• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /students/paper/skripsi/20402076

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /students/paper/skripsi/20402076"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN ALAT

III.1. Blok Sistem Robot Secara Umum

Untuk Navigasi Untuk Manipulasi

(gerak berpindah) (gerak penanganan)

Gambar 3.1. Diagram blok sistem robot secara umum

Gambar diatas merupakan blok sistem robot secara umum dan orientasi

fungsinya yang biasa kita jumpai dan berhubungan dengan “Real World”. Berikut

adalah penjelasan dari blok rangkaian diatas :

 Sistem kontrol (control system)

SISTEM KONTROL

MEKANIK

ROBOT SENSOR

AK TU AT OR

SISTEM & SISTEM

RODA KAKI

(2)

Adalah rangkaian elektronik yang setidak-tidaknya terdiri dari rangkaian prosesor

(CPU, memori, komponen interface Input / Output), signal conditioning untuk

sensor (analog dan atau digital), serta driver untuk aktuator.

 Mekanik robot (mechanical robot)

Adalah sistem mekanik yang dapat terdiri dari fungsi gerak. Jumlah fungsi gerak

disebut sebagai derajat kebebasan atau degree of freedom (DOF). Sebuah sendi

yang diwakili oleh sebuah gerak aktuator disebut sebagai satu DOF.

 Sensor

Adalah perangkat atau komponen yang bertugas mendeteksi (hasil) gerakan atau

fenomena lingkungan yang diperlukan oleh sistem kontroler. Dapat dibuat dari

sistem yang paling sederhana seperti sensor inframerah, ultrasonic, saklar

ON/OFF, dan sebagainya.

 Aktuator (actuator)

Adalah perangkat elektromekanik yang menghasilkan daya gerakan. Terdiri dari

tiga jenis, yaitu:

1. Electric actuator, yaitu perangkat menggunakan sistem

motor listrik (motor DC, motor DC servo, maupun motor stepper.

2. Pneumatik actuator, yaitu perangkat yang menggunakan

udara atau gas nitrogen.

3. Hydraulic actuator, yaitu perangkat yang menggunakan

bahan cair seperti oli [12]

(3)

Adalah sistem mekanik yang dapat menggerakkan robot untuk berpindah posisi.

 Sistem kaki

Pada dasarnya sistem kaki adalah gerakan “roda” yang didisain sedemikian rupa

hingga memiliki kemampuan gerak seperti mahluk hidup. Robot berjalan dengan

sistem dua kaki yang memiliki struktur kaki seperti manusia setidak-tidaknya

mempunyai sendi-sendi yang mewakili pergelangan kaki, lutut, dan pinggul.

 Sistem tangan

Adalah bagian atau anggota badan robot selain sistem roda atau kaki. Dalam

konteks mobile robot, bagian tangan ini dikenal sebagai manipulator yaitu sistem

gerak yang berfungsi untuk memanipulasi (memegang, mengambil, mengangkat,

memindah atau mengolah) obyek. [4]

III.2. Diagram Blok Rangkaian

Dibawah ini adalah gambar blok rangkaian dari robot yang dibuat oleh penulis

yang terdiri dari tiga proses, yaitu input (sensor), proses (mikrokontroler), dan output

(motor DC).

(4)

Gambar 3.2. Diagram blok rangkaian

Berdasarkan blok diagram diatas, sensor yang digunakan untuk mengenal

keadaan lingkungan luar dimana robot ini akan beroperasi adalah sensor ultrasonic.

Sensor ini akan bekerja dengan cara mendeteksi adanya halangan dari pergerakan

robot mobile ini. Pendeteksian sinyal yang datang menggunakan prinsip pemantulan

dari rangkaian transmitter ke rangkaian receiver dari sensor ultrasonic. Hasil

pemantulan tersebut masih dalam bentuk sinyal analog. Sedangkan sinyal yang

dibutuhkan oleh bagian processing dalam hal ini dilakukan oleh mikrokontroler

adalah sinyal digital. Oleh karena itu maka pada output rangkaian receiver sensor

ultrasonic dibuat rangkaian tambahan lagi berupa rangkaian transistor yang dalam

rangkaian ini memiliki fungsi sebagai saklar. Ultrasonic

Transmitter

Ultrasonic Receiver Halangan

Pengkondisian Sinyal

Mikrokontroler AT89C52

Driver motor DC Motor

DC

PROSES

Blok Rangkaian Motor DC

(5)

Output dari rangkaian transistor sebagai saklar ini sudah dalam bentuk digital,

yaitu berupa kondisi HIGH (1) atau LOW (0). Dari proses pengkondisian sinyal ini

maka diperoleh keluaran berupa data digital dari receiver dan akan diberikan kepada

mikrokontroler AT89C52. Mikrokontroler akan mengolah hasil input dari blok

rangkaian sensor yang terdapat pada P1.1 sampai P1.3. Prosesnya adalah bagaimana

mikrokontroler akan menterjemahkan hasil input dari sensor dan

mensingkronisasikannya dengan program yang sudah “tertanam” di chip

mikrokontroler tersebut.

Proses mikrokontroler untuk menterjemahkannya dan menjadi penghubung

antara input dan output sangat rumit. Disini mikrokontroler akan menggabungkan dan

mensinkronisasikan antara software dengan blok perancangan hardware. Dari hasil

proses yang dilakukan oleh mikrokontroler maka akan dihasilkan suatu kondisi

perintah kepada driver dari motor dc, dalam hal ini berupa IC L293D yang kemudian

akan menggerakkan motor dc, baik ke arah kanan maupun ke arah kiri tergantung

dari hasil input dari sensor dan hasil output dari mikrokontroler AT89C52 yang

diberikan kepada IC pada driver motor tersebut.

III.3. Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

(6)

Pemancar gelombang ultrasonic disusun oleh sebuah transduser

ultrasonik yang diberi gelombang kotak dengan frekuensi sekitar 40 KHz.

Gelombang kotak dihasilkan oleh untai multivibrator yang disusun oleh IC 555

yang bekerja secara astable. Rangkaian pemancar ultrasonic ditunjukkan

gambar 3.3 (a).

(a) (b)

Gambar 3.3. Rangkaian sensor ultrasonik. (a) Transmitter (b) Receiver

Rangkaian sensor dibuat sebanyak 3 bagian yang pada tiap bagian dari

sensor terdiri dari pasangan transmiter dan receiver dari sensor ultrasonic.

Ketiga bagian tersebut ditempatkan pada bagian depan serta bagian samping

kanan dan kiri dari robot.

Output dari ketiga pasangan sensor ini dihubungkan ke mikrokontroler

(7)

untuk memberikan input kepada IC L293D sebagai driver motor untuk

menggerakkan motor sesuai dengan data yang diterima dari mikrokontroler.

Selain sebagai input data, output dari sensor digunakan juga sebagai

pembangkit sinyal interrupt. Untuk itu, maka diperlukan rangkaian lain yang

akan membangkitkan sinyal interrupt ketika salah satu atau lebih sensor

tersebut mendeteksi sambungan antara transmiter dengan receiver.

Pada kasus ini penulis menambahkan gerbang logika OR. Dengan

menggunakan gerbang logika OR, interrupt high akan aktif (INT 1=1).

Komponen yang digunakan adalah IC 74LS32.

Gambar 3.4. Rangkaian pembangkit interupt

Dibawah ini adalah keluaran yang dihasilkan dari rangkaian dengan

menggunakan gerbang logika OR

Tabel 3.1 Tabel kondisi pembangkit interrupt

A B INT 1

A

C B

Ultrasonik input

(8)

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

III.3.2. Blok rangkaian mikrokontroler

Jenis mikrokontroler yang digunakan adalah AT89C52 yang memiliki

empat buah port I/O, yaitu:

1. P0 (pin 32 sampai pin 39)

2. P1 (pin 1 sampai pin 8)

3. P2 (pin 21 sampai pin 28)

4. P3 (pin 10 sampai pin 17)

Pada perancangan alat ini penulis hanya menggunakan tiga port saja,

yaitu Port 0 berfungsi sebagai output. Pin yang digunakan yaitu pada P0.0

sampai P0.6. Kelima pin ini akan dihubungkan ke input dari IC untuk driver

motor dc. Kemudian Port 1 berfungsi sebagai input dari rangkaian sensor

ultrasonik. Masing-masing sensor menempati satu bit pada Port 1 yaitu P1.0,

P1.1, dan P1.2.

Yang ketiga adalah Port 3. Port ini adalah port khusus pada keluarga

8051, karena memiliki fungsi interrupt. Oleh karena perancangan alat ini

menggunakan rutin interrupt, maka kaki P3.3 (yang berfungsi sebagai INT 1)

dihubungkan ke output rangkaian pembangkit interrupt dari rangkaian sensor

(9)

Pada blok rangkaian dari mikrokontroler ini juga terdapat rangkaian

reset, yaitu jika kita mengeksekusi tombol yang ada, maka secara otomatis

address program dari mikrokontroler akan menuju ke alamat 0000H. Nilai

tersebut dinamakan sebagai vektor reset, yang merupakan nomor awal dari

memoriprogram yang menampung program agar dapat dijalankan. Dengan kata

lain akan kembali ke awal perintah atau program.

Perintah ini merupakan satu-satunya perintah yang tidak dapat dihalangi

oleh perintah lain. Pembahasan diatas memberkan gambaran bahwa proses reset

merupakan peristiswa perangkat keras (sinyal reset dihubungkan ke kaki reset

mikrokontroler) yang dipakai untuk mengatur kerja dari software, yakni

menentukan aliran proses program prosesor.

Selain rangkaian reset, juga terdapat rangkaian yang osilator. Ini

merupakan rangakain yang memicu CPU dan mikrokontroler untuk

mengerjakan satu intruksi ke instruksi berikutnya dalam proses yang berurutan.

Setiap langkah kecil dari operasi mikrokontroler membutuhkan waktu sebanyak

satu atau beberapa clock untuk melakukannya yang akan menentukan kecepatan

kerja dari mikrokontroler.

Program untuk mengendalikan kerja dari mikrokontroler disimpan

dalam memori program, yang merupakan kumpulan dari instruksi kerja

mikrokontroler. Sepanjang mikrokontroler bekerja, instruksi tersebut byte demi

byte akan diambil CPU dan selanjutnya dipakai untuk mengatur kerja

(10)

disebut fetch cycle dan saat CPU melaksanakan instruksi tersebu dinamakan

dengan demikian isi memori program bisa berurutan diberikan ke CPU.

Saat mikrokontroler di-reset, isi PC menjadi 0000H, artinya sesaat

setelah reset isi dari memori program nomor 0 dan seterusnya akan diambil ke

CPU dan diperlakukan sebagai instruksi yag akan mengatur kerja

mikrokontroler. Dengan demikian, awal dari program pengendali harus

ditempatkan di memori nomor 0, setelah reset mikrokontroler menjalankan

program mulai dari memori program 0000H, dengan melakukan fetch cycle

dabn execute cycle terus menerus tanpa henti.

Jika sarana interrupt diaktifkan, dan tegangan di kaki INT 1 merubah

dari 0 menjadi 1, maka proses menjalankan program diatas akan dihentikan

sebentar, kemudian mikrokontroler sendiri akan melayani dulu permintaan

interrupt, selesai melayani permintaan interrupt CPU akan melanjutkan

mengerjakan program utama lagi.

(11)

Gambar 3.5. Blok rangkaian mikrokontroler

III.3.3. Rangkaian penggerak motor DC

Untuk penggerak dari rangkaian roda pada robot menggunakan motor

dc. Pada motor dc sendiri tidak dapat dikendalikan langsung oleh keluaran dari

mikrokontroler. Tegangan mikrokontroler hanya sebesar 5 Volt, sedangkan

motor dc yang digunakan pada robot ini membutuhkan tegangan sebesar 12 volt

agar dapat bekerja dengan optimal. Oleh sebab itu, untuk mengendalikan motor

dc 12 Volt dengan tegangan 5 Volt dari mikrokontroler, perlu dibuat rangkaian

khusus. Rangkaian pengendali motor dc yang digunakan disini adalah rangkaian

yang dikenal dengan sebutan H-Bridge transistor circuit, dinamakan demikian

Q3 D 560

Q4

Q2 9013 Q1

9013

100 O 100 O 100 O

100 O

22 KO 22 KO

12 V

Q5 D 560

Q6

(12)

karena rangkaian transistor dan motor ini membentuk abjad H (gambar 3.6).

Rangkaian ini umum digunakan untuk mengatur putaran motor ke arah yang

diinginkan dengan memberikan logika Transistor-Transitor Logic (TTL) yang

sesuai dengan ketentuan pada kaki inputnya (tabel 3.2).

Gambar 3.6. Driver motor DC menggunakan rangkaian H-Bridge

Rangkaian penguat ini digunakan untuk mengatur putaran motor dc ke

arah kanan atau kiri. Perputaran motor dc ini diatur dengan merubah polaritas

dari tegangan yang bekerja pada motor dc.

Jika titik A diberi input, maka transistor Q1 akan aktif, yang akan

membuat transistor Q3 dan Q6 juga aktif. Q3 akan menghubungkan titik C pada

motor ke +12 volt, dan Q6 menghubungkan ke ground. Dari sini pergerakan

Q3 D 560

Q4 D 438

Q2 9013 Q1

9013

100 O 100 O 100 O

100 O

22 KO 22 KO

12 V

Q5 D 560

Q6 D 438

(13)

putaran motor akan searah dengan jarum jam. Jika titik A tidak diberi input

maka Q1, Q3 dan Q6 tidak akan menghantar, sehingga motor tidak akan

bergerak.

Kemudian sebaliknya jika titik B yang diberi input maka transistor Q2,

Q4, dan Q5 akan aktif. Dengan transistor pada Q5 yang akan mendapat

tegangan +12 volt dan transistor Q4 yang akan terhubung ke ground. Dengan

kondisi seperti ini, maka motor akan berputar berlawanan dengan jarum jam.

Dari rangkaian ini pula tidak diperbolehkan untuk mengaktifkan A dan

B secara bersamaan. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan terjadi hubungan

singkat/korsleting. Dengan adanya hal seperti ini maka akan dapat merusak

rangkaian H-Bridge ini, bahkan keseluruhan sistem.

Tabel 3.2 Kondisi putaran motor

Logika A Logika B Arah Putaran

0 0 Diam

0 1 Berlawanan jarum jam

1 0 Searah jarum jam

1 1 Dilarang

Pada penelitian ini penulis mengganti rangkaian H-Bridge dengan

sebuah komponen Integrated Circuit (IC) L293D. IC ini mempunyai fungsi

yang sama dengan rangkaian H-Bridge. Gambar 3.7 menunjukkan konfigurasi

(14)

Gambar 3.7. Alokasi pin IC L293D

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa IC ini mempunyai dua buah

sumber tegangan, yaitu 5 volt untuk mengaktifkan IC yang terdapat pada pin 16

dan sumber tegangan 12 volt pada pin 8 yang berfungsi untuk menggerakkan

motor dc. Pada pin 1 dan pin 9 berfungsi untuk meng-enable kan

masing-masing motor. Sebab dalam rangkaian robot ini menggunakan dua buah motor

dc. Pin 1 sebagai enable (EN1) untuk motor 1 dan pin 9 sebagai enable (EN2)

untuk motor 2.

Kemudian dari IC untuk driver motor dc ini setiap pin yang berfungsi

sebagai input akan dihubungkan ke output dari mikrokontroler pada port 0

untuk menggerakkan arah putaran motor sesuai dengan data yang dikeluarkan

(15)

Gambar 3.8. Koneksi IC L293D dengan output dari mikrokontroler AT89C52

Berikut adalah tabel kondisi putaran motor dc terhadap arah pergerakan

robot, yaitu:

Tabel 3.3. Kondisi putaran motor terhadap arah pergerakan robot

Motor kiri

Motor kanan

Arah pergerakan

Maju

Putar kanan

Putar kiri

Mundur

III.3.4. Blok Rangkaian Catu Daya

Dari keseluruhan rangkaian ini menggunakan tiga buah level tegangan,

yaitu 5 volt yang digunakan untuk tegangan pada mikrokontroler dan, 9 volt

(16)

tegangan 12 volt untuk tegangan pada blok rangkaian receiver sensor ultrasonic

dan pada rangkaian penggerak motor dc yang terdapat pada IC L293D.

Sebagai sumber tegangan mengunakan baterai sebesar 1,5 volt sebanyak

8 buah. Dengan mengunakan regulator 7805 akan menghasilkan tegangan

sebesar 5 volt dan regulator 7809 menghasilkan tegangan sebesar 9 volt.

Berikut adalah gambar rangkaian dari catu daya yang digunakan.

Gambar 3.9. Rangkaian catu daya

Gambar dibawah ini merupakan gambar rangkaian dari robot pendeteksi

rintangan secara keseluruhan dan merupakan penggabungan dari

masing-masing blok rangkaian yang telah dibuat diatas tadi.

(17)

Gambar 3.9. Gambar rangkaian secara keseluruhan

III.4. Perancangan Perangkat Lunak

Dalam perancangan alat ini, bahasa yang digunakan oleh penulis adalah

bahasa Assembler dengan bantuan software IDE 8051 yang dapat dijalankan pada

(18)

Gambar 3.10. Tampilan dari software IDE 8051

Software ini dapat berfungsi sebagai editor dan simulator dari program

yang telah kita buat. Software ini akan menampilkan isi dari accumulator,

program counter, stack pointer, register-register , dan port pada saat program

buatan kita sedang dijalankan. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah

program yang telah kita buat sudah benar atau belum. Bila belum benar,

program dapat diperbaiki secara langsung dari software IDE 8051 ini. Bagi

program yang telah di-compile maka akan terdapat dua jenis file, yaitu file

berekstension LST, contohnya program.LST (gambar 3.10) dan file yang

(19)

Gambar 3.11. Tampilan program yang memiliki ekstension LST

Gambar 3.12. Tampilan program yang memiliki ekstension HEX.

Untuk men-download program, file yang kita butuhkan adalah yang

(20)

download pada EPROM writer, berikut adalah tampilan dari software untuk

menjalankan EPROM writer, yaitu:

Gambar 3.13. Tampilan software WACESS untuk men-download program

III.5.`Flowchart program

Dalam setiap pembuatan suatu alat, hal terpenting yang paling utama dalam

perancangannya adalah bagaimana kita dapat mengetahui prinsip kerja dari alat yang

dapat digambarkan dalam bentuk flowchart. Gambar dibawah adalah flowchart

program secara keseluruhan dari pembuatan alat ini.

51

DETEKSI TRACK START

INISIALISASI INTERUPSI

ROBOT TIDAK BERGERAK

SUBRUTINE DETEKSI TRACK YA

TIDAK TRACK

TERDETEKSI ?? ROBOT

BERGERAK MENGIKUTI TRACK

(21)

Gambar 3.14. Flowchart program keseluruhan

Program utama dari pembuatan robot ini adalah mendeteksi adanya input dari

sensor ultrasonic kepada mikrokontroler AT89C52 yang terletak pada P0.0, P0.1,

dan P0.2. Program akan bereaksi dengan mengirimkan output kepada driver motor dc

sesuai dengan data yang diterimanya. Motor dc akan bergerak jika input dari sensor

akan memiliki logka 1 (high).

Untuk pengecekan bit pada program pendeteksi sinyal dalam bahasa

Assembler menggunakan perintah Jump if Bit Set (JB). Perintah ini akan bekerja

dengan cara mengecek kondisi bit satu dari masing-masing sensor yang terhubung ke

port dari input dari mikrokontroler. Yang kemudian akan berpindah ke bagian label

(22)

diperiksa tersebut bernilai HIGH (1). Jika bit yang diperiksa bernilai LOW (0), maka

program akan melaksanakan baris perintah setelah perintah JB tersebut.

Cara kerja dari program secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Yang pertama adalah inisialisasi interupsi, yaitu INT1.

Inisialisasi interupsi dilakukan pada register IE. Dimana untuk mengaktifkan

INT1 maka pada program harus diberikan perintah MOV IE, #84H.

2. Jika sensor mendeteksi adanya halangan baik yang ada di sisi

depan, kiri, maupun sisi depan robot maka interupsi akan aktif dan menuju

subroutine sensor. Selanjutnya akan mencari sensor mana yang akan mengalami

perubahan pada masukannya. Sensor yang pertama kali dicek adalah yang

terhubung dengan P0.0 pada mikrokontroler, selanjutnya P0.1 dan P0.2. Jika ada

sensor yang terdeteksi maka data yang mengalami perubahan akan diberikan ke

driver penggerak motor yang selanjutnya roda dari robot akan berputar sesuai

dengan input sinyal dari sensor kepada mikrokontroler.

3. Subroutine dari motor berisi perintah mengeluarkan output

berupa arah putaran roda dari robot (tabel 3.4).

(23)

SU.2 SU.1 SU.0 Kondisi putaran motor

0 0 0 Stop

0 0 1 Kiri

0 1 0 Mundur

0 1 1 Kiri

1 0 0 Kanan

1 0 1 Maju

1 1 0 Kanan

1 1 1 Mundur

4. Kondisi ini akan berlangsung secara terus menerus sampai batas

akhir dari track.

5. Selanjutnya program akan kembali ke program utama jika tidak

ada lagi interupsi yang diterima oleh sensor.

Dari penjelasan flowchart pada gambar 3.14 diatas, maka dalam perancangan

alat ini terdapat dua program pengendali, yaitu:

1. Program deteksi rintangan

Sensor ultrasonic akan mendeteksi adanya objek yang menghalangi pergerakan

dari robot, baik yang ada di samping kanan, kiri maupun sisi depan. Program ini

menggunakan fasilitas interupsi 1 (INT1). Dibawah ini adalah flowchart dari

(24)

Gambar 3.15. Flowchart program deteksi rintangan

Program ini akan mengecek kondisi bit satu per satu dimulai dari P0.0 yang

terhubung ke sensor ultrasonic kiri, selanjutnya akan mengecek sensor ultrasonic

depan. Proses ini berlangsung terus-menerus sesuai dengan flowchart diatas.

Hingga terdapat hasil akhir yang akan mempengaruhi kondisi putaran dan arah

(25)

* * * * * * * * * * * * * * * * * * program deteksi sensor * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

SCAN:

K: JB SU_1, D ; cek sensor kanan

; SU = xx1, cek sensor depan

KD: JB SU_2, Q ; cek sensor kanan depan

; SU = x10, cek sensor kiri

KDQ: JB SU_3, SCAN_KANAN ; cek sensor kanan depan kiri

; SU = 100, KANAN

LJMP SCAN_STOP ; SU = 000, STOP

D: JB SU_2, DQQ ; cek sensor depan

; SU = x11, cek sensor depan kiri kiri

DQ: JB SU_3, SCAN_MAJU ; cek sensor depan kiri

; SU = 101, MAJU

LJMP SCAN_KIRI ; SU = 001, KIRI

DQQ: JB SU_3, SCAN_MUNDUR ; cek sensor depan kiri kiri

; SU = 111, MUNDUR

LJMP SCAN_KIRI ; SU = 011, KIRI

Q: JB SU_3, SCAN_KANAN ; cek sensor kiri

; SU = 110, KANAN

LJMP MUNDUR ; SU = 010, MUNDUR

OUT: RETI

2. Program pengendali motor

Untuk program pengendali arah putaran motor ini dihasilkan dari adanya input

dari sensor. Program ini berisi bit 0 dan 1 yang konfigurasi masing-masing bitnya

sudah diprogram dan ditentukan dari output IC L293D sebagai driver motor.

Berikut adalah subroutine dari program pengendali motor.

* * * * * * * * * * program motor * * * * * * * * * *

KANAN: MOV MDC, #00011011b

ACALL DELAY

RET

KIRI: MOV MDC, #00101101b

ACALL DELAY

RET

MAJU: MOV MDC, #00101011b

ACALL DELAY

(26)

MUNDUR: MOV MDC, #00011101b

ACALL DELAY

Gambar

Gambar 3.1. Diagram blok sistem robot secara umum
Gambar 3.2. Diagram blok rangkaian
gambar 3.3 (a).
Gambar 3.4. Rangkaian pembangkit interupt
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu diperlukan sebuah pengantarmuka yang dapat menyamakan level tegangan dari komunikasi serial pada komputer dengan mikrokontroller, yaitu IC RS232 produksi MAXIM

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat untuk mencapai jenjang Sarjana Komputer.

penulis akan merancang salah satu jenis dari mobile robot bertipe roda yang ciri khas konstruksinya adalah mempunyai aktuator berupa roda untuk menggerakkan sehingga.. robot

Rangkaian Lampu Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya ini terdiri dari 6 blok , yaitu Blok Catu Daya, Blok Pengubah Tegangan dari AC Ke DC, Blok Penstabil Tegangan, Blok Input,

► Jika tidak ada arus yang mengalir dari rangkaian sensor ke rangkaian ini maka tegangan masukan untuk rangkaian ini adalah 0 Volt, akibatnya pada IC 1 tegangan di terminal

Sensor suhu IC LM35 pada dasarnya memiliki 3 pin yang berfungsi sebagai sumber supply tegangan DC+5 volt, Sebagai pin output hasil pengindraan dalam bentuk perubahan

Pengujian Sensor TCS3200 Tegangan Sumber Tegangan yang terukur saat ada uang Tegangan yang terukur saat tidak ada uang 5 Volt DC 4,97 Volt DC 4,98 Volt DC Pengujian Sensor

Gambar 4.3 Rangkaian motor pintu Motor lift digunakan sebagai penggerak utama dalam perancangan ini, motor yang digunakan adalah motor DC 12 volt yang mempunyai torsi besar untuk