BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan harta yang dimiliki perusahaan yang memiliki
peranan penting untuk menunjang aktivitas operasi perusahaan. Namun jenis
aktiva tetap yang dimiliki oleh setiap perusahaan mungkin berbeda satu sama
lainnya tergantung jenis perusahaannya. Aktiva tetap berwujud adalah
keseluruhan harta yang dimiliki oleh perusahaan dengan maksud untuk tidak
dijual. Aktiva tetap berwujud adalah harta yang dimiliki perusahaan yang secara
umum memiliki bentuk fisik (berwujud) namun adapula aktiva yang tidak
berwujud yang merupakan suatu hak.
Perusahaan didirikan untuk terus berkembang sampai pada saat yang tidak
ditentukan (going conccern) guna mencapai tujuan perusahaan yang salah satunya
optimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan ini manajemen sebagai pihak yang
diserahi hak dan tanggungjawab memiliki atau menguasai fakto-faktor produksi
yang menjadi satu kesatuan. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan
penerimaan kas melalui penjualan produksi yang menjadi salah satu sumber dana
utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan.
PSAK NO 16 (2009, 16.2) mendefenisikan aktiva tetap sebagai berikut:
• Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
• Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aktiva tetap merupakan suatu bagian utama dari perusahaan dan
signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Penentuan apakah suatu pengeluaran
aktiva tetap atau beban yang dapat berpengaruh signifikan pada hasil operasi yang
dilakukan. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16
butir 05 (dalam Pardiat, 2008 : 6) menyatakan, “aktiva berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Dalam
buku intermediate accounting Zaki Baridwan (2004 : 271) juga dijelaskan
defenisi aktiva tetap berwujud adalah “aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya
relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan”.
Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana yang bersangkutan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk tujuan akuntansi,
jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih dari satu priode akuntansi, jika
aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu priode akuntansi dikelompokkan
sebagai aktiva tetap.
Dengan demikian diketahui bahwa aktiva tetap adalah harta yang dimiliki
dan digunakan secara terus-menerus oleh perusahaan dalam operasiannya.
2.1.2 Karakteristik dan Jenis Aktiva Tetap
Menurut Harnanto (dalam suryadi, 2007 :501) aktiva tetap berwujud harus
a. Mempunyai bentuk fisik.
b. Dipakai untuk digunakan secara aktif didalam kegiatan normal perusahaan
c. Dimiliki tidak sebagai investasi (penanaman modal) dan atau untuk
diperdagangkan.
d. Mempunyai jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari
satu tahun).
e. Memberikan manfaat dimasa yang akan datang
Menurut Syafi (2005 : 203), aktiva tetap berdasarkan jenisnya dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Lahan, adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat
bangunan maupun yang masih kosong, dalam akuntansi apabila ada lahan
yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari
lahan itu sendiri.
b. Bangunan gedung, bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas
lahan/air. Pencatatnnya harus dipisah dari lahan yang menjadi lokasi
gedung itu.
c. Mesin-mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari
mesin yang bersangkutan.
d. Kendaraan, semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, grader,
traktor, forklif, mobil, kendaraan roda dua.
e. Perabot, dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium,
f. Inventaris/peralatan, peralatan yang dianggap alat-alat besar yang
digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik,
inventaris laboratorium, inventaris gedung.
g. Prasarana di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan
membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, tol, dan
pagar.
Adapun tujuan dari pernyusutan aktiva tetap dalam suatu periode
akuntansi juga dikemukakan oleh Horngren (1997 : 505) yaitu, “tujuan utama dari
akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang
diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk
memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”.
Menurut Horngren (1997 : 506) untuk mengukur penyusutan dari suatu
aktiva, kita harus mengetahui:
a. Harga perolehan
Harga perolehan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli
aktiva tersebut sampai aktiva itu dapat digunakan oleh perusahaan.
b. Perkiraan nilai sisa
Nilai sisa adalah nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut pada
akhir masa kegunaannya.
c. Umur kegunaan
Adalah periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tersebut.
