PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN STRES KERJA
TERHADAP TURNOVER INTENTION DI TOKO
BUKU “MULIA” SURABAYA
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Imam Bahri Riskiawan
B07212015
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby. ac.id digilib.uinsby.ac.id
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kepuasan kerja dan stres kerja terhadap turnover intention di toko buku Mulia Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis data regresi berganda, dengan perhitungan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.00. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala kepuasan kerja, skala stres kerja, dan skala turnover intention. Subjek penelitian ini adalah karyawan toko buku Mulia yang berusia minimum 19 tahun, dengan lama bekerja minimum 6 bulan, sampel yang diambil secara populatif berjumlah 21 orang.
Hasil penelitan menunjukkan hipotesis 1 dengan signifikansi sebesar 0,000 dengan korelasi -0,782 yang artinya terdapat pengaruh negatif kepuasan kerja terhadap turnover intention, semakin rendah tingkat kepuasan kerja, maka semakin tinggi tingkat turnover intention. Hasil penelitan menunjukkan hipotesis 2 dengan signifikansi sebesar 0,011 dengan korelasi 0,495 yang artinya terdapat pengaruh positif stres kerja terhadap turnover intention, semakin tinggi tingkat stres kerja, maka semakin tinggi pula tingkat turnover intention. Hasil penelitian menunjukan hipotesis 3 dengan signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukan adanya pengaruh yang signifikan kepuasan kerja dan stres kerja terhadap turnover intention. Nilai r square juga menujukan bahwa sebesar 67,1% turnover intention dipengaruhi variabel kepuasan kerja dan stres kerja, sisanya dipengaruhi variabel lain.
i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian... 12
D. Manfaat Penelitian... 13
E. Keaslian Penelitian... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 16
A. Kajian Pustaka... 16
1. Turnover Intention... 16
1.1. Definisi Turnover Intention... 16
1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Turnover Intention... 19
2. Kepuasan Kerja... 22
2.1. Definisi Kepuasan Kerja... 22
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja... 23
2.3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention... 24
3. Stres Kerja... 25
3.1. Definisi Stres Kerja... 25
3.2. Faktor-Faktor Stres Kerja... 28
3.3. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention... 29
B. Kerangka Teori... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 32
A. Variabel Dan Definisi Operasional... 32
1. Variabel Penelitian... 32
2. Definisi Operasional... 33
B. Subyek Penelitian... 33
1. Populasi... 33
2. Gambaran Umum Responden... 35
C. Instrumen Penelitian... 39
1. Skala Pengukuran... 40
2. Blue Print... 41
D. Validitas dan Reliabilitas... 43
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Reliabilitas... 44
2.1 Skala Kepuasan Kerja... 45
2.2 Skala Stres Kerja... 48
2.3 Skala Turnover Intention... 51
3. Uji Normalitas... 55
4. Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas... 56
5. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas... 56
6. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi... 57
E. Analisis Data... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59
A. Hasil Penelitian... 59
1. Persiapan dan Pelaksanaan... 59
2. Hasil Penelitian... 61
2.1. Statistik Deskriptif Pada Tiap Variabel... 61
2.2. Uji Normalitas... 62
2.3. Uji Multikolinearitas... 63
2.4. Uji Heteroskedastisitas... 65
2.4. Uji Autokorelasi... 66
3. Uji Hipotesis... 67
3.1. Hipotesis 1... 67
3.2. Hipotesis 2... 68
3.3. Hipotesis 3... 68
B. Pembahasan... 71
1. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention... 71
2. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention... 72
3. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention 73 BAB V PENUTUP... 75
A. Kesimpulan... 75
B. Saran... 75
DAFTAR PUSTAKA... 77
iii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Turnover Karyawan STIKES... 3
Tabel 2. Data Sebaran Responden... 39
Tabel 3. Blue Print Kepuasan Kerja... 41
Tabel 4. Blue Print Stres Kerja... 42
Tabel 5. Blue Print Turnover Intention... 43
Tabel 6. Uji Daya Diskriminasi Item Instrumen Kepuasan Kerja... 47
Tabel 7. Reliabilitas Instrumen Kepuasan Kerja... 48
Tabel 8. Uji Daya Diskriminasi Item Instrumen Stres Kerja... 50
Tabel 9. Reliabilitas Instrumen Stres Kerja... 51
Tabel 10. Uji Daya Diskriminasi Item Instrumen Turnover Intention... 53
Tabel 11. Reliabilitas Instrumen Turnover Intention... 55
Tabel 12. Pelaksanaan Penelitian... 61
Tabel 13. Statistika Deskriptif... 61
Tabel 14. Pengujian Normalitas... 63
Tabel 15. Pengujian Multikolinearitas... 64
Tabel 16. Tabel Matriks Korelasi Variabel Independent... 64
Tabel 17. Pengujian Autokorelasi... 66
Tabel 18. Tabel Korelasi... 67
Tabel 19. Tabel Koefisien Determinan... 68
Tabel 20. Tabel Anova... 69
iv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik Turnover STIKES... 4
Gambar 2. Grafik Turnover Karyawan Toko Buku “Mulia”... 10
Gambar 3. Jenis Pindah Kerja... 18
Gambar 4. Bagan Konseptual... 31
Gambar 5. Persentase Responden Berdasarkan Usia... 35
Gambar 6. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 36
Gambar 7. Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan... 36
Gambar 8. Persentase Responden Berdasarkan Pernah Bekerja Sebelumnya... 37
Gambar 9. Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 38
Gambar 10. Grafik Uji Normalitas... 62
v
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergantian era industri ke era informasi menjadikan perekonomian
masyarakat Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan masyarakat
Indonesia sudah mulai banyak belajar mengenai sistem informasi yang didukung
dengan berkembangnya zaman. Kondisi perekonomian yang selaras dengan
meningkatnya persaingan dunia usaha, ini menuntut adanya keseriusan dalam
persaingan yang ketat antar pebisnis dan juga pekerja.
Perusahaan atau organisasi bisnis selalu memiliki visi dan misi dengan
tujuan awal mencari keuntungan yang maksimal, jadi dituntut untuk siap
berkompetisi dengan manajemen yang efektif dan sumber daya manusianya yang
profesional pula. Hal yang didukung dengan kondisi kurs Dollar pada bulan
Agustus 2015 yang menguat dan kurs Rupiah yang melemah, dimana setiap
perusahaan akan menekan pengeluaran yang membengkak, salah satunya dengan
cara pemutusan hubungan kerja besar-besaran untuk pekerja yang sudah pada
batasan produktivitasnya dan pengurangan karyawan untuk pekerja yang dirasa
kurang kompetitif dan kurang profesionalitas. Keberadaan karyawan dalam suatu
perusahaan merupakan aset terbesar dan menguntungkan dalam sebuah
perusahaan tersebut, dan setiap perusahaan harus cerdas dalam mengelolah
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Di samping itu, sarana dan prasarana dalam suatu perusahaan memang
sangat mendukung tercapainya tujuan awal perusahaan yaitu keuntungan
maksimal. Namun, di sini karyawanlah yang berperan penting dalam mewujudkan
tujuan tersebut. Jika sarana dan prasarana perusahaan tersedia dengan baik, dan
kinerja karyawannya sangat buruk, maka tujuan memperoleh keuntungan yang
maksimal dipastikan sangat susah tercapai. Jadi jika kinerja karyawan dalam
perusahaan tersebut sangat efektif dan efisien atau terorganisir pekerjaannya
secara profesional, maka perusahaanpun akan mendapatkan keuntungan yang
besar dan maksimal. Inilah permasalahan yang sering kali muncul pada setiap
perusahaan, dimana kinerja setiap karyawannya atau sumber daya manusianya
sangat diperhitungkan, karena kinerja mereka mempengaruhi pertumbuhan dan
berkembangnya sebuah perusahaan untuk menjadi lebih baik dan mendapatkan
keuntungan maksimal dalam bisnisnya.
