• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) Sebagai Penggumpal Lateks Alam Terhadap Mutu Karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) Sebagai Penggumpal Lateks Alam Terhadap Mutu Karet"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karet Alam

Karet alam berasal dari getah tanaman karet, Hevea brasiliensis. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam diantara nya memiliki daya elastisitas atau daya lentingnya yang sempurna dan sangat plastis sehingga mudah diolah, karet alam juga tidak mudah panas dan tidak mudah retak. (Setiawan,2005)

Lateks karet alam secara umum didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari pembuluh lateks bila dilukai. Lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel (multinukleotida). Oleh sebab itu lateks sebenarnya adalah protoplasma. Lateks sewaktu keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi kemudian tercemar oleh mikroorganisme dari lingkungannya (Darussamin,dkk, 1985).

Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer isoprene secara teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan geometri 98 % cis-1,4 dan 2 % trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2 juta dan mengandung sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh (Stevens, 2007).

(2)

Berdasarkan strukturnya, karet alam dapat dibagi dua yaitu ; karet hevea dan gutta percha yang hanya berbeda pada susunan atom nya sebelum dan sesudah ikatan rangkap. Pada karet, ditemukan susunan cis, mendekati dan menyambung dengan rantai molecular pada sisi yang sama pada ikatan rangkap, dimana pada gutta terdapat susunan trans mendekati dan menyambung pada sisi yang berlawanan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

H3C H H3C CH2

C = C C = C

H2C CH2 n H2C H n

( a ) ( b )

Gambar 2.1.Struktur molekul dari a. Hevea brasiliensis, b. Gutta perca (Aspolumin,1962)

2.1.1. Sifat Kimia Karet

Hasil utama tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah karet. Apabila hevea segar dicentrifuge pada kecepatan 32000 putaran per meneit (rpm) selama 1 jam akan terbentuk 4 fraksi yaitu :

1. Fraksi karet

(3)

2. Fraksi frey wessling

Fraksi ini terdiri dari pertikel – partikel frey wessling yang dikemukakan oleh Frey Wessling. Fraksi ini bewarna kuning karena mengandung karotenida.

3. Fraksi serum

Juga disebut fraksi C (centrifuge cerum) mengandung sebahagian komponen bukan karet yaitu air, protein, karbohidrat, dan ion – ion logam.

4. Fraksi bawah

Terdiri dari partikel-partikel lutoid yang bersifat gelatin mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium (Omposunggu, 1987)

2.1.2. Sifat Fisika Karet

Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Terjadinya aliran pada karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/ gaya disebabkan oleh dua hal, yaitu :

1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai pliisoprene seperti terlepasnya benang-benang yag telah dirajut. Hal ini terjadi pada stress yang rendah/kecil

2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poliisoprene dan satu monomer dengan monomer yang lain saling tindih akan membentuk lingkungan yang Kristal.

(4)

2.1.3. Jenis-jenis Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan yang ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.

Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:

- Bahan olahan karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar) - Karet konvensional (RSS, white crepes, dan pale crepe)

- Lateks pekat

- Karet bongkah atau block rubber (SIR 5, SIR 10, SIR 20) - Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber

- Karet siap olah atau tyre rubber

- Karet reklim atau reclaimed rubber (Tim Penulis, 2012)

2.1.4. Standart Indonesia Rubber (SIR)

Ketentuan tentang SIR didasarkan pada ketentuan Mentri Perindustrian dan Perdagangan dengan SK No.143/KP /V /69. Yang berlaku mulai 18 Juni 1969

menetapkan ketentuan-ketentuan SIR sebagai berikut : 1. SIR adalah karet alam yang dikeluarkan dari daerah-daerah yang termasuk

dalam lingkungan Negara Repoblik Indonesia.

(5)

3. Mutu untuk SIR ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan cara visual yang konvensional sebagaimana tercantum dalam International Standart of Quality and packing for Natural Rubber (The Green Book)

4. SIR terdiri dari 3 jenis mutu dengan spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Semua jenis karet yang diperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai plasticity Retention Index (PRI) dengan menggunakan tanda huruf :

“ H” untuk PRI lebih besar atau sama dengan 80. “ M” untuk PRI antara 60 – 79.

“ S ” untuk PRI antara 30 – 59.

Karet yang mempunyai nilai SIR lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan dimasukkan dalam SIR.

5. Warna karet tidak menjadi bagian Dalam spesifikasi teknis.

6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk mendaftarkan pada Departeman Perdagangan. Departeman Perdagangan akan memberikan tanda pengenal produsen kepada setiap produsen karet bongkah, untuk setiap pabrik yang diusahakan. Setiap mutu SIR diwajibkan untuk menyerahkan contoh-contoh hasil produksi kepada balai Penelitian Bogor atau Balai Penelitian Perkebunan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut untuk mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi

7. Setiap eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang dikeluarkan/disahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian.

8. Setiap pembungkus bongkah dari SIR harus diberi tanda dengan lambing SIR dan menurut ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Departemen Perdagangan.

(6)

2.1.5. Karet Alam SIR 20

Karet alam SIR 20 berasal dari koagulan (lateks yang mudah menggumpal) atau hasil olahan seperti lum, sit angin, getah keping, sisa dan lain-lain, yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum.

Langkah-langkah dalam proses pengolahan karet alam SIR 20 yaitu dengan pemilihan bahan baku yang baik, koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa, dll). Kemudian dilakukan pembersihan dan pencampuran. Proses pengeringan dilakukan selama 10 hari sampai 20 hari. Kemudian dilakukan proses peremahan, pengemasan bandela (setiap bandela 33 kg atau 35 kg) dan karet alam SIR 10 siap untuk diekspor (Ompusunggu, 1987).

2.2. Kestabilan Lateks

Lateks dikatakan mantap apabila sistem koloidnya stabil, yaitu tidak terjadi flokulasi ataupun penggumpalan selama penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lateks tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya kecenderungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fasa air (serum), misalnya assosiasi komponen-komponen bukan karet pada permukaan partikel-partikel karet.

2. Adanya interaksi antara partikel-partikel karet itu sendiri.

Faktor yang dapat menyebabkan sistem koloid partikel-partikel karet menjadi tetap stabil, yaitu :

1. Adanya muatan listrik pada permukaan partikel karet sehingga terjadi gaya tolak menolak antara partikel karet tersebut.

2. Adanya interaksi antar molekul air dengan partikel karet, yang menghalangi terjadinya penggabungan partikel-partikel karet tersebut. 3. Energi bebas antara permukaan partikel karet yang rendah.

(7)

luar (lapisan sekunder) memberikan muatan pada permukaan partikel koloid. Penambahan bahan pengawet amonia dan bahan pemantap amonium laurat akan menyempurnakan lapisan pelindung tersebut.

Lapisan pelindung lipida, protein dan lapisan sabun asam lemak tersebut bertindak sebagai pelindung partikel karet dengan molekul air menghasilkan sistem dispersi koloid yang mantap.

Jika terjadi pembentukan gel, flokulasi dan koagulasi maka hal ini menunjukan bahwa stabilitas koloid lateks terganggu atau rusak. Menurut Blackley, stabilitas koloid dapat dirusak (destability) dengan cara sebagai berikut :

1. Menurunkan energi potensial partikel koloid lateks yaitu dengan cara : a. Menurunkan kelarutan stabilizer dengan menambahkan

penggumpalan (coaservant)

b. Menetralkan muatan listrik dari partikel koloid lateks dengan menambahkan ion-ion yang polaritasnya berlawanan dengan muatan partikel koloid lateks tersebut.

c. Menambahkan zat yang dapat mengadsorpsi lapisan pelindung partikel koloid (Colloidal stabilizer adsorpsed), sehingga disini terjadi persaingan antara pengadsorpsi (Coaservant precipitates) dengan partikel karet terhadap bahan pemantap.

2. Menaikkan energi kinetik partikel, dengan cara pengadukan (mechanical stirring).

(8)

2.3. Elemen-Elemen Getah Karet

Getah karet merupakan cairan berbentuk koloid yang mengandung zar-zat seperti lateks, tepung, lemak, protein dan lain-lain. Molekul-molekul karet pada siang hari terbentuk di bagian daun tumbuhan karet, dan bila hari menjelang sore, getah dikirim ke bagian kulit pohon dalam bentuk polimer. Proses pengambilan getah karet dilakukan pada pukul 4 sampai 6 pagi hari, karena getah karet berkumpul pada pagi hari.

Getah dari pohon Hevea Brasiliensis (lateks) dapat diperoleh sekitar 200 – 400 ml, dan selain mengandung isopren, ia juga mengandung bermacam-macam elemen lainnya. Elemen-elemen tersebut dapat dilihat pada tabel 2-1 di bawah ini Tabel 2.1. Elemen Getah Hevea Brasiliensis (Hussudur,2011)

Elemen Prosentase Kandungan Terhadap Getah (%)

Prosentase Kandungan Terdahap Karet Kering

(%)

Air 59,66 -

Elemen karet 35,62 88,28

Protein 2,03 5,04

Ion-ion logam 1,65 4,1

Abu 0,7 1,74

Glukosa 0,34 0,84

(9)

2.3.1. Protein

Kandungan protein yang terdapat dalam lateks segar berkisar antara 1,0 – 1,5 % dan sebagian dari protein tersebut teradsorbsi pada partikel karet, dan sebagian larut dalam serum. Protein yang teradsorbsi pada permukaan partikel karet berfungsi sebagai lapisan pelindung, dimana protein akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesama partikel karet seperti digambarkan pada gambar 2.2.

1

2. Lapisan fosfolipid dan protein muatan negatif 3. Molekul air

(10)

2.3.2. Karbohidrat

Karbohidrat yang terdapat dalam lateks adalah sukrosa, glukosa, galaktosa dan fruktosa. Ini merupakan sumber energi dan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, sebagai akibatnya akan terbentuk asam lemak.

Asam lemak ini menurunkan kemantapan mekanik dan pH lateks. Jika pH sampai pada titik isoelektrik maka lateks menggumpal. Untuk menghindarkan aktivitas mikroba biasanya ditambahkan bahan pengawet seperti amonia, natrium sulfit dan formaldehid (Omposunggu, 1987).

2.3.3. Ion-ion Logam

Ion-ion logam seperti ion Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam lateks dapat menetralkan muatan negatif dari partikel lateks dan menyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam dari lateks sebaiknya rendah karena selain dapat mengganggu kemantapan serta kestabilan sistem koloid lateks (Omposunggu, 1987).

2.4. Modifikasi Karet Alam

(11)

panas, dan pemuaian di dalam oli atau pelarut organik. Dalam upaya mengimbangi kelemahan sifat-sifat tersebut dalam pembuatan ban maupun bukan ban upaya yang dapat dilakukan adalah memodofikasi molekul karet alam secara kimia ataupun fisika (Barnard, et al, 1975)

2.5. Prakoagulasi

Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan - gumpalan pada cairan getah sadapan. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian kaloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi.

Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Bukan hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan - bahan enzim saja, melainkan juga hal – hal dari luar keadaan cuaca dan sistem pengangkutan yang seolah tidak berhubungan.

Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut :

1. Jenis karet yang ditanam

Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda – beda pula. Otomatis kestabilan atua kemantapan koloidalnya berbeda. Klon – klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya.

2. Enzim - enzim

(12)

3. Mikroorganisme atau jasad- jasad renik

Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat – alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme.

4. Faktor cuaca atau musim

Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya prakoagulasi terjadi sering. Begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi.

5. Kondisi tanaman

Tanaman karet yang sedang sakit, masih mudah atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudap menggumpal. Hasil sadapan tanaman yang menderita penyakit fisiologis sering membeku dalam mangkuk.

6. Air sadah

Air sadah adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan cepat, untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. Derajat kesadaan air yang masih mungkin digunakan adalah 60C.

7. Cara pengangkutan

Sarana transportasi baik jalan atau kendaraan yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang - guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok - kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal.

8. Kotoran atau bahan – bahan lain yang tercampur

(13)

2.5.1. Tindakan pencegahan prakoagulasi dan zat anti koagulan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi

antara lain sebagai berikut :

a. Menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan dalam penyadapan penampungan, maupun pengangkutan.

b. Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor c. Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah :

1. Soda atau natrium karbonat

Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang ( CO2 ) dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan 9 koagulum ).

2. Amoniak

Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7 % NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5 sampai 10 ml larutan amoniak 2 – 2,5 %.

(14)

3. Formaldehida

Formaldehida yang dipakai sebagai antikoagulan dalam lateks yang diolah menjadi sheet sering menyebabkan sheet yang dihasilkan berwarna lebih muda. Dosis yang dapat dipakai adalah 5 – 10 ml larutan dengan kadar 5 % untuk setiap liter lateks yang akan dicegah prakoagulasinya. Misalkan menggunakan formalin 40 %, maka jumlah yang dibutuhkan adalah 0,6 – 1,3 ml.

4. Natrium sulfit

Apabila gejala prakoagulasi telah tampak jelas, maka pemakaian natrium sulfit sebagai alat pencegahnya dapat dikatakan terlambat. Bahan ini tidak tahan lama disimpan. Apabila ingin dipergunakan maka harus dibuat terlebih dahulu. Dalam jangka sehari saja teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat. Bila sudah teroksidasi, maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap. Selain sebagai antikoagulan, natrium sulfit juga memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5 sampai 10 ml larutan berkadar 10 % untuk setiap liter lateks. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan natrium sulfit air kristal sebanyak 0,5 – 1 g.

2.5.2. Penggumpalan lateks

(15)

Titik isoelektrik

Gambar 2.3. Hubungan pH dengan muatan listrik

Titik isoelektrik karet didalam lateks kebun adalah pada pH 4,5 – 4,8 tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat dengan karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan. Penambahan bahan - bahan yang dapat mengikat air seperti alkohol juga dapat menggumpalkan partikel karet, karena ikatan hidrogen antara alkohol dengan air lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggunaan alkohol sebagai penggumpal lateks secara komersial jarang digunakan.

Panambahan elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan negatif, sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak, mengakibatkan karet menggumpal. Petani karet sering menggunakan tawas (Al3+) sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat penggumpalan lateks dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar kotoran dan kadar abu karet. Selain itu semakin tinggi konsentrasi logam dapat mempercepat oksidasi karet oleh udara menyebabkan terjadi pengusangan karet dan PRI menjadi rendah.

(16)

Proses penggumpalan karet didalam lateks juga dapat terjadi secara alamiah akibat kegiatan mikroba. Karbohidrat dan protein latek menjadi sumber energi bagi pertumbuhan mikroba dan diubah menjadi asam-asam lemak etiris (asam formiat, asam asetat dan propionat). Semakin tinggi konsentrasi asam, pH lateks akan semakin menurun dan setelah tercapai titik isoelektrik karet akan menggumpal. Dalam pembuatan lump mangkok untuk bahan olah SIR 20 atau SIR 10 penggumpalan secara alamiah sering dilakukan. Lateks dibiarkan menggumpal selama 24 jam, kemudian besok harinya dipungut.lump mangkok harus didres setiap harinya, agar variasi mutu bahan olah lump tersebut tidak terlalu besar. (Shinzo,2015)

2.6. Bahan Senyawa Penggumpalan (Koagulan)

1. Asam Semut (asam formiat, CHOOH) : Berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran.

2. Asam Cuka (disebut juga asam asetat, CH3COOH) : Berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang, dan mudah di encerkan dalam air (Setyamidjaja,1993).

2.7. Klasifikasi Tamarindus Indica L. (Asam Jawa)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

(17)

Famili : Caesalpiniaceae

Genus : Tamarindus

Spesies : Tamarindus indica L Sumber : (Doughari, 2006)

Asam jawa dihasilkan oleh pohon yang bernama ilmiah Tamarindus indica. Spesies ini adalah satu satunya anggota marga Tamarindus. Nama lain

asam jawa adalah asam (Melayu.), asem (Jawa), sampalok (Tagalog), ma-kham (Thai), dan tamarind (Inggris). Buah yang telah tua dan sangat masak biasa

disebut asem kawak. Nama simplisia Asam Jawa: Tamarindi fruktus (Doughari, 2006).

2.7.1. Ciri Morfologi Umum Asam Jawa

Musim bunga tiba hanya tinggal pohon dan ranting-rantingnya setelah itu keluar bunga dan disusul tunas daun-daun muda, ketinggian pohon bisa mencapai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan membulat.

Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm, terletak berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk.

Bunga tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting, sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun mahkota 5 buah, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm.

(18)

yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi ( Doughari, 2006).

2.8. Kandungan Kimia Asam Jawa

Daging buah asam jawa mengandung 8-14% asam tartarat, 30-40% gula,serta sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitaetrat sehingga berasa sangat masam. Warna asli daging asam adalah kuning kecoklat-coklatan. Akibat pengaruh pengolahan, warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman. Pulp buah asam yang masak mengandung air sekitar 63,3-68,6%, bahan padat total 31,3-36,6%, protein 1,6-3,1%, lemak 0,27-0,69%, sukrosa 0,1-0,8%, selulosa 2,0-3,4%, dan abu 1,2-1,6%. Abu dari tanaman asam tersusun atas kalium, silikon, natrium, fosfor, dan kalsium. Asam tartarat merupakan komponen asam yang paling utama dalam pulp. Kandungan asam dalam pulp asam berkisar antara 8-16%, sedangkan asam lainnya total hanya sekitar 3% dari berat pulp ( Heyne, 1987).

Tabel 2.2 Komposisi kimia asam jawa dalam 100 gram bahan

Komponen Jumlah

Kalori (kal) 239

Protein (g) 2,8

Lemak (g) 0,6

Karbohidrat (g) 62,5

Kalsium ( mg) 74

Zat besi (mg) 0,6

Vitamin A ( SI ) 30

Vitamin B ( mg ) 0,34

Vitamin C (mg) 2

Air ( g) 31,4

Fosfor ( mg ) 113

Bagian dapat dimakan ( %) 48

(19)

2.9. Kegunaan Tamarindus Indica L

Dari kandungan senyawa kimia yang dimiliki oleh Tamarindus indica L memiliki berbagai kegunaan untuk tubuh manusia. Adapun kegunaannya adalah sebagai berikut :

1. Asam tartrat, asam malat, asam sitrat, asam suksinat, asam asetat:

memperlancar BAB, memperlancar peredaran darah, mendinginkan.

2. Pektin: menurunkan kolestrol melalui mekanisme pengikatan kolestrol dan

asam empedu kemudian mendorong dan mengeluarkannya dari saluran pencernaan.

3. Flavonoid: memperlancar BAB, penghilang rasa sakit, antiradang, dan

membantu pengeluaran keringat. 4. Tanin: antiseptik.

5. Pro vitamin A: merupakan antioksidan yang menjaga kesehatan dan

menghambat proses penuaan, dan juga dapat mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam lemak tidak jenuhganda dari proses oksidasi.Dan jika tubuh perlu vitamin A maka pro vitamin A/beta karoten di hati akan diubah menjadi vitamin A.

6. Vitamin C: dibutuhkan untuk pembuatan kolagen (protein berserat yang

(20)

serta aktifitasnya dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi vitamin C. Vit.C dapat mengurangi resiko pada perokok pasif. Resiko perokok pasif adalah kerusakan sel yang bisa menyebabkan kanker atau penyakit pernafasan lain. 7. Kalsium: mengisi kepadatan tulang, pembentukan gigi, membantu bekuan

darah, transmisi saraf, stabilitas asam-basa (pH) darah, dan mempertahankan keseimbangan air.

8. Kalium/potasium: memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta

keseimbangan asam basa di dalam tubuh, juga berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot serta sebagai katalisator dalam banyak reaksi bilogik, terutama dalam metabolisme energi, sintetis glikogen, dan protein.

9. Antioksidan : Selain kandungan vitamin C dari asam jawa, terdapat

antioksidan dalam bentuk lain yang bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu Fenol. Fenol merupakan antioksidan alami yang lazim ditemui dalam buah-buahan dan bermanfaat bagi kesehatan jantung. Menurut Healthy Eating for Your Heart, fenol membantu melindungi tubuh dari oksidasi radikal bebas

dan membantu kesehatan dinding arteri. Penelitian dalam “Journal of Nutrition Malaysia” mencatat bahwa kadar fenol dari asam paling terkonsentrasi bila dipanaskan hingga titik didih ( Amin, 2009 ).

2.10. Pengujian Mutu Lateks 2.10.1. Plastisitas

(21)

Plastisitas awal adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Plastisitas retensi indeks adalah cara pengujian untuk mengukur ketahanan karet terhadap degradasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Karet yang mempunyai plastisitas retensi indeks tinggi mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap oksidasi, sedangkan yang mempunyai plastisitas retensi yang rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak.

Plastisitas retensi indeks ini sangat penting karena plastisitas retensi index menunjukkan keadaan dari molekul itu sendiri, menunjukkan sejauh mana akan terjadi pemecahan karet jika dipanaskan. Plastisitas retensi indeks ukuran terhadap tahan usang karet dan plastisitas retensi indeks dipakai sebagai petunjuk mudah tidaknya karet itu dilunakkan dalam gilingan pelunak (masicator). Plastisitas retensi indeks dapat ditentukan dengan Wallace Plastimeter. Dengan alat ini ditentukan (plastisitas dari karet sebelum dipanaskan pada suhu 1400C selama 30 menit.

Nilai plastisitas dari karet dapat menurun oleh karena faktor-faktor: 1. Karet dijemur dibawah sinar matahari

2. Karet dipanaskan terlalu tinggi

3. Karet terlalu banyak digiling atau direndam terlalu lama 4. Karet mengandung banyak kotoran

Karet-karet mutu rendah setelah digiling dan diuji beberapa kali, adakalanya mempunyai plastisitas retensi indeks yang sangat rendah. Karet-karet yang sudah teroksidasi terlalu banyak memang mempunyai plastisitas retensi indeks rendah dan karet demikian tidak dapat diperbaiki plastisitas retensi indeksnya (Walujono,1970).

(22)

2.10.2. Viskositas Mooney

Viskositas Mooney karet alam (Havea Brasiliensis) menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul (BM) hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran dengan kata lain karetnya semakin kental dan keras.

Dalam pembuatan ban karet alam dengan berat molekul tinggi cukup menarik karena sifat fisik ban yang dihasilkan seperti daya kenyal, tegangan tarik, perpanjangan putus dan sebagainya cukup baik. Derajat pengikat silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang yang terjadi sehingga akan meningkatkan nilai viskositas mooney karet alam (Kartowardoyo,1980).

Viskositas karet alam mentah mudah mengalami perubahan yang disebabkan oleh kenaikan suhu, lama penyimpanan, lama pengangkutan, dan sebagainya. Viskositas mooney karet mentah dapat ditentukan dengan “Mooney Viscosimeter”. Menurut Baker dan Greensmith pada kompon murni karet alam laju matang, viskositas wallace awal (atau viskositas mooney) dan plastisitas retensi indeks dari karet mentahnya mempengaruhi sifat-sifat tegangan vulkanisat dari kompon murni tersebut, seperti misalnya modulus, tegangan putus dan perpanjangan putus (Kartowardoyo,1980).

2.10.3. Kadar Abu

(23)

Tingginya kadar abu dapat disebabkan beberapa faktor seperti tanah yang mengandung kalsium tinggi, musim gugur (dimana daun akan membusuk). Kadar abu ini dapat tinggi akibat perlakuan yang tidak dianjurkan misalnya penggumpalan lateks dengan amonium sulfat mengakibatkan kadar abu karet keringnya tinggi.

Faktor pengolahan dapat mempengaruhi kadar abu, dimana makin besar tingkat pengolahan maka kadar abu semakin rendah misalnya lateks yang digumpalkan tanpa pengenceran mempunyai kadar abu yang lebih tinggi daripada dengan pengenceran. Dengan kata lain semakin encer lateks yang digumpalkan makin rendah kadar abu karet yang diperoleh karena sebagian besar akan tercuci bersama serum. Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi ke dalam karet pada waktu pengolahan (Walujono,1970).

2.10.4. Kadar Karet Kering (KKK)

Kadar Karet Kering (KKK) adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). KKK lateks atau bekuan sangat penting untuk diketahui karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penentuan harga juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS dan lateks pekat. Kadar karet kering pada lateks tergantung dari beberapa faktor antara lain jenis klon, umur pohon, waktu penyadapan, musim, suhu udara serta letak tinggi dari permukaan laut. Terdapat beberapa metode dalam penentuan KKK, salah satu di antaranya adalah metode laboratorium. Prinsip dalam metode laboratorium adalah pemisahan karet dari lateks yang dilakukan dengan cara pembekuan, pencucian dan pengeringan (Walujono,1970).

2.10.5. Kadar Kotoran

(24)

dinamika yang unggul darl vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya. Kotoran tersebut juga mengganggu pada pembuatan vulkanisat tipis.

Gambar

Tabel 2.1. Elemen Getah Hevea Brasiliensis (Hussudur,2011)
Gambar 2.2. Partikel karet dengan lapisan pelindung dan molekul air (Khairina,
Gambar 2.3. Hubungan pH dengan muatan listrik
Tabel 2.2 Komposisi kimia asam jawa dalam 100 gram bahan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa mengingat hal seperti tersebut pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 036 Tahun

Pada Sumur Beta-20 unit ESP yang terpasang menggunakan tipe Reda DN1750 60Hz dengan optimum range berkisar antara 1200 hingga 2050 BFPD, dimana berdasarkan hasil tes produksi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara

bahwa dalam rangka ikut mengembangkan kualitas siaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio Abdi Persada sebagai salah satu media penyebaran informasi pembangunan

Kegagalan material SA-210C ini dianalisa akibat tekanan internal maksimum fluida yang melewati pipa pada lokasi 1 melebihi perhitungan yang diizinkan, dengan penyebab

TEMANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA AI,OXASI KHUSUS FISIK.. RENCANA

Komunikasi artefak dalam hal ini adalah penampilan seseorang melalui pakaian merupakan dramaturgi yaitu memperlihatkan bahwa wilayah depan adalah wilayah di mana