Umur kegunaan biasanya ditetapkan dalam jumlah tahun, jumlah unit
Dalam prakteknya tiga istilah yanag berbeda telah dipakai secara luas
untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang
bersangkutan ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan.
b. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain proses alokasi biayanya
dikenal dengan deplasi.
c. Untuk aktiva tidak berwujud seperti goodwill proses alokasi biaya disebut
amortisasi.
Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 STDD No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa, “penghasilan bruto
dapat dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 dan pasal 11A”.
2.1.3 Harga Perolehan Aktiva Tetap Berdasarkan Akuntansi Pajak
Dalam materi kuliah akuntansi pajak menurut Afly Yessie (2009 : 2) ada
berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memperoleh aktiva tetap diantaranya
a. Perolehan Aset Tetap secara gabungan
Aset yang diperolah secara gabungan, maka harga perolehan
masing-masing aset tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan
beradasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
Contoh:
Harga bangunan termasuk tanah seharga Rp 500.000.000 (termasuk biaya notaris,
bea balik nama, bea perolahan hak atas tanah dan atau bangunan, dan lain-lain)
alokasi harga perolehannya dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perhitungan Harga Perolehan
No Jenis Asset Harga Wajar Alokasi Harga Perolehan
1 Tanah 250.000.000 25
40 x 500.000.000=312.500.000
2 Bangunan 150.000.000 15
40 x 500.000.000=187.500.000
Jumlah 400.000.000 500.000.000
Ayat jurnal yang disusun saat pembelian tunai adalah :
Tanah Rp. 312.500.000
Bangunan Rp. 187.500.000
Kas dan bank Rp. 500.000.000
b. Perolehan Aset Secara Angsuran
Terhadap aset tetap yang diperoleh secara angsuran, perlu diperhatikan
mengenai kontrak pembeliannya, sebagai contoh aset tetap dibeli secara angsuran
Contoh:
Aset tetap yang dibeli berupa mobil harga perolehan Rp 120.000.000 dibayar
dalam 24 kali angsuran, masing-masing Rp 5.000.000 per bulan dengan bunga
20% per tahun
Perhitungan Angsuran Pertama
Angsuran bulanan Rp 5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x Rp 120.000.000 Rp 2.000.000
Jumlah pembayaran Rp 7.000.000
Angsuran bulan kedua :
Angsuran bulanan Rp 5.000.000
Bunga 1/12 x 20% (120.000.000 – 5.000.000) Rp 1.916.700
Jumlah pembayaran Rp 6.916.700
Ayat jurnal yang disusun:
1) Saat pembelian aset tetap
Mobil/ kendaraan (dalam angsuran) Rp. 120.000.000
Utang angsuran Rp. 120.000.000
2) Saat pembayaran angsuran pertama
Utang angsuran Rp. 5.000.000
Beban bunga Rp. 2.000.000
Kas dan bank Rp. 7.000.000
3) Saat pembayaran angsuran kedua
Utang angsuran Rp. 5.000.000
Beban bunga Rp. 1.916.700
Kas dan bank Rp. 6.916.700
Cara lain yang dapat dilakukan untuk pembelian angsuran ini, bergantung
angsuran yang harus dibayar setiap bulan. Maka setiap angsuran terdiri atas dua
komponen, yaitu angsuran dan bunga. Besarnya bunga dan setiap angsuran
ditetapkan dengan menggunakan tingkat bunga tetap.
Contoh:
Sebuah kendaraan dibeli dengan harga perolehan tunai sebesar Rp 120.000.000,
kendaraan dapat dibeli dengan harga angsuran, yaitu sebanyak 24 kali dengan
bunga 25% per tahun
Harga beli dengan angsuran dihitung sebagai berikut :
Harga perolehan tunai Rp 120.000.000
Bunga Rp 120.000.000 x 25% x 24/12 Rp 60.000.000
Harga beli dengan angsuran Rp 180.000.000
Angsuran yang dibayar setiap bulan sebesar
1/24 x Rp 180.000.000 = Rp 7.500.000
Jumlah tersebut termasuk angsuran dan bunga, ayat jurmal yang dibuat sama
dengan ayat jurnal terdahulu, tetapi harus tetap memisahkan antara beban bunga
dan angsuran.
c. Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran
Pertukaran sebagian dapat dilakukan untuk suatu aset tetap yang tidak
sama dengan aset lain, biaya ini diukur pada nilai wajar aset yang dipertukarkan
atau diperoleh paling andal, sebanding denga nilai wajar aset yang dipertukarkan
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang di transfer.
contoh:
PT.Adil merupakan sebuah merupakan sebuah perusahaan jasa pengangkutan
lama adalah Rp 60.000.000 telah disusutkan sebesar Rp 40.000.000 ditukar
dengan truk baru yang harga perolehannya Rp 80.000.000 dan sisanya dibayar
tunai.
Perhitungan laba dan atau rugi pertukaran
Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000
Penyusutan Rp. 40.000.000 -
Nilai sisa buku Rp. 20.000.000
Nilai truk baru Rp. 80.000.000
Harga tukar tambah aset lama Rp. 20,000.000 -
Tambah uang tunai Rp. 60.000.000
Dalam hal ini tidak terdapat laba atau rugi, karena truk lama dihargai sama dengan
harga sisa buku. Apabila harga tukar tambah aset lama (trade in allownce) sebesar
Rp. 24.000.000, maka perhitungannta adalah:
Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000
Penyusutan Rp. 40.000.000 -
Harga sisa buku Rp. 20.000.000
Harga tukar tambah truk lama Rp. 24.000.000 -
Laba penukaran Rp. 4.000.000
Harga truk lama Rp. 80.000.000
Harga tukar tambah truk lama Rp. 24.000.000 -
Ayat jurnal yang disusun atas pertukaran tersebut adalah :
Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000
Alat pengangkutan baru Rp. 80.000.000
Kas dan bank Rp. 56.000.000
Alat pengangkutan lama Rp. 60.000.000
Laba pertukaran Rp. 4.000.000
Apabila nilai tukar tambah aset lama berdasarkan kesepakatan sebesar Rp.
18.000.000 perhitungan laba atau rugi dapat dihitung sebagai berikut:
Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000
Penyusutan Rp. 40.000.000 -
Harga sisa buku Rp. 20.000.000
Harga pertukaran truk lama Rp. 18.000.000 -
Rugi pertukaran Rp. 2.000.000
Harga truk baru Rp. 80.000.000
Harga pertukaran Rp. 18.000.000 -
Tambahan uang tunai Rp. 62.000.000
Ayat jurnal atas pertukaran melalui pertukaran adalah:
Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000
Alat pengangkutan baru Rp. 80.000.000
Rugi pertukaran Rp. 2.000.000
Kas dan bank Rp. 60.000.000
Alat pengangkutan lama Rp. 62.000.000
Aset yang diperoleh dari pertukaran melalui pertukaran dengan :
1) Aset nonmoneter, baik dengan aset tetap yang sejenis atau yang tidak
2) Sekuritas berupa obligasi atau saham yang dikeluarkan oleh perusahaan
sendiri atau emisi oleh badan lain.
d. Perolehan Asset Tetap dengan Cara Membangun Sendiri
Karena membangun sendiri, tertentu saja menggunakan prinsip sama
dengan aset yang diperoleh yaitu meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan aset sampai siap pakai.
Biaya tidak langsung (overhead cost), efisiensi atau inefesiensi, dan bunga
selama masa konstrusi juga termasuk biaya aktiva tetap, karena membangun
sendiri perlu diperhatikan setiap laba internal dieliminasi dan menetapkan biaya.
Contoh:
Biaya pembangunan Rp 250.000.000 sedangkan harga pasar aset tetap Rp
300.000.000 maka penghematan Rp 50.000.000 tidak diakui sebagai penghasilan.
Demikianlah halnya biaya dan jumlah yang abnormal dari bahan baku yang tidak
terpakai, tenaga kerja, sumber daya lain yang terjadi dalam memproduksi suatu
aset yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan, tetapi
segera diakui sebagai kerugian pada tahun yang bersangkutan.
Aspek perpajakan perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri
e. Perolehan Secara Hibah, Bantuan, dan Sumbangan
Terhadap aset tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar
harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal
yang berasal dari sumbangan atau modal donasi.
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada Pasal 10 ayat (4)
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 STDD No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan yang mengatur bahwa apabila terjadi pengalihan harta:
a. yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b , maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan
sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau
nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b. yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama
dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Dengan memperhatikan penggolongan dan implikasinya terhadap bantuan,
sumbangan, dan hibah, maka perlakuan akuntansi bagi pihak penerima bantuan
akan dikreditkan pada akun “ekuitas dan modal”, sehingga diperlakukan secara
fiskal sebagai penghasilan. Sebaliknya, pihak pemberi bantuan membukukannya
berdasarkan harga atau nilai sisa buku. Dalam memberikan bantuan atau
sumbangan, timbul aliran uang kas.
Contoh:
1) Memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)
Kas dan bank Rp 600.000.000
Modal donasi Rp. 600.000.000
Ayat jurnal tersebut ditinjau dari pihak yang menerima bantuan atau
sumbangan. Dan pihak yang memberikan bantuan atau sumbangan tersebut
benar-benar dikeluarkan ke kas, tetapi ditinjau dari ketentuan Undang-Undang
Perpajakan tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.
2) Tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3), berarti bantuan atau sumbangan
dianggap sebagai penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan.
Sebagaimana contoh sebelumnya, akan disusun ayat jurnal:
Kas dan bank Rp 600.000.000
Penghasilan sumbangan/bantuan Rp 600.000.000
Ditinjau dari pihak yang memberikan bantuan atau sumbangan ayat jurnal :
Biaya sumbangan/bantuan Rp 600.000.000
Kas dan bank Rp 600.000.000
Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang No.7 Tahun 1983 STDD
No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan maka hibah pun dapat
dikelompokakan ke dalam:
1) Memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)
Bentuk aset yang dihibahkan berupa kendaraan dengan rincian:
Harga perolehan Rp 100.000.000
Akumulasi penyusutan Rp 60.000.000 -
Harga sisa buku Rp 40.000.000
Ayat jurnal yang disusun dari pokok pemberi adalah sebagai berikut:
Biaya tidak dapat dibebankan/saldo laba Rp 40.000.000 Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 60.000.000
Kendaraan Rp 100.000.000
Sedangkan ayat jurnal bagi penerima hibah adalah:
Kendaraan Rp 40.000.000
Modal hibahan Rp 40.000.000
2) Tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)
Dalam hal tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) pemberian hibah tersebut
dimaksudkan menjadi penghasilan bagi yang menerimanya karena ternyata
pemberian hibah ini mempunyai hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan dengan pihak penerima hibah. Transaksi hibah ini dipandang sebagai
transaksi pertukaran, sehingga dasar pengukurannya harga pasar.
Contoh:
Biaya hibah Rp 55.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 60.000.000
Kendaraan Rp 100.000.000
Keuntungan dari hibah kendaraan Rp 15.000.000
Sedangkan ayat jurnal bagi penerima hibah adalah:
Kendaraan Rp 55.000.000
Penghasilan hibah Rp 55.000.000
2.1.4 Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan
Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan fiskal adalah
sebagai berikut :
a. Metode garis lurus (straight line method) untuk kelompok bangunan dan
b. Metode saldo menurun (declining banlance method) untuk kelompok
bukan bangunan saja dan pada akhir masa mafaat disusutkan sekaligus
(closed ended).
