R A N T J A N G A N
DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN
NASIONAL — SEMESTA — BERENTJANA
DELAPAN TAHUN : 1961 — 1969
DJILID XV
R A N T J A N G A N
Dasar Undang-undang Pembangunan
Nasional — Semesta — B e r e n t j a n a
delapan tahun: 1961 - 1969 disusun
,oleh Dewan Perantjang Nasional
Republik Indonesia
TERDIRI ATAS :
BUKU KE — SATU : Pokokpokok Pembangunan Nasional SemestaBerentjana.
BUKU KE — DUA : Rantjangan Bidang Pokok Projek Pem bangunan NasionalSemestaBerentja na.
BUKU KE — TIGA : Bidang Mental/Ruhani dan Penelitian. BUKU KE — EMPAT : Bidang Kesedjahteraan, Pemerintahan
dan Keamanan/Pertahanan. BUKU KE — LIMA : Bidang Produksi.
BAB 125. BIDANG DISTRIBUSI
SISTIM DISTRIBUSI DALAM PEREKONOMIAN SOSIALIS A LA INDONESIA
§ 1579. U m u m
Sistim distribusi untuk barang2 sandang-pangan adalah bagian
chusus dari Sistim perekonomian Indonesia, oleh sebab itu dalam bagian umum ini baiklah diteliti Sistim perekonomian Indonesia.
Sumber untuk mengetahui ini ialah : a. U.U.D. 1945 pasal 33 jang menjatakan dalam :
ajat (1) : Susunan perekonomian Indonesia sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
ajat (2) : Negara menguasai tjabang2 produksi jang penting bagi
Negara dan jang menguasai hadjat hidup orang banjak. ajat (3) : Negara menguasai dan mempergunakan untuk
se-besar2-nja kemakmuran rakjat, bumi dan air dan kekajaan jang terkandung didalamnja.
b. Manifesto politik : Keputusan D.P.A tentang Perintjian Manifesto Politik Republik Indonesia, halaman 26:
1. Retooling alat2 produksi dan alat2 distribusi. Semuanja diorganisir
dibelokkan stirnja kearah pelaksanaan pasal 33 Undang2 Dasar 1945,
dengan mempergunakan rel Demokrasi Terpimpin.
2. Semu alat vital dalam produksi dan semua alat vital dalam distri-busi atau sedikitnja diawasi oleh Pemerintah,
3. Segala modal dan tenaga jang terbukti progressif dapat diikut-sertakan dalam pembangunan Indonesia.
4. Tenaga modal "funds and forces" bukan asli jang sudah menetap di Indonesia, jang menjetudjui, lagi pula sanggup membantu ter-laksananja program Kabinet Kerdja, akan mendapat tempat dan kesempatan jang wadjar dalam usaha2 kita, dan dapat disalurkan
kearah pembangunan Perindustrian, misalnja dalam sektor industri menengah jang masih terbuka bagi inisiatif partikulir.
5. Mentjoret sama sekali „hak eigendom” tanah dari hukum per-tanahan Indonesia, dan hanja kenal hak milik tanah bagi orang Indonesia, sesuai dengan pasal 33 Undang2 '45.
c. Amanat Presiden:
1. Sistim ekonomi itu ialah Ekonomi Terpimpin
dan
untuk melaksa-nakan Ekonomi Terpimpin ini diperlukan suatu kebidjaksanaan dalam Sistim pemerintahan, jang memungkinkan stabilisasi politik (halaman 33 alinea 3).2. Supaja mengerahkan segala usaha dalam lapangan ekonomi dan keuangan kesuatu masjarakat jang adil dan makmur berdasar Pantjasila, dan sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan bangsa Indonesia. Kepribadian bangsa Indonesia mengenai sifat gotong-rojong dan azas kekeluargaan (hal, 33 alinea terachir).
