Laporan Kinerja
Pusat Penelitian Biologi 2015
TIM PENYUSUN
LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN BIOLOGI 2015
Pelindung
: Dr. Ir. Witjaksono, M.Sc
Penanggung Jawab
: Dr. Hari Sutrisno
Dr. Joeni Setijo Rahajoe, M.Sc.
Dr. Achmad Dinoto, M.Sc.
Agus Wiaga,SE., M.M.
Penyusun
: Ir. Ahmad Jauhar Arief, M.Sc
Prof. Eko Baroto Walujo
Dr. Joeni Setijo Rahajoe
Dr. Ruliyana Susanti
Dr. Cahyo Rahmadi
Rini Riffiani, M. Si
Surinta B. Sembiring, S. Sos., MM
Dra. Esti Wisnawati
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LKj) ini disusun sebagai pertanggung-jawaban kinerja Pusat
Penelitian Biologi LIPI tahun 2015. Laporan ini memberikan gambaran kinerja
pelaksanaan kegiatan sebagai tahapan tahunan dalam menjabarkan visi dan misi
lembaga yang telah diprogramkan dalam waktu lima tahun 2015-2019.
Gambaran menyeluruh dari semua pelaksanaan kegiatan di Pusat Penelitian
Biologi dapat tercermin dalam laporan ini. Penekanan dari laporan ini adalah pada
capaian target yang telah dijanjikan pada dokumen Penetapan Kinerja (PK) Pusat
Penelitian Biologi tahun 2015. Beberapa kegiatan lain yang sifatnya insidentil dan
masuk ditengah tahun 2015 (tidak masuk dalam perencanaan awal) telah
diintegrasikan dalam program/kegiatan tahun berjalan, sehingga hasilnya dapat
mendukung capaian kinerja Pusat Penelitian Biologi tahun 2015 ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangannya, hal itu
semata-mata karena berbagai keterbatasan yang kami miliki. Namun demikian, kami
berharap bahwa laporan ini dapat memberi gambaran yang nyata dan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan yang dapat memberikan
umpan balik bagi pelaksanaan dan kegiatan di tahun berikutnya yang lebih baik.
Akhirnya, kami mengharap semoga Laporan Kinerja Pusat Penelitian
Biologi-LIPI ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, Januari 2016
Kepala Pusat Penelitian Biologi-LIPI
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pusat Penelitian Biologi, secara khusus ditugaskan untuk melakukan penelitian di
bidang biologi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Pusat Penelitian
Biologi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a.
penyiapan penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan penelitian
bidang botani, zoologi, dan mikrobiologi;
b.
penyiapan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang botani, zoologi,
dan mikrobiologi;
c.
penyiapan pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang penelitian
bidang botani, zoologi, dan mikrobiologi;
d.
penyiapan penyusunan program diseminasi dan pelayanan di bidang
penelitian bidang botani, zoologi, dan mikrobiologi;
e.
penyusunan pedoman, dan pemberian bimbingan teknis penelitian bidang
botani, zoologi, dan mikrobiologi;
f.
implementasi, diseminasi, dan pengelolaan hasil-hasil penelitian bidang
botani, zoologi, dan mikrobiologi;
g.
pengelolaan dokumentasi dan sistem informasi hasil-hasil penelitian
bidang botani, zoologi, dan mikrobiologi; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha.
Disamping tugas pemerintah yang tersurat dalam SK Kepala LIPI no.1 tahun 2014
tertangal 16 Mei 2014, Pusat Penelitian Biologi memiliki tanggung jawab yang besar di
dalam mengelola kekayaan koleksi keanekaragaman hayati nasional. Saat ini jumlah
koleksi yang harus dirawat dan dipelihara oleh lembaga ini mencapai lebih dari 3 juta
spesimen koleksi hewan dan 1 juta koleksi herbarium. Jumlah tersebut merupakan yang
terbesar di kawasan Asia Tenggara. Disamping itu Pusat Penelitian Biologi dipercaya
Indonesian Culture Collection
(Ina CC). Tugas yang melekat lainnya adalah
keterlibatannya dalam berbagai kegiatan terkait dengan komitmen di tingkat Nasional
dan Internasional. Pusat Penelitian Biologi saat ini dipercaya sebagai lembaga yang
bertanggung jawab sebagai pemegang otoritas ilmiah di bidang
CITES ( Convention on
International Trade of Endangered Species )
dimana setiap tahun harus mengajukan
rekomendasi untuk jenis-jenis hidupan liar yang diperdagangkan. Pusat Penelitian
Biologi juga bertanggung jawab atas pelaksanaan program UNESCO yaitu MAB (
Man
and Biosphere
) disamping beberapa
tugas lain
terkait dengan
konvensi
keanekaragaman hayati dunia (CBD
- Convention Biodiversity
) yang telah diratifikasi
pemerintah Indonesia beserta kegiatan turunannya seperti GTI
Global Taxonomy
)nitiative ,
Flora Maleysiana dan lain-lain. Pusat Penelitian Biologi telah difasilitasi
dengan fasilitas gedung Museum Zoologicum Bogoriense dan gedung Bidang Botani dan
Bidang Mikrobiologi untuk penyimpanan koleksi flora dalam Herbarium Bogoriense dan
penelitiannya sebagai hibah dari pemerintah Jepang, dan yang terbaru adalah Gedung
InaCC untuk menyimpan koleksi mikroba dengan standar Internasional.
Dari sisi input, Pusat Penelitian Biologi merupakan sebuah lembaga yang besar
dengan jumlah staf mencapai 416 orang ditambah dengan hampir 99 orang tenaga
pegawai tidak tetap. Aset fisik berupa gedung dan fasilitas penelitian berupa berbagai
peralatan serta sarana lain; didukung pula dengan input pendanaan total sebanyak Rp.
125.150.896.000
Secara garis besar program Pusat Penelitian Biologi yang tertuang dalam
program implementatif terdiri dari 4 program penelitian besar yang menjadi payung
kegiatan-kegiatannya. Keempat program tersebut meliputi 1) Inventarisasi, pemetaan
dan monitoring
bioresources
Indonesia, 2) Pemanfaatan berkelanjutan
bioresources
Indonesia, 3) Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi
bioresources
Indonesia, 4) Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan. Dalam implementasinya
program tersebut terwadahi dalam 31 sub kegiatan, berupa kegiatan penelitian,
penelitian unggulan kedeputian, kelembagaan dan pengembangan SDM. Jumlah sub
kegiatan tersebut mencakup kegiatan IPTEKDA dan diseminasi teknologi. Dalam
nomenklatur DIPA dan secara substansial keilmuan, ke31 sub kegiatan tersebut
terkelompokkan dalam 5 komponen kegiatan yaitu: 1) Karakterisasi dan Valuasi Fungsi
Fungsi Ekosistem dan Antisipasi Climate Change, 3) Pengembangan Bioresource Centre
dan Microbial Culture Collection (Ina CC, 4) Pengembangan Keanekaragaman Pangan
dan 5) Diseminasi Iptek.
Secara umum hasil kegiatan tahun 2015, telah dapat mencapai target yang
dicanangkan pada awal tahun dengan beberapa catatan sebagai berikut:
1.
Inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources Indonesia
Kegiatan yang paling menonjol dalam eksplorasif ini adalah
terlaksananya Ekspedisi Bioresources di Pulau Enggano dan Ekspedisi
NKRI di Gunung Tambora NTB. Beberapa kegiatan lain seperti eksplorasi
di Bali dan Nusa Tenggara Timur juga menghasilkan temuan ilmiah yang
signifikan. Indikator kesuksesan eksplorasi ini telihat dari banyaknya
temuan jenis baru yaitu sebanyak 51 jenis flora, fauna dan mikrob;
melebihi target yang ditetapkan sebanyak 20 jenis. Publikasi ilmiah
nasional dan internasional telah berhasil diterbitkan di berbagai jurnal
yang bereputasi global.
2.
Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia
Kegiatan pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia di
implementasikan
dengan
berbagai
kegiatan
penelitian
baik
di
laboratorium maupun kegiatan eksperimental di lapangan. Keberhasilan
kegiatan ini ditandai dengan berbagai capaian target indikator kinerja
kegiatan seperti dihasilkannya beberapa varietas baru dari komoditas
pangan, 4 temuan hasil penelitian yang dipatenkan, sejumlah ekstrak
tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan obat dan lain-lain.