Salah satu persoalan perusahaan maupun organisasi yang sering kali
muncul dan menghambat pergerakan perkembangan tersebut ialah turnover.
Keinginan karyawan untuk berpindah (turnover intention) yang berujung pada
keputusan karyawan untuk meninggalkan suatu organisasi atau sebuah
perusahaan, akan semakin banyak menimbulkan berbagai potensi biaya, baik itu
biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang
mesti dikorbankan, maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali (Suwandi dan
Indriantoro 1999). Dalam beberapa kasus tertentu, turnover memang diperlukan
oleh perusahaan terutama terhadap karyawan dengan kinerja rendah (Hollenbeck
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id terlalu tinggi sehingga perusahaan masih memiliki kesempatan untuk memperoleh
manfaat atau keuntungan atas peningkatan kinerja dari karyawan baru yang lebih
besar dibanding biaya rekrutmen yang ditanggung organisasi.
Saat ini tingginya tingkat turnover intentions telah menjadi masalah
serius bagi banyak perusahaan. Bahkan beberapa manajer personalia mengalami
frustrasi ketika mengetahui bahwa proses rekrutmen yang telah berhasil menjaring
staf yang dapat dipercaya dan berkualitas pada akhirnya ternyata menjadi sia-sia
karena staf yang baru direkrut tersebut telah memilih pekerjaan di perusahaan lain
(Dennis, 1998).
Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Mona (2012) mengenai
tingkat turnover karyawan pada STIKES Widya Husada Semarang. Hasil survey
menunjukan data turnover karyawan di STIKES Widya Husada Semarang yang
relatif tinggi. Hal ini nampak pada tabel di bawah ini
Tabel 1
Data Turnover Karyawan STIKES Tahun 2007-2012
Tahun Karyawan
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dari tabel 1 terlihat bahwa tingkat turnover karyawan yang cukup tinggi
selama lima tahun dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Lebih jelas dapat
diperhatikan pada grafik di bawah ini.
Gambar 1. Grafik Turnover Karyawan STIKES
Jumlah mahasiswa STIKES Widya Husada Semarang pada tahun ajaran
2011/2012 berjumlah 1466 mahasiswa sedangkan jumlah dosen tetap adalah 58
orang (sebagian besar terdiri dari dosen muda), dengan demikian rasio jumlah
dosen dengan jumlah mahasiswa adalah 1:25. Dari 58 dosen tersebut 21 orang
diantaranya diberi tugas tambahan (diangkat) yaitu 7 orang sebagai Ketua
Program Studi dan 14 orang sebagai Sekretaris Program Studi. Sedangkan, rasio
dosen banding mahasiswa yang ideal menurut Kep. Mendiknas No.234/U/2000
untuk bidang studi IPA adalah 1 : 20. Untuk karyawan non dosen berjumlah 48
orang terdiri dari staf administrasi 22 orang, unit laboratorium 1 orang, staf
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dari gambaran di atas mengindikasikan adanya beban kerja yang cukup
padat sebagai karyawan di STIKES Widya Husada Semarang yang bisa memicu
timbulnya stres kerja dan ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Hal ini
menunjukan kembali kerugian materiil dan non materiil pada sebuah organisasi.
Pada sebuah perusahaan menengah pun juga masih sering terjadi
turnover karyawan dan menghambat produktivitas perkembangan perusahaan
tersebut, pada penelitian yang dilakukan oleh Arif (2013) pada salah satu
perusahaan di kawasan Sidoarjo yang bergerak dibidang industri yakni CV. Citra
Abadi. Data turnover yang terjadi selama beberapa tahun terakhir dari tahun 2011
sampai tahun 2012 akhir menunjukan bahwa ada 44 karyawan yang keluar dari
perusahaan tersebut. Setiap tahunnya sekitar 20 karyawan yang keluar dari
perusahaan dengan alasan yang tidak jelas, dan ada beberapa karyawan saat
training pun juga mengundurkan diri atau keluar dari perusahaan. Kenyataan yang
terjadi pada perusahaan tersebut dalam proses rekrutmen, pelamar yang diterima
oleh perusahaan tidak mampu menutupi atau mengganti karyawan yang keluar,
hal ini disebabkan produktivitas kinerja karyawan baru tersebut tidak sebanding
dengan hasil produksinya.
Menurut Wirawan (2015), beberapa alasan karyawan pindah dari
pekerjaannya disebabkan oleh faktor seperti manajemen perusahaan yang kurang
efektif meliputi security pekerjaan, beban kerja, jenjang karir, dan teori
ekuilibrium organisasi dari John Stacey Adams yang memperhitungkan
keseimbangan “give” dan “receive”, kemudian lingkungan perusahaanpun juga
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id konflik antar pegawai, dan adanya ketidakpuasan kinerja pada karyawan itu
sendiri sehingga banyak juga yang beralasan tentang ekonomi dan ingin
mendirikan usaha sendiri atau melanjutkan pendidikan untuk mengambil profesi.
Suatu studi yang dilakukan oleh Hay Group tahun 2013 di Eropa, pindah
kerja merupakan sesuatu yang normal bagi perusahaan/organisasi, sesuatu yang
sering tak dapat dihindari dan dicegah, terutama kalau pasar tenaga kerja longgar,
jumlah, jenis, dan variasi pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar lebih besar
daripada para pencari kerja. Dalam pasar seperti itu jumlah turnover akan tinggi,
perusahaan tidak mungkin akan mencegah para pegawainya untuk pindah kerja.
Pada pasar yang sesak, pekerjaan yang ditawarkan oleh pasar lebih sedikit
daripada pencari kerja, orang sulit untuk mencari pekerjaan dan jumlah turnover
akan rendah, dan jika terjadi turnover perusahaan akan sulit mencari
penggantinya. Jadi turnover meningkat jika pertumbuhan ekonomi suatu daerah
meningkat dan memungkinkan untuk berwirausaha. (Hay Group, 2013).
Disebutkan juga dalam Mobley (1986) terdapat beberapa dampak negatif
yang akan terjadi pada organisasi sebagai akibat dari proses pergantian karyawan,
seperti : meningkatnya potensi biaya perusahaan, masalah prestasi, masalah pola
komunikasi dan social, merosotnya semangat kerja, strategi-strategi pengendalian
yang kaku, hilangnya biaya-biaya peluang strategik.
Turnover intention memiliki dampak kerugian besar pada perusahaan,
karena hal tersebut bersangkutan langsung pada kinerja karyawan yang
merupakan faktor utama dalam perkembangan bisnis perusahaan. Oleh sebab itu,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dimana perusahaan-perusahaan banyak melakukan PHK besar-besaran, dan kurs
Dollar yang menguat, namun masih banyak karyawan yang kecenderungan
melakukan turnover tersebut. Kerugian perusahaanpun akan bertambah banyak
jika angka turnover pada karyawan tidak bisa ditekan. Menurut Dessler (1992),
keberhasilan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawannya. Banyak
cara yang bisa ditempuh untuk memperoleh kinerja karyawan yang efektif dan
efisien. Pertama, komitmen dari setiap karyawan terhadap perusahaan atau
organisasi bisnisnya, karena komitmen itu merupakan indikasi dari tujuan
perusahaan, kemampuan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi,
dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi atau perusahaan
tersebut (Mowday, Steers & Porter, 1979).
Namun masalah yang sering muncul dalam suatu organisasi perusahaan
ialah faktor sikap dan perilaku dari karyawan itu sendiri yang sulit untuk
dikendalikan ketika manajemen sedang mencoba melakukan proses pengelolaan
sumber daya manusia di dalamnya. Hal ini jelas terjadi di setiap perusahaan,
dikarenakan organisasi perusahaan kurang mengetahui dan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu tersebut dapat terbentuk.
Turnover merupakan perilaku karyawan yang memiliki hubungan erat
dengan keinginan untuk keluar dari pekerjaannya, sehingga perusahaan
dihadapkan dengan menurunnya kontinuitas karyawan dan tingginya biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan rekruitmen dan melatih karyawan baru. Job
stressors dan kurangnya kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id (Moore, 2000). Sedangkan, Mathis dan Jackson (2001) menegaskan dan
mendefinisikan kembali mengenai kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang
positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja
muncul saat harapan-harapan ini tidak terpenuhi. Kepuasan kerja berpengaruh
negatif pada keinginan untuk keluar (Elangovan, 2001). Salah satu cara karyawan
dalam mengungkapkan ketidakpuasan mereka akan pekerjaan mereka selama ini
adalah dengan suatu tindakan dimana tindakan ini merupakan respon karyawan
yang bersifat destruktif aktif. Tindakan tersebut berupa exit (turnover/quit), yaitu
perilaku atau tindakan karyawan yang ditujukan kearah meninggalkan organisasi.
Perilaku ini mencakup pencarian suatu posisi baru di luar organisasi maupun
meminta untuk berhenti. Penelitian yang dilakukan oleh Firth, dkk (2004) di
Australia menyatakan bahwa rasa stres tidak hanya berpengaruh pada
pengurangan rasa puas terhadap pekerjaan, tetapi juga merupakan variabel
penyumbang terbesar terhadap keinginan untuk keluar dari organisasi.
Keinginan untuk pindah atau lebih dikenal dengan istilah turnover
intention, merupakan titik awal turnover pada karyawan tersebut terealisasi.
Menurut Harnoto (2002), turnover intention merupakan kadar atau intensitas dari
keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan
timbulnya turnover intention ini dan diantaranya adalah keinginan untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau rencana awal untuk meninggalkan
perusahaan lamanya dalam masa tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun
mendatang. Hal yang menarik di sini apabila kesempatan untuk berpindah kerja
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sebelumnya tempat dia bekerja, maka secara emosional dan mental karyawan
tersebut akan menurun. Harnoto (2002) juga mengatakan bahwa turnover
intention ditandai dengan tingkat produktivitas kinerja karyawan pada perusahaan
itu menurun, biasanya hal ini terjadi seperti dengan sering datang terlambat, sering
membolos, atau tingkat absensinya tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias
dan low inisiative atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik
dibanding dia masih awal bekerja (Russ dan McNeilly, 1995).
Turnover intention ini dapat berdampak negatif bagi organisasi dan
perusahaan akan mengalami kerugian besar karena menciptakan ketidakstabilan
terhadap kondisi tenaga kerja, menurunnya produktivitas karyawan, suasana kerja
yang tidak kondusif dan juga berdampak pada meningkatnya biaya sumber daya
manusia kedepannya apabila perusahaan merekrut karyawan baru nantinya. Sirait
(2006) menjelaskan, jika seorang karyawan meninggalkan perusahaan, biasanya
biaya-biaya yang akan dikeluarkan berkaitan dengan biaya pengangkatan
(recruitment), biaya pelatihan (training), perbandingan upah karyawan baru pasti
lebih besar daripada hasil yang dikerjakan karena sesuai standar gaji pada
umumnya, tingkat kecelakaan karyawan baru juga jauh lebih tinggi, hilangnya
hasil produksi selama selang waktu penggantian karyawan tersebut, dan upah
lembur karyawan yang ada selama selang waktu penggantian tersebut. Dengan
demikian turnover pada karyawan ini sangat merugikan dan jika tidak dapat
ditekan maka biaya pengeluaran perusahaan akan semakin membengkak.
Kecenderungan karyawan untuk melakukan turnover dari perusahaannya
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id retail berkembang yang bergerak di bidang jasa dan pelayanan sebagai satu toko
buku di Surabaya. Di toko Mulia ini banyak karyawan yang telah melakukan
turnover.
Hasil wawancara tanggal 2 Desember 2015 kepada pimpinan perusahaan
yang mengeluhkan permasalahan ini, bahwa karyawan yang bekerja di toko buku
sangatlah eksklusif karena job description nya yang terlihat ialah hanya berdiri di
sebuah retail ber-AC, dan tugasnya hanya membantu customer menemukan
barang yang dibutuhkan, dan mereka mendapatkan upah yang cukup besar.
Namun mengapa ditemukan permasalahan turnover intention yang cukup besar.
Pada perusahaan retail toko buku tersebut, yang kami ambil hanya satu cabang di
Surabaya untuk dijadikan sampel penelitian, dalam rentang waktu satu tahun
banyak karyawan yang melakukan turnover. Hal ini dapat dilihat pada grafik di
bawah ini selama 1 tahun terakhir yang menunjukan jumlah karyawan yang keluar
cukup besar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dari data grafik di atas dapat dilihat warna biru menunjukan jumlah
karyawan perusahaan yang melakukan turnover pada tahun 2014 dan hasilnya
hanya 8 karyawan yang melakukan turnover, sedangkan warna merah
menunjukan jumlah karyawan perusahaan yang telah melakukan turnover dan
hasilnya sangat signifikan bertambah hingga 21 karyawan dalam 1 tahun terakhir.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam suatu
organisasi yaitu karakteristik individu, motivasi individu, imbalan, dan stres kerja
(Gibson, Ivancevich, & Donelly, 1985). Selain itu, karakteristik pekerjaan itu
sendiri juga menjadi faktor pembentukan perilaku dari seorang individu tersebut
untuk membentuk komitmen dalam suatu pekerjaan yang dilakukannya itu.
Berdasarkan uraian di atas, analisis pengaruh kepuasan kerja dan stress
kerja terhadap turnover intention ini dapat membantu manajemen perusahaan agar
lebih berkembang dengan baik, dan dapat mengatasi atau memperbaiki
kekurangan yang ada dalam sistem perusahaan maupun pengelolaan sumber daya
manusianya, serta perusahaanpun dapat menekan angka turnover karyawannya
pada setiap tahun. Target utama perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal harus tercapai dengan mewujudkan sistem yang bagus dan sumber daya
manusianya yang proporsional serta profesional. Jika dilihat dari grafik di atas
yang menunjukan kenaikan angka turnover karyawan dibanding tahun lalu, maka
perusahaan ini dikatakan memiliki kendala dalam pengelolaan sumber daya
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat masalah ini dengan judul,
“Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention
Di Toko Buku “Mulia” (disamarkan) Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh antara kepuasan kerja dengan turnover
intention?
2. Apakah terdapat pengaruh antara stres kerja dengan turnover intention?
3. Apakah terdapat pengaruh antara kepuasan kerja dan stres kerja dengan
turnover intention?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
ingin didapat adalah:
1. Mengetahui pengaruh kepuasan kerja yang dapat menimbulkan turnover
intention pada karyawan
2. Mengetahui pengaruh stres kerja yang dapat menimbulkan turnover
intention pada karyawan
3. Mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan stres kerja terhadap turnover
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pada ilmu
psikologi terutama psikologi industri dan organisasi dalam ranah faktor-faktor
turnover intention pada karyawan. Kemudian dapat menjadi masukan untuk
penelitian lanjutan di bidang keilmuan manajemen sumber daya manusia dan
manajemen proyek khususnya mengenai masalah turnover karyawan.
2. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk membantu manajemen
perusahaan dalam mengantisipasi dan memperbaiki permasalahan-permasalahan
perusahan yang kemungkinan timbul akibat dari turnover intention karyawan,
khususnya perusahaan yang bergerak di bidang retail pelayanan dan jasa terutama
pada toko buku berkembang dalam mengelolah karyawannya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang turnover intention cukup banyak dilakukan para
peneliti. Jurnal penelitian yang terpublikasi menunjukan bahwa turnover intention
merupakan topik yang menarik untuk diteliti.
Penelitian terpublikasi diantaranya; Samatha L. Chau, Jason J. Dahling,
Paul E. Levy & James M. Diefendorff (2009) yang berjudul “Apredictive study of
emotional labor and turnover”. Dari penelitian ini diketahui perilaku-perilaku
menarik diri merupakan keluaran dari emosi buruh yang menyebabkan keinginan
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Untuk memperkuat penelitian ini maka penulis mengambil beberapa
penelitian terdahulu seperti, penelitian milik Rasmi (2013) yang berjudul
“Employee Dissatisfaction and Turnover Crises in the Malaysian Hospitality
Industry” yang menyatakan bahwa penyebab turnover adalah ketidakpuasan
pekerjaan, gaji dan kondisi lingkungan pekerjaan.
Wanberg dan Banas (2000) juga menemukan rendahnya kesediaan
karyawan menerima perubahan akibat rendahnya kepuasan kerja yang
menyebabkan tingginya intensi keluar karyawan atau dikenal dengan turnover
intention. Ketika suatu organisasi berubah, karyawan seringkali merasa
kehilangan teritori, merasa tidak pasti akan masa depannya, mungkin mengalami
ketakutan akan kegagalan bila dihadapkan pada tugas baru. Penelitian ini juga
diharapkan memberi kontribusi pada kajian manajemen perubahan dengan
menunjukkan pentingnya faktor psikologis dalam proses perubahan
organisasional.
Kopelman (1992) juga menyatakan bahwa identifikasi faktor yang
berhubungan dan memberi dampak pada turnover intention itu dianggap penting
karena temuan terbaru bahwa karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja
merupakan faktor utama dari turnover intention tersebut.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sousa-Poza dan Henneberger
(2004) dalam menganalisa factor turnover intention di 25 negara dengan data
yang didapat dari tahun 1997 melalui program survey social internasional,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id oleh sub Negara, dan faktor utamanya ialah kepuasan kerja, keamanan kerja, dan
komitmen organisasi.
Kemudian diungkapkan pula oleh Bodla dan Hameed (2009), bahwa
factor yang mempengaruhi turnover intention antara lain kepuasan kerja,
komitmen organisasi, dan stres kerja.
Mobley et al. (1979) mengemukakan intensi turnover salah satunya
dipengaruhi oleh faktor individual (personal). Secara implisit pada faktor
individual ini terdapat stres individu. Robbins dan Judge (2008) menegaskan
bahwa keluarnya karyawan secara sukarela dari pekerjaan, lebih memungkinkan
terjadi pada individu yang mengalami tingkat stres lebih tinggi. Menurut Leatz
dan Stolar (dalam Rahman, 2007), stres yang dialami dalam jangka waktu cukup
lama pada situasi yang menuntut keterlibatan tinggi mengakibatkan kelelahan
fisik dan emosional yang disebut burnout. Burnout terkait konsep stres karena
merupakan hasil dari stres berkepanjangan dan jika tidak segera diatasi akan
berkontribusi pada karyawan meninggalkan pekerjaannya (Medland et al., 2004).
Melihat beberapa hasil penelitian terpublikasi baik dari luar negeri
maupun Indonesia, persamaan yang muncul adalah topik tentang turnover
karyawan, meskipun demikian penelitian ini berbeda dengan sebelumnya.
Perbedaan tersebut ialah, setting bidang pekerjaannya di bidang retail pelayanan
dan jasa, serta penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa lebih mendalam
mengenai pengaruh antara kepuasan kerja dan stress kerja terhadap turnover
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Turnover Intention
1.1. Definisi Turnover Intention
Turnover intention (keinginan berpindah kerja) merupakan
kecenderungan atau intensitas individu untuk meninggalkan organisasi dengan
berbagai alasan dan diantaranya keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik (Ronald dan Milkha, 2014). Sarminah (2006) menggambarkan hal
tersebut sebagai keinginan yang disadari untuk mencari alternatif pekerjaan dalam
organisasi lainnya.
Turnover intention (keinginan berpindah kerja) adalah kecenderungan
atau keinginan berkelanjutan yang dilakukan oleh karyawan untuk meninggalkan
organisasi dan digantikan kembali oleh karyawan lain. Hal ini sering dijadikan
sebagai indikator kinerja perusahaan sehingga terlihat efektivitas dan efisiensi
organisasi yang negatif (Samuel dan Ikemefuna, 2012).
Harnoto (2002) juga mengatakan bahwa turnover intention ditandai
dengan tingkat produktivitas kinerja karyawan pada perusahaan itu menurun,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
atau tingkat absensinya tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias dan low
inisiative atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik dibanding
dia masih awal bekerja (Russ dan McNeilly, 1995).
Allen (2004), menjelaskan bahwa pindah kerja atau turnover merupakan
pegawai berhenti dari suatu organisasi/perusahaan dan pindah kerja ke
organisasi/perusahaan lainnya dengan alasan tertentu. Pindah kerja dapat
dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu pindah kerja sukarela (voluntary
turnover) yang merupakan keputusan karyawan itu sendiri untuk meninggalkan
organisasi yang disebabkan oleh faktor ketertarikan dan peluang ketersediaan
lapangan kerja saat ini. Biasanya, jika yang pindah kerja karyawan yang bertalenta
dan perusahaan hanya mempunyai karyawan yang berkualitas ini terbatas, maka
akan timbul masalah pada perusahaan tersebut. Jenis selanjutnya ialah pindah
kerja terpaksa (involuntary turnover) dimana inisiatifnya berasal dari
organisasi/perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Misalnya,
organisasi/perusahaan akan merampingkan organisasinya, bisnis perusahaan
menurun, kinerja karyawannya buruk sehingga harus diputuskan hubungan
kerjanya. Karyawan yang terkena kebijakan perusahaan harus mencari pekerjaan
di organisasi/perusahaan lain. Biasanya, pindah kerja ini dilakukan pula ketika
perusahaan diakuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan pengakuisisi umumnya
menyeleksi karyawan yang akan terus dipakai dan karyawan yang akan
diputuskan hubungan kerjanya. Pindah kerja biasanya juga terjadi ketika suatu
perusahaan merger dengan perusahaan lainnya, sehingga ada karyawan yang
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Gambar 3. Jenis Pindah Kerja (Allen, 2004)
Jika terjadi pindah kerja terpaksa, perusahaan harus membayar
kompensasi kepada karyawan yang pindah kerja. Pindah kerja fungsional
merupakan pindah kerja yang tidak merugikan organisasi/perusahaan. Sedangkan
pindah kerja difungsional merupakan pindah kerja dari karyawan yang bertalenta
atau memiliki predikat kinerja yang baik dan perusahaan sangat membutuhkan
karyawan tersebut, sehingga hal ini merugikan perusahaan karena biaya
perekrutan karyawan baru dan waktu yang hilang untuk beroperasi terganggu
karena perusahaan belum menemukan penggantinya, adapun jika pekerjaan
tersebut diberikan kepada karyawan lain maka membutuhkan biaya tambahan
untuk biaya lembur karyawan tersebut. Turnover dapat dihindari jika
organisasi/perusahaan dapat memengaruhi agar karyawan tidak berhenti atau
pindah ke perusahaan lain. Saat ini tingginya tingkat turnover intention telah
menjadi masalah serius bagi banyak perusahaan. Jika turnover tersebut tidak dapat
dihindari, maka perusahaan tersebut tidak memiliki kontrol terhadap masalah
pindah kerja ini.
Menurut Mondy (2008), sekalipun sebuah organisasi berkomitmen penuh
untuk membuat lingkungannya tempat yang bagus untuk bekerja, para karyawan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
akan tetap untuk mengundurkan diri. Biasanya karyawan tersebut tidak melihat
adanya peluang promosi, atau setidaknya tidak cukup banyak. Perputaran
karyawan dalam jumlah tertentu merupakan hal yang baik bagi organisasi dan
seringkali diperlukan untuk menyediakan kesempatan bagi para karyawan dalam
memenuhi tujuan karirnya. Namun, ketika perputaran menjadi berlebihan,
perusahaan harus melakukan sesuatu untuk menguranginya. Para karyawan yang
sering kali berkualifikasi adalah karyawan yang akan melakukan pengunduran diri
karena mereka lebih leluasa bergerak. Di sisi lain, para karyawan yang
berkualifikasi biasa saja tampaknya akan bertahan di perusahaan tersebut, karena
jika banyak karyawan yang berkompeten meninggalkan perusahaan, maka daya
saingnya akan menurun. Di sinilah perusahaan harus mencari cara untuk
membalik kecenderungan tersebut.
Jadi turnover intention (keinginan berpindah kerja) merupakan
kecenderungan individu untuk meninggalkan organisasi dengan berbagai alasan
yang ditandai dengan tingkat produktivitas kinerja karyawan pada perusahaan itu
menurun, biasanya hal ini terjadi seperti dengan sering datang terlambat, sering
membolos, atau tingkat absensinya tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias
dan low inisiative atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik
dibanding individu tersebut masih awal bekerja
1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Turnover Intention
March dan Simon dalam Dong-Hwan Chu dan Jung-Min Son (2012)
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
karena kedua faktor yang mempengaruhi perasaannya untuk meninggalkan
organisasi tersebut yaitu konsep organisasi sebagai kepuasan pekerjaan dan
komitmen organisasi itu sendiri.
Price dan Mueller dalam Dong-Hwan Chu dan Jung-Min Son (2012)
menambahkan pernyataannya bahwa turnover intention dipengaruhi oleh
komitmen organisasi dan kepuasan kerja, termasuk pemberian upah, integrasi
sosial, komunikasi formal, sentralisasi karyawan, rutinitas pekerjaan yang
cenderung ke arah burnout, peran atau tugas yang berlebihan, kesempatan
promosi dan pengembangan karir, pelatihan umum, dukungan pengawas,
dukungan rekan kerja, dan distribusi keadilan.
Hal tersebut dijelaskan dalam model meninggalkan pekerjaan yang
dikemukakan oleh Mobley, Horner, dan Hollingworth, mereka menemukan bukti
yang menunjukan bahwa tingkat dari kepuasan kerja berkolerasi dengan
pemikiran-pemikiran untuk meninggalkan pekerjaan, dan bahwa niat untuk
meninggalkan kerja berkolerasi dengan meninggalkan pekerjaan secara aktual.
Ketidakpuasan diungkapkan ke dalam berbagai macam cara, selain meninggalkan
pekerjaan, karyawan dapat mengeluh, membangkang, menghindar dari tanggung
jawab, dan lain-lain (Minto, 2013).
Zeffane dalam Kurniasari (2005) menyatakan bahwa perilaku
pengunduran diri atau disebut pula sebagai keinginan berhenti bekerja memiliki
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya turnover. Diantaranya adalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ketrampilan kerja dan supervisi. Kemudian faktor internal yang merupakan faktor
yang berasal dari karakteristik personal karyawan seperti intelejensi, sikap, jenis
kelamin, minat, umur, dan lama bekerja serta reaksi individu terhadap
pekerjaannya.
Mathis dan Jackson (2001) menegaskan dan mendefinisikan pula
mengenai kepuasan kerja yang merupakan salah satu faktor timbulnya turnover
intention yaitu keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja
seseorang. Ketidakpuasan kerja muncul saat harapan-harapan ini tidak terpenuhi.
Kepuasan kerja berpengaruh negatif pada keinginan untuk keluar (Elangovan,
2001). Salah satu cara karyawan dalam mengungkapkan ketidakpuasan mereka akan pekerjaan mereka selama ini adalah dengan suatu tindakan dimana tindakan
ini merupakan respon karyawan yang bersifat destruktif aktif. Tindakan tersebut
berupa exit (turnover/quit), yaitu perilaku atau tindakan karyawan yang ditujukan
kearah meninggalkan organisasi. Perilaku ini mencakup pencarian suatu posisi
baru di luar organisasi maupun meminta untuk berhenti.
Hal lain yang dapat mempengaruhi turnover intention adalah stres kerja.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Moore (2000) bahwa, turnover merupakan
perilaku karyawan yang memiliki hubungan erat dengan keinginan untuk keluar
dari pekerjaannya sehingga perusahaan dihadapkan dengan menurunnya
kontinuitas karyawan dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan rekruitmen dan melatih karyawan baru. Job stressors dan kurangnya
kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan keinginan
22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Penelitian yang dilakukan oleh Firth, dkk (2004) di Australia juga
menyatakan bahwa rasa stres tidak hanya berpengaruh pada pengurangan rasa
puas terhadap pekerjaan, tetapi juga merupakan variabel penyumbang terbesar
terhadap keinginan untuk keluar dari organisasi.
2. Kepuasan Kerja
2.1. Definisi Kepuasan Kerja
Definisi komprehensif bahwa kepuasan kerja meliputi reaksi atau sikap
kognitif, afektif, dan evaluatif. Jadi kepuasan kerja merupakan kondisi emosi yang
senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman
kerja seseorang. Hal ini bisa dikatakan sebagai persepsi karyawan mengenai
seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting (Luthans,
2006 dalam Kaswan, 2012).
Tiffin (1958) dalam As’ad (1995) berpendapat bahwa kepuasan kerja
berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri,
situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan. Dapat
disimpulkan bahwa sikap yang diberikan karyawan pada pekerjaannya
dipengaruhi oleh factor-faktor yang ditimbulkan dalam pekerjaanya.
Porter (1995) dalam Sopiah (2008) memberikan pendapat mengenai
kepuasan kerja merupakan perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang
seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima.
Dapat disimpulkan bahwa seorang karyawan dikatakan puas terhadap
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
karyawan terhadap perusahaan dan hak yang diberikan perusahaan terhadap
karyawan.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan kondisi emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari
penilaian seorang karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja dan rekan
kerja, serta kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan (penyelia).
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Luthans (2006) memberikan gambaran mengenai dimensi pekerjaan yang
merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting di mana karyawan
memiliki respon afektif, yaitu pekerjaan itu sendiri yang dapat memberi
kesempatan untuk belajar dan bertanggungjawab, gaji atau upah yang dianggap
pantas dengan pekerjaannya, kesempatan promosi untuk maju dalam organisasi,
pengawasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, rekan
kerja yang mendukung secara teknis dan sosial, serta kondisi pekerjaan bagus dan
nyaman.
Hal tersebut dapat disimpulkan pula dengan menggunakan faktor
kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Robbins (1996) dalam Sopiah (2008),
yaitu:
1. Pekerjaan itu sendiri
a. Merasa nyaman dengan pekerjaan saat ini
24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Upah
a. Menerima gaji sesuai dengan yang diharapkan
3. Promosi
a. Memperoleh kesempatan untuk peningkatan karir
4. Penyelia
a. Merasa mempunyai nilai yang sama antara atasan dengan
karyawan
b. Merasa bahwa hasil kerja dihargai oleh atasan
5. Situasi kerja dan rekan kerja
a. Merasa memperoleh dukungan, nasehat dan saran dari kelompok
kerja
2.3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2008), kepuasan kerja
penting diperhatikan untuk aktualisasi diri karyawan. Karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja maka tidak akan pernah mencapai kematangan
psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi dan berniat untuk keluar
dari tempat kerjanya atau dinamakan turnover intention.
Dalam rangka menguatkan penelitian tentang kepuasan kerja, Herzberg
dalam Dessler (1992) berpendapat bahwa setiap orang menginginkan dua macam
faktor kebutuhan, yaitu: kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan
pemeliharaan. Hal ini berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil
dinas, rumah dinas, dan bermacam-macam tunjangan lainnya. Hilangnya faktor
pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan tingkat
absensi karyawan serta turnover akan meningkat.
3. Stres Kerja
3.1. Definisi Stres Kerja
Pengalaman stres dalam kehidupan kerja dan kehidupan pribadi bukanlah
hal yang baru. Selye dalam Waluyo (2013), mengemukakan bahwa stres
merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme beradaptasi/menyesuaikan
diri, atau dikenal general adaption syndrome. (Sunyoto, 2004). Di samping itu,
Selye dalam Beehr menjelaskan, “work stress is an individual’s response to work
related environmental stressors. Stress as the reaction of organism, which can be
physiological, psychological, or behavioural reaction.” Yakni stres kerja sebagai
sumber yang menyebabkan reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti
yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor
kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan
karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Soewondo
(1992) dalam Waluyo (2013), juga mendukung pernyataan ini dengan
mengemukakan penyebab stres kerja yang paling utama ialah kondisi dan situasi
pekerjaan, kemudian dari bidang pekerjaannya, job requirement seperti status
pekerjaan dan karir yang tidak jelas, serta dari faktor hubungan interpersonalnya.
Beehr dan Newman mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang
26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal
mereka. (Luthans, 2006).
Sedangkan Ivancevich dan Matteson mendefinisikan stres sebagai
interaksi individu dengan lingkungan. Kemudian mereka memperinci definisi
stres kerja sebagai respons adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan
proses psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian
eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan fisik secara
berlebihan pada seseorang. Dari definisi Ivancevich dan Matteson inilah dapat
diketahui tiga komponen penting untuk mengetahui definisi stres kerja
sesungguhnya. Pertama, mengacu pada reaksi terhadap situasi atau kejadian,
bukan situasi atau kejadiannya itu sendiri. Kedua, menekankan bahwa stres dapat
dipengaruhi oleh perbedaan individu. Ketiga, menekankan frasa “kebutuhan
psikologi dan fisik yang berlebihan,” karena hanya situasi tertentu atau situasi
yang tidak biasa (berlawanan dengan penyesuaian hidup minor) yang dapat
menghasilkan stres.
Hal-hal tersebut disimpulkan oleh pendapat Helmi yang menjelaskan
stres melalui beberapa pendekatan. Pertama melalui pendekatan respons stres
timbulnya stres, yang dihubungkan dengan adanya peristiwa yang menekan
sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya dan menimbulkan dampak
negatif, misalnya pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit
berkonsentrasi, nafsu makan bertambah, sulit tidur, ataupun merokok terus
menerus. Pendekatan kedua, dihubungkan dari sisi stressor (sumber stres). Stres
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
batas optinum. Pendekatan ketiga melalui pendekatan interaksionis yang
menitikberatkan adanya transaksi antara tekanan dari luar dengan karakteristik
individu, yang menentukan apakah tekanan tersebut menimbulkan stres atau tidak.
(Safaria, 2003).
Penelitian tentang stress didasarkan pada kondisi dinamik yang di dalam
individu menghadapi peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang
terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai
sesuatu yang tidak pasti namun penting. Secara lebih khusus, stres terkait dengan
kendala dan tuntutan. Kendala merupakan kekuatan yang mencegah individu dari
melakukan apa yang sangat diinginkan, sedangkan tuntutan adalah hilangnya
sesuatu yang sangat diinginkan. (Robbins, 2006).
Dapat disimpulkan pula dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku,
psikologikal, dan somatik, adalah hasil dari tidak/kurang adanya kecocokan antara
orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dengan
lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi
berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif.
Dari beberapa teori yang dikemukakan dapat diketahui bahwa stres
merupakan suatu kondisi dimana individu merasakan adanya penurunan kondisi
badan baik secara fisik maupun psikis akibat berbagai faktor yang meliputi faktor
internal dan faktor eksternal sehingga menimbulkan kondisi dinamik individu
dalam menghadapi peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands) yang
mengakibatkan kendala bagi individu tersebut untuk melakukan pekerjaannya
28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sulitnya berkonsentrasi, kecenderungan mengalami kebingungan, keterasingan,
dan mudah tersinggung, menurunnya rasa percaya diri, kurangnya motivasi,
kurang membangun hubungan interpersonal, merasa dirinya mudah lupa dan cepat
bosan, merasa lelah fisik dan prestasi menurun, merasa kehilangan kreativitas dan
spontanitas, kecenderungan susah mengambil sebuah keputusan, kemudian
merasa malas dan sering menunda-nunda pekerjaan hingga sering melakukan
tindakan-tindakan dengan ceroboh.
3.2. Faktor-Faktor Stres Kerja
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stressor menurut beberapa ahli di
atas, dan ditambahkan pula oleh Selye dalam Waluyo (2013) dapat diketahui
dimensi dan indikator stres kerja, yakni:
S
Menurunnya Prestasi Dan Produktivitas Kerja
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3.3. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention
Firth (2004) dalam jurnalnya “How can managers reduce employee
intention to quit?”, menjelaskan bahwa intention to quit sebagian besar
dipengaruhi oleh ketidakpuasan kerja, kurangnya komitmen terhadap organisasi,
dan perasaan stress. Dukungan supervisor merupakan mediatorberpengaruh yang
dapat mengurangi dampak dari stressor dan intention to quit. Memonitor beban
kerja dan hubungan supervisor terhadap bawahan tidak hanyamengurangi tingkat
stress, tapi juga dapat meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen pada
perusahaan. Dengan memonitor hal-hal tersebut, intention to quit karyawan serta
turnover berikutnya dapat dikurangi, dan kemudian dapat menghemat biaya dan
tenagauntuk melakukan recruitment, pelantikan dan pelatihan karyawan baru.
B. Kerangka Teori
Hasil dari beberapa penelitian terdahulu, bahwa tingkat turnover
intention relatif tinggi yang ditandai dengan menurunnya kontuinitas karyawan
karena beberapa faktor internal dan eksternal. Allen (2004), menjelaskan bahwa
pindah kerja atau turnover merupakan pegawai berhenti dari suatu
organisasi/perusahaan dan pindah kerja ke organisasi/perusahaan lainnya dengan
alasan tertentu. Harnoto (2002) juga mengatakan bahwa turnover intention
ditandai dengan tingkat produktivitas kinerja karyawan pada perusahaan itu
menurun, biasanya hal ini terjadi seperti dengan sering datang terlambat, sering
membolos, atau tingkat absensinya tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias
dan low inisiative atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik
30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Turnover intention ini disebabkan oleh faktor kepuasan kerja yang
rendah, dimana kondisi emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari
penilaian seorang karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja dan rekan
kerja, serta kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan (penyelia)
menurun (Robbins, 1996 dalam Sopiah, 2008). Wanberg dan Banas (2000) juga
menemukan rendahnya kesediaan karyawan menerima perubahan akibat
rendahnya kepuasan kerja yang menyebabkan tingginya intensi keluar karyawan
atau yang dikenal dengan turnover intention.
Mobley et al. (1979) mengemukakan intensi turnover salah satunya
dipengaruhi oleh faktor individual (personal). Secara implisit pada faktor
individual ini terdapat stres individu. Robbins dan Judge (2008) menegaskan
bahwa keluarnya karyawan secara sukarela dari pekerjaan, lebih memungkinkan
terjadi pada individu yang mengalami tingkat stres lebih tinggi. Dan tingginya
tingkat stres kerja atau kondisi dimana individu merasakan adanya penurunan
kondisi badan baik secara fisik maupun psikis akibat berbagai faktor yang
meliputi faktor internal dan faktor eksternal sehingga menimbulkan kondisi
dinamik individu dalam menghadapi peluang, kendala (constraints),atau tuntutan
(demands) yang mengakibatkan kendala bagi individu tersebut untuk melakukan
pekerjaannya yang ditandai beberapa hal yang bersifat kognitif, psikologis, dan
perilaku (Selye dalam Waluyo, 2013).
Penelitian ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Moore
(2000) bahwa, turnover merupakan perilaku karyawan yang memiliki hubungan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
keluar dari perusahaan saat ini mereka bekerja, sehingga perusahaan dihadapkan
dengan menurunnya kontinuitas karyawan dan tingginya biaya yang harus
dikeluarkan untuk proses rekrutmen kembali. Stres kerja yang tinggi dan
rendahnya kepuasan kerja individu inilah merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan keinginan individu tersebut untuk meninggalkan pekerjaannya.
Dengan demikian variabel bebas (dependent variable) yaitu kepuasan
kerja dan stres kerja, sedangkan variabel terikat (independent variable) yaitu
turnover intention.
Gambar 4. Bagan konseptual teori
Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
1. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention
2. Stres kerja berpengaruh terhadap turnover intention
3. Kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh terhadap turnover intention.
Kepuasan Kerja
Stres Kerja
Turnover Intention
H1
H2
H3 X1
X2
32
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan
penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah
dengan metode statistika serta dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam
rangka pengujian hipotesis, sehingga diperoleh signifikansi antar variabel yang
diteliti (Azwar, 2004).
Jenis penelitian ini merupakan hubungan untuk mencari pengaruh faktor
kepuasan kerja dan stress kerja terhadap turnover intention yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa kuat pengaruh kepuasan kerja dan stres kerja pada turnover
intention.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (X) adalah:
(X1) kepuasan kerja
(X2) stres kerja
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Definisi Operasional
Turnover intention (keinginan berpindah kerja) merupakan
kecenderungan individu untuk meninggalkan organisasi dengan berbagai alasan
yang dapat diukur dengan skala turnover intention dengan indikator seperti,
tingkat produktivitas kinerja karyawan pada perusahaan itu menurun, biasanya hal
ini terjadi seperti dengan sering datang terlambat, sering membolos, atau tingkat
absensinya tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias dan low inisiative.
Kepuasan kerja itu sendiri merupakan kondisi emosi yang senang atau
emosi positif yang berasal dari penilaian seorang karyawan dan dapat diukur
dengan skala kepuasan kerja dengan indikator seperti, pekerjaannya sendiri,
situasi kerja dan rekan kerja, serta kerjasama antara pimpinan dengan sesama
karyawan (penyelia).
Sedangkan stres merupakan suatu kondisi dimana individu merasakan
adanya penurunan kondisi badan baik secara fisik maupun psikis akibat berbagai
faktor yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal, meliputi gangguan
psikologi, gangguan kognitif, dan gangguan perilaku, sehingga mengakibatkan
kendala bagi individu tersebut untuk melakukan pekerjaannya.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Penelitian ini adalah penelitian populatif dimana populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di perusahaan retail yang bergerak di
bidang jasa dan pelayanan yaitu perusahaan “Mulia” (disamarkan) yang
34
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sebagai lokasi penelitan dikarenakan banyak ditemukan fakta turnover yang
terjadi dalam perusahaan tersebut. Data turnover yang terjadi pada rentang waktu
Januari 2015 hingga Desember 2015 menunjukan bahwa terdapat peningkatan
karyawan yang melakukan turnover hingga 21 karyawan kontrak yang keluar dari
satu cabang perusahaan ini. Karyawan yang keluar dari perusahaan tersebut tidak
memiliki alasan yang jelas, dan ada beberapa karyawan saat training pun juga
mengundurkan diri atau keluar dari perusahaan. Jumlah populasi pegawai yang
bekerja di perusahaan retail ini sebanyak 21 orang dimana karyawan tersebut
memiliki karakteristik populasi sebagai berikut:
a. Karyawan yang bekerja sebagai sales staff dan senior sales staff
b. Usia karyawan minimum 19 tahun
c. Masa kerja minimum 6 bulan atau sudah selesai masa training
Oleh karena itu penelitian ini mengambil sampel secara populatif. Teknik
pengambilan sampel menurut Arikunto (2002) bahwa jumlah responden kurang
dari 100 maka sampel diambil semua atau sampel populatif. Sedangkan jika
responden lebih dari 100, maka pengambilan sampel 10% - 15% atau 20% - 25%
atau lebih, atau keadaan yang setidaknya:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac
Sehingga dari kaidah tersebut, dirasa perlu mengambil seluruh populasi
sebagai subyek penelitian.Dimana cara pengambilan subyek penelitian tanpa
adanya karakteristik tertentu dan siapa saja yang bekerja.
2. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini dia
yang bekerja di perusahaan retail ini sebanyak
tersebut dijadikan sampel penelitian ini
sampel secara populatif.
Teknik pengambilan sampel
responden kurang dari 100 maka sampel diambil semua atau sampel populatif.
Adapun data sebaran sampel dapat dilihat melalui usia responden, jenis kelamin,
jenjang pendidikan, dan pengalaman bekerja responden, serta lama respon
bekerja di Toko Buku “Mulia” ini. Kemudian disajikan data sebaran responden
yang menjadi penelitian ini dan dapat dilihat pada diagram serta tabel di bawah
ini:
Gambar.5 Persentase responden berdasarkan usia (tahun). DATA RESPONDEN BERDASARKAN USIA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dari kaidah tersebut, dirasa perlu mengambil seluruh populasi
sebagai subyek penelitian.Dimana cara pengambilan subyek penelitian tanpa
adanya karakteristik tertentu dan siapa saja yang bekerja.
Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi pegawai
yang bekerja di perusahaan retail ini sebanyak 21 orang dimana seluruh
dijadikan sampel penelitian ini, oleh karena itu penelitian ini mengambil
sampel secara populatif.
Teknik pengambilan sampel menurut Arikunto (2002)
responden kurang dari 100 maka sampel diambil semua atau sampel populatif.
Adapun data sebaran sampel dapat dilihat melalui usia responden, jenis kelamin,
jenjang pendidikan, dan pengalaman bekerja responden, serta lama respon
bekerja di Toko Buku “Mulia” ini. Kemudian disajikan data sebaran responden
yang menjadi penelitian ini dan dapat dilihat pada diagram serta tabel di bawah
Gambar.5 Persentase responden berdasarkan usia (tahun). 57%
dari kaidah tersebut, dirasa perlu mengambil seluruh populasi
sebagai subyek penelitian.Dimana cara pengambilan subyek penelitian tanpa
umlah populasi pegawai
seluruh karyawan
, oleh karena itu penelitian ini mengambil
Arikunto (2002), bahwa jumlah
responden kurang dari 100 maka sampel diambil semua atau sampel populatif.
Adapun data sebaran sampel dapat dilihat melalui usia responden, jenis kelamin,
jenjang pendidikan, dan pengalaman bekerja responden, serta lama responden
bekerja di Toko Buku “Mulia” ini. Kemudian disajikan data sebaran responden
yang menjadi penelitian ini dan dapat dilihat pada diagram serta tabel di bawah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac
Jumlah responden dalam penelitian
responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 57% dari total sampel
populatif ini, sedangkan responden yang berusia 21
begitupula pada responden berusia 26
responden yang berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 5% pula. Kemudian
disajikan pula data sebaran sampel berdasarkan jenis kelamin responden.
Gambar.6 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan pada jenis kelamin responden, jumlah sa
penelitian ini yang berjenis kelamin laki
sebanyak 57% dari total sampel populatif ini. Selanjutnya dapat dilihat pada data
sebaran sampel berdasarkan jenjang pendidikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Jumlah responden dalam penelitian ini berdasarkan pada usia, yaitu
responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 57% dari total sampel
populatif ini, sedangkan responden yang berusia 21-25 tahun sebanyak 33%,
begitupula pada responden berusia 26-30 tahun sebanyak 5%, dan yang terak
responden yang berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 5% pula. Kemudian
disajikan pula data sebaran sampel berdasarkan jenis kelamin responden.
Gambar.6 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan pada jenis kelamin responden, jumlah sa
penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43% dan yang perempuan
sebanyak 57% dari total sampel populatif ini. Selanjutnya dapat dilihat pada data
sebaran sampel berdasarkan jenjang pendidikan.
Gambar.7 Persentase responden berdasarkan jenjang pendidikan. 43%
30 tahun sebanyak 5%, dan yang terakhir
responden yang berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 5% pula. Kemudian
disajikan pula data sebaran sampel berdasarkan jenis kelamin responden.
Berdasarkan pada jenis kelamin responden, jumlah sampel pada
laki sebanyak 43% dan yang perempuan
sebanyak 57% dari total sampel populatif ini. Selanjutnya dapat dilihat pada data L
P