3. Supaja Pembangunan menjempurnakan Ekonomi Terpimpin sedjalan dengan tjita2 Demokrasi Terpimpin, untuk melenjapkan sisa2
(a). Setjara negatip Sistim perekonomian Indonesia ialah suatu Sistim jang bukan Sistim kapitalis free-fight liberalism dan djuga bukan Sistim sosialisasi jang menghapuskan hak milik perseorangan, (b). Dan setjara positip : Sistim perekonomian Indonesia ialah Sistim
Ekonomi Terpimpin sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia jaitu gotong-rojong dan azas kekeluargaan.
Sistim ini dapat djuga disebut Sistim perekonomian Sosialis ala Indonesia ataupun Sistim gotong-rojong.
Sistim perekonomian Sosialis ala Indonesia berdasarkan kesadaran sosial, gotong-rojong, berpidjak pada suatu sintese antara kebe-basan dan pimpinan dalam perekonomian dengan djalan:
(1). memiliki alat2 perekonomian jang vital,
(2). menguasai alat2 tersebut dalam sub (1),
(3). membimbing, memupuk Badan2 Koperasi dan Swasta,
(4). mengoreksi, mengontrol, Badan2 tersebut dalam sub (1),
(5). memadjukan atau membatasi kebebasan usaha2 perseorangan.
Dalam meneliti Sistim Sosialis ala Indonesia tidak boleh dilupakan dasar Pantjasila, terutama ke-Tuhanan jang Maha-Esa, suatu sila jang memungkinkan kebebasan bertindak dari perseorangan dalam lapangan ekonomi jang loyaal dan tjinta pada Bangsa dan Negaranja.
Sistim distribusi untuk sandang-pangan :
Diatas telah djelas, bahwa ini dari Sistim perekonomian Sosialis ala Indonesia setjara terperintji dan prinsipil meletakkan :
Pimpinan dari Negara disegala bidang perekonomian jang dilakukan (subject) oleh :
3. Perseroan2 terbatas milik Negara.
4. Koperasi2 .
5. Pengusaha2 swasta berbentuk perseorangan, kongsi, firma, comm.
Vennootschap P.T. 2, I.M.A., untuk memudahkan pimpinan, seharus-nja mendjadi anggota dari Organisasi Pengusaha Sedjenis, jang telah mendapat pengakuan dari Pemerintah.
● Pengusaha2 jang disebut dalam nomor 5 pada prinsipnja dapat djuga
mendjalankan distribusi sandang-pangan dalam tahapan pertama. Ter-lebih2 karena menurut kenjataan aparatur2 pemerintah untuk
melak-sanakan distribusi itu belum mentjukupi dan koperasi2 masih dalam
pertumbuhan, walaupun dalam pertumbuhan jang banjak harapan karena adanja Departemen chusus untuk Koperasi.
● Terang dan tidak perlu diperpandjang bahwa Pengusaha Swasta Nasional jang tidak loyaal atau jang tidak menjetudjui Sistim perekono-mian Sosialis A la Indonesia harus disingkirkan dari Urusan Distribusi Sandang Pangan.
§ 1580, Politik umum distribusi dalam rangka
jang baru jaitu sistim Ekonomi Terpimpin.
Merombak susunan ekonomi liberal jang sudah berakar tidaklah mungkin dilakukan dalam waktu
sesingkat ini tanpa disertai dengan tindakan2 tegas
berupa perombakan setjara fundamentil terhadap segenap sektor, termasuk distribusi sebagai sektor jang vital dan menentukan didalam struktur perekonomian. Karma itu pembangunan ekonomi sosial tanpa sistim Ekonomi Terpimpin tak akan menghasilkan masjarakat adil dan
makmur seperti jang di-tjita2kan dalam Manifesto Politik.
Hal jang sedemikian ini disadari pula sepenuhnja oleh
Pemerintah didalam Sidang2 Parlemen, dapatlah
disimpulkan bahwa sampai sekarang beberapa tindakan penting telah dimulai oleh Pemerintah untuk
mele-takkan dasar2 baru sesuai dengan peranan distribusi
dalam iklim Ekonomi Terpimpin.
pangan Rakjat dalam waktu se-singkat2nja”.