Disamping itu perbanyakan tanaman khususnya jati dan tanaman
buah-buahan telah dilakukan dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk
dimanfaatkan.
3.
Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi bioresources
Indonesia
Pada tahun ini Pusat Penelitian Biologi paling tidak telah secara
signifikan telah menambah jumlah koleksi ilmiahnya sebagai rujukan bagi
penelitian biosistematik dan bioprospeksi. Koleksi tersebut selanjutnya
disimpan di dalam tempat penyimpanan yang berstandar internasional
dan telah pula masuk dalam database koleksi Pusat Penelitian Biologi.
Tersedianya data koleksi dalam bentuk digital ini sangat penting agar
pengguna dapat memanfaatkan dan mengaksesnya secara online. Di
kegiatan pengembangan sistem informasi, Pusat Penelitian Biologi telah
berhasil mengembangkan jurnal ilmiahnya secara online. Ada 5 (lima)
jurnal ilmiah Pusat Penelitian Biologi yang secara langsung dapat diakses
oleh para peneliti yaitu, Reindwartia, Treubia, Berita Biologi, Jurnal
Biologi Indonesia dan Zoo Indonesia. Disamping itu juga terus dilakukan
pembenahannya E-Library dalam upaya memberikan layanan yang
mudah, cepat dan akurat bagi para pengguna perpustakaan Biologi.
4.
Penguatan Sistem Manajemen dan Kelembagaan.
a.
Di bidang sarana dan prasarana, Pusat Penelitian Biologi
berkonsentrasi terus membangun berbagai fasilitas untuk menunjang
penelitian. Dari sisi peralatan penelitian, beberapa alat baru baik
bersumber pada dana pemerintah maupun dana hasil kerjasama telah
diadakan pada tahun 2015 ini. Prasarana penunjang penelitian juga
berupa Green House, Ruang Fumigasi telah dibangun untuk
kemudahan penelitian
b.
Secara terus menerus peningkatan kemampuan individu baik bagi staf
administrasi maupun tenaga peneliti terus dilakukan Pusat Penelitian
Biologi pada tahun 2015. Beberapa pelatihan teknis administrasi
seperti kearsipan telah berhasil dilaksanakan pada tahun ini. Bagi
para peneliti telah pula diadakan beberapa diklat seperti diklat
peneliti, pelatihan di bidang molekular sistematik, analisa statistik dan
lain-lain.
Beberapa permasalahan yang masih muncul pada tahun 2015 ini adalah
kurangnya pendanaan untuk biaya pemeliharaan dan pengadaan alat penelitian.
Peralatan penelitian Pusat Penelitian Biologi umumnya sudah agak tua sehingga
gedung InaCC. Secara administrasi, Pusat Penelitian Biologi masih harus membenahi
beberapa mekanisme standar dalam melaksanakan kegiatannya. Oleh karena itu
berbagai SOP masih harus direvisi walaupun secara resmi Pusat Penelitian Biologi telah
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pusat Penelitian Biologi-LIPI mencanangkan visinya sebagai Pusat Penelitian terdepan di
lingkup nasional dan diakui juga sebagai pusat penelitian bioresources berkelas dunia. Hal ini
adalah sebuah tantangan yang perlu didukung oleh nilai-nilai handal baik dalam berorganisasi
maupun dalam merencanakan dan mengaplikasikan kegiatan-kegiatan penelitiannya. Nilai-nilai
tersebut telah ada dan dibangun melalui sejarah panjang tradisi keilmuan di Indonesia,
khususnya penelitian ilmu pengetahuan alam hayati. Setidaknya sejak masa penjajahan Belanda,
jauh sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan Dewan Ilmu Pengetahuan Alam Hindia
Belanda (Natuurwetensschappelijke Raad Voor Nederlands-Indiê) pada tahun 1928. Sejak
Herbarium Bogoriense didirikan pada tahun 1841, dan Museum Zoologicum Bogoriense pada
tahun 1894 menjadi bukti bahwa flora fauna nusantara berpotensi sebagai sumber daya untuk
diteliti menjadi komoditas ekonomi penting dunia. Kehadiran dua lembaga ini memulai
kinerjanya melalui penelitian mendasar, seperti taksonomi tumbuhan, sistematika hewan dan
mikroba. Penemuan jenis baru, mendorong berkembangnya ilmu-ilmu terapan untuk
menanggulangi persoalan pada jamannya, seperti penanggulangan penyakit beri-beri,
penemuan hormon pertumbuhan untuk tanaman, dan penemuan mikoriza adalah bukti capaian
ilmu pengetahuan hayati pada masa itu.
Setelah bangsa Indonesia merdeka, pemerintah menyadari pentingnya ilmu
pengetahuan sebagai basis untuk mendorong kemajuan ekonomi bangsa Indonesia. Atas dasar
itu maka pada tahun 1956 pemerintah, mendirikan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI)
melalui ketetapan Undang Undang Nomor 6 Tahun 1956, tanggal 8 Maret 1956. Kemudian
dalam perjalanannya, majelis ini berubah dari badan otonom menjadi lembaga pemerintah di
lingkungan Departemen Urusan Nasional (DURENAS) untuk melaksanakan tugas teknik
operasional penelitian dan pengembangan melalui berbagai lembaga penelitian yang ada
dilingkungannya, termasuk Lembaga Biologi Nasional (LBN). Selanjutnya, pada tahun 1966,
dilakukan penyederhanaan aparatur Negara dan sebagai konsekuensinya, DURENAS diubah
menjadi Lembaga Research Nasional (LEMRENAS). Ketaatan pada asas Negara dan pada prinsip
penyederhanaan telah melandasi Keputusan Pimpinan MPRS Nomor 18/B/1967, pada tanggal
Indonesia (LIPI). Selanjutnya LIPI dikukuhkan keberadaannya melalui Keputusan Presiden
Nomor 128 Tahun 1967 pada tanggal 23 Agustus 1967 dengan tugas pokok sebagai berikut:
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia
agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia pada umumnya dan rakyat
Indonesia khususnya;
2. Mencari kebenaran ilmiah, di mana kebebasan ilmiah diakui dan dijamin, sepanjang
tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;
3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (Academy of
Science).
Semenjak Keputusan Presiden tersebut di atas, kemudian pada tahun 1986, berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1986 terjadi reorganisasi LIPI. Keputusan Presiden ini
menghapus nomenklatur lembaga penelitian di lingkungan LIPI termasuk Lembaga Biologi
Nasional. Pada saat ini terjadi pula pemekaran, antara lain Lembaga Biologi Nasional menjadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Pusat Penelitian dan Pengembagan Bioteknologi
dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi. Kembali LIPI mengalami reorganisasi pada
tahun 2001 sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 178 Tahun 2000 tanggal 15 Desember
2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen dan
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Terkait dengan Pusat Penelitian Biologi-LIPI, secara organisasi berada dibawah
Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati yang meliputi Pusat Penelitian Biologi (termasuk
di dalamnya Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologicum Bogoriense), Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor (termasuk di dalamnya UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Eka Karya), dan Pusat Penelitian
Bioteknologi. Pada waktu yang bersamaan, dibentuk pula satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
baru, UPT Balai Litbang Biomaterial yang asalnya merupakan kelompok penelitian di Pusat
Penelitian Bioteknologi.
Pasca reorganisasi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI terus mendedikasikan kegiatan
penelitian baik yang sifatnya mendasar maupun terapan, tanpa melupakan perspektif
penyadartahuan kepada masyarakat tentang arti penting keanekaragaman hayati berikut
landskap ekosistemnya bagi kelangsungan pembangunan di negeri ini. Oleh karena itu, basis
penyusunan kegiatan penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa Indonesia adalah salah
satu negara di dunia yang termasuk negara yang memiliki kekayaan sumberdaya hayati
(bioresources) yang sangat tinggi tingkat keragaman dan tingkat endemisitasnya. Kekayaan
dan dapat meningkatkan posisi daya saing Indonesia di dunia. Menyadari hal itu, maka kunci
perkembangan bangsa dan negara Indonesia dimasa yang akan datang terletak pada upaya
memajukan Iptek dan menjadikannya sebagai tulang punggung dalam pembangunan, serta
ditopang oleh bio based economy Bio-ekonomi). Upaya dan pertimbangan ini yang dijadikan
sebagai pedoman dalam menyusun strategi kegiatan penelitian berikut capaian kinerjanya.
