• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8 Salati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8 Salati"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK

(Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8

Salatiga Semester I Tahun

Pelajaran 2014/2015

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Pendidikan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh:

Adrianus Andri (702010110)

Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Adrianus Andri, 2) Mila Chrismawati Paseleng Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)702010110@student.uksw.edu, 2)Mila.Paseleng@staff.uksw.edu

Abstract

The purpose of this study to improve the student’s learning activities and student’s learning outcomes using design group investigation in ICT lesson. This study used classroom action research, in which every cycle has four stages: planning, action, observation and reflection. The research instruments are test, observation, and documentary studies. The population in this study are students of grade IX of SMP Negeri 8 in Salatiga, and the sample in this study are grade IX C with a total sample of 30 students. The results show the use of design group investigation can improve the student’s learning activities in particular related to involvement in group work, student’s attention to the teacher’s explanations, student’s attention to the group and student cognitive outcomes in ICT lesson. This is proven by the increase of student’s learning activities in each meeting and increase of students cognitive the outcomes in each cycle.

Keywords: Design group investigation, student activity, students learning outcomes

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan model group investigasi dalam pelajaran TIK. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana di setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 8 salatiga, dan sampel yang digunakan adalah kelas IX C dengan total sampel 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model group investigasi dapat meningkatkan keaktifan khususnya yang berkaitan keterlibatan siswa dalam kerja kelompok, perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran TIK. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan persentase keaktifan siswa pada setiap pertemuan dan hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklus.

Kata Kunci: Model group investigasi, Keaktifan Siswa, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan Kelas

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2)

(9)

2

1. Pendahuluan

Terjadi pergeseran paradigma tentang belajar yaitu pembelajaran yang semula berpusat kepada guru (Teacher centered) beralih ke pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa (Student centered). Pembelajaran student centered menempatkan siswa sebagai subjek sekaligus objek belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator. Inti dari proses pembelajaran ini adalah seluruh kegiatan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Penerapannya dalam pembelajaran TIK menuntut siswa untuk aktif baik secara fisik maupun mental untuk mengikuti pembelajaran. Keaktifan dalam hal ini diwujudkan siswa dengan memperhatikan dan memperaktekkan langsung pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian penguasaan siswa akan maksimal sehingga hasil belajarnya lebih baik.

Observasi yang dilakukan kegiatan pembelajaran TIK di SMPN 8 Salatiga. Ketika guru menyampaikan materi, hanya beberapa siswa yang memperhatikan dan pada saat guru selesai menyampaikan materi hanya satu atau dua siswa yang aktif bertanya, menjawab pertanyaan guru maupun untuk berargument yang lainnya hanya pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan guru masih tidak efektif seperti proses pembelajaran masih terpusat pada guru (Teacher centered), kurangnya interaksi antara siswa dengan guru,antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan sumber belajar, siswa kurang diberikan tugas diskusi kelompok maupun individu. Hal ini mengakibatkan siswa tidak aktif yang akhirnya berdampak pada hasil belajar kognitif siswa yang tidak tercapai secara maksimal. Berikut data hasil observasi keaktifan dan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada tanggal 10 dan 18 september 2014, perhatian siswa terhadap penjelasan guru 61%, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok 58,2%, perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok 65,25%, dimana terdapat 61% siswa memperoleh tingkat presentase keaktifan sedang. Kemudian dilihat hasil belajar kognitif dari 30 siswa diketahui 18 siswa yang sudah mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 60% dan 12 siswa masih dibawah KKM 40%. Dari hasil kerja kelompok rata-rata nilai 62,42 dengan materi menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN, MAN,WAN, PAN, internet dan intranet.

(10)

3

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui berbagai sumber dari buku pelajaran maupun internet [1]. Dalam model investigation kelompok merupakan sebagai wahana untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Keaktifan siswa melalui investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam aktivitas saling bertukar pikiran melalui komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan melalui dari kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan investigasi topik [2]. Selain itu materi ajar dijelaskan oleh siswa pada kegiatan presentasi yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan dilakukan penelitian tentang model group investigation dalam pembelajaran TIK. Melalui penerapan model group investigation dalam penelitian ini diharapkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IX C dengan materi jaringan di SMPN 8 Salatiga dapat meningkat.

2. Tinjuan Pustaka

Penelitian sebelumnya dilakukan Dwi Rahayu Widyaningsih mengenai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat IPS ekonomi melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) kelas penjualan di SMK BATIK 2 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pemilihan topik atau materi pembelajaran ditentukan oleh setiap kelompok yang terdiri 8 kelompok dari 41 jumlah siswa dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dan 1 kelompok beranggotakan 6 siswa, pemilihan kelompok sesuai dengan no urut absen. Observasi yang digunakan nonpartisipatif peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Penelitian hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar ranah kognitif tes evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa [3].

(11)

4

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang membahas terkait penerapan model pembelajaran group investigation dalam berbagai kasus. Dimana dalam penelitian tersebut pemilihan topik dan pembentukan kelompok serta observasi atau pengamatan memiliki perbedaan masing-masing. Kemudian penilaian hasil belajar menekankan pada peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik, serta penelitian merupakan penelitian tindakan kelas. Maka dilakukan penelitian yang membahas tentang penggunaan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Khususnya mengenai materi dasar-dasar sistem jaringan internet atau intranet dan perangkat keras untuk akses internet dikelas IXC SMP Negeri 8 Salatiga. Dalam penelitian ini, uji coba pembelajaran dilakukan dengan penelitian tindakan kelas. Dimana penelitian ini terdiri dari 2 siklus, siklus 1 setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dari 6 kelompok dengan jumlah 30 siswa dalam satu kelas, dalam setiap kelompok terdapat ketua kelompok yang sudah ditentuakan oleh guru berdasarkan prestasi belajarnya. Pemilihan topik sesuai no urut kelompok terdiri dari 6 topik pembahasan. Siklus 2 pembagian kelompok ditentukan oleh siswa yang berhak menentukan setiap anggota kelompoknya, kelompok terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan 3 siswa dan ada 3 siswa anggota kelompoknya 2 orang. Pemilihan topik memakai sistem undian terdiri dari 11 topik pembahasan. Penekanan penilaian hasil belajar hanya melihat peningkatan hasil belajar kognitif yang mencakup kerja kelompok,tes evaluasi dan afektif berupa keaktifan siswa.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pendoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas [5]. Model group investigationmerupakan cara yang langsung dan efisien untuk mengajarkan pengetahuan akdemik sebagai proses sosial dan lebih menekankan kepada kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, siswa diorganisir ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang disertai tugas, melalui kerjasama kelompok peserta didik akan belajar bagaimana bekerja dengan teman lain atau seluruh siswa di kelas dalam berbagai variasi tugas [2].

(12)

5

siswa dalam pekerjaannya jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok [6].

Langkah-langkah model pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, para siswa menelaah sumber-sumber informasi, menentukan topik dan bergabung ke dalam kelompok belajar, dengan pilihan topik yang sama atau ditentuakan oleh guru. Komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen. (b) merencanakan tugas-tugas belajar, direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi; apa yang kita selediki, bagaimana melakukannya, bagaimana pembagian kerja dan untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi. (c) melaksanakan investigasi, siswa mencari informasi-informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan. Setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok, para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasikan dan mensintesis ide-ide. (d) menyiapkan laporan akhir, anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. (e) mempresentasikan laporan akhir, presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk. Bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lain). (f) evaluasi, para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman-pengalaman afektifnya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran [7].

Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan piskis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampialan-keterampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan piskis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan memecahkan masalah yang dihadapi,membandingkan satu konsep dengan yang lain dan menyimpulkan selama proses kegiatan pembelajaran [8]. Ciri dari keaktifan belajar diantaranya, 1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada guru apabila tidak memahami persoalan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, 2) keterlibatan siswa dalam kerja kelompok adalah berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok, mengerjakan tugas kelompok dan mencatat tugas diberikan guru dan melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 3) perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok dan memberikan jawaban terhadap kelompok [9].

(13)

6

akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. hasil belajar yang semakin membaik akan mampu membentuk pribadi individu siswa. Hasil belajar siswa dalam pelajaran TIK hanya menekankan pada hasil belajar ranah afektif berupa keaktifan siswa dan hasil belajar kognitif berupa pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran TIK yang mencakup siswa mampu memahami dasar-dasar sistem jaringan di internet atau intranet dan mengidentifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam akses internet atau intranet.

3 . Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut dengan CAR (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan kelas dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya [11]. Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan karena keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan terjadi dalam waktu yang sama [12]. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: plan (perencanaan), acting dan observing (tindakan dan pengamatan) dan

reflect (refleksi). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang

diinginkan tercapai. Desain penelitian tersebut dapat dilihat dalam bentuk gambar 1.

Gambar 1 Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart [12].

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian terdiri dari siklus pertama dan siklus kedua, masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

(14)

7

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi serangkaian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation, menyiapkan instrumen lembar obeservasi atau pengamatan, dokumentasi dan tes hasil belajar serta mempersiapkan lembar kerja kelompok.

Tahap pelaksanaan, rancangan model dan sekenario di terapkan dalam pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini guru sebagai observer dan peneliti sebagai pengajar. Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, Tetapi pertemuan ketiga hanya dilakukan tes evaluasi siklus I tanpa penerapan model group investigation. Pertemuan pertama siklus I,pembelajaran dimulai dengan pembagian kelompok dan topik yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru, pembagian ketua kelompok berdasarkan prestasi belajar,dimana setiap kelompok terdapat ketua kelompok yang memiliki prestasi belajar memang baik. Kelompok terbagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Setelah kelompok terbentuk guru mempresentasikan materi pembelajaran mengenai dasar-dasar sistem jaringan internet atau intranet dengan topik permasalahan yaitu 1. Jaringan LAN, 2. Jaringan WAN, 3. Jaringan MAN, 4. Jaringan internet, 5. Jaringan intranet dan 6. jaringan personal area network (PAN), kemudian setiap kelompok dibagikan lembar kerja kelompok untuk dibahas bersama anggota kelompok.

Pertemuan kedua, pembagian kelompok dan ketua kelompok sama seperti pertemuan pertama yang berbeda hanya pembagian topik permasalahan. Guru mempresentasikan materi mengenai topologi jaringan dengan topik permasalahan adalah 1.Topologi mesh, 2.Topologi tree, 3.Topologi bus, 4.Topologi star, 5.Topologi linear dan 6.Topologi ring.

Refleksi siklus I, peneliti dan pengamat melakukan diskusi tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan dengan baik dan bagian mana yang belum. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam siklus I, peneliti dan observer menentuakan rancangan untuk siklus kedua.

Pertemuan pertama siklus II, pembagian anggota kelompok diserahkan kepada siswa, setiap siswa berhak menentukan anggota kelompoknya jumlah kelompok beranggotakan 3 siswa dan ada 3 kelompok yang beranggotakan 2 siswa. Kelompok yang terbentuk menjadi 11 kelompok. Kemudian pemilihan topik pembahasan memakai sistem undian terdiri dari 11 topik. Materi pembelajaran mengenai perangkat keras untuk mengakses internet. Setelah semua kelompok terbentuk, guru membagikan lembar kerja kelompok pada setiap kelompok.

(15)

8

Refleksi siklus II, peneliti dan observer melakukan diskusi tentang hal-hal yang sudah dilaksanakan dan diamati, kemudian diketahui bahwa pada siklus II sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hanya ada beberapa kekurangan sedikit, tetapi sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan baik itu dari keaktifan dan hasil belajar kognitif siswa. Setelah melihat semua indikator tercapai peneliti tidak lagi melanjutkan untuk siklus berikutnya.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk melihat proses pembelajaran siswa dalam penerapan model group investigation. Dokumentasi, peneliti melakukan dokumentasi dalam pembelajaran sesuai dengan tindakan dengan dokumen foto dan tes terdiri dari lembar kerja siswa yang dikerjakan berkelompok dan tes evaluasi sebanyak 20 butir soal dilaksanakan diakhir siklus. Selanjutnya tes digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Lembar observasi keaktifan disusun berdasarkan indikator keaktifan siswa menurut Sudjana (1990), yaitu: perhatian siswa terhadap penjelasan guru, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok [9]. Indikator-indikator tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa deskriptor, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Aspek Pengamatan Keaktifan Siswa [9].

No. Indikator Deskriptor

a. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru

b. Mencari informasi untuk memecahkan masalah

c. Mengemukakan pendapat atau ide dalam diskusi kelompok

d. Mengerjakan pembagian tugas individu dalam kelompok

b. Mencatat hasil diskusi kelompok waktu presentasi

c. Menjawab pertanyaan dari kelompok lain d. Menanggapi pendapat mengenai

(16)

9 perhitungan dengan menggunakan rumus [13].

Keaktifan siswa =

Dalam penelitian ini hasil observasi keaktifan siswa dianalisis dengan menghitung presentase rata-rata nilai berdasarkan indikator dan presentase nilai berdasarkan kategori. Untuk mengetahui hasil evaluasi dianalisis menurut nilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi,jumlah siswa yang tuntas,jumlah siswa yang tidak tuntas dan presentase ketuntasan. Perhitungan hasil belajar tes evaluasi dengan menggunakan rumuas [15].

Hasil belajar tes evaluasi =

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif mengacu pada pada metode analisis dari Mile dan Hiberman, yang menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut: a) reduksi data yaitu mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian data tersebut di seleksi sehingga membentuk pola yang jelas. b) penyajian data merupakan upaya menyusun informasi secara sistematis agar mudah dipahami. c) penarikan kesimpulan merupakan proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat. Teknik analisis data kuantitatif dengan statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel,perhitungan rata-rata dan presentase. Kemudian peneliti hanya mendeskripsikan data sampel [16].

Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Ideal, yaitu minimal 75% siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70); 2) Masing-masing indikator keaktifan atau afektif siswa mencapai 75%; dan 3) Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% siswa memperoleh kategori keaktifan tinggi [17].

(17)

10 kemudian membentuk kelompok dan pemilihan topik. Setelah itu guru membagikan lembar kerja kepada semua kelompok yang berisi masalah untuk dibahas bersama anggota kelompok.

2. Merencanakan tugas-tugas belajar

Kelompok akan membagi tugas kepada seluruh anggota kelompok. Kemudian membuat rencana dalam menyelesiakan masalah yang akan diselidiki, bagaimana dalam menyelesaikan masalah tersebut langkah atau strategi apa yang akan dilakukan oleh kelompok. Kemudian sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi.

3. Melaksanakan investigasi

Siswa secara individu mendiskusikan, mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang didapat dari berbagai sumber kemudian mengumpulkan ide-ide untuk menjadi suatu kesimpulan untuk mecapai solusi masalah dalam kelompok.

4. Mempersiapkan laporan akhir

Semua jawaban mengenai topik yang dibahas sudah menjadi keseluruhan dan kesepakatan bersama kelompok yang siap dipresentasikan hasil investigasinya didepan kelas.

5. Mempresentasikan laporan akhir

Guru memilih secara acak kelompok yang maju pertama untuk presentasi. Presentasi dilakukan secara bergantian, kelompok teman diharapkan aktif baik dalam bertanya maupun mengevaluasi presentasi kelompok. 6. Evaluasi Siswa memberikan tanggapan dari

(18)

11

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa kelemahan dan keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation. Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai berikut: 1) siswa masih kurang aktif, seperti malu-malu dan ragu untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dalam diskusi kelompok maupun dalam presentasi, 2) siswa masih ragu untuk bertanya pada guru, 3) kontribusi siswa dalam kelompok masih kurang optimal, masih ada beberapa siswa yang hanya diam pada waktu diskusi kelompok, 4) hanya ada beberapa siswa yang aktif mencatat hasil diskusi kelompok teman, 5) dari evaluasi hasil belajar kognitif persentase siswa yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapakan. Keberhasilan pada siklus I, siswa sudah mengalami perubahan. Seperti,ada inisitif sendiri untuk menjawab pertanyaan guru,menghargai kelompok dalam presentasi dan adanya kekompakan kelompok dalam melaksanakan presentasi kelompok.

Maka untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam meningkatkan hasil yang lebih maka diperlukan adanya siklus berikutnya yaitu siklus II. Adapun solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah 1) memberikan nasihat dan perhatian kepada siswa agar mengerjakan tugasnya masing-masing dalam kelompok, 2) guru perlu menekankan bahwa siswa yang aktif dalam diskusi, bertanya, menjawab, maupun berpendapat dan mencatat akan mendapatkan tambahan nilai baik dalam kelompok atau individu sehingga siswa semangat untuk belajar,3) memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk bertanya secara bergantian dalam presentasi hasil diskusi kelompok, 4) selain itu bagi siswa yang disiplin dalam mengerjakan tugas diskusi juga akan mendapatkan penambahan nilai dan bagi siswa yang tidak disiplin akan mendapatkan sangksi yaitu nilainya akan dikurangi, 5) Kemudian guru dalam menjelaskan tahapan-tahapan model group investigation akan lebih sabar dan jelas agar siwa lebih paham.

Pelaksanaan dan hasil observasi pada siklus II peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan seperti, 1) siswa yang semula pasif dalam bertanya, mencatat, mengajukan pertanyaan dan berpendapat telah mengalami perubahan baik dalam diskusi kelompok maupun dalam kegiatan presentasi. Hal ini disebabkan guru terus memberikan motivasi dan memberikan semangat kepada para siswa agar ikut aktif dalam proses pembelajaran, 2) kemudian siswa sudah terbiasa dengan penerapan model pembelajaran group investigation, 4) sebagian besar siswa sudah memberikan kontribusi bagi kelompoknya masing-masing, 5) siswa sudah tertib dalam diskusi, presentasi maupun pembentukan kelompok dan dari hasil belajar kognitif dan keaktifan siswa juga telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapakan.

(19)

12

hasil belajar kognitif mencakup kerja kelompok dan tes hasil evaluasi setiap akhir siklus. Berikut ini data hasil observasi atau pengamatan keaktifan siswa berdasarkan indikator di tunjukan pada tabel 3.

Tabel 3 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan Indikator

(20)

13

atau kelompok untuk bertanya, mencatat dan menjawab secara bergantian dalam presentasi kelompok.

(21)

malu-14

malu dalam mengungkapkan ide atau pendapatnya kepada teman atau guru dan kerja kelompok masih belum optimal. Setelah melakukan perbaikan pada siklus II, siswa terlihat lebih aktif dan tidak kaku lagi. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran group investigation. Dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa, dimana terdapat 79,5% siswa yang memperoleh tingkat keaktifan tinggi, ini artinya sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 75% siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi.

Tabel 5 Hasil Kerja Kelompok Pra Siklus dan Siklus I

Indikator Pra siklus Siklus I

1. Menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN, MAN, WAN,PAN,Internet dan Intranet dengan jelas

62,42 70,81

2. Menjelaskan macam-macam topologi

jaringan dengan benar 66,61 74,19

Dari tabel 5 dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan hasil kerja kelompok dari pra siklus ke siklus I peningkatan sebesar 8,39 pada indikator menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN, MAN, WAN, PAN, Intranet dan internet. Kemudian pada indikator menjelaskan macam-macam topologi jaringan dari pra siklus ke siklus I peningkatan 7,58. Adanya perubahan mengenai peningkatan rata-rata kerja kelompok siswa karena pengaruh penerapan model group investigation. Dimana dalam proses pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan guru mengoptimalkan peranannya sebagai fasilitator dan pembimbing. Sehingga membuat siswa berperan aktif dalam memecahkan masalah dengan mencari berbagai informasi dari berbagai sumber. Kemudian guru menuntun siswa untuk mengembangkan seluruh keterampilan dalam melakukan investigasi, menyusun laporan dan diskusi kelas, yang akhirnya dapat melatih kemampuan berpikir kreaktif siswa. Sehingga berpengaruh pada pengetahuan dan pemahaman siswa.

Tabel 6 Hasil Kerja Kelompok Siklus II

Indikator Siklus II

1. Menyebutkan perangkat keras dan perangkat lunak

yang dibutuhkan dalam akses internet 82,50 2. Menyebutkan fungsi perangkat keras dan perangkat

lunak yang sudah ditemukan 86,00

(22)

masing-15

masing indikator rata-rata hasil kerja kelompok siklus I dan II, mengalami peningkatan tidak terlalu berbeda hal ini dikarenakan siswa memberikan kontribusi kerja kelompok prosesnya sama seperti pertemuan sebelumnya pada siklus II. Kemudian guru hanya memperbaiki sedikit kekurangan pada pertemuan yang sudah dilakukan di siklus II.

Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat dilihat terjadi peningkatan hasil belajar ranah kognitif dari pra siklus sampai dengan siklus II. Ketika belum diberikan tindakan, terdapat 60% yang belum tuntas dari jumlah keseluruhan 30 orang siswa. Kemudian meningkat pada siklus I sebesar 13% menjadi 73%, disebabkan karena penerapan model group investigation, dimana keterlibatan siswa lebih dominan pada tindakan siklus I ini, kemudian siswa berusaha memahami topik pembahasan yang akhirnya berpengaruh pada pemahaman siswa, meskipun masih sedikit meningkat. Kemudian guru juga terus memberikan bimbingan kepada kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan dan mengarahkan siswa agar fokus terhadap tugasnya masing-masing. Walapun belum mencapai target sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Maka dilakukanlah tindakan pada siklus II dengan beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

(23)

16

4. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa: 1) Penggunaan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa. Jika dilihat berdasarkan aspek, diketahui terjadi peningkatan persentase pada indikator keaktifan siswa setiap siklus, yang artinya selama penerapan model pembelajaran group investigation siswa menjadi aktif bertanya,menjawab pertanyaan guru atau teman, mengemukakan pendapat atau ide, memecahkan masalah, mencatat dan presentasi pada setiap pembelajaran. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kategori, terjadi peningkatan presentase siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi; 2) Penggunaan model group investigation dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil belajar siswa dalam kerja kelompok mengalami peningkatan tiap siklus dan tes evaluasi yang diberikan pada akhir siklus mengalami peningkatan pada setiap siklus. Kemudian kekurangan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus bahwa terdapat ada beberapa siswa dalam diskusi kelompok pada setiap kelompok kurang memberikan kontribusinya dalam kerja kelompok disebabkan siswa tersebut lebih menekankan atau mengharapkan kepada siswa yang memiliki kemampuan memang baik untuk aktif mengerjakan tugas sehingga hasil kerja kelompok tidak maksimal.

(24)

17

5. Daftar Pustaka

[1] Putu Ida Purnamasari, 2013, Studi Komparasi Pengaruh Penggunaan Model Pembalajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dengan Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar TIK, Jurnal

Pendidikan Teknik Informatika, 2:5.

[2] Aunurrahman, 2012, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. [3] Dwi Rahayu Widyaningsih, 2009, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Diklat IPS Ekonomi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Kelas Penjualan Di SMK BATIK 2 Surakarta Tahun pelajaran 2008/2009, Jurnal Ilmu Pendidikan Ekonomi 2:43-44.

[4] Putu Ayu Fitri Mayasari Karya, 2012, Penerapan Metode Pembelajaran Group Investigation pada Mata Pelajaran TIK untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII G SMP Negeri 2 Singaraja,

Jurnal Pendidikan Teknik Informatika,1:4.

[5] Ngalimun, 2013, Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

[6] Slavin, Robert E, 1995, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik,

Bandung: Nusa Media.

[7] Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pres.

[8] Rusman, 2012, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, Bandung: Alfabeta.

[9] Sudjana, Nana, 1990, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[10] Suprijono, Agus, 2012, Cooperative Learning: teori & aplikasi pakem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[11] Arikunto, dkk, 2014, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara.

[12] Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik,

Jakarta: PT Rineka Cipta.

[13] Kurnianingtyas, L, Y, 2012, Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Akuntasi Pada Siswa Kelas X Akuntasi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta,

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10:66-77, http://undana.ac.id/. Diakses 18 Nopember 2014.

[14] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

[15] Slameto, dkk, 2012, Asesmen Pembelajaran:Bahan Belajar Mandiri, Salatiga: Widya Sari Press.

[16] Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif,

kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

[17] Mulyasa, 2005, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik,

Implementasi dan Inovasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1 Aspek Pengamatan Keaktifan Siswa [9].
Tabel 5Indikator jenis-jenis

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam rumusannya straafbaarfeit itu adalah “tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG tahap I – tahap II yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI

[r]

KEBIJAKAN MONETER DAN SIKLUS KEGIATAN EKONOMI Kegiatan perekonomi an tiap negara tidak stabil mengalami pasang surut Kegiatan perekonomi an tiap negara tidak stabil

campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah