PENDIDIKAN MORAL
OLEH:
Rukiyati, M.Hum
Situasi Pendidikan
Moral:
Subjek didik mencoba
mengafeksi:
tindakan moral,
struktur kognitif,
nilai,
Komponen pokok yang
mempengaruhi perilaku
moral:
1.
Moral sensitivity or
interpreting the situation
2.
Moral judgement or judging
which action is morality
right/wrong
3.
Moral motivation or
prioritizing moral values
relative to other values
4.
Moral character or having,
courage, persisting,
Model MAS oleh Henry
Melalui model ini diperoleh
pengertian yang lebih baik
tentang peranan:
Social-interaction context for
learning of what or who is
important when making moral
judgement
Tujuan: memperoleh informasi
tentang what/who yang
COMPONENTS OF GOOD
CHARACTER
MORAL KNOWING 1. Moral awareness
2. Knowing moral values 3. Perspective-taking 4. Moral Reasoning 5. Decision-making 6. Self-knowledge MORAL FEELING 1. Conscience 2. Self-esteem 3. Empathy
4. Loving the good 5. Self-control 6. Humility
MORAL ACTION 1. Competence 2. Will
A COMPREHENSIVE APPROACH
TO VALUES AND CHARACTER EDUCATION
Classroom Strategies
1. The acher as caregiver, model and mentor
2. A moral classroom community 3. Moral discilpin
4. A democratic classroom environment
5. Teaching values through the curriculum
6. Cooperative learning 7. Conscience of craft 8. Moral reflection
9. Teaching conflict resolution
Schoolwide Strategies
1. Caring Beyond the classroom
2. Creating positive moral culture
in the school
3. School,parents, and
communities as partner
Character 1. Moral
Tiga asumsi perkembangan
moral:
1.
Menyangkut perubahan-perubahan
dasar dalam struktur kognitif
2.
Hasil dari proses interaksi antara
struktur, organisme, dan lingkungan
3.
Mengarah pada terciptanya equilibrium
TEORI “SOCIAL LEARNING”
Faktor lingkungan paling menentukan tingkah laku moral seseorang.
Seseorang terikat dalam tindakan moral karena hadiah dari diri sendiri.
TEORI KESADARAN MORAL:
Norma-norma moral seseorang adalah bagian instrinsik dirinya
Patokan-patokan moral yang
diinternalisasikan menjadikan seseorang peka terhadap tekanan eksternal dan
TEORI ATRIBUSI
Prinsip kecukupan minimal (menurut
Lepper):
Internalisasi moral akan dimudahkan
dengan disiplin orang tua yang
meletakkan tekanan minimal pada anak
Menurut Dienstbier: hukuman dari orang
INDOKTRINASI DALAM PENDIDIKAN
MORAL
Indoktrinasi dikonotasikan negatif
Metode indoktrinasi dianggap
“haram”
Ironis: dalam pelaksanaan sering
Utilisme-Rasional John Wilson
Perbedaan Afeksi:
Pendidikan sebagai upaya penerapan aktivitas yang dikehendaki
Indoktrinasi sebagai upaya penerapan
aktivitas yang tidak dikehendaki,bahkan tidak disukai
Tujuan Pendidikan moral:
Membentuk manusia bebas untuk merefleksi dan memilih
Kritiknya:
Indoktrinasi:
Upaya menanamkan kepercayaan secara
tidak sah,
pembenaran sesuatu kepercayaan yang
tidak fair.
Menjauhkan agen moral yang
independen,
Indoktrinasi merefleksikan usaha untuk
memaksakan kondisi tanpa kebenaran
ke satu kondisi tanpa bukti.
Indoktrinasi tidak mempedulikan
peserta didik:
Ketidakpedulian praktek indoktrinasi
terhadap fakta bahwa pendidikan
berimplikasi kepada pertumbuhan
dan perkembangan yang bersumber
dari dari diri peserta didik.
Kohlberg tidak sepenuhnya
menolak indoktrinasi.
Ia mengakui pentingnya mengajarkan isi
nilai tertentu kepada peserta didik.
Sekolah sebagai agen sosialisasi maupun
SOSOK PRIBADI YANG
TERDIDIK SECARA MORAL
Guru pendidikan moral menghasilkan
“sesuatu”, yaitu pribadi terdidik secara moral.
Emile Durkheim: sosok pribadi yang terdidik
secara moral bervariasi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Kesan: tidak ada satu model ideal
Tawaran pandangan:
Satu kualitas formal yang harus
dipenuhi, yaitu ketrampilan dan watak
yang memang sengaja dikembangkan
sekolah, yang mampu mendorong serta
menumbuhkan kebutuhan peserta didik
untuk berfungsi sebagai agen moral
bagi masyarakatnya
Tiga kemampuan dasar yang harus
dimiliki:
1. disiplin
Sosok ideal pribadi bermoral:
Socrates
1. Mampu berkorban demi perwujudan
tanggung-jawab terhadap perjuangan menegakkan kebenaran
2. Bukan sebagai pemberontak, tetapi sebagai
“juru bicara” yang mampu mewakili moralitas sosial dalam arti yang sebenarnya.
“Pemberontakan” nya bukan antisosial, tetapi atas nama visi masyarakat yang lebih benar dan lebih baik
3. Figur yang mampu menyadari, menerima dan menghargai ide-ide besar secara bebas dan
PENDIDIKAN MORAL DI NEGARA – NEGARA
ASIA
1. JEPANG
PRINSIP MORAL TRADISI JEPANG:
ANAK HARUS MEMILIKI RASA HORMAT THD ORANG TUA
DAN GURU
PENDIDIKAN MORAL DIPERKENALKAN SEBAGAI ALAT UTK MENGUATKAN NILAI-NILAI REMAJA AGAR TIDAK
BER-PERILAKU MENYIMPANG
1. SEBELUM PERANG
ADANYA ORIENTASI PENDIDIKAN BARAT (1872) MENGAKIBATKAN PRIORITAS PADA IPTEK DAN
MENGABAIKAN PEND. MORAL.
TH. 1890 KEMBALI KE KONSERVATIF SEKOLAH MENJADI TEMPAT
PENDIDIKAN POLITIK DAN MORAL
2. SETELAH PERANG
TH. 1951 MENTERI PENDIDIKAN JEPANG MENYIAPKAN “A GUIDE TO MORAL
EDUCATION” YANG MENDORONG GURU-GURU MEMASUKKAN PENDIDIKAN MORAL DALAM PELAJARAN ILMU-ILMU SOSIAL
ORANG TUA BINGUNG KARENA BANYAK PERUBAHAN/KEBIJAKAN
EMPAT ASPEK POKOK PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH JEPANG
1. TUJUAN DAN PRAKTEK PENDIDIKAN MORAL SBG MATA PELAJARAN BEBAS
2. CIRI-CIRI UTAMA DARI TOPIK SOSIAL SBG DASAR PENDIDIKAN MORAL
3. PROMOSI TTG PERILAKU SUSILA MELALUI KEGIATAN KELOMPOK
2. PENDIDIKAN MORAL DI KOREA
TRADISI KOREA (DINASTI YI) 1392-1910:
PENDIDIKAN MORAL MENJADI PELAJARAN PENTING DI SEKOLAH.
NILAI-NILAI KONFUSIUS MENJADI ACUAN: KESETIAAN THD KEBENARAN, KELUARGA DAN RAJA
PENDIDIKAN MORAL = PELAJARAN DISIPLIN DIRI (SHUSIN).
DIMASUKKAN DALAM ILMU SOSIAL DENGAN PENEKANAN PENDIDIKAN KEWARGANEGA-RAAN YANG BAIK
SETIAP REZIM SELALU MEMPERHATIKAN PENDIDIKAN MORAL.
SD CORRECT LIFE
SMP DEMOCRATIC LIFE
SMA & PT NATIONAL ETHICS
1964:
PENEKANAN PADA EMPAT BUTIR MORAL: 1. COURTEOUS LIFE (SOPAN SANTUN) 2. INDIVIDUAL LIFE
3. PENDIDIKAN MORAL DI RRC
a.
1949 – REVOLUSI KEBUDAYAANSEBELUMNYA (PERIODE NASIONALIS)
DIGUNAKAN MODEL AMERIKA DAN EROPA.
REFORMASI PENDIDIKAN BERDASAR SLOGAN MAO: ON NEW DEMOCRACY:
• MEMPERKUAT IDEOLOGI POLITIK PEND. • PENTINGNYA TENAGA KERJA PRODUKTIF • PENGEMB. SPESIALISASI TEKNIK
• BERPIKIR DAN BERTEORI SESUAI IDEOLOGI
RRC