Menurut keputusan Pemerintah mengenai bidang
distribusi : Pemerintah haruslah menguasai atau
se-tidak2nja mengawasi dan menga-dakan kontrol setjara aktip atas pembagian barang2 vital jaitu barang2 jang merupakan bahan2 pokok untuk kebutuhan hidup
se-hari2 dari
rak-jat, serta bahan2 untuk produksi, agar penjalurannja
dapat dilaksanakan merata se-adil2nja dan terbagi
se-baik2nja, Barang2 pokok jang harus didistribusikan
setjara simplistis terbagi dalam dua golongan jaitu : a.
Bahan2 pokok untuk kebutuhan rakjat se-hari2 dan b. Bahan2 lainnja
jang djuga diperlukan untuk kelantjaran perekonomian rakjat jang me-rupakan bahan konsumsi pada sektor produktif.
Didalam bidang sandang-pangan Pemerintah telah menetapkan beberapa tindakan, antara lain :
1. Menetapkan 8 matjam barang kebutuhan Rakjat : a, Beras, b. Gula, c, Garam, d. Tekstil, e, Terigu, f. Minjak kelapa, g. Minjak tanah, h. Ikan asin, adalah bahan2 jang vital jang penjalurannja harus
dikuasai atau diatur oleh Pemerintah baik tentang persediaannja maupun penjalurannja.
2. Barang2 lainja jang djuga diperlukan untuk kelantjaran
perekono-mian rakjat; impornja harus dilaksanakan oleh Pemerintah. Barang2
ini terdiri dari 13 matjam jakni : a. Tekstil, b, benang tenun, e, kapas, d. trigu; e, kertas, f. semen, g, besi baton, h. binddraad, i, tinplaten, j. guni dan taliguni, k, cambrics, l. tjengkeh, m. pupuk. Disamping itu djuga beras sudah sedjak sebelumnja impornja dilakukan oleh Peme-rintah.
Beberapa keputusan Pemerintah a.l. pengumuman Menteri Perda-gangan tgl. 23-4-1959 mengenai impor bahan2 penting
diselenggara-kan oleh Pemerintah melalui P.T.2 Negara dan keputusan Menteri Perdagangan No. 2933/M, tgl. 14 Mei 1959 ,adalah tentang
penjalurannja,
3. Mempersiapkan retooling dibidang aparatur distribusi dengan penjempurnaan PT2. Negara, perbaikan organisasi Koperasi dan eksperimen2 penjaluran melalui toko2 sandang-pangan.
c. Mengenai penguasaan bahan2 kebutuhan se-hari2 dari sandang-(minjak kelapa), dengan rentjana kantor kopra mendjadi handling-agent
dari Departemen Perdagangan, minjak tanah, seperti bensin dll. minjak bumi sedang dalam taraf pembitjaraan (handling agent dari Pemerintah adalah kantor minjak), ikan asin masih dianggap merupakan suatu pro-duksi jang chusus, karena itu memerlukan penindjauan lebih djauh, Bagi sektor pengangkutan, terutama pengangkutan darat Pemerintah telah menguasai impor dan distribusi sparepartsnja.
Demikian pula mengenai distribusi bahan2 baku, bahan2 penolong.
Impor bahan2 penting ini diselenggarakan oleh Pemerintah dengan
saluran melalui PT2. Negara. Saluran distribusinja direntjanakan sebanjak mungkin dengan memperbanjak djaringan2, sehingga dapat
dihindarkan kemungkinan2 manipulasi jang membawa kematjetan2, Dari
penguasaan impor terhadap 13 matjam bahan2 penting ini, satu segi jang
pasti akan membawa kemadjuan dan keuntungan bagi perekonomian kita ialah, bahwa dengan ini berarti 75% pemakaian devisen Negara dikuasai oleh Pemerintah sendiri, sehingga memudahkan segala tindakan untuk mengontrole.
Disamping tindakan dilapangan produksi dan impor tersebut, dalam bidang organisasi distribusi Pemerintah berpangkal pada pendirian, bahwa se-baik2nja penjaluran distribusi jang langsung mentjapai
konsu-men dilakukan melalui koperasi2, Hal ini dianggap sangat penting
berhubung dengan Pengumuman Pemerintah No. 1 tertanggal 2 Septem-ber tentang pelaksanaan Pengumuman Menteri Perdagangan tertanggal 15 Mel, dan PP No. 10 tahun 1959, mengenai larangan bagi toko2 dan
warung2 etjeran Bangsa Asing diktat ibukota daerah tingkat I dan II
serta tingkat Keresidenan.
§ 1581. Politik harga dan rentjana stabilisasinja
Seperti terdjadi dalam situasi sekarang ini keadaan harga2
kebu-tuhan rakjat se-hari2 telah meningkat sangat tinggi, Harga2 12 matjam
barang maupun 19 djenis bahan makanan dibandingkan dengan tahun 1953, menundjukan kenaikan jang terus-menerus dari tahun ketahun.
Tingkat harga 12 djenis bahan makanan pada bulan Desember 1957 adalah 250%, pada bulan Desember 1958 263%. Seperti telah dinjatakan dalam Nota Keuangan 1960 harga etjeran 19 matjam bahan makanan di Djakarta jang pada bulan Desember 1958 berdjumlah 258% (angka indeks 1953 = 100), pada bulan Djuli 1959 sudah meningkat mendjadi 323% dan bulan Oktober 1959 sesudah sanering mendjadi 316% menu-rut BPS). Hal2 tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
karena :
a. Persediaan barang2 tersebut sangat terbatas, sehingga memungkinkan
permainan manipulasi oleh elemen2 parasiter jang pada saatnja apabila
suatu ketika ada kelambatan supply sedikit sadja, mudah menimbulkan kegontjangan2.
b. Hot-money jang sangat besar djumlahnja berada ditangan para pedagang sebagai akibat dari keadaan inflatoir sekarang ini, dan karena itu para pemegang dengan leluasa melakukan berbagai tindakan manipulasi jang berakibat keadaan seburuk jang kita alami. c. Disamping itu keadaan pengangkutan baik dilaut, darat maupun udara
masih djauh daripada memuaskan,
d. Djuga pemerintah menetapkan kenaikan harga beberapa barang a.l. minjak tanah bumi, dan adanja "meerwinst politik" terhadap barang2
impor jang ditetapkan oleh Pemerintah dengan perhitungan mengim-keadaan sematjam ini adalah sangat kompleks, Selain langkah menudju ke-satu2nja djalan jang menurut Pemerintah ialah dengan indirect
approach, Pemerintah meletakkan kebidjaksanaan jang didasarkan atas:
1. Tight-money policy; b. Kontrole fiskal; c, Kontrole direct. Sebagai follow-up daripada tindakan dilapangan moneter jang dilaksana-kan pada tanggal 25 Agustus j.l. menurut niat Pemerintah kegiatan-dilapangan ekonomi hendak dialihkan ke-sektor2 produksi, distribusi,
impor, dan ekspor. Disamping itu untuk mempermudah Pemerintah dalam mengendalikan djalannja perkreditan dan arus uang, dalam hal ini bebe-rapa tindakan ditudjukan kearah memperbesar pengaruh bank dalam ekonomi Indonesia.
2. Dalam Kontrole fiskal, pada hakekatnja termasuk djuga kontrole "budget" untuk menekan defisit Anggaran Belandja Negara: Sudah dilakukan tindakan2 (a.1. dengan keluarnja Instruksi Menteri Pertama
tanggal 9 September 1959 No. 114474/GT), dalam rangka menekan pengeluaran2 jang tak perlu. Tindakan mempergiat padjak dan
mengada-kan padjak2 baru, mengubah sistim padjak dalam menetapmengada-kan imbangan penarikan padjak antara pusat dengan daerah2 dll. ditempuh sebagai
djalan untuk memperbesar penerimaan Negara.
Dalam rangka pengendalian harga, Pemerintah sedjak, bulan Djanuari 1960 telah mengeluarkan penetapan plafond harga barang2
sandang-pangan. Dalam tindakan dilapangan harga ini terutama men-djelang datangnja hari Lebaran, Keputusan Pemerintah ditudjukan untuk menurunkan harga rata2 40% pada harga bulan Desember 1959. Apakah
tindakan ini sudah membawa hasil, kita belum tahu, Tetapi keputusan itu kini sedang dalam pelaksanaan, walaupun kenjataan tak dapat disangkal bahwa barang2 hilang dari pasaran bebas. Keputusan itu djuga
ditudjukan untuk stabilisasi dan pengendalian harga dan untuk mentjegah usaha2 pengatjauan dengan penimbunan barang2 sandang-pangan.
Pemerintah, telah mengeluarkan peraturan jang menentukan bahwa
pelanggar2 ekonomi akan dihukum se-berat2nja, Razia2 sampai sekarang
terus didjalankan.
§1582. Perubahan penetapan Sistim Alokasi dan Dislokasi
Sudah mendjadi tjiri, umumnja daripada Sistim ekonomi liberal, bahwa kemerdekaan bersaing jang berarti djuga kemerdekaan bermono-poli adalah sendi utama bagi perkembangan perekonomian liberalisme. Sudah tentu tidak lain rakjat jang tetap melarat, jang mendjadi korban, dan pengusaha ketjil/pengusaha nasional djanganlah diharapkan per-tumbuhannja selama tidak ada pendobrakan terhadap rantai2 Sistim monopoli tersebut. Sebagai akibat dari politik distribusi kolonial jang
senantiasa melindungi kehidupan apa jang disebut oleh Pemerintah „kaum eligopolist” masjarakat tidaklah melupakan peranan "Big Five"
jang semendjak dahulu mempunjai pengaruh jang besar dan menentukan terhadap perkembangan perekonomian Negara, Sebagaimana diketahui, mereka tidak sadja menguasai supply dari barang2 dan bahan2 impor
penting, melainkan djuga supply barang2/bahan2 hasil produksi dalam
negeri. Mereka dengan sesukanja dapat menentukan mana jang diekspor dan sisa mana jang diperdagangkan didalam negeri.
Disamping itu karena mereka mempunjai djaringan alat2 distribusi
sendiri, merekapun dapat mengatur sesuka hatinja alokasi barang2 bagi
daerah2 jang sudah tentu mengedjar untung se-besar2njalah jang
mendjadi motifnja (profit motives) djadi tidaklah alokasi itu didasarkan atas kebutuhan rakjat jang wadjar, Maka sudah pasti mereka dapat menentukan harga barang2nja jang pada hakekatnja merugikan
konsumen.
Sekarang Pemerintah sudah menetapkan beberapa langkah seperti jang telah disebut pada uraian dimuka, bahwa barang2 sandang-pangan
jang dianggap vital, impor dan penjalurannja dilakukan melalui PT2.
Negara, djadi tidak lagi oleh Swasta. Begitu pula penetapan alokasi pada daerah2 atas barang2 impor serta barang2/bahan2 produksi dalam negeri,
diberikan atas prinsip memenuhi rentjana2 kebutuhan dengan menaruh
perhatian sepenuhnja pada keseimbangan antara sektor konsumen dengan sektor perlengkapan umum, meskipun harus diakui kadang2 belum dapat
dipenuhinja kepentingan2 persediaan urgen disebabkan oleh hal2 diluar
rentjana, karena timbulnja sesuatu bentjana-alam dan sebagainja (misalnja mengenai beras),
Dislokasi sedang diusahakan supaja sesuai dengan struktur jang sedapat mungkin haruslah bisa tertjipta untuk memperpendek djaringan2,
agar barang2 tersebut segera sampai pada tangan jang memerlukan.
Sampai sekarang bagian terbesar perusahaan2 asing sudah diambil
alih mendjadi PT2. Negara, terutama jang vital2 seperti Internatio,
Bor-sumy dsb.-nja. Menurut pengumuman sampai tgl. 31 Desember 1958 djumlah PT2, tersebut ada 20 buah.
§ 1583. Kekurangan2 serta usaha2 jang harus dilaksanakan
Lebih djauh dapat dikatakan bahwa masih banjaklah tindakan Pemerintah jang belum dapat dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan2
maupun hal2 jang timbul sebagai akibat dari tindakan peralihan.
Antara lain kekurangan2 itu ialah :
a. Masih belum dapat dilaksanakan tindakan untuk merealisasi penje-derhanaan atau merubah struktur memperpendek perantara2 dalam
aparat distribusi jang dapat mendjamin kelangsungan barang2 untuk
b. Penampungan akibat pelaksanaan P.P. No. 10. 1959, belum sepenuh-nja terlaksana mengingat kesepenuh-njataan bahwa djumlah koperasi2 sebagai
penjalur bahan penting belum mentjukupi kebutuhan sehingga harapan semula untuk memilih Koperasi dan menempatkan peranan utama pada Koperasi2 sebagai penjalur bahan penting kepada rakjat,
belum dapat direalisasikan. Sedangkan peranan distributor Swasta, Pemerintah Daerah, dan warung2 pengetjer nasional (retailer) pun
masih harus ditetapkan lebih landjut. .
c. P.T2. Negara dalam melaksanakan tugasnja masih harus
disempurna-kan, mengingat tugas2nja sekarang dan dimasa datang sebagai
tulang-punggung bagi perekonomian nasional, Haruslah ditjegah hal2 jang
menimbulkan kematjetan2 dalam melaksanakan impor/ekspor dalam
rangka tugasnja memenuhi supply pada industri2, dan daerah.
d. Sebagai akibat pelaksanaan Peraturan2 jang menetapkan impor/
ekspor barang2 vital dilakukan oleh PT2. Negara, maka kegiatan
pada Pengusaha Swasta perlulah ditetapkan, mengingat peranan Swasta dalam situasi Ekonomi Terpimpin masih diperlukan sumbang-annja untuk ikut serta melaksanakan pembangunan. Harus ditetapkan sektor mana jang dapat diserahkan kepada mereka.
e. Perlu adanja tindakan Pemerintah lebih landjut dalam djangka pan-djang maupun pan-djangka pendek dalam menstabilisasi harga jaitu mendjamin adanja kontinuitet "flow of goods", minimum untuk memenuhi sandang-pangan dengan persediaannja jang tjukup, meng-ambil kebidjaksanaan dalam melaksanakan tindakan mentjegah pemborosan uang Negara, untuk tidak mengakibatkan2 komplikasi2
lain. Menetapkan kebidjaksanaan dalam memperbesar pendapatan Negara dengan tidak terlampau berat membebankan kepada Rakjat. f.Mendjadikan tahun 1960 landasan bagi stabilisasi mata-uang rupiah
kita, untuk mendjamin berhasilnja plan 8 th. j.a.d. Menetapkan setjara berangsur-angsur dan berentjana garis2 untuk merealisasi Manifesto
Politik bahwa aparat distribusi dan penjalur barang2 vital harus
dikuasai oleh Pemerintah, dengan mengingat bahwa dalam masa peralihan sekarang ini peranan Pemerintah ialah mendjamin adanja landasan bagi berkembangnja Ekonomi Terpimpin, meskipun dengan sepenuhnja menjadari peranan Swasta tak dapat diabaikan,