Menurut peraturan perpajakan, penyusutan aset tetap dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan
melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan.
Pada Pasal 11 ayat (6) Undang-Undang No.7 Tahun 1983 STDD No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan diatur mengenai penghitungan masa
manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud, sebagai berikut :
Tabel 2.2
Kelompok Harta Berwujud, Metode dan Tarif Penyusutan Kelompok Harta
Berwujud
Masa Manfaat Tarif
PenyusutanMetode Garis Lurus
Tarif Penyusutan Metode Saldo
Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok I 4 Tahun 25 % 50 %
Kelompok II 8 Tahun 12,5 % 25 %
Kelompok III 16 Tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok IV 20 Tahun 5 % 10 %
II. Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5 %
Tidak Permanen 10 Tahun 10 %
Penentuan harta berwujud bukan bangunan ditetapkan dengan KMK –
sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat
dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Baik menurut akuntansi maupun pajak, tanah yang berstatus hak milik,
Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak pakai untuk
pertama kalinya tidak disusutkan, kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian.
Di lain pihak, ada harta berwujud yang menurut akuntansi dapat
disusutkan, tetapi menurut pajak tidak dapat dibebankan sebagai penyusutan
secara keseluruhan yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto dikarenakan
hal-hal sebagai berikut:
1) Atas perolehan aset tersebut termasuk pengeluaran yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, misalnya:
a. Biaya perolehan aset yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
b. Biaya perolehan aset yang digunakan untuk memberi penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan kepada karyawan, kecuali
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
Berikut ini merupakan perlakuan perpajakan berkaitan dengan aset tetap:
1) Harga perolehan
a. Untuk transaksi yang tidak mempunyai hubungan istimewa berdasarkan
harga yang sesungguhnya
b. Untuk transaksi yang mempunyai hubungan istimewa dihitung
berdasarkan harga pasar.
c. Untuk transaksi tukar menukar barang adalah berdasarkan harga pasar.
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan, pemekaran, pemecahan atau
penggabungan adalah harga pasar kecuali ditentukan lain oleh Peraturan
Menteri Keuangan.
e. Revaluasi adalah sebesar nilai setelah revaluasi.
2) Saat dimulainya penyusutan
a. Penyusutan dimulai sejak bulan timbulnya pengeluaran atas perolehan
harta.
b. Penyusutan dimulai sejak bulan selesainya pengerjaan harta (untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan.
c. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak dapat
melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan.
3) Penghitungan jumlah bulan sejak dimulainya penyusutan
Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas, walaupun dibeli diatas tanggal 15
4) Metode penyusutan
a. Kelompok bangunan harus menggunakan metode garis lurus
b. Kelompok bukan bangunan boleh menggunakan metode garis lurus atau
metode saldo menurun asalkan diterapkan secara taat asas
5) Nilai residu
Tidak mengakui adanya nilai residu
6) Sisten penyusutan
a. Penyusutan individual
b. Penyusutan gabungan
7) Aset yang boleh disusutkan
Hanya harta yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak tidak final.
8) Biaya perbaikan yang dikapitalisir, yang menambah masa manfaat aset
lamanya.
Disusutkan terpisah dari harta lamanya, seolah-olah seperti harta dengan masa
manfaat baru sehingga akan menjadi lebih lama pembebanannya.
9) Penentuan masa manfaat
Sudah diatur dalam KMK.
2.1.5 Jenis-Jenis dan Kelompok Harta Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK. 03/2009
Berikut disampaikan ketentuan terbaru Jenis-Jenis Harta dan Kelompok
Harta Untuk Keperluan Penyusutan yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009
Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan
Untuk Keperluan Penyusutan.
Tabel 2.3
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 1
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha 1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan. 2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung,
duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi dan sejenisnya.
4. Sepeda motor, sepeda dan becak. 5. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan. 6. Dies, jigs, dan mould.
7. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.
2 Pertanian, perkebunan, kehutanan,
Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.
3 Industri makanan dan minuman
Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
4 Transportasi dan Pergudangan
Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
5 Industri semi konduktor
Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination (PE8-1), pose checker. 6 Jasa Persewaan
Peralatan Tambat Air Dalam
Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris.
7 Jasa telekomunikasi selular
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 2
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha
1. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
2. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya. 3. Container dan sejenisnya.
2 Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
1. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
2. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang
pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
3 Industri makanan dan minuman
1. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .
2. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, tapioka. 3. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.
4. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis.
4 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
5 Perkayuan, kehutanan
1. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
2. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang kehutanan.
6 Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan sejenisnya.
7 Transportasi dan Pergudangan
1. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truck ngangkang, dan sejenisnya;
(misalnya gandum, batu – batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
3. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
4. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250 DWT; 5. Kapal balon.
8 Telekomunikasi 1. Perangkat pesawat telepon;
2. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
9 Industri semi konduktor
Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.
10 Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam
Spoolling Machines, Metocean Data Collector
11 Jasa
Telekomunikasi Seluler
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 3
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1 Pertambangan selain minyak dan gas
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan.
2 Permintalan, pertenunan dan pencelupan
1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).
2. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.
3 Perkayuan 1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
2. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
4 Industri kimia 1. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.
2. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).
5 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).
6 Transportasi dan Pergudangan
pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT. 2. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau
mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
3. Dok terapung.
4. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT. 5. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter
segala jenis.
7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 4
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1 Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi 2 Transportasi
dan
Pergudangan
1. Lokomotif uap dan tender atas rel.
2. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.
3. Lokomotif atas rel lainnya.
4. Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.
5. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
6. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
2.1.6 Penyusutan Aktiva Tertentu
Untuk beberapa jenis aktiva tertentu, pembebanan biaya yang berkaitan
dengan penyusutan maupun perawatan diperlukan secara khusus. Berdasarkan
Keputusan Dirjen Pajak No. : KEP-220/PJ/2002 antara lain pada aktiva berikut:
a. Telepon seluler
Telepon seluler termasuk aktiva kelompok I dan penyusutan yang boleh
diakui hanyalah 50 % dari seharusnya. Biaya langganan atau pengisian
ulang pulsa yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto
adalah 50% dari biaya tersebut.
b. Kendaraan minibus dan bus
Biaya yang berkaitan dengan kendaraan yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk antar jemput pegawai dapat dilakukan sebagai berikut :
Harga perolehan dan biaya perbaikan yang besar dari bus dan minibus,
termasuk aktiva kelompok II, dan pembebanan biayanya melalui
penyusutan.
c. Kendaraan Sedan
Kendaraan sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya,
pembebanan biaya nya dalah sebagai berikut :
Harga perolehan, pembelian atau perbaikan besar sedan, termasuk aktiva
kelompok II dan pembebanan biayanya dilakukan melalui penyusutan
sebesar 50% dari tarif penyusutan kelompok tersebut. Dan biaya
pemeliharaan, perbaikan rutin, pemakaian bahan bakar dari sedan, hanya
dapat dibebankan sebesar 50% dari biaya pemeliharaan bersangkutan.
d. Software komputer
Perangkat lunak komputer adalah semua program yang dapat digunakan
Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi umum diperlakukan
sebagai pengeluaran atau biaya operasional rutin, program aplikasi umum
diperoleh sebagai bagian dari harga pembelian perangkat keras komputer,
sehingga pembebanannya sudah termasuk dalam penyusutan kompuer
tersebut (kelompok I).
2.2Kerangka Konseptual
Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka berdasarkan uraian
teori di atas, penulis menyusun suatu kerangka konseptual ini sebagai landasan
pembahasan pada bab selanjutnya. Mulai dari pengadaan, penggunaan sampai
dengan penarikannya, aktiva tetap memerlukan perlakuan akuntansi yang tepat
dan bijaksana yaitu perlakuan akuntansi yang sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum sehingga diperoleh informasi yang wajar bagi para
pemakainya. Biaya penyusutan dan laba operasi memiliki suatu hubungan yang
cukup erat. Metode penyusutan merupakan suatu cara pengalokasian biaya dalam
beberapa periode dimana aktiva tetap tersebut telah memberikan manfaat didalam
perusahaan. Sedangkan laba operasi adalah selisih positif dari hasil pengurangan
pendapatan terhadap seluruh biaya yang terjadi dalam suatu periode tertentu.
Penyusutan aktiva tetap harus dilakukan secara layak berdasarkan taksiran
masa manfaat aktiva tersebut, hal ini akan membantu perusahaan untuk
mengetahui secara pasti sisa manfaat dari aktiva tetap yang dimilikinya. Oleh
karena itu dalam melakukan penyusutan suatu aktiva tetap perusahaan harus
memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah harga pokok aktiva tetap yang
dimilikiya, nilai residu atau nilai taksiran realisasi aktiva tersebut setelah akhir
umur teknis atau taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan
produksi, umur teknis atau taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap dalam
kegiatan produksi serta pola pemakaian dari aktiva tersebut. Hal tersebut di atas
akan membantu perusahaan dalam melakukan dan memilih metode yang tepat
untuk melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dimilikinya. Dalam
prinsip akuntansi pajak penyusutan aktiva tetap harus sesuai dengan taksiran umur
dan penyusutan yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang Perpajakan.
Akuntansi aktiva tetap merupakan suatu hal yang penting dalam suatu
perusahaan untuk mengalokasian sebagian biaya perolehan atas aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan menjadi suatu beban penyusutan yang bersangkutan sehingga
biaya ditentukan besarnya laba usaha periode-periode tertentu. Menurut akuntansi
ruang lingkup akuntansi penyusutan adalah semua aktiva yang dapat disusutkan
kecuali hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui, salah satu
aktiva tetap yang tidak disusutkan adalah tanah, logika untuk tidak melakukan
penyusutan terhadap lahan adalah akibat kenyataan ekonomi dimana nilai dari
lahan kecil kemungkinannya berkurang, malah dianggap akan naik berjalan
dengan perkembangan harga dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sedangkan
menurut Undang-Undang Perpajakan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud
selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun dengan
cara menetapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa
manfaat, nilai sisa buku disusutkan berdasarkan nilai produktivitasnya dan
penyusutan dihitung sejak aktiva tetap tersebut mulai menghasilkan. Hal ini
2.3Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Berdasarkan Kerangka Konseptual di atas, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah:
Hipotesis I PT. Karya Muda Nasional dalam menentukan persentase
penyusutannya masih ada beberapa yang tidak sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Perpajakan.
Hipotesis II PT. Karya Muda Nasional dalam menentukan jenis
pengelompokan aktivanya masih ada beberapa yang tidak sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan.
Hipotesis III PT. Karya Muda Nasional dalam menggunakan metode penyusutan
belum dapat mencerminkan atau memperlihatkan jumlah beban
penyusutan yang sebenarnya.
2.4Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Judul Hasil
Yulia Susanti (2005)
Analisis Perbedaan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut UU Pajak dan SAK Pada PT Sarana Agro Industri Belawan
Perusahaan mengadakan rekonsiliasi atas perbedaan beban penyusutan komersial dengan fiskal, sehingga penyajian dalam daftar laba rugi untuk tujuan pajak adalah beban penyusutan yang telah dikoreksi Yudhi Pranata
(2006)
Analisis Akuntansi Aktiva Tetap Atas UU Pajak pada PT PDAM Tirtanadi
Heridayanti Hasibuan (2010)
Analisis Perhitungan Penyusutan Akuntansi Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan
Perusahaan melakukan penyusutan berdasarkan metode garis lurus terhadap penyusutan aktiva tetapnya, tapi belum sesuai dengan peraturan UU Perpajakan