73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1DESKRIPSI PENELITIAN
Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) adalah sebuah organisasi gereja yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tengah. Gereja ini berdiri pada tanggal 18 Oktober 1947 dengan pusat sinodenya di kota kecil yang bernama Tentena. Secara historis GKST adalah hasil pekabaran Injil Dr.A.C.Kruyt dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang tiba di Poso pada tahun 1892; dan Dr. N. Adriani dari Nederlandsch Bijbelgenootschap yang tiba tahun 1895. GKST tergolong gereja dengan wilayah pelayanan terluas di pulau Sulawesi Tengah.
74 sumber kearifan lokal yang disemboyankan dengan ungkapan “Sintuwu Maroso” yang artinya “Hidup untuk saling menghidupkan dalam satu kebersamaan” (Tampake, 2009). Artinya budaya membentuk hubungan manusia dalam berbagai cara. Keunikan budaya ini tentunya akan berbeda dengan budaya pendeta di tempat lain yang terdiri dari budaya yang beragam. Dengan menggunakan data try out terpakai akan lebih menggambarkan orisinalitas item yang digunakan dalam penelitian ini.
4.2DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
4.2.1 Penyebaran dan Penerimaan Alat Ukur Responden Data yang diolah pada penelitian ini adalah data primer dalam bentuk skala psikologi dari hasil jawaban responden terkait dengan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan servant leadership. Skala psikologi sebagai alat ukur didistribusikan langsung oleh peneliti kepada pendeta di Gereja Kristen Sulawesi Tengah yang telah dipilih untuk menjadi responden. Skala psikologi yang disebarkan berjumlah 100 skala, semua responden mengembalikan skala secara lengkap sehingga secara keseluruhan skala dapat dipergunakan sesuai kebutuhan dalam penelitian ini.
4.2.2 Distribusi Frekuensi Identitas Responden
75
Tabel 4.1
Demografi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Responden
Persentase
Laki-laki 42 42%
Perempuan 58 58%
Total 100 100
Sumber: data primer 2012.
Tabel 4.1 di atas memberikan informasi bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah berjumlah 42 orang atau sebesar 42% dan berjenis kelamin perempuan adalah berjumlah 58 orang atau sebesar 58%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki.
Tabel 4.2
Demografi Responden Menurut Usia
Usia Jumlah Responden Persentase
26-33 tahun 39 39%
34-41 tahun 32 32%
42-49 tahun 29 29%
Total 100 100%
Sumber: data primer 2012.
76
Tabel 4.3
Demografi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat
Pendidikan
Jumlah Responden
Persentase
S1 100 100%
Total 100 100%
Sumber: data primer 2012.
Tabel 4.3 di atas memberikan informasi bahwa secara keseluruhan responden mempunyai tingkat pendidikan yang sama yaitu strata satu.
Tabel 4.4
Demografi Responden Menurut Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah
Responden
Persentase
19-26 43 43%
11-18 37 37%
3-10 20 20%
Total 100 100%
Sumber: data primer 2012.
Tabel 4.4 di atas memberikan informasi tentang gambaran responden berdasarkan masa kerja yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Responden dengan rentang masa kerja dari 19-26 menempati jumlah terbesar yaitu 43% kemudian diikuti rentang masa kerja 11-18 tahun sebesar 20%, dan rentang masa kerja 11-18 tahun sebesar 37%, selebihnya telah bekerja 19-26 tahun 43% tahun. Berdasarkan persentase rentang masa kerja ini diketahui bahwa pengalaman pelayanan yang dimiliki oleh responden relatif tinggi.
4.3 UJI DAYA DISKRIMINASI DAN RELIABILITAS SKALA
77 hasil ukur skala secara keseluruhan dan sejauh mana konsistensi alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini seleksi item skala dilakukan sebanyak dua kali putaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
4.3.1 Daya Diskriminasi Item
Pengujian daya diskriminasi item dalam penelitian ini menggunakan analisis butir (item) yakni dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total per konstruk (contruct) dan skor total seluruh item. Output SPSS for windows version 17 menyebutkan bahwa analisis item/butir tersebut dinyatakan sebagai Corrected Item-Total Correlation dengan batas kritis skor total skala
≥ 0,30 (Azwar, 2009).
4.3.1.1 Daya Diskriminasi Skala Servant Leadership
78
Tabel 4.5
Sebaran Item Valid dan Item Gugur S kal a S erva nt Lead ers hi p
No
Aspek Jumlah
Item
Nomor Item Valid Nomor Item Gugur
1 Orientasi karakter
19 3,4,5,6,8,10,11,12,13,14, 15,16,17,18,19
1,2,7,9
2 Orientasi Orang
15 20,21,22,23,24,25,26,28, 29,31,32,33,34
27,30
3 Orientasi Tugas
17 35,36,37,38,39,40,41,42,43, 44,46,47,49,50,51
45,48
4 Orientasi Proses
16 52,53,55,56,57,58,59,60, 61,62,63,64,66,67
54,65
Total 67 57 10
Sumber: data primer yang diolah, 2012.
Setelah item yang gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan seleksi item putaran dua. Hasil seleksi item melalui corrected item-total correlation diketahui bahwa dari 57 item yang tersisa semuanya memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,301 sampai 0,581.
79
Tabel 4.6
Sebaran Item Valid dan Item Gugur Skala Kecerdasan Emosional
No Aspek Jumlah
Item Nomor Item Valid
Nomor Item Gugur 1 Kesadaran Diri 11 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11 5
2 Pengaturan Diri
32
12,13,14,15,16,18,19,20,
21,22,23,24,25,26,27,
28,29,30,31,32,33,34,35
36,37,38,41
17,39,40
42,43
3 Kesadaran Sosial
12 44,45,46,47,48,49,50,51, 52,53,54,55
_
4 Pengelolaan
Relasi 21
56,57,58,59,60,61,62,63
64,65,66,67,68,69,70,71,
72,73,75,76
74
Total 76 69 7
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Setelah item gugur dihilangkan, selanjutnya dilakukan seleksi item putaran dua. Hasil seleksi item melalui corrected item-total correlation diketahui bahwa dari 69 item yang tersisa semuanya memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai bergerak dari 0,316 sampai 0,615.
80
Tabel 4.7
Sebaran Item Valid dan Item Gugur S kal a K ec er d as an S p ir it ual
No Aspek Jumlah
Item Nomor Item Valid
Nomor Item Gugur 1 Critical Existential
Thinking 7 1,2,3,4,5,6,7 -
2 Personal Meaning
Production 5 8,9,10,11,12 -
3 Transendental
Awarenes 7 13,14,15,16,17,18,19 -
4 Conscious State
Expansion 5 20,21,22,23,24 -
Total 24 24
Sumber: data primer yang diolah, 2012
4.3.2 Uji Reliabilitas
81
Tabel 4.8
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Koefisien
Alpha Batas Makna
Servant leadership 0, 923 0,6 Reliabel
Kecerdasan emosional 0, 949 0,6 Reliabel
Kecerdasan spiritual 0, 892 0,6 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas, diketahui bahwa seluruh variabel memiliki koefisien alpha cronbach lebih dari batas minimal yang ditetapkan, yaitu >0,60 maka seluruh item skala dinyatakan reliabel.
4.4Analisis Data
Untuk mempermudah pengolahan data dalam penelitian ini digunakan bantuan aplikasi SPSS 17.
4.4.1 Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh descriptive statistics sebagai berikut:
Tabel 4.9 Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Servant Leadership 184.07 15.967 100
Kecerdasan Emosional 211.87 20.903 100
Kecerdasan Spiritual 77.68 7.705 100
Sumber: data primer yang diolah, 2012
82 menginterpretasikan hasil output pada tabel 4,9 (Descriptive Statistics) sebagai berikut:
1. Variabel servant leadership memiliki rata-rata hitung sebesar 184,07 dengan standar deviasi sebesar 15.967, artinya bahwa variabel servant leadership berada pada daerah positif atau interval jawaban sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden/pendeta menilai item skala tentang variabel servant leadership sesuai dengan dirinya.
2. Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata hitung sebesar 211,87 dengan standar deviasi 20,903, artinya bahwa variabel kecerdasan emosional berada pada daerah positif atau interval jawaban sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden/pendeta menilai item skala tentang variabel kecerdasan emosional sesuai dengan dirinya.
3. Variabel kecerdasan spiritual memiliki rata-rata hitung sebesar 77.68 dengan standar deviasi 7.705, Artinya variabel kecerdasan spiritual berada pada interval jawaban sangat sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden/pendeta menilai item skala kecerdasan spiritual sangat sesuai dengan dirinya.
4.5Identifikasi Skor Servant leadership
83
= − ℎ
i = 228−57 4 i = 171
4
i = 43
Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari servant leadership dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Tabel 4.10
Interpretasi Nilai Variabel Y dan X1, X2
No Skor Kategori N persentase
1 185 ≤ x <228 Sangat tinggi 39 39%
2 142 ≤ x < 185 Tinggi 61 61%
3 99≤ x <142 Sedang - -
4 56 ≤ x < 99 Rendah - -
Jumlah 100 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Tabel 4.11 di atas, memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 185 sampai dengan 228, skor tinggi bergerak dari 142 sampai dengan 185, skor kelompok sedang bergerak dari 99 sampai dengan 144, dan skor rendah bergerak 56 sampai dengan 99. Hal ini menunjukkan bahwa 61% pendeta GKST menunjukkan perilaku servant leadership berada pada kategori tinggi, 39% berada pada kategori sangat tinggi.
4.5.1 Identifikasi Skor Variabel Kecerdasan Emosional
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel kecerdasan emosional, maka ada 4 kategori yakni, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah item valid pada variabel kecerdasan emosional adalah 69, maka skor yang diperoleh kemungkinan bergerak dari 69 sampai dengan 276 (69 x 4)
84 i = 276−69
4 i = 207
4
i = 52
Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya variabel kecerdasan emosional dapat dikategorikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11
Deskripsi Pengukuran Kecerdasan Emosional
No Skor Kategori N persentase
1 224≤ x < 276 Sangat tinggi 22 22%
2 172≤ x < 224 Tinggi 76 76%
3 120≤ x < 172 sedang 2 2%
4 68≤ x <120 Rendah - -
Jumlah 100 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2012.
Tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 224 sampai dengan 276, skor tinggi bergerak dari 171 sampai dengan 224, skor kelompok sedang bergerak dari 120 sampai dengan 172, dan skor buruk bergerak 68 sampai dengan 120. Hal ini menunjukkan bahwa 22% pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan emosional yang sangat tinggi, 76% pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan emosional yang tinggi, 22% berada pada kategori kualitas kecerdasan emosional yang sangat tinggi, 2% pada kategori sedang.
4.5.2 Identifikasi Skor Variabel Kecerdasan Spiritual
85
= − ℎ
i = 96−24 4 i = 72
4
i = 18
Dengan demikian, baik buruknya variabel kecerdasan spiritual dapat dikategorikan pada table berikut ini:
Tabel 4.12
Deskripsi Pengukuran Kecerdasan Spiritual
No Skor Kategori N persentase
1 78 ≤ x < 96 Sangat tinggi 51 51%
2 60≤ x <78 Tinggi 49 49%
3 42 ≤ x < 60 Sedang - -
4 24 ≤ x < 42 Rendah - -
Jumlah 100 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 78 sampai dengan 96, skor tinggi bergerak dari 59 sampai dengan 77, skor kelompok sedang bergerak dari 118 sampai dengan 170, dan skor rendah bergerak 78 sampai dengan 96. Hal ini menunjukkan bahwa 51% pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang sangat tinggi, 49% pada kategori tinggi. Dengan demikian dapat diambil simpulan sementara bahwa pendeta GKST memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang tinggi mengarah ke sangat tinggi.
4.6PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS REGRESI
4.6.1 Uji Asumsi Klasik
86 Unbiased Estimator supaya variabel independent sebagai estimator atas variabel dependent tidak bias. Untuk mencapai tujuan itu maka dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan linearitas.
4.6.2 Uji Normalitas
Uji noramalitas dalam penelitian ini menggunakan metode grafik dan statistik. Metode grafik yang handal adalah dengan melihat grafik histogram dan P-P Plot Test. Secara statistik, normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Santoso (2000) mengemukakan bahwa data dikatakan berdistribusi normal apabila histogram berbentuk lonceng (bell shaped curve). Berdasarkan hasil komputasi data dengan bantuan aplikasi SPSS, maka dihasilkan histogram sebagai berikut:
Gambar 4.1
87 melalui P-P Plot Test. Berdasarkan hasil komputasi data dengan bantuan aplikasi SPSS, maka dihasilkan histogram sebagai berikut:
Gambar 4.2
88
Tabel 4.13
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 14.00448517
Most Extreme Differences
Absolute .068
Positive .068
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov Z .676
Asymp. Sig. (2-tailed) .750
a. Test distribution is Normal. b.Calculated from data.
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai residual hasil uji regresi memiliki nilai koefisien kolmogorov sebesar 0,676 dengan signifikansi sebesar 0,750. Karena nilai Signifikansi Kolmogorov-Smirnov berada diatas cut off value yang telah disepakati, yaitu 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Dengan demikian secara keseluruhan metode yang digunakan baik grafik maupun statsistik menunjukkan bahwa data berdistribusi secara normal sehingga dapat dinyatakan bahwa asumsi normalitas dalam penelitian ini terpenuhi dan model regresi layak digunakan untuk menjadi penaksir potensial servant leadership berdasarkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
4.6.3 Uji Multikolinearitas
89 wijaya, 2009). Hasil uji tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Coefficientsa
Tabel di atas dapat menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Selain melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), matriks korelasi antar variabel independen (zero order correlation matrix) juga dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi, jika antar variabel bebas (independen) ada korelasi yang tinggi (umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2009). Hasil uji zero order correlation matrix dapat dilihat pada tabel berikut:
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Kecerdasan Emosional .838 1.194
Kecerdasan Spiritual .838 1.194
90
Tabel 4.16
Coefficient Correlationsa
Model
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Emosional
Correlations Kecerdasan Spiritual
1.000 -.403
Kecerdasan Emosional
-.403 1.000
Covariances Kecerdasan Spiritual
. .041 -.006
Kecerdasan Emosional
-.006 .006
a. Dependent Variable: Servant Leadership
Tabel di atas menunjukan bahwa besaran koefisien korelasi antar variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berada dibawah 0,90 yaitu, -0,403. Berpijak dari kedua model uji multikolinearitas di atas, dapat diambil simpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas.
4.6.4 Uji Heterokedastisitas
91 Berdasarkan hasil komputasi data dengan menggunakan bantuan SPSS 17 maka hubungan antar nilai variabel yang diprediksi dengan residualnya digambarkan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 4.3
Scatterplot di atas menunjukkan bahwa noktah-noktah terpencar dengan tidak membentuk pola-pola tertentu seperti cerobong asap di sekitar garis diagonal tetapi noktah-noktah menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini memberikan informasi bahwa model regresi dalam penelitian ini terjadi homoskedastisitas daripada heteroskedastisitas.
4.6.5 Uji linearitas
92
Tabel 4.16
Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosional dengan Servant Leadership ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Servant Leadership * Kecerdasan Emosional Between Groups
(Combined) 16023.343 53 302.327 1.509 .078
Linearity 3830.840 1 3830.840 19.119 .000
Deviation from Linearity
12192.504 52 234.471 1.170 .295
Within Groups 9217.167 46 200.373
Total 25240.510 99
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Dari tabel di atas diketahui nilai Fbeda sebesar 1.170 dan nilai p sebesar 0,295 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kecerdasan emosional dan servant leadership. Selanjutnya, uji linearitas kecerdasan spiritual dengan servant leadership dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.17
Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Spiritual dengan Servant Leadership ANOVA Table
Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Servant Leadership * Kecerdasan Spiriual Between Groups
(Combined) 11591.921 30 386.397 1.953 .012
Linearity 4328.921 1 4328.921 21.885 .000
Deviation from Linearity
7263.000 29 250.448 1.266 .211
Within Groups 13648.589 69 197.806
Total 25240.510 99
93 Dari tabel di atas diketahui nilai Fbeda sebesar 1.266 dan nilai p sebesar 0,211 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kecerdasan spiritual dan servant leadership. Dengan demikian semua output SPSS yang telah ditampilkan diketahui bahwa semua nilai p > 0,05, maka asumsi linearitas terpenuhi.
4.7 ANALISIS REGRESI BERGANDA
94
Tabel 4.18
Hasil Analisis Regresi Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai t Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 91.612 17.221 5.320 .000
Kecerdasan Emosional
.203 .074 .266 2.733 .007
Kecerdasan Spiritual
.636 .202 .307 3.156 .002
a. Dependent Variable: Servant Leadership
Berdasarkan hasil analisis pada tabel koefisien di atas ditemukan persamaan regresi adalah Y = 91.612 + 0,266 X1 + 0,307 X2. Koefisien regresi menunjukkan tanda positif (+), hal ini berarti ada suatu kondisi yang searah yaitu peningkatan variabel X1 dan X2 akan menyebabkan peningkatan variabel Y.
Persamaan regresi berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a) Konstata (a) sebesar 91.612 memberikan pemahaman bahwa jika semua vaiabel independent (kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual) bernilai 0, maka nilai servant leadership pendeta GKST sebesar 91.612
95 peningkatan kualitas nilai servant leadership yang ditampilkan pendeta dalam melayani orang lain. Dengan asumsi variabel independen lainnya dalam hal ini kecerdasan spiritual konstan
c) Koefisien regresi kecerdasan spiritual sebesar 0,307 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan nilai kecerdasan spiritual akan berdampak pada meningkatnya nilai servant leadership sebesar 0,307 atau 30,7%. Dengan kata lain semakin baik kualitas kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah akan berdampak pada peningkatan kualitas nilai servant leadership yang ditampilkan pendeta dalam melayani orang lain. Dengan asumsi variabel independen lainnya dalam hal ini kecerdasan emosional konstan.
4.8 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda baik secara simultan maupun parsial.
96
4.8.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel independen X1 (kecerdasan emosional) dan X2 (kecerdasan spiritual) terhadap variabel dependen Y (servant leadership) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19 ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5824.075 2 2912.038 14.548 .000a
Residual 19416.435 97 200.169
Total 25240.510 99
Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional b. Dependent Variable: Servant Leadership
Melalui tabel anova di atas, diketahui nilai Fhitung sebesar 14.397 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05), maka dapat dikatakan bahwa secara simultan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap servant leadership. Dari hasil ini maka hipotesis dalam penelitian diterima. Selanjutnya dilakukan uji statistik t untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership.
97
Tabel 4.20
Hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistil t)
No Variabel thitung signifikansi
1 Kecerdasan Emosional 2.733 .007
2 Kecerdasan Spiritual 3.156 .002
a. Dependent Variable: Servant Leadership
Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa nilai thitung kecerdasan emosional sebesar 2.733 dengan tingkat signifikansi 0,007 (p<0,05). Hasil ini memberikan pemahaman bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap servant leadership. Selanjutnya diketahui nilai thitung kecerdasan spiritual adalah sebesar 3.156 dengan tingkat signifikansi 0,002 (p<0,05). Hasil ini memberikan pemahaman bahwa variabel kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap servant leadership.
4.8.3 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership pendeta di Gereja Kristen sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh tabel summary untuk menunjukan koefiesien determinasi sebagai berikut:
Tabel 4.21 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .480a .231 .215 14.148
98 Dari tampilan output di atas diketahui nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,0480 menggambarkan bahwa terdapat korelasi secara simultan antara kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,231, menggambarkan bahwa sumbangan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap servant leadership sebesar 23,1% sedangkan sisanya 76,9 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil analisis data diketahui bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dapat dijadikan sebagai prediktor servant leadership.
4.8.4 Sumbangan Prediktor
Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif masing-masing variabel bebas. Sumbangan efektif semua variabel bebas sama dengan koefisen determinasi (Budiono, 2004).
4.8.4.1 Sumbangan efektif
a. Sumbangan efektif kecerdasan emosional SE (X1)% = βx1 X rxy1 X 100%
= 0,266 x 0,390 x 100% = 10,4%
b. Sumbangan efektif kecerdasan spiritual SE (X2)% = βx2 x rxy2 x 100%
99
Tabel 4.22
Rangkuman sumbangan efektif dan relatif Variabel X1, X2
terhadap variabel Y
No Sumbangan Variabel Sumbangan Efektif
1 Kecerdasan emosional terhadap servant
leadership
10,4%
2 Kecerdasan spiritual terhadap servant
leadership
12,7%
Total sumbangan 23,1%
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa besarnya sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap servant leadership sebesar 10,4% sedangkan sumbangan efektif kecerdasan spiritual terhadap servant leadership sebesar 12,7%. Berdasarkan hasil analisis sumbangan efektif diketahui bahwa kecerdasan spiritual memberikan sumbangan yang dominan terhadap servant leadership.
Tabel 4.23
Koefisien Beta dari masing-masing aspek variabel independen terhadap variabel dependen
Variabel Aspek Beta Sig
Kecerdasan Emosional
Kesadaran diri 0,294 0,045
Pengaturan diri -0,081 0,668
Kesadaran sosial 0,260 0,055
Pengelolaan relasi 0,080 0,906
Kecerdasan Spiritual
Critical Existential Thinking 0,114 0,374
Personal Meaning Production 0,123 0,302
Transendental Awarenes 0,126 0,320
Conscious State Expansion 0,141 0,300
100 sedangkan untuk aspek kecerdasan spiritual secara keseluruhan berpengaruh positif signifikan terhadap servant leadership. Aspek kecerdasan spiritual yang paling dominan memengaruhi servant leadership adalah aspek conscious state expansion.
4.9 DISKUSI
102 baik dengan warga jemaat sehingga mampu meningkatkan kualitas nilai-nilai servant leadership guna mencapai efektivitas pelayanan. Selanjutnya hasil temuan ini mendapat dukungan empirik dari penelitian sebelumnya diantaranya adalah Hartsfiel (2003), Hannay (2009), Amram (2009, 2010), dan Samiyanto (2011) yang menemukan bahwa perilaku servant leadership akan lebih cenderung diperlihatkan oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual yang tinggi. Untuk itu guna mencapai efektivitas pelayanan maka pengembangan kepemimpinan pendeta GKST harus difokuskan pada kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
103 karakter dan hati. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lynton (2009) yang menemukan pentingnya kecerdasan spiritual bagi pemimpin dalam membangun hubungan yang erat, membangun norma-norma berperilaku, memiliki kemurahan hati, dan mempunyai keterampilan untuk menentukan arah yang jelas dan benar yang menginspirasi para pengikut untuk bertindak bersama. Searah dengan itu Freeman (2011) berpendapat bahwa kecerdasan spiritual memiliki pengaruh terhadap pembentukan dan efektivitas servant leadership. Hasil ini lebih lanjut memperkuat hasil temuan Chakraborty dan Chakraborty (2004) tentang peran penting kecerdasan spiritual terhadap kepemimpinan. Kecerdasan spiritual memungkinkan pendeta untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal, menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain, memandang semua orang sebagai pribadi yang utuh hidup berdampingan untuk saling melengkapi sehingga hidup semakin kaya akan makna (Martin, 2006; Ginanjar, 2006; Sukidi 2004; Berman 2001; Zhohar & Marshal, 2000).
104 kerendahan hati serta menunjukkan nilai-nilai spiritual melalui sikap hidup dengan menunjukkan hormat, memperlakukan orang lain secara manusiawi, mengungkapkan perhatian dan kepedulian, menghargai kontribusi orang lain (Fry, 2003; Reave, 2005). Selain itu praktek-praktek spiritual dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga mampu menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Dengan demikian kecerdasan spiritual secara komprehensif mampu memberikan makna terhadap pikiran, perilaku, dan aktivitas pelayanan pendeta baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia, sebab sejatinya seorang pemimpin harus memiliki komitmen perjalanan batin secara spiritual yang akan memberi kesadaran untuk membangkitkan spirit dalam memahami nilai diri sendiri, membimbing dalam pencarian makna dan kebenaran yang memungkinkan seseorang untuk bertahan di dalam tekanan serta bangkit dari keterpurukan sekaligus menampilkan keutuhan dan keaslian yang pada gilirannya menghasilkan pemahaman diri seutuhnya sebagai dasar untuk memahami dan menerima orang lain (Hope, 2005).
105 pendeta GKST mampu mengimplentasikan nilai-nilai servant leadership dalam pelayanan. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil temuan sebelumnya, diantaranya: Peters, Roberts, Leonard & Sparkman (2012), Mills (2009), Fiedeldey, Dijk, Freedman (2007), Waterhouse (2006), Hayashi (2005), Gardner & Stough (2002), Goleman, Boyatzis & McKee (2002) yang telah menekankan nilai kecerdasan emosional dalam efektivitas kepemimpinan. Bahkan Higgs & Aitken (2003), mengemukakan pemimpin yang memiliki kualitas kecerdasan emosional yang lebih baik akan mampu mengoptimalkan potensi kepemimpinan sekaligus mampu menciptakan iklim kerja yang mendorong orang lain untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi organisasi (Cherniss dan Goleman, 2001).
106 humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas yang memberi kemampuan untuk membuka diri serta secara tulus menerima kritikan orang lain yang melaluinya setiap orang belajar untuk mengembangkan diri, untuk menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain. Berani tampil dengan keyakinan diri, bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas dan mampu mengambil keputusan yang baik sekalipun berada dalam situasi yang sulit. Menurut Palmer dan Stough (2001) kesadaran diri memungkinkan seseorang untuk secara efektif memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara profesional di tempat kerja. Selanjutnya, kesadaran sosial berpengaruh positif terhadap servant leadership hal ini mungkin saja terjadi karena pengaruh fiolosofi budaya suku Pamona yaitu hidup saling menghidupkan dalam satu kebersamaan yang telah membudaya dalam kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan kepedulian terhadap sesama semakin tinggi.