. Penyusunan laporan keuangan akhir tahun

Input : dana Output

:Terlaksananyapenyusu nan laporan keuangan

akhir tahun

Outcome:Meningkatnya kualitas perencaan

3.735.400,- 3.735.400,- 100

IV. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

Sasaran :Terlaksananya Pengendalian gangguan

masyarakat dan

keamanan lingkungan denganh baik

1.062.531.90

0,- 1.022.023.850,- 96,19%

1. Kegiatan Pengendalian Keamanan Lingkungan

Input : dana Output

:Terlaksananyapenyiapa n tenaga pengendali

keamanan dan kenyamanan lingkungan Outcome:Meningkatnya aktivitas dan produktifitas masyarakat 804.485.000,

- 770.282.000,- 95,75

Kegiatan Identifikasi

Pemetaan Konflik Input : danaOutput :Tersusunnya

pemetaan daerah

rawan konflik

Outcome:Tersedianya data daerah potensi konflik

89.589.100,- 89.134.100,- 99,49

3. Peningkatan Forum Pembauran

Kebangsaan

Input : dana Output

: Terlaksananya Forum Pembauran bangsa terhadap masyarakat Outcome

:Menciptakan hubungan yang harmonis antara

masyarakat dan

pemerintah

168.457.800,

- 162.607.750,- 96,53

V. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal

Sasaran :Terkendalinya gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat

33.532.700,- 33.532.700,- 100%

1. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

Input : dana

Output : Tersedianya data-data pelaporan tentang kantrantibmas dan tindak kriminal. Outcome:Meningkatnya perencanaan program

(14)

kantrantibmas dan tindak kriminal. VI. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Sasaran : Terciptanya toleransi

kerukunan dalam

kehidupan beragama dan lintas organisasi

42.136.300,- 42.136.300,- 100%

1. Peningkatan Toleransi dan kerukunan dalam kehidupan

beragama

Input : dana Out put : Terlaksananya toleransi

kerukunan dalam

kehidupan beragama Outcome : Terciptanya

hubungan yang

harmonis diantara umat beragama

28.688.200,- 28.688.200,- 100

2. Peningkatan kesadaran

masyarakat akan nilai-nilai luhur bangsa

Input : dana Output : Terlaksananya

pemantapan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur bangsa

Outcome :

Terciptanya kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur bangsa

13.448.100,- 13.448.100,- 100

VII . Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat ( PEKAT )

Sasaran :Tercapainya Peningkatan

pemahaman

masyarakat tentang bahayanya miras dan narkoba.

50.035.400,- 49.525.400,- 98,98 %

1. Penyuluhan Pencegahan Peredaran/Penggun aan Miras dan Narkoba

Input : dana

Output :

Mrningkatkan pemahaman

masyarakat tentang bahaya miras dan narkoba

Outcome :

Terwujudnya penyuluhan pemahaman

masyarakat tentang bahaya miras dan narkoba.

12.656.100,- 12.156.100,- 96,05

2. Monitoring evaluasi dan pelaporan

Input : dana

Output : Tersedianya data-data tentang peredaran/pengguna miras dan narkoba

Outcome :

Meningkatnya pemantauan

masyarakat tentang bahaya miras dan

(15)

narkoba VII I Program Pendidikan Politik Masyarakat Sasaran : Terfasilitasinya penyelesaian perselisihan antar parpol dan terprnuhinya persyaratan

Parpol,Ormas dan LSM

101.015.300,

-95.670.300,- 94,71 %

1. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

Input : dana

Output : Tercapainya sinkronisasi

program/kegiatan yang dilaksanakan Outcome

: Meningkatnya

pelayanan tupoksi

44.232.200,- 44.112.200,- 99,73

2. Penyusunan data Base LSM dan Ormas

Input : dana

Output : Terjalinnya

komunikasi yang

harmonis antara Pemda dengan Ormas dan LSM

Outcome :

Meningkatkan kerja sama yang baik dan partisipasi yang optimal antara Pemda dengan Ormas dan LSM.

23.776.500,- 20.551.500,- 86,44

3. Penyaluran bantuan keuangan kepada partai politik

Input : dana

Output : Terwujudnya stabilitas politik

Outcome :

Meningkatnya

kerukunan antara pengurus dan anggota parpol dan Pemda

33.006.600,- 31.006.600,- 93,94

IX Program Peningkatan Penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS

Sasaran : Terwujudnya

pemahaman

masyarakat tentang P4GN

(16)

1. Pencegahan dan pemberantasan penyalah gunaan dan peredaran gelap narkoba

Input : dana Output : Peningkatan

pemberantasan

penyakit masyarakat Outcome : Terwujudnya

pemahaman

masyarakat tentang P4GN

47.469.000,- 47.469.000,- 100

(sumber data : DPA/DPPA,Laporan Kegiatan, LRA ) CATATAN :

1.

Penyediaan jasa komunikasi sumber daya air dan listrik angka pencapaiannya 70,79 % hal ini disebabkan adanya eisiensi dalam penggunaan listrik, telpon dan air.

2.

Penyediaan jasa pemeliharaan dan perijinan kendaraan dinas angka mencapai 99,53 % hal ini disebabkan adanya perubahan/penurunan tarif STNK berdasarkan usia tahun kendaraan

3.

Penyediaan jasa administrasi keuangan angka mencapai 92,18 % hal ini disebabkan karena adanya honor pengguna anggaran yang tidak bisa direalisasikan.

4.

Penyediaan jasa makan minum rapat angka mencapai 95,65 % hal sebabkan adanya pengurangan karyawan dengan adanya mutasi.

5.

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi kedalam/keluar daerah angka mencapai 97,47 % hal ini disebabkan adanya selisih pencair dimana airpotex tidak dapat dicairkan karena system tiket sekarang sudah termasuk biaya airpotex.

6. Penyedian jasa computer angka mencapai 98,89 % hal ini disebabkan dari penurunan harga pada saat pembelian.

7.

Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional angka mencapai 96,40 % hal ini disebabkan adanya perubahan/penurunan tarif BBM.

8.

Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD angka mencapai 97,81 % hal ini disebabkan adanya mutasi sehingga kelebihan golongan.

9. Penyusunan laporan keuangan smester angka mencapai 99,08 % hal ini disebabkan pembayaran honor lembur kekurangan golongan.

(17)

11.

Kegiatan Identifikasi pemetaan konflik angka mencapai 99,49 % hal ini disebabkan adanya kelebihan golongan

12.

Peningkatan Forum Pembauran Kebangsaan angka mencapai 96,53 % hal ini disebabkan adanya contrapost honor tim dan uang makan minum rapat bupati dan pengguna anggaran.

13. Penyuluhan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalah gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba angka mencapai 96,05 % hal ini disebabkan adanya contrapost honor dan uang makan minum rapat bupati dan pengguna anggaran

14.

Monotoring evaluasi dan pelaporan dalam program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat angka mencapai 99,97 % hal ini disebabkan adanya contrapost perjalanan dinas dalam daerah kelebihan golongan

15.

Monitoring evaluasi dan pelaporan dalam program pendidikan politik masyarakat angka mencapai 99,73 % hal ini disebabkan adanya contrapost perjalanan dinas dalam daerah an golongan.

16. Penyusunan Data Base LSM dan ORMAS angka mencapai 86,44 % hal ini disebabkan adanya contrapost honor bupati dan pengguna anggaran.

(18)

Bab III

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan.

3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan

Pencapaian kinerja keuangan tergambar pada pencapaian/realisasi anggaran pendapatan dan belanja. Berikut disajikan gambaran realisasi anggaran tahun 2016 dan perbandingan dengan Realisasi tahun anggaran 2015

Pada capaian bagian belanja sebesar 94,41% terinci untuk masing-masing komponen belanja sebagai berikut:

- Belanja pegawai, target anggaran setelah perubahan

sebesarRp2.611.688.843,86,-terealisasi sebesar Rp 2.433.670.730,00,-atau 93,18%.

- Belanja barang, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp 1.883.241.000,-terealisasi sebesar Rp 1.808.242.809,00,-atau 96,02%.

-

Belanja Modal, target anggaran setelah perubahan sebesar Rp34.770.000,-terealisasi sebesar Rp 34.470.000,-atau 99,14%.

Dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, realisasi belanja 2016 mengalami kenaikan 90,03%, yaitu dari Rp3.849.703.555,-pada tahun 2015 menjadi Rp4.276.251.759,-pada tahun 2016 atau sebesar Rp 426.548.204,- Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan dibelanja pegawai, belanja barang dan jasa juga belanja modal pada saat perubahan anggaran yang diperuntukkan pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik pada tahun 2016.

3.2. Hambatan dan Kendala Pencapaian Target

(19)

ditemui permasalahan dalam pencapaian target yang telah ditetapkan yaitu berupa mekanisme dan prosedur dalam proses pencairan dana yang sering terlambat disebabkan oleh persyaratan administrasi yang kurang fleksibel sehingga menyebabkan keterlambatan dalam memenuhi Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) sebagai persyaratan proses pencairan dana.

Kondisi tersebut menyebabkan keterlambatan dalam pencairan dana kegiatan sehingga berpengaruh bagi pelaksanaan kegiatan menyangkut penyelesaian kegiatan tepat waktu.

Solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala dan hambatan, antara lain: a. Peningkatan anggaran untuk kegiatan berikutnya

b. Peningkatan pelatihan

(20)

Bab IV

Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi disusun untuk mengatur atau sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan daerah. Laporan keuangan daerah adalah laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegitan keuangan dan sumber daya eknomis yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan. Sehubungan dengan berlakunya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka kebijakan akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan tahun 2013 juga telah mengalami perubahan.

4.1. Asumsi Dasar Penyusunan Laporan Keuangan

Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam penyusunan laporan keuangan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut:  Asumsi kemandirian entitas;

berarti bahwa unit Pemerintah Daerah sebagai entitas pelaporan dan entitas akuntansi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya diluar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumberdaya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidaknya program yang telah ditetapkan

.

 Asumsi kesinambungan entitas;

berarti bahwa laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas tersebut akan berlanjut keberadaannya dan tidak dimaksudkan untuk melakukan likuidasi.  Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Berarti bahwa Laporan keuangan Pemerintah Daerah harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi. Satuan uang yang digunakan adalah rupiah.

4.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Basis akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan yang diberlakukan untuk setiap SKPD Pemerintah Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut:

(21)

Basis Kas digunakan untuk pengakuan pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban dan pos-pos luar biasa dalam Laporan Operasional, aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja serta transfer diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Penentuan sisa pembiayaan anggaran baik lebih ataupun kurang untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran.

Basis Akrual (accrual basis) untuk penyusunan Neraca

Basis akrual untuk laporan operasional bahwa pendapatan-LO diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Sedangkan basis akrual untuk Neraca, berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah Daerah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

4.3. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis dan dalam mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversikan terlebih dahulu dengan kurs Bank Indonesia pada tanggal transaksi dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

Berdasarkan Pearturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, penerapan SAP berbasis akrual dalam laporan keuangan pemerintah diberlakukan lampiran II,sementara Lampiran I berlaku efektif pada penyusunan Laporan Keuangan 2015. Dalam rangka penerapan SAP tersebut, maka beberapa penyesuaian telah dilakukan antara lain : pengklasifikasian dan pengelompokan penyajian pos-pos pada Neraca dan LRA.Secara rinci, kebijakan akuntansi yang diterapkan terkait dengan penyusunan Laporan Keuangan tahun 2016 adalah sebagai berikut:

(22)

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendapatan-LRA

Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas Pemerintah Daerah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Daerah.

Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan akuntasi pendapatan antara lain:

a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi hak daerah.

b. Pendapatan diakui atas dasar kas, yaitu pada saat diterima pada kas daerah. c. Pencatatan pendapatan berdasarkan azas bruto yaitu mencatat penerimaan bruto

dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

d. Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai nominal yang diterima. Apabila pendapatan diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.

e. Pengembalian/koreksi atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode akuntansi dicatat sebagai pengurang pendapatan. Apabila pengembalian/koreksi pendapatan terjadi setelah periode akuntansi berikutnya dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar (SiLPA).

f. Pendapatan diklasifikasikan menurut kelompoknya antara lain : Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.

g. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerahyang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.

Kebijakan akuntansi berkaitan dengan belanja daerah yaitu:

a. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi beban daerah. Belanja diakui atas dasar kas, yaitu pada saat terjadinya pengeluaran dari kas daerah.

(23)

pengakuan belanja.

c. Koreksi atas pengeluaran belanja yang terjadi pada periode akuntansi dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode akuntansi berikutnya dicatat sebagai Lain – lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah;

d. Belanja diklasifikasikan sesuai SAP yaitu : belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga dan belanja bagi hasil – transfer. Belanja Operasi diklasifikasikan atas : belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial. Belanja modal diklasifikasikan atas : belanja tanah, belanja peralatan & mesin, belanja gedung & bangunan, belanja jalan, irigasi & jaringan, belanja aset tetap lainnya dan belanja aset lainnya.

d. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

e. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran Pemerintah Daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah.

B. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

I. ASET

(24)

I.1 ASET LANCAR

Aset lancar adalah kas dan sumber daya lainnya yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam 1 (satu) periode akuntansi. Aset lancar antara lain : Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan, Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR), Piutang Lainnya, dan Persediaan.

I.1.1 Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang menjadi tanggung jawab/ dikelola oleh Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa uang persediaan (UP) yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca dan mencakup seluruh saldo rekening Bendahara Pengeluaran, uang logam, uang kertas dan lain-lain kas. Kas di Bendahara Pengeluaran dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

I.1.2 Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan dari bendahara penerimaan yang bersangkutan. Saldo kas ini mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh bendahara penerimaan dari setoran para wajib pajak/retribusi yang belum disetorkan ke kas daerah. Kas di Bendahara Penerimaan dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

I.1.3 Piutang Pajak

Piutang pajak adalah merupakan piutang atas pajak-pajak daerah yang dicatat berdasarkan surat ketetapan pajak yang pembayarannya belum diterima. Piutang pajak dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah pajak-pajak yang belum dilunasi.

I.1.4 Piutang Retribusi

(25)

sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah dari retribusi yang belum dilunasi.

I.1.5 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek yang disebabkan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.

I.1.6 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi lain-lain aset yang berupa TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TGR jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu tahun. Dokumen sumber TGR adalah Surat Keputusan yang dikeluarkan Mejelis Pembebanan TP/TGR. Dalam hal Surat Keputusan tersebut terlambat atau tidak diterbitkan, dokumen sumber untuk Piutang TGR diperoleh dari hasil pemeriksaan APFP.

I.1.7 Piutang Lainnya

Akun Piutang Lainnya digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dan Piutang Pajak. Piutang Lainnya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi.

I.1.8 Persediaan

Persediaan adalah aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal pelaporan. Saldo persediaan adalah jumlah persediaan yang masih ada pada tanggal neraca. Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

I.2 INVESTASI PERMANEN

(26)

dimiliki secara berkelanjutan. Bentuk investasi permanen antara lain Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Permanen Lainnya.

I.2.1 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah menggambarkan jumlah yang dibayar oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk penyertaan modal dalam perusahaan negara/daerah dan perolehan deviden dari Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yang dikapitalisir kembali. Penyertaan modal pemerintah dicatat sebesar harga perolehan jika kepemilikan kurang dari 20% dan tidak memiliki kendali yang signifikan. Kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki kendali yang signifikan dan kepemilikan 51% atau lebih dicatat secara proporsional dari nilai ekuitas yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan/lembaga yang dimaksud.

Untuk pencatatan dengan metode ekuitas, nilai penyertaan modal pemerintah daerah dihitung dari nilai ekuitas yang ada di laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dikalikan dengan persentase kepemilikan.

I.2.2 Investasi Permanen Lainnya – Dana Bergulir

Investasi Permanen Lainnya adalah investasi permanen yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori Penyertaan Modal Pemerintah Daerah. Investasi Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan kepada kelompok masyarakat untuk ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu dan kemudian disalurkan kembali. Investasi permanen lainnya dicatat sebesar harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperolehnya. Investasi Dana Bergulir dinilai sebesar jumlah nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value).

I.3 ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Perkiraan aset tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam Pengerjaan, dan Akumulasi Penyusutan.

Biaya pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi aset agar tetap dapat digunakan tidak dikapitalisir ke dalam nilai aktiva yang bersangkutan, sedangkan biaya rehabilitasi yang menambah umur dan manfaat dikapitalisir ke dalam nilai aktiva yang bersangkutan.

(27)

Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Tanah diakui sebagai aset pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Harga perolehan ini meliputi harga pembelian serta biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan penimbunan. Jika tidak tersedia data secara memadai, maka tanah dicatat dengan estimasi harga perolehan.

I.3.2 Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan. Peralatan dan mesin dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan. Peralatan dan mesin dicatat dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Harga perolehan peralatan dan mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai peralatan dan mesin dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan oleh instansi teknis terkait. Peralatan dan mesin yang berasal dari hibah dinilai berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya.

I.3.3 Gedung dan Bangunan

(28)

swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai gedung dan bangunan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

I.3.4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan, irigasi dan jaringan di neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Jalan, irigasi dan jaringan dicatat sebagai aset pemerintah saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan nilai historis/perolehan, yaitu harga perolehan. Harga perolehan jalan, irigasi, jaringan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (Tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai jalan, irigasi dan jaringan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

I.3.5 Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku, barang bercorak seni/budaya/olah raga dan hewan/tanaman. Aset tetap lainnya dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan. Aset tetap lainnya dicatat dengan nilai historis/harga perolehan. Harga perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (Tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Apabila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai aset tetap lainnya dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

I.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan

(29)

proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun.

I.3.7 Akumulasi Penyusutan

Akumulasi Penyusutan menggambarkan akumulasi jumlah penurunan nilai ekonomis aset tetap pada tanggal laporan keuangan. Dengan demikian penyusutan tidak dimaksudkan untuk mengukur besarnya biaya yang dikorbankan untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan.

I.4 ASET LAINNYA

Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari Tagihan Penjualan Angsuran dan Aset Lain-lain. I.4.1 Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas daerah atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

I.4.2 Aset Lain-lain

Aset Lain-lain adalah aset-aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah (aset tetap yang kondisinya rusak berat). Aset Lain-lain dicatat dengan nilai nominal dari aset yang bersangkutan. Untuk aset tetap yang diklasifikasikan ke dalam Aset Lain-lain, dicantumkan sebesar nilai perolehannya. Terhadap Aset lain-lain tidak dilakukan penyusutan.

II. KEWAJIBAN

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Daerah.

II.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

(30)

dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Kewajiban ini mencakup Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Utang Bunga, Bagian Lancar Utang Dalam Negeri – Pemerintah Pusat, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

II.1.1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerintah belum menyetor kepada pihak lain atas pungutan/potongan PFK dari Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) atau dokumen lain yang dipersamakan. Pungutan/potongan PFK dapat berupa potongan/pungutan Iuran Taspen, Bapertarum, Askes, juga termasuk pajak-pajak pusat. Perkiraan ini dicatat sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong berdasarkan nilai nominal.

II.1.2 Pendapatan Yang Ditangguhkan

Pendapatan yang Ditangguhkan yaitu adanya pendapatan yang telah diterima oleh SKPD tetapi belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca, misalnya jasa giro atas rekening bank setiap bendaharawan uang di SKPD, pendapatan yang diterima oleh Bendaharawan Penerimaan belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca.

II.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca.

Kewajiban jangka panjang digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset daerah yang dapat menghasilkan penerimaan (baik langsung maupun tidak langsung) untuk pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat.

III. EKUITAS

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

Pos Ekuitas Dana terdiri dari tiga kelompok, yaitu Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.

III.1. EKUITAS DANA LANCAR

(31)

Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.

III.2. EKUITAS DANA INVESTASI

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Pos ini terdiri dari:

a) Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun lawan dari Investasi Jangka Panjang.

b) Diinvestasikan dalam Aset Tetap, yang merupakan akun lawan dari Aset Tetap.

c) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun lawan Aset Lainnya.

d) Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang, yang merupakan akun lawan dari seluruh Utang Jangka Panjang.

C. LAPORAN OPERASIONAL (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

2. Beban adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

3. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

4. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

D. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)

(32)

Bab V

Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan

5.1 Rincian dan Penjelasan Masing-Masing Pos-Pos Pelaporan Keuangan

NERACA KOMPARATIF per 31 Desember 2016 dan 2015

1.

ASET

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015

ASET LANCAR

1.1. Kas di Kas Daerah (Khusus PPKD) …………,00 ………….,00 Saldo kas di Bendahara Umum Daerah

sebesar Rp……….. dan Rp………… merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian:

a. Rekening Kas Daerah

022.21.03128.00-1

...,00 ...,00 Selisih kurang/lebih atas koreksi

bank

...,00 ...,00

Jumlah Rekening Kas Daerah …………,00 ………….,00

b.

Rekening Kas Umum Daerah 022.21.03197.0-8

c. Rincian atas SiLPA

Jumlah …………,00 ………….,00 1.2. Kas di Bendahara Pengeluaran …………,00 ………….,00

Saldo Kas di Bendaharawan Pengeluaran sebesar Rp……….. dan Rp………… merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian:

a. Sisa UUDP ...,00 ...,00 b. Jasa bank belum di setor ke kasda ...,00 ...,00 c. Uang PFK yang belum disetor ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

* Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran sudah/ belum disetor ke Kas Daerah tanggal ...

1.3. Kas di Bendahara Penerimaan …………,00 ………….,00 Saldo Kas di Bendaharawan

(33)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

* Sisa Kas di Bendahara Penerimaan sudah/ belum disetor ke Kas Daerah tanggal ...

1.4. Kas di BLUD (Khusus RSUD dan Dinas Kesehatan)

…………,00 ………….,00

Saldo Kas di Bendaharawan BLUD sebesar Rp……….. dan Rp………… merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

1.5. Kas di Dana BOS (Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan)

…………,00 ………….,00

Saldo Kas di Bendaharawan Dana BOS sebesar Rp……….. dan Rp………… merupakan saldo kas per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

1.6. Piutang Pajak …………,00 ………….,00

Saldo Piutang Pajak sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian sebagai berikut:

a. Pajak Hotel ...,00 ...,00 b. Pajak Restoran ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

Daftar rincian disajikan pada lampiran ...

1.7. Piutang Retribusi (Khusus untuk SKPD yang memiliki piutang pendapatan retribusi)

…………,00 ………….,00

Saldo Piutang Retribusi sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian sebagai berikut:

a. Restribusi... ...,00 ...,00 b. dst... ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

Daftar rincian disajikan pada lampiran...

1.8. Piutang Dana Bagi Hasil (Khusus PPKD)

…………,00 ………….,00

(34)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

Desember 2016 dan 2015, dengan rincian sebagai berikut:

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBNKB)

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

d. Pajak Air Permukaan e. Pajak Rokok

Jumlah …………,00 ………….,00

1.9. Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (Khusus Kantor Aset Daerah)

…………,00 ………….,00

Saldo Piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian sebagai berikut:

a. Piutang Kendaraan Roda 2 ...,00 ...,00 b. Piutang Kendaraan Roda 4

c. dst... ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

Daftar rincian disajikan pada lampiran...

1.1 0.

Bagian Lancar dari Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

(Khusus bagi SKPD yang memiliki TGR)

…………,00 ………….,00

Saldo Bagian Lancar dari Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, yang berasal dari temuan kerugian kas daerah hasil audit dari aparat pengawasan yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca, dengan rincian sebagai berikut:

a. Temuan BPK ...,00 ...,00 b. Temuan BPKP ...,00 ...,00 c. Temuan dari Itjen Depdagri ...,00 ...,00 d. Temuan dari Bawasda Provinsi ...,00 ...,00 e. Temuan dari Bawasda Kabupaten ...,00 ...,00

Jumlah …………,00 ………….,00

(35)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

lampiran... 1.1

1.

Persediaan 1.347.800,00 1.068.400,00

Saldo Persediaan sebesar Rp. 1.347800,- dan Rp. 1.068.400,-merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian sebagai berikut:

a. Alat Tulis Kantor 597.800,00 618.400,00

b. Barang Cetak 750.000,00 450.000,00

Jumlah 1.347.800,00 1.068.400,00

1.1 2.

Investasi Jangka Panjang …………,00 ………….,00

Saldo Investasi Jangka Panjang sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015. Daftar rincian disajikan pada lampiran...

1.1 3.

Investasi Non Permanen Lainnya (Khusus pada Dinas

Pertambangan dan Energi)

…………,00 ………….,00

Saldo Investasi Non Permanen Lainnya sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015. Daftar rincian disajikan pada lampiran...

INVESTASI JANGKA PANJANG 1.1

4.

Investasi Non Permanen (Khusus PPKD)

…………,00 ………….,00

Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah

Saldo Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015. 1.1

5.

Dana Bergulir (Khusus pada Dinas Koperasi dan UMKM, Badan

Pelaksana Penyuluhan, Dinas Pertanian dan Sekretariat Daerah)

…………,00 ………….,00

(36)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

Daftar rincian disajikan pada lampiran...

INVESTASI PERMANEN 1.1

6.

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah (Khusus PPKD)

…………,00 ………….,00

Saldo Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada BUMD sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015. Daftar rincian disajikan pada lampiran...

ASET TETAP 1.1

7.

Tanah …………,00 ………….,00

Saldo Aset Tetap - Tanah sebesar Rp... dan Rp... merupakan saldo per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, dengan rincian sebagai berikut :

a. Tanah untuk bangunan kantor ...,00 ...,00 b. Tanah untuk kebun ...,00 ...,00 c. Tanah untuk fasilitas umum ...,00 ...,00

Jumlah ……..……,00 ………….,00

Penambahan aset Tanah sebesar Rp... bersumber dari :

a. Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 b. Belanja yang sebelumnya

masuk dalam KDP

...,00 ...,00 c. Hibah dari ... ...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan aset Tanah sebesar

Rp... bersumber dari :

a. Penjualan ...,00 ...,00 b. Hibah ke ... ...,00 ...,00 c. Lain-lain ... ...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 1.1

8.

Peralatan dan Mesin 915.475.609,83, 00

897.036.909,00 Saldo Aset tetap – Peralatan dan Mesin

(37)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

a. Alat-alat besar/berat ,00 ,00

b. Alat Angkutan/Transportasi 449.040.454,00 449.040.454,00 c. Alat Bengkel dan Alat Ukur 42.099.000,00 4.900.000,00

d. Alat Pertanian ,00 ,00

e. Alat Kantor dan Rumah Tangga 384.373.255,83,0 0

403.133.555,00 f. Alat Studio dan Komunikasi 13.500.000,00 13.500.000,00

g. Alat Kedokteran ,00 ,00

h. Alat Laboratorium 26.462.900,00 26.462.900,00

i. Alat Keamanan/Persenjataan ,00 ,00

Jumlah 915.475.609,83, 00

897.036.909,00 Penambahan aset tetap –

Peralatan dan Mesin bersumber dari :

a. Realisasi Belanja Modal 34.470.000,00 43.920.000,00

b. Realisasi non Belanja Modal ,00 ,00

c. Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

,00 ,00

Jumlah Penambahan 34.470.000,00 43.920.000,00 Pengurangan aset tetap –

Peralatan dan Mesin bersumber dari :

a.Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00 b. Penghapusan ...,00 ...,00 c. Penjualan ...,00 ...,00 d. Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

a.

Penambahan Alat-alat besar/berat bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat-alat besar/berat

bersumber dari :

-

Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00

-

Penghapusan ...,00 ...,00

-

Penjualan ...,00 ...,00

-

Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

b.

Penambahan Alat

Angkutan/Transportasi bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ,00 ,00

- Realisasi non Belanja Modal ,00 11.772.272,00

- Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

(38)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

Jumlah Penambahan ,00 11.772.272,00

Pengurangan Alat

Angkutan/Transportasi bersumber dari :

-

Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00

-

Penghapusan ...,00 ...,00

-

Penjualan ...,00 ...,00

-

Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

c.

Penambahan Alat Bengkel dan Alat Ukur bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat bengkel dan Alat

Ukur bersumber dari :

-

Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00

-

Penghapusan ...,00 ...,00

-

Penjualan ...,00 ...,00

-

Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

d.

Penambahan Alat Pertanian bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,00 ...,00 - Belanja yang sebelumnya

dikelompokkan sebagai KDP

...,00 ...,00 Jumlah Penambahan ...,00 ...,00 Pengurangan Alat Pertanian

bersumber dari :

-

Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00

-

Penghapusan ...,00 ...,00

-

Penjualan ...,00 ...,00

-

Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

e.

Penambahan Alat Kantor dan Rumah Tangga bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal 34.470.000,00 43.920.000,00

- Realisasi non Belanja Modal 119.516.700,83 ,00

- Belanja yang sebelumnya dikelompokkan sebagai KDP

(39)

U r a i a n Tahun 2016 Tahun 2015 ASET LANCAR

Jumlah Penambahan 153.986.700,83 43.920.000,00 Pengurangan Alat Kantor dan

Rumah Tangga bersumber dari :

-

Reklasifikasi Aset Lainnya ...,00 ...,00

-

Penghapusan ...,00 ...,00

-

Penjualan ...,00 ...,00

-

Hibah

Jumlah Pengurangan ...,00 ...,00

f.

Penambahan Alat Studio dan Komunikasi bersumber dari :

- Realisasi Belanja Modal ...,00 ...,00 - Realisasi non Belanja Modal ...,

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran yang di lakukan TK Patriotik dalam mengembangkan metode multisensori sudah dengan baik dari tahap persiapan menyiapkan Rencana Kegiatan Harian, media

Dari hasil simulasi nampak bahwa behavior coordination dari robot telah berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya untuk menghindari halangan dan

Seiring dengan perkembangan zaman yang terus memaksa kebudayaan lokal harus terus berkompetisi agar tradisinya tidak tergeser dan menjadi punah, maka saat ini masyarakat Muna

Uji toksisitas dilakukan dengan metode konvensional (BPOM, 2014) dengan rancangan post test only control group design. Tikus ditempatkan di dalam kandang dari box

Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja, Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja, Rasio Efisiensi Belanja, Rasio Belanja terhadap PDRB, Rasio Belanja Pegawai

Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk untuk mendapatkan pengaruh pupuk organik terhadap produksi dan kualitas hijauan

1) Strategi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat produk. Dengan adanya strategi produk yang baik memberikan dampak yang besar terhadap minat

(7) Dasar pengeluaran Anggaran Belanja Tidak Terduga yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk mendanai tanggap darurat,