Pusat Penelitian Biologi-LIPI dengan kesungguhannya memelihara artefak botani (dalam
bentuk herbarium dan awetan lainnya) serta artefak fauna (dalam material awetan) telah
menggugah perhatian global khususnya pemerintah dan masyarakat Jepang untuk memberikan
bantuan berupa hibah bagi pendirian gedung dan pelengkapan sarana penelitian. Kinerja Pusat
Penelitian Biologi-LIPI juga meningkat dengan diresmikannya penggunaan Gedung Widya
Satwaloka (Meuseum Zoologicum Bogoriense) dan Gedung Herbarium Bogoriense di kawasan
Cibinong Science Center. Melalui bantuan ini, dibangun juga sarana penelitian mikrobiologi dan
fasilitas awal penyimpanan mikroba hidup (microbial culture) untuk kepentingan penelitian
pangan, energi, obat-obatan dan lingkungan di Indonesia. Mulai tahun 2012, fasilitas
penyimpanan dan penelitian mikroba makin diperkuat dengan didirikannya Indonesian Culture
Collection (InaCC) dibawah Pusat Penelitian Biologi. Kini Pusat Penelitian Biologi-LIPI memiliki
sarana pusat penyimpanan material flora, fauna, dan mikroba Indonesia (Bio-Resource Center)
yang menjadi rujukan bagi masyarakat di seluruh dunia. Hasil ekspedisi kini dapat dipelajari
dengan lebih seksama dan penemuan spesies baru bahkan marga baru terus berlanjut. Hasil
penelitian ini telah mampu memberitahukan kepada dunia, bahwa memang betul, Indonesia
adalah salah satu negeri terkaya di bidang keanekaragaman hayati. Negeri kita mempunyai
posisi strategis bagi peneliti di seluruh dunia dan memiliki peluang untuk turut ambil bagian
dalam menentukan masa depan kehidupan umat manusia di atas planet bumi yang sangat
rentan ini.
Arah kebijakan strategis terkait dengan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya
hayati dan lingkungan menjadikan Pusat Penelitian Biologi-LIPI dapat berperan aktif
memberikan saran dan rumusan kebijakan kepada pemerintah dalam upaya menjadikan
sumber daya hayati sebagai soko-guru pembangunan berkelanjutan. Meskipun gelombang
pasang surut terjadi dalam dinamika sejarah perjuangan bangsa dan diwarnai pergolakan sosial
yang kuat, berkat komitmen dan kinerja Pusat Penelitian Biologi-LIPI yang netral, profesional
dan beretika, pelaksanaan pembangunan ilmu pengetahuan dalam rangka mewujudkan
Indonesia yang aman, adil, sejahtera dan bermartabat tetap berjalan sesuai dengan yang
1.2. Reorientasi Peran Pusat Penelitian Biologi
Banyak persoalan bangsa yang bersifat strategis masih menjadi tantangan masa kini dan
masa depan. Tuntutan akan kemanfaatan kegiatan penelitian dalam menunjang pembangunan
bangsa memacu Pusat Penelitian Biologi untuk melakukan reorientasi perannya, sehingga
terjadi beberapa perubahan, baik dalam struktur kelembagaan maupun sinergitas penelitian
yang berciri multi dan inter disiplin dengan melibatkan peneliti bidang keahlian. Hal ini sejalan
dengan perubahan struktur organisasi LIPI (tahun 2014), yang mengarah pada pengayaan
fungsi. Oleh karena itu, struktur baru Pusat Penelitian Biologi berdasarkan SK Kepala LIPI no 1
1.3. Kekuatan SDM Pusat Penelitian Biologi
SDM Pusat Penelitian Biologi berjumlah 416 orang ditambah Pegawai tidak tetap
yang membantu berbagai kegiatan di Pusat Penelitian Biologi. Berdasarkan struktur
pegawai, maka komposisi SDM yang ada di Pusat Penelitian Biologi dapat digambarkan
sebagai berikut:
Total 416
Gambar 2 Jumlah pegawai Pusat Penelitian Biologi berdasarkan pangkat dan golongan
Secara khusus dapat digambarkan bahwa Pusat Penelitian Biologi yang
mempunyai kompetensi inti di bidang riset Biologi mempunyai jumlah peneliti sebanyak
156 peneliti dan 28 teknisi. Kekuatan utama tersebut menjadi modal dasar dalam
mengimplementasikan kegiatan risetnya sesuai dengan tugas dan fungsi Pusat
Penelitian Biologi di tataran nasional maupun internasional.
Table 1 Jumlah peneliti dan teknisi Pusat Penelitian Biologi tahun 2015.
Kelompok Jabatan Fungsional
Jabatan Jumlah
Peneliti Utama 48
Peneliti Muda 39
Peneliti Pertama 18
Peneliti Madya 51
Teknisi Penelitian Bidang Biologi 28
Total 184
Gambar 4. Jumlah pegawai Pusat Penelitian Biologi berdasarkan jenjang jabatan fungsional
1.4. Sarana dan Pengembangan Laboratorium
Sarana dan prasarana yang ada di Pusat Penelitian Biologi relatif sangat besar.
Disamping 3 bangunan utama yaitu Museum Zoologi, Herbarium Bogoriense dan InaCC beserta
semua peralatan laboratoriumnya, Pusat Penelitian Biologi masih harus memelihara 4 gedung
besar lainnya yakni 1 (satu) Gedung Tata Usaha di Cibinong, serta 3 (tiga) lainnya yaitu Gedung
Kusnoto, Museum Ethnobotany dan Museum Pameran Zoologi di Bogor. Pengembangan fasilitas
penelitian di Pusat Penelitian Biologi menjadi bagian penting untuk pengembangan riset.
Kebijakan Pusat Penelitian Biologi pada tahun 2015 ini adalah memperkuat laboratorium
sebagai basis aktifitas kegiatan penelitian sehingga upayanya difokuskan pada pengembangan
laboratorium yang menjadi inti dari keseluruhan kegiatan Pusat Penelitian. Kebijakan
pengembangan laboratorium ini sejatinya tidak hanya terkait pada pengertian laboratorium
secara fisik tetapi juga termasuk di dalamnya SDM dengan kompetensi keilmuannya. Untuk itu
pada tahun 2015 di Pusat Penelitian Biologi terbagi menjadi laboratorium-laboratorium dan
kelompok penelitian sebagai berikut:
1. Bidang Botani terdiri atas:
a. Laboratorium Biosistematik
b. Laboratorium Molekular Sistematik
c. Laboratorium Criptogamae
d. Laboratorium Ekologi Tumbuhan
e. Laboratorium Tanah dan Serasah
f. Laboratorium Etnobotani
g. Laboratorium Mikropropagasi
h. Laboratorium Kultur Jaringan dan Biak Sel
i. Laboratorium Fisiologi Stres
j. Laboratorium Morfologi, Anatomi dan Sitologi
k. Laboratorium Genetika
l. Laboratorium Bioassay
m. Laboratorium Bioscience
n. Laboratorium Natural Product
2. Bidang Zoologi terdiri atas:
a. Laboratorium Biosistematik (Insek, Burung, Mamal, Ikan, Herpetologi,
Krustasea dan Moluska dan Invertebrata lain,)
d. Laboratorium Reproduksi Hewan
e. Laboratorium Nutrisi Hewan
3. Bidang Mikrobiologi terdiri atas
a. Kelompok Penelitian Mikrobiologi Pertanian
b. Kelompok Penelitian Mikrobiologi Pangan
c. Kelompok Penelitian Mikrobiologi Lingkungan
d. Kelompok Penelitian Mikrobiologi Kesehatan
e. Kelompok Penelitian Mikrobiologi Industri
1.5. Keuangan
Sumber keuangan untuk menunjang kegiatan Pusat Penelitian Biologi secara total
berjumlah Rp. 125.150.896.000.-. Sejak turunnya pagu awal terjadi beberapa perubahan antara
lain dengan turunnya APBNP dipertengahan tahun dan ada perubahan ditarget APBNP yang
merubah pagu anggaran awal. Sumber keuangan Pusat Penelitian Biologi adalah dari anggaran
pemerintah, namun demikian sebagian kecil adalah pemasukan dari berbagai sumber yang
terkait dengan PNBP misalnya hasil penjualan jasa, kerjasama dan lain-lain.
Table 2 Data Anggaran Pusat Penelitian tahun 2015
Jenis Belanja Pagu Awal APBNP Penambahan Target PNBP
Pengalihan Ke Belanja Gaji +
Tukin
Belanja Gaji (51) 84.015.638.000 84.015.638.000 84.015.638.000 84.859.345.000 Belanja Barang (52) 33.862.938.000 38.862.938.000 36.068.752.000 34.368.752.000 Belanja Modal (53) 2.580.285.000 2.580.285.000 5.922.799.000 5.922.799.000
BAB II. PERENCANAAN DAN
PERJANJIAN KERJA
II.1. UMUM
II.1.1. Landasan Kebijakan, Perencanaan dan Program Kerja Pusat Penelitian
Biologi
Secara konsep, kegiatan penelitian yang dibangun oleh Pusat Penelitian Biologi-LIPI
harus pada pemahaman pada pengembangan ilmu untuk ilmu ( Science For Science ), namun
harus juga memberikan perhatian dan kontribusi dalam upaya mencarikan solusi terhadap
persoalan-persoalan kehidupan masyarakat. Dengan demikian yang harus dijaga adalah adanya
korelasi yang positif antara pengembangan ilmu-ilmu dasar ( basic sciences ) dengan ilmu-ilmu
terapan.
Perencanaan dan program kerja penelitian yang dibangun Pusat Penelitian Biologi tidak
terlepas dari arahan dan kebijakan nasional. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 ditegaskan bahwa Visi Nasional adalah Menuju Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur (UU RI Nomor 17 Tahun 2007). Pemerintah baru dalam
tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III (RPJMN) Tahun 2015-2019
menetapkan Visi Nasionalnya adalah Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri,
berkepribadian berdasarkan gotong royong. Kemudian LIPI yang menjadi induk organisasi
Pusat Penelitian Biologi dalam mendukung Visi Nasional tersebut, menetapkan visi jangka
panjang adalah : Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, makmur, cerdas, kreatif, integratif, dan dinamis yang
didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis . Dengan mengacu pada visi
jangka panjang serta berpedoman pada tujuan RPJM tahap III maka LIPI menetapkan Visi untuk
tahun 2015- 9 adalah: Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan daya saing bangsa .
Sementara itu pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah 9 agenda prioritas
pemerintahan saat ini yaitu Nawacita. Karena itu LIPI yang harus juga menjadi acuan Pusat
a. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan yang dapat mendorong inovasi dalam
rangka meningkatkan daya saing bangsa;
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk konservasi dan
pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan;
c. Meningkatkan pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan; dan
d. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui aktivitas ilmiah.
LIPI menentukan tujuan organisasinya sebagai berikut:
a. Peningkatan temuan, terobosan dan pembaharuan ilmu pengetahuan serta
pemanfaatannya dalam mewujudkan daya saing bangsa;
b. Peningkatan nilai tambah dan kelestarian sumber daya Indonesia;
c. Peningkatan posisi dan citra Indonesia di komunitas global dalam bidang ilmu
pengetahuan;
d. Peningkatan budaya ilmiah masyarakat Indonesia.
Untuk mencapai tujuan organisasi yang didasari oleh visi dan misi LIPI ke depan maka
dibuat langkah-langkah strategis berupa sasaran-sasaran strategis 2014-2019 sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan tujuan nomor 1. Sasaran strategis yang dicanangkan adalah:
a. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing bangsa berbasis hasil
penelitian yang diukur dari (1). Jumlah hasil penelitian dan HKI yang
dimanfaatkan; (2) Jumlah sitasi atas publikasi LIPI; (3) Jumlah STP/TP yang
termanfaatkan; (4) Jumlah pengguna jasa LIPI.
b. Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing industri, yang diukur dari (1)
jumlah lisensi teknologi; (2) jumlah kerjasama dengan industri,
c. Meningkatnya kebijakan berbasis hasil penelitian, yang diukur dari jumlah policy
paper/rekomendasi kebijakan/ keputusan yang dimanfaatkan.
d. Meningkatnya peran LIPI dalam mendukung riset nasional, yang diukur dari
jumlah institusi eksternal yang memanfaatkan infrastruktur LIPI.
2. Untuk mewujudkan tujuan LIPI nomor 2, sasaran strategis yang ingin dicapai adalah:
a. Meningkatnya nilai tambah sumberdaya dan perlindungan lingkungan, yang
diukur dari: (1) Jumlah kebun raya daerah yang dibuka untuk umum; (2) Jumlah
jenis koleksi yang dimanfaatkan; (3) Jumlah konsep/model/teknologi/jenis
produk bernilai tambah yang dimanfaatkan;
a. Meningkatnya jejaring dan kerjasama ilmiah nasional dan internasional yang
berkualitas dan saling menguntungkan, yang diukur dari: (1) Rasio kerjasama
yang terlaksana dibandingkan dengan total Memorandum of Understanding
(MoU) yang dibuat; (2) jumlah posisi strategis yang dijabat dalam
organisasi/pertemuan nasional/internasional, (3) peringkat LIPI di Webometric.
4. Sasaran strategis untuk mewujudkan tujuan nomor 4 adalah
a. Meningkatnya rujukan ilmiah dan informasi IPTEK yang diakses masyarakat
yang diukur dari jumlah peserta pemasyarakatan iptek;
b. Meningkatnya pengembangan kompetensi SDM penelitian Indonesia, yang
diukur dari: (1) Jumlah peneliti yang terindeks global; (2) peningkatan jumlah
peneliti nasional’
5. Sasaran strategis yang ingin dicapai untuk mewujudkan tujuan nomor 5 adalah:
a. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, yang diukur dari Nilai
Reformasi Birokrasi, Nilai Laporan Kinerja, dan Opini atas laporan Keuangan.
Kedeputian IPH yang menjadi salah satu kedeputian di LIPI dan membawahi Pusat
Penelitian Biologi diberikan mandat pada Tahun 2015-2019 untuk Menjadi lembaga ilmu
pengetahuan yang berada dalam peringkat kelompok terbaik dunia dalam menghasilkan IPTEK
terkait dengan pengelolaan dan pendayagunaan SDH guna memperkuat daya saing perekonomian
nasional .
Untuk implementasi mandat tersebut maka Kedeputian IPH menetapkan misi untuk
melaksanakan visi LIPI sebagai berikut:
1. Memberikan landasan ilmiah untuk pengambilan kebijakan
2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkait dengan pengelolaan sumber daya
alam hayati dalam upaya melestarikan dan memberdayakan aset keanekaragaman
hayati Indonesia sebagai penggerak dan pendorong utama pembangunan berkelanjutan.
3. Ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadi center of excellent
dalam bidang konservasi dan pengungkapan potensi dan peningkatan nilai tambah
sumber daya alam hayati.
Pada tahun 2015-2019 ini, Kedeputian IPH mengusung program dengan tema
Bioresorces for Green Economy sebagai jawaban atas tantangan berbagai isu global.
II.1.2. Sasaran Utama dan Tujuan Strategis
Dalam rangka menindaklanjuti mandat Kedeputian IPH, maka Pusat Penelitian Biologi
yang telah diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku, termasuk yang tertuang dalam
RPJMN III 2015-2019 dan Renstra LIPI 2015-2019.
Dalam rangka mengimplementasikan sasaran utama maka Pusat Penelitian Biologi
menetapkan 5 (lima) tujuan strategis, sebagai berikut:
1. Mengembangkan koleksi keanekaragaman hayati sebagai sumber referensi untuk
kemajuan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya hayati (Bioresources);
2. Memperkuat kompetensi inti melalui peningkatan profesionalisme peneliti di bidang
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan hayati ditingkat internasional;
3. Meningkatkan kontribusi lembaga untuk menjawab permasalahan keanekaragaman
hayati ditingkat nasional dan internasional;
4. Meningkatkan sarana dan prasarana penelitian dan infrastruktur sesuai dengan standar
ilmiah;
5. Meningkatkan jejaring kerjasama dan pelayanan dalam bidang SDH untuk pemangku
kepentingan nasional dan internasional.
II.1.3. Target
Dalam rangka mencapai Tujuan Strategis, Pusat Penelitian Biologi menetapkan 8
(delapan) target sebagai berikut:
1. Meningkatnya kapasitas pengelolaan koleksi spesimen flora dan fauna maupun kultur
mikroba sebagai sumber referensi untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan
sumber daya hayati (Bioresources) diukur dengan jumlah koleksi, jumlah catatan dan
jenis baru biota, koleksi rujukan baru dan manfaat baru;
2. Meningkatnya hasil dan kapasitas penelitian di bidang SDH yang diindikasikan dengan
peningkatan pendidikan, jenjang pada jabatan fungsional, jumlah publikasi, permodelan,
konsep dan HKI;
3. Terungkapnya potensi kekayaan alam hayati Indonesia yang diukur dengan jumlah
catatan dan jenis baru biota, koleksi rujukan baru, manfaat baru;
4. Meningkatnya peran Pusat Penelitian Biologi-LIPI dalam kancah nasional dan pergaulan
dunia internasional, yang diindikasikan dengan jumlah timbangan ilmiah rujukan, peran
aktif dan keikutsertaan dalam organisasi dan berbagai pertemuan ilmiah regional dan
internasional;
5. Tersedianya sarana dan prasarana penelitian yang memenuhi kebutuhan, yang
diindikasikan dengan jumlah sarana dan prasarana lembaga yang dimanfaatkan untuk
6. Terwujudnya tata kelola organisasi yang baik, yang diindikasikan dengan terlaksananya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan yang berkualitas dan akuntabel;
7. Menguatnya jejaring antara LIPI dengan pemangku kepentingan baik di dalam maupun
luar negeri serta pihak terkait lainnya dalam meningkatkan kinerja lembaga.
Gambar 5 Bangun Pilar Rencana Implemetatif Pusat Penelitian Biologi 2015-2019
Menuju Sasaran dan Target Pusat Penelitian Biologi Pengembangan
SASARAN PUSAT PENELITIAN BIOLOGI LIPI
II.2. Lingkungan Strategis dan Faktor Keberhasilan
Krisis global pada dasarnya berakar dari ketidakmampuan planet bumi dalam
mendukung pola penggunaan sumber daya alam secara tidak berkelanjutan. Hal ini
diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan kecenderungan
perilaku untuk meniru pola pembangunan keliru yang diterapkan oleh berbagai negara
maju. Akibatnya, dunia terancam serius oleh perubahan alamiah dan antropogenik
berskala mondial. Terdapat skenario yang dikembangkan pada akhir dekade 1990-an
yang mengemukakan bahwa krisis global tidak terhindarkan lagi akan terjadi pada
tahun 2020 apabila lima (5) faktor yang diuraikan berikut ini berjalan dengan kecepatan
seperti tengah berlangsung saat ini. Adapun kelima faktor tersebut adalah:
1.
Pemanasan global dan kenaikan paras muka air laut. Kota-kota seperti
Jakarta dan kota-kota lain di dunia serta sejumlah negara pantai akan
terancam langsung oleh perubahan global ini;
2.
Menipisnya sumber daya alam yang terprovokasi oleh budaya barat yang
berbasis pada materialisme yang kini telah mendominasi dunia telah
mengakibatkan terkurasnya cadangan sumber daya alam, lahan, dan
energi yang telah membebani bumi;
3.
Kepunahan jenis
–
pemanasan global pada kesempatan pertama akan
merupakan pemicu punahnya sejumlah jenis flora dan fauna; sementara
sebagian besar kepunahan tersebut berhubungan dengan transformasi
permukaan bumi yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya baik
terbarukan dan tak terbarukan secara berlebihan. Indonesia menempati
posisi teratas dalam daftar CITES tentang jenis yang punah maupun yang
terancam punah;
4.
Ledakan penduduk dan kaitannya dengan kelangkaan air dan pangan.
Dapat diramalkan bahwa dengan jumlah penduduk di dunia sebesar 8
milyar pada tahun 2020, dunia akan menghadapi persoalan dahsyat dalam
pasokan air dan pangan, air dan pangan akan menjadi sumber utama
konflik antar negara dan wilayah, sebagaimana yang tengan kita saksikan
5.
Berkembangnya kaum urban. Sehubungan dengan gerakan urbanisasi
penduduk ke kota-kota besar dunia
Regionalisasi dan globalisasi akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan
sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Pengaruh ini sarat dengan perubahan cepat
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi (komputer,
digitasi, internet dan satelit). Perubahan ini tentu akan berdampak positif dan negatif
terhadap kehidupan sosial masyarakat yang pada akhirnya akan merubah secara cepat
lingkungan ekologisnya. Pengaruh positif dari informasi iptek akan membawa nilai
tambah tersendiri bagi taraf hidup masyarakat apabila muatan iptek bidang
biologi/keanekaragaman hayati dapat diimplementasikan dengan mudah. Sebaliknya
kecepatan teknologi informasi yang tidak dibarengi landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kuat, serta etika dan akhlak yang handal akan merusak cara pandang
masyarakat. Dari karakteristik globalisasi, perkembangan cepat ini tentunya harus
diimbangi dengan penyiapan informasi dan sumber daya manusia yang handal dan
mampu menjawab perkembangan yang terjadi. Dengan demikian, pengaruh negatif
globalisasi akan bisa diminimalisir dengan mudah. Dampak positif dari perubahan ilmu
pengetahuan yang cepat akan terus ditingkatkan dengan pola keterbukaan, efisiensi dan
kepastian hukum.
Berbagai persoalan di atas harus bisa diantisipasi oleh Pusat Penelitian
Biologi-LIPI mengingat lembaga ini merupakan salah satu institusi pemerintah yang
bertanggung jawab atas perkembangan ilmu pengetahuan bidang biologi dan
prospeknya di masa depan. Cara terbaik adalah dengan menyiapkan SDM berkualitas di
lingkungan Pusat Penelitian Biologi
–
LIPI yang disertai dengan berbagai fasilitas
pendukung yang memadai.
Diterapkannya desentralisasi dan otonomi daerah (otoda) yang berjalan dalam
10 tahun terakhir ini ditengarai memberikan kontribusi terhadap perubahan alamiah
dan antropogenik berskala mondial yang mengarah pada krisis global. Realitas ini akibat
adanya perubahan mendasar tentang tata kelola lahan di daerah dalam pembangunan
infrastuktur dan pemekaran kota di daerah. Sungguhpun tujuan otoda adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat dan peningkatan pelayanan publik, namun dalam
pelaksanaannya muncul sejumlah persoalan antara lain: pembukaan hutan yang tidak
asli daerah, konflik kepentingan dalam pemanfaatan lahan dan sebagainya. Kenyataan
tersebut pada akhirnya akan menimbulkan banyak kerugian dalam jangka panjang,
utamanya kerusakan lingkungan dan ancaman SDH. Dampak yang nyata dari kesalahan
tata guna lahan tersebut adalah bencana banjir, tanah longsor dan pemiskinan lahan
untuk pertanian yang marak terjadi di mana-mana dan akhirnya menimbulkan
keruwetan pada berbagai aspek kehidupan di daerah. Perubahan yang cepat tersebut
ternyata tidak diikuti oleh munculnya konsep-konsep perencanaan tata kelola lahan
yang berlandaskan kajian akademik, bahkan konsep semacam ini sering
dikesampingkan. Studi tentang otonomi daerah umumnya ditekankan pada aspek sosial,
ekonomi dan budaya yang mengarah pada keinginan kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah itu sendiri. Di sisi lain, konsep-konsep pemekaran daerah yang belum
matang cenderung dipaksakan dan sering berimplikasi kontra-produktif di lapangan.
Akibatnya, tidak mengherankan jika kemudian banyak konsep yang telah diterapkan
cenderung bias, utamanya dalam pemanfaatan lahan untuk pemekaran wilayah yang
akhirnya berujung pada munculnya berbagai persoalan kerusakan lingkungan di daerah
dengan implementasi kebijakan desentralisasi.
Sejalan dengan munculnya persoalan sosial, ekonomi dan budaya, persoalan
lingkungan dan keberlanjutan pemanfaatan dan pengelolaan SDH di daerah menjadi
lingkungan strategis Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Evaluasi kinerja daerah terhadap
hasil pemekaran khususnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan SDH
apakah sudah sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000. Dalam konteks ini harmonisasi
konservasi dan kegiatan pembangunan ekonomi yang dilandasi riset mulai dari
inventarisasi, pengungkapan potensi dan bioprospeksi sumber daya hayati serta dalam
mengantisipasi pengaruh pemanasan global dan kerusakan lingkungan menjadi
prioritas kegiatan di Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Kegiatan ini harus menghasilkan
bahan perumusan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Hayati (SDH)
di daerah.
Sesuai dengan program pemerintah dalam memperbaiki dan memperkokoh
institusi pemerintah daerah langkah-langkah perbaikan ke depan dalam pemanfaatan
pemerintahan daerah, utamanya kapasitas institusional dan teknis. Untuk perbaikan
kebijakan diperlukan suatu pendekatan yang bersifat holistik dan didukung oleh data
yang akurat berdasarkan hasil penelitian. Perlu dilakukan penelitian dan kajian yang
berkesinambungan yang meliputi cakupan daerah yang bervariasi. Dengan konsep dan
rumusan kebijakan yang holistik dan tepat, diharapkan tujuan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, dan pelayanan publik akan tercapai.
II.3. Penetapan Program dan Perjanjian Kinerja
II.3.1. Program
Program Pusat Penelitian Biologi-LIPI disusun dengan memperhatikan arahan
strategi Kedeputian Bidang IPH-LIPI dan LIPI serta pengalaman panjang yang dilaluinya
dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didukung oleh
kompetensi dan kapasitas yang dimilikinya. Selain itu, program Pusat Penelitian
Biologi-LIPI tahun 2015-2019 juga merupakan kesinambungan dari program yang sudah
dilaksanakan pada tahun 2005-2009. Seperti diketahui pada periode 2005-2009, selain
mengacu pada RPJP 2005-2025, RPJMN III 2015-2019, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
mengacu pada Renstra LIPI 2015-2019.
Kedeputian IPH-LIPI secara koordinatif memberikan mandat untuk rencana
implementatif 2015
–
2019 dengan tema riset Bioresources for Green Economy. Tindak
lanjut dari Renstra LIPI dan Rencana Koordinatif IPH LIPI, maka Pusat Penelitian Biologi
menetapkan empat program sebagai berikut:
1. Inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources Indonesia
2. Pemanfaatan berkelanjutan bioresources Indonesia
3. Pengelolaan koleksi dan pengembangan sistem informasi bioresources Indonesia
4. Penguatan sistem manajemen dan kelembagaan
Empat program yang telah disusun oleh Pusat Penelitian Biologi tersebut saling terkait
dan menunjang dalam upaya menghasilkan ouput dan outcome yang nyata, besar dan signifikan.
Program tersebut dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu solusi pemecahan
permasalahan bangsa yang terkait dengan bioresources. Kekayaan hayati atau bioresources
Indonesia merupakan aset yang tidak ternilai harganya yang dapat dimanfaatkan secara optimal
dan berkesinambungan dalam mensejahterakan rakyat.
Program inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources Indonesia dilakukan
monitoring bioresources Indonesia. Inventarisasi dan pemetaan bioresources masih diperlukan
dalam rencana implementatif lima tahun ke depan karena sampai saat ini inventarisasi yang
berupa kajian dan eksplorasi seluruh kawasan Indonesia belum terselesaikan. Walaupun
demikian, kajian inventarisasi dan pemetaan akan difokuskan pada kegiatan dan lokus strategis
untuk memperoleh data yang holistik. Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Papua merupakan
lokus terpilih yang strategis dalam aktivitas riset 2015 – 2019. Pusat Penelitian Biologi juga
melakukan penelitian yang terkait dengan program strategis pemerintah yang masih terkait
dengan kompetensi inti, seperti kajian pulau-pulau kecil daerah perbatasan Negara. Kajian
pemetaan dan penapisan atau screening bioresources Indonesia yang memiliki potensi dalam
aspek kesehatan, energi, pangan dan lingkungan adalah salah satu kegiatan riset 2015 – 2019.
Monitoring bioresources merupakan cara yang efektif dalam menjamin dan memantau
pemanfaatan yang berkelanjutan. Bioresources yang merupakan sumber daya terbarukan
memerlukan penanganan yang bijaksana. Faktor utama penyebab perubahan dinamika
bioreources di Indonesia adalah karena intervensi manusia dan perubahan iklim global. Dua
faktor utama tersebut cenderung mengganggu keseimbangan ekosistem dan bioresources secara
umum. Adanya introduksi biota asing ke dalam suatu ekosistem merupakan salah satu contoh
kongkrit yang dapat disebabkan oleh dua faktor tersebut. Biota yang terintroduksi tidak akan
mengganggu keseimbangan ekosistem jika tidak bersifat mengganggu atau invasive. Masalah
yang dihadapi saat ini adalah adanya gangguan yang disebabkan oleh introduksi biota asing
tersebut. Masalah lain yang dihadapi adalah perubahan iklim. Perubahan iklim akan
menyebabkan biota yang ada dalam suatu ekosistem merespon untuk beradaptasi. Biota atau
jenis yang tidak mampu beradaptasi akan mengalami kepunahan secara gradual. Kepunahan
suatu jenis akan menyebabkan perubahan homeostatis dan gangguan yang serius terhadap
bioresources. Oleh karena itu, Pusat Penelitian Biologi dalam kurun waktu 5 tahun (2015 –
2019) akan melakukan aktivitas riset terkait hal tersebut.
Berdasarkan hasil inventarisasi, pemetaan dan monitoring bioresources, maka aspek
pemanfaatan akan mudah dilakukan. Isu global dan nasional yang dihadapi saat ini adalah
ketahanan pangan, kesehatan dan kemandirian obat-obatan, krisis lingkungan dan krisis energi
fosil. Program Pusat Penelitian Biologi dalam aspek pemanfaatan bioresources diarahkan untuk
menjawab tantangan tersebut. Diversitas atau pelengkap sumber pangan berbasis sumber daya
hayati yang belum tergali secara optimal menjadi salah satu fokus penelitian. Fokus utama riset
pangan adalah umbi-umbian, jamur konsumsi, pemulian buah lokal dan ekspansi sumber
protein hewani.
dengan pengembangan pupuk organik hayati. Pupuk organik hayati bersumber dari bioresources
Indonesia yang ramah lingkungan menjadi sangat penting dalam upaya mengurangi
ketergantungan pupuk dan pestisida kimia serta upaya memperbaiki kualitas lahan. Lahan atau
area yang terdegradasi secara alami dapat di-remediasi dengan introduksi agen hayati.
Kemandirian nasional dalam hal obat-obatan merupakan keharusan dan menjadi salah
satu tujuan utama riset di Indonesia. Lebih dari 95 % bahan obat paten yang ada di Indonesia
terpenuhi dari impor. Masalah lain yang dihadapi adalah makin meningkatnya laju resistensi
penyakit yang tidak diimbangi dengan penemuan obat-obatan yang memadai. Indonesia
menghadapi masalah besar dalam hal penanganan penyakit tropis, terutama infeksi. Sumber
obat berbasis bahan alam (natural products) saat ini menjadi fokus utama dalam drug discovery.
Bioresources yang dimiliki Indonesia merupakan sumber obat yang sangat potensial namun
sampai saat ini belum tergali dan termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan di Indonesia
masih sebatas obat herbal yang belum terstandar dan teruji secara ilmiah. Permasalahan dan
fakta-fakta tersebut menjadi dasar dari Pusat Penelitian Biologi untuk melakukan riset yang
terfokus pada penemuan obat terutama untuk penyakit tropis dan saintifikasi obat herbal yang
ada di Indonesia.
Kekayaan bioresources Indonesia sebagian besar tersimpan di Pusat Penelitian Biologi.
Pusat Penelitian Biologi memiliki depositori kekayaan flora, fauna dan mikroba Indonesia
terbesar di Indonesia dan sangat diperhitungkan dalam tataran internasional. Depositori flora
dipusatkan pada Herbarium Bogoriense, fauna pada Museum Zoologicum Bogoriense dan mikroba
pada Indonesia Culture Collection (InaCC). Koleksi bioresources yang dimiliki Pusat Penelitian
Biologi tidak hanya terbatas pada herbarium, spesimen dan mikorba hidup saja, tetapi material
genetik seperti DNA dan sperma hewan liar akan terus dikembangkan. Jumlah koleksi yang
merupakan aset dan kekayaan negara terus bertambah tiap tahun karena adanya aktivitas riset.
Pengelolaan koleksi yang efektif, terstruktur dan mudah diakses merupakan target utama dari
program Pusat Penelitian Biologi. Pengelolaan koleksi tidak lepas dari data base dan
pengembangan sistem informasi yang saat ini mutlak diperlukan. Selain pengembangan data
base, sistem informasi akan diarahkan pada diseminasi sebagai wujud tanggung jawab Pusat
Penelitian Biologi dalam menyebarkan informasi ilmiah kepada masyarakat terkait isu-isu
keanekaragaman hayati.
Pusat Penelitian Biologi telah menerapkan sistem manajemen pelayanan dengan standar
ISO 9001. Hal tersebut mendorong kegiatan di Pusat Penelitian Biologi diarahkan berbasis
kualitas dan pelayanan efektif. Penguatan sistem kelembagaan akan terus ditingkatkan di Pusat
Penelitian Biologi. Penguatan sistem dan manajemen kelembagaan mutlak diperlukan untuk
eksternal dan internal. Sistem eksternal berupa kegiatan yang menunjang otoritas keilmuan
terkait keanekaragaman hayati seperti CITES, CBD, GTI, IPBES, SAPSTA, MAB dan peyusunan
rekomendasi untuk kawasan konservasi dan tata ruang. Sistem internal diarahkan pada
kegiatan yang bersifat penguatan kelembagaan untuk manajemen institusi. Kegiatan kongkret
tersebut diantaranya adalah penguatan jejaring kerjasama dalam dan luar negeri,
pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan sarana dan prasarana yang
mendukung aktivitas riset di lingkungan Pusat Penelitian Biologi.
Empat program Pusat Penelitian Biologi disusun saling terkait untuk menunjang sasaran
Pusat Penelitian Biologi dalam kurun 2015- 2019 yaitu
menjadi pusat kajian
bioresourcesIndonesia berstandar internasional. Kajian dalam hal ini meliputi aspek penelitian dan studi
yang lebih komprehensif serta terintegrasi mengenai status bioresurces Indonesia. Sasaran Pusat
Penelitian Biologi tersebut merupakan bagian dari visi LIPI yang secara umum akan menjadi
lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia. Penjabaran dari program Pusat Penelitian Biologi
LIPI di atas dapat dilihat pada sub kegiatan bagan di bawah ini.
Table 4 Daftar Judul Kegiatan Penelitian Pusat Penelitian Biologi -LIPI Tahun 2015
No Kode Sub Kegiatan 2015
No 3400.001 Karakterisasi dan Valuasi Fungsi Ekosistem untuk Antisipasi Terhadap Perubahan iklim
1 Keanekaragaman Biota dan Potensi Biota di Nusa Tenggara 2 Kajian Reproduksi Satwaliar Melalui Pengembangan Bank
Sperma
3 Inventarisasi Keanekaragaman dan Potensi Flora, Jamur, Lumut dan Bakteri Endofit di Bali
4 Pemetaan Biodiversitas Fauna di Jawa
5 Monitoring Dinamika Hutan Dataran Rendah Kalimantan
6 Pemetaan Bioresources di Pulau Kecil / Terluar Indonesia: Karakterisasi Tipe Ekosistem dan Valuasi Keanekaragaman Hayati Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia
7 Monitoring Ekosistem Karst Jawa untuk Pemanfaatan Berkelanjutan Berbasis Keanekaragaman Hayati
8 Kajian Molekuler Fauna dan Flora untuk Pengembangan Bank DNA 9 Karbon Stok di Dua Tipe Ekosistem Hutan
3400.002 Karakterisasi dan Valuasi Fungsi Ekosistem dan Antisipasi Climate Change
10 Penguatan Peran Kebun Raya Bogor sebagai National Focal Point GSPC (Global Strategy for Plant Conservation): Penekanan Pada Target 2, 8 dan 14 Serta Capacity Building GSPC
11 Bioetika dan Etika Keilmuan
12 Penguatan Kelembagaan dalam Melaksanakan Mandat sebagai Otoritas Keilmuan Terkait Keanekaragaman Hayati
No Kode Sub Kegiatan 2015
16 Penguatan Kelembagaan melalui Peran National Focal Point GTI dan SBSTTA serta Wakil IPBES dalam Rangka Melaksanakan Mandat Convention on Biological Diversity (CBD) di Kancah Nasional dan Internasional
17 Program MAB Indonesia: Pembangunan dan Pengembangan Cagar Bisofer Indonesia sebagai Model Pengelolaan Kawasan dan Pembangunan Berkelanjutan
3400.003 Pengembangan Bioresource Centre dan Microbial Culture Collection (INACC)
18 Eksplorasi Potensi Bioresources Pulau Enggano 19 Administrasi Pendukung Penelitian
20 Pemanfaatan Bioresources untuk Sumber Pangan, Obat, Energi dan Material Maju
3400.004 Pengembangan Keaneka-ragaman Pangan
21 Keragaman Mikrobia Penghidrolisa Senyawa Rekalsitran untuk Bioremediasi dan Penghasil Material dan Energi Terbarukan 22 Pemanfaatan Bioresources Indonesia dalam Sektor Kesehatan 23 Pemanfaatan Bioresources untuk Pangan Serealian
24 Pemanfaatan Bioresources Mikroba Untuk Peningkatan Kualitas Tanaman, Tanah, Serta Produktivitas Pertanian Sebagai Basis Sistem Pertanian Berkelanjutan
25 Pemanfaatan Berkelanjutan Umbi Lokal Indonesia dan Jamur Pangan Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif dan Pangan Fungsional 26 Pemanfaatan Biresources Pisang dan Kebun Plasma Nutfah 27 Peningkatan Kemampuan Sumberdaya Manusia di Pusat Penelitian
Biologi-LIPI
3400.005 Diseminasi Iptek
28 Pengembangan Kompos Organik dalam Substrat Padat (Granul) Termodifikasi di Kebun Raya Bogor
29 Diseminasi Pupuk Organiki Hayati (POH): Sosialisasi, Pemberdayaan dan Alih Teknologi untuk Kemandirian dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
30 Penguatan Konsep Manajemen Pengelolaan Garden Shop Berbasis Produk Diseminasi dan Kerajinan Masyarakat Ilmiah
31 Produksi Bibit Jati LIPI dengan Teknologi Pembiakan Vegetatif di Pondok Pesantren Ar-Risalah Cijantung Kabupaten Ciamis
II.4. Perjanjian Kinerja
Target yang akan dicapai dalam penetapan kinerja adalah untuk: meningkatkan
akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara
penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar
evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2015. Penetapan Kinerja Pusat Penelitian
Biologi-LIPI tahun 2015 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2015-2019.
Untuk mengukur kinerja telah ditetapkan Perjanjian Kinerja Kegiatan (PKK) dalam tahun 2015
BAB III. AKUNTABILITAS
KINERJA 2015
Secara umum capaian kinerja Pusat Penelitian Biologi dapat dikatakan berhasil dalam
pemenuhan target-target yang dicanangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) 2015. Dari
indikator kinerja kegiatan yang ada dalam dokumen PK sebagai besar targetnya melampaui 100
%. Hanya ada sedikit target yang tidak mencapai 100%, itupun terkait dengan beberapa
kebijakan yang diterapkan dan pendanaan yang tidak mencukupi karena adanya revisi
pendanaan yang terjadi di tahun 2015 ini. Akibatnya beberapa kegiatan tersebut tidak dapat
dilaksanakan, misalnya untuk kegiatan monitoring populasi yang memerlukan biaya survei,
sementara anggaran perjalanan ada perubahan di awal tahun. Secara rinci capaian Pusat
Penelitian Biologi dapat disampaikan dibawah ini sesuai dengan sasaran strategis LIPI yang
menjadi induk organisasinya sebagai berikut:
Sasaran Strategis 1. Terwujudnya LIPI sebagai Institusi Penelitian
Berkelas Dunia yang Mampu Meningkatkan Daya Saing
Sasaran strategis pertama dari LIPI adalah terwujudnya LIPI sebagai institusi penelitian
berkelas dunia yang mampu meningkatkan daya saing bangsa. Sasaran ini terbagi menjadi tiga
Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu pertama adalah Rangking LIPI diantara lembaga riset dunia
dengan Indikator Kinerja adalah jumlah sitasi publikasi setiap peneliti. Indikator Kinerja Utama
yang kedua adalah jumlah Hak Kekayaan Intelektual yang terdaftar secara nasional dengan 12
indikator kinerja seperti jumlah paten, jumlah PVT atau varietas yang terdaftar, jumlah jenis
baru dan jumlah publikasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, terbitnya
buku metode survei studi populasi untuk menunjang penentuan kebijakan dan peta
bioresources juga menjadi indikator kinerja. Indikator Kinerja Utama ketiga adalah STP/TP
yang termanfaatkan yang keempat adalah jumlah pengguna jasa meliputi jasa identifikasi jenis
dan analisis.
Sitasi
Publikasi yang diterbitkan oleh peneliti dapat diukur dengan cara menghitung berapa
banyak publikasi tersebut diacu oleh publikasi lain. Jumlah sitasi menjadi salah satu indikator
Target pada tahun 2015, jumlah publikasi yang disitasi adalah 2400 sitasi dan terealisasi
sebanyak 1277 sitasi. Jumlah ini hanya tercapai 53.21% dari yang ditargetkan pada tahun 2015.
Hal ini dapat disebabkan karena jumlah sitasi yang digunakan sebagai indikator kinerja baru
pertama kali dilakukan sehingga masih banyak peneliti yang masih perlu didorong untuk
mengaktifkan Google Scholar sehingga dapat terukur jumlah sitasinya.
Gambar 6. Google Scolar 2015
Penyebab lainnya adalah masih adanya publikasi yang dilakukan pada jurnal yang belum
terindex oleh Google Scolar, sehingga jumlah sitasi tidak dapat dihitung.
Pada tahun sebelumnya, jumlah sitasi belum menjadi bagian dari indikator kinerja Pusat
Penelitian Biologi.
Tabel 5.
Capaian untuk Sasaran strategis LIPI nomor 1Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan Total Capaian (%)
SS. 1 Terwujudnya LIPI sebagai institusi penelitian berkelas dunia yang mampu meningkatkan daya saing
Jumlah teknologi/metode hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh publik (lisensi, Iptekda, teknologi dari TP, dan STP)
Jumlah jasa iptek yang digunakan oleh publik (deposit, PNBP)
7 buah 11 157,14 Jumlah layanan bimbingan skripsi
mahasiswa S1
25 orang 69 276,00 Jumlah layanan bimbingan skripsi
mahasiswa S2
15 orang 40 266,67 Jumlah layanan bimbingan skripsi
mahasiswa S3
10 orang 10 100,00 Jumlah Bimbingan PKL 20 orang 175 875,00 Jumlah lokasi diseminasi galur,
varietas, fauna, mikrob unggul
8 lokasi 17 212,5 Jumlah sitasi atas publikasi
peneliti Jumlah publikasi terbit di Jurnal
Nasional
70 Buah 123 175.71 Jumlah publikasi terbit di Jurnal
Internasional
35 buah 54 154.29 Jumlah publikasi terbit di
Prosiding Nasional
30 buah 44 146.67 Jumlah publikasi terbit di
Prosiding Internasional
10 buah 10 100.00 Jumlah publikasi terbit di bagian
dari buku (diupload)
5 buah 9 180.00 Jumlah publikasi buku yang
diterbitkan (diupload)
3 buah 4 133.33 Jumlah jenis brosur/terbitan
yang diupload
1 buah 3 300.00 Jumlah judul buku metode survei
dan studi populasi untuk menunjang penentuan kebijakann CBD, CITES, GSPC
3 buah 3 100.00
Peta bioresources (dokumen) 2 buah 2 100.00 Jumlah STP/TP termanfaatkan 1 lokasi 1 100.00 Jumlah pengguna jasa LIPI
(identifikasi jenis, analisis)
1500 orang 1115 74.33
Paten dan Varietas
Berdasarkan indikator kinerja untuk jumlah paten dan jumlah PVT/varietas terdaftar
terdapat dua target capaian paten dan tiga target capaian untuk PVT dan varietas yang terdaftar.
Realisasi jumlah paten mencapai tiga paten yang sudah terdaftar dan terpakai yaitu
Ostindo Indonesia. Paten kedua dengan nomor paten P00201100875, co-kultur monascus, tanpa
Citrinin, dan ketiga dengan
nomor paten P00201407489 untuk starter Monascus rendah
Citrinin yang telah digunakan oleh PT Kalbe
Farma Tbk. dan PT Phytocheminda Reksa. Patenkeempat yang sudah terdaftar dan disetujui dan mendapatkan nomor ID P000039178
merupakan metode pembuatan probiotik non-susu.
Gambar 7. Paten Metoda Pembuatan Produk Probiotik Berbasis Non Susu Sebagai Agen
Antimikroba dan Penggunaan Produk yang dihasilkannya.
Sedangkan jumlah realisasi PVT/varietas terdapat tiga varietas terpilih yang telah
didaftarkan yaitu Pisang Mas Soponyono Tetraploid, Pisang Mas Besar Tetraploid dan Pisang
Rejang Hibrid Triploid.
Temuan Jenis Baru
Gambar 8. Komposisi Temuan Jenis Baru Flora, Fauna dan Mikroba
Pada tahun 2015, target temuan jenis baru adalah 23 jenis. Realisasi pada tahun 2015
jumlah temuan jenis baru b
erdasarkan kelompok taksa, diperoleh 41 jenis fauna, tujuh
jenis flora dan satu jenis mikroba. Kelompok fauna diwakili oleh kelompok serangga,
udang, nematoda, ikan, tokek, dan tikus. Sedangkan kelompok flora dari beberapa famili
Zingiberaceae.
Tabel 6. Daftar Jenis Baru Flora yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Biologi
No. Flora Nama Jenis Publikasi
1 Zingiberaceae Alpinia macrocrista Ardiyani & Ardi.
WISNU H. ARDI & MARLINA ARDIYANI. 2015. Two new species of Alpinia from Sulawesi, Indonesia. Reindwardtia 14 (2): 311-316 2 Zingiberaceae Alpinia pusilla Ardi
& Ardiyani
WISNU H. ARDI & MARLINA ARDIYANI. 2015. Two new species of Alpinia from Sulawesi, Indonesia. Reindwardtia 14 (2): 311-316 3 Zingiberaceae Zingiber
engganensis Ardiyani
Ardiyani, M. 2015. A new species of Zingiber (Zingiberaceae) from Enggano Island, Indonesia. Reinwardtia 14 (2): 305 - 308
4 Ericaceae Diplycosia mekonggaensis Argent & Widjaja
Argent, G & EA Widjaja. 2015. Diplycosia
mekonggaensis (Ericaceae, Gaultheriaeae), A new species from Sulawesi, Indonesia. Edinburgh Journal of Botany. 72 (2): 239 - 242.
5 Begoniaceae Begonia
mentewangensis Girm.
Girmansyah, D & R. Susanti. 2015. Two new species of Begonia (Begoniaceae) from Borneo. Kew Bulletin 70:19. DOI 10.1007/S12225-015-9569-6
6 Begoniaceae Begonia
dolichobracteata
Gambar 9. Beberapa temuan jenis flora dari Pusat Penelitian Biologi LIPI
Tabel 7. Daftar Jenis Baru Fauna yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Biologi
No Nama Peneliti Kelas Famili Spesies
1 Awal Riyanto Reptilia Gekkkonidae Cyrtodactylus rosichonariefi
2 Awal Riyanto Reptilia Gekkkonidae Cyrtodactylus psarops
3 Awal Riyanto Reptilia Gekkkonidae Cyrtodactylus semicinctus
4 Awal Riