BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kuantitatif hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan, serta menganalisis secara kuantitatif hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, analisis penelitian menggunakan 2 tahapan penelitian yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjutan. Analisis pendahuluan dimaksudkan untuk mendeskripsikan kecenderungan sebaran data sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju sementara analisis lanjutan dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat analisis korelasi dan dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product dan Service Solutions) 21,0.
4.1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan dimaksudkan untuk mendeskripsikan kecenderungan berdasarkan skala pengukuran sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Alat analisis menggunakan statistic deskriptif, dan tendensi pusat.
4.1.1. Analisis Deskriptif Motivasi
Hasil analisis deskriptif terhadap motivasi disajikan dalam tabel 4.1. proses analisis selengkapnya disajikan pada lampiran..
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Motivasi Karyawan PT Kamaltex Karangjati
INTERVAL KATEGORI XI FI % FIXI MEAN MEDIAN MODUS
32 - 28.75 Sangat tinggi 30.4 16 17.8 486
25.63 22.65 24
28.74-25.49 Tinggi 27.1 29 32.2 786.335 25.48-22.23 Rendah 23.9 33 36.7 787.215 22.22-18.97 Sangat rendah 20.6 12 13.3 247.14
Distribusi frekuensi variabel motivasi mempunyai modus sebesar 24, median sebesar 22,65, dan mean sebesar 25,63. Jawaban tertinggi berkisar pada interval 25,48-22,23 dengan frekuensi sebanyak 33 karyawan dan memperoleh prosentase sebanyak 36.,7%, sedangkan jawaban terendah berada pada interval 22,22-18,97 dengan frekuensi 12 karyawan dan prosentase 13,3%. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa motivasi karyawan PT Kamaltex pada kategori rendah.
4.1.2. Analisis Deskriptif Disiplin Kerja
Hasil analisis deskriptif terhadap disiplin kerja disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Disiplin Kerja
INTERVAL KATEGORI XI FI % FIXI MEAN MEDIAN MODUS
85-72 Tinggi 78.5 7 7.778 549.5
62.01 64.5 11
71-58 Sedang 64.5 60 66.67 3870
57-44 Rendah 50.5 23 25.56 1161.5
90 100 5581
Berdasarkan tabel tersebut, dijelaskan bahwa distribusi frekuensi variabel disiplin kerja mempunyai modus sebesar 11, median sebesar 64,5, dan mean sebesar 62,01. Jawaban tertinggi berkisar pada interval 71-58 dengan frekuensi sebanyak 60 karyawan dan memperoleh prosentase sebanyak 66,67% sedangkan jawaban terendah berada pada interval 85-72 dengan frekuensi 7 karyawan dan prosentase 7,778%. Berdasarkan hasil data tersebut, maka kecenderungan disiplin kerja karyawan berada pada posisi sedang.
4.1.3. Analisis Deskriptif Kinerja Karyawan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kinerja Karyawan
INTERVAL KATEGORI XI FI % FIXI MEAN MEDIAN MODUS
22-19.5 Sangat tinggi 20.8 5 5.55 103.75
17.02 16.85 26
19.4-16.9 Tinggi 18.2 28 54.44 889.35 16.8-14.3 Rendah 15.6 49 31.11 435.4 14.2-11.7 Sangat rendah 13 8 8.88 103.6
90 100 1532.1
Berdasarkan pada tabel tersebut, dijelaskan bahwa distribusi frekuensi variabel kinerja karyawan mempunyai modus sebesar 26, median sebesar 16,85, dan mean sebesar 17,02. Nilai tertinggi berkisar pada interval 16,8-14,3 dengan frekuensi sebanyak 49 karyawan dan memperoleh prosentase sebesar 31,11%, sedangkan jawaban terendah berada pada interval 22-19,5 dengan frekuensi 5 karyawan dan memperoleh prosentase sebesar 5,55%. Berdasarkan hasil data tersebut, maka kecenderungan kinerja karyawan berada pada posisi rendah.
4.2. Hasil Analisis Lanjutan
Analisis lanjutan dilakukan dengan cara menganalisis hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan dan hubungan antara disiplin kerja dengan motivasi karyawan menggunakan α 0,05 serta menguji hipotesis.
4.2.1. Hasil Analisis Korelasi
4.2.1.1. Korelasi Antara Motivasi dengan Kinerja Karyawan
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Antara Motivasi Dengan Kinerja Karyawan
Correlations
Hasil Uji Korelasi antara motivasi dengan kinerja karyawan tabel 4.12 menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara motivasi dengan kinerja karyawan sebesar 0,111 pada taraf signifikansi α 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi dengan kinerja karyawan mempunyai hubungan yang sangat rendah. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan motivasi dengan kinerja karyawan. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sig.(1-tailed) atau signifikansi dua sisi menunjukkan angka sebesar 0,111. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada signifikansi hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan, karena a > 0,1 (0,111 > 0,1)
1.2.1.2. Korelasi Antara Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi Antara Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan
N 90 90
Hasil uji korelasi antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan Tabel 4.13 menunjukkan koefisien korelasi antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan sebesar 0.317 pada taraf signifikansi α 10%. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan mempunyai hubungan yang rendah. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan disiplin kerja dengan kinerja karyawan. Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sig.(1-tailed) atau signifikansi satu sisi menunjukkan angka sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada signifikansi hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan, karena a > 0,1 (0,317 > 0,1)
1.2.2. Hasil Uji Hipotesis
1. Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Karyawan
Analisis koefisien korelasi Motivasi dengan Kinerja Karyawan sebesar 0,111. Hal ini berarti menerima H1 yang menyatakan ada hubungan antara
motivasi dengan kinerja karyawan dan menolak Ho. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan motivasi dengan kinerja karyawan. Sementara itu koefisien signifikansi sebesar a = 0,01 < 0,1 ada signifikan. Hal ini berarti ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja karyawan.
2. Hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan
Analisis koefisien korelasi Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan sebesar 0,317. Hal ini berarti menerima H1 yang menyatakan ada hubungan
antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan dan menolak Ho. Koefisien korelasi tersebut (+) artinya terdapat hubungan disiplin kerja dengan kinerja karyawan. Sementara itu koefisien signifikansi sebesar a = 0,01 < 0,1 signifikan. Hal ini berarti ada hubungan positif dan signifikan antara disiplin kerja dengan kinerja karyawan.
Perhitungan korelasi menggunakan program SPSS versi 21.0, sesuai
dengan hipotesis yang ditetapkan dan sudah mengetahui arah penelitian,
maka signifikansi yang digunakan adalah one-tailed atau uji satu sisi. Hasil
perhitungan uji korelasi tampak bahwa memperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,149 pada taraf signifikansi a 5% dapat disimpulkan
bahwa nilai hitung koefisien pada kategori sangat rendah. Jadi dapat
dikatakan bahwa hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan
mempunyai hubungan yang sangat rendah dan ada signifikan antara
motivasi dengan kinerja karyawan, karena a > 0,1 (0,111 > 0,1). Hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan positif pada kategori sangat rendah
antara motivasi dengan kinerja karyawan. Sehingga hal tersebut
membuktikan pendapat dari Hasibuan (1996:156) “motivasi adalah hal-hal
yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat sehingga dapat
mencapai hasil kerja yang optimal sesuai dengan ukuran yang telah
ditetapkan perusahaan”. Sehingga adanya dampak positif motivasi
terhadap kinerja karyawan akan menghasilkan produk yang sesuai dengan
ketetapan perusahaan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa motivasi memiliki korelasi pada
kinerja karyawan PT Kamaltex Karangjati. Didukung oleh teori motivasi
A. H. Maslow dalam Martoyo (2000:158) “motivasi tersusun dalam
hierarki 5 kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri”.
akan berusaha mengembangkan bakat agar tujuan perusahaan dapat
tercapai. Berdasarkan deskripsi data rata-rata karyawan PT Kamaltex
Karangjati memiliki skor motivasi pada kategori sangat rendah. Hal ini
berarti karyawan PT Kamaltex Karangjati merasa belum memperoleh
motivasi yang tinggi, oleh karena itu perlu adanya dorongan dari berbagai
pihak yang terkait dengan lingkungan yang ada disekitar karyawan baik
dari keluarga maupun perusahaan selalu memberikan semangat untuk
bekerja lebih baik lagi.
2. Korelasi Hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan
Perhitungan korelasi menggunakan program SPSS versi 21.0. sesuai
dengan hipotesis yang ditetapkan dan sudah mengetahui arah penelitian,
maka signifikansi yang diguanakn adalah one-tailed atau uji satu sisi.
Hasil perhitungan uji korelasi tampak bahwa memperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,317, ada signifikansi antara disiplin kerja dengan
kinerja karyawan, karena a > 0,1 (0,317 > 0,1). Hasil ini menunjukkan
bahwa ada hubungan positif pada kategori rendah antara disiplin kerja
dengan kinerja karyawan. Adanya dampak positif disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan. Tingginya kinerja karyawan salah satunya juga
ditentukan oleh disiplin kerja dari karyawan.
Hal ini menunjukkan bahwa disiplin kerja memiliki korelasi pada
kinerja karyawan PT Kamaltex Karangjati. Didukung oleh pendapat Avin
organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan
dengan peraturan organisasi. Disiplin kerja memiliki peranan penting
terhadap perkembangan kinerja karyawan. Adanya disiplin kerja yang
tinggi, karyawan memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kemampuannya dalam bekerja. hal itu didukung pendapat dari Handoko
dalam Sinambela (2012:238) mengatakan bahwa, “disiplin adalah
kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri untuk
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi”.
Berdasarkan deskripsi data rata-rata karyawan memiliki skor disiplin
kerja pada kategori rendah. Hal ini berarti karyawan PT Kamaltex
Karangjati kurang memiliki kesadaran diri untuk mentaati peraturan yang
berlaku di perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu memberikan
penyuluhan tentang pentingnya menerapkan disiplin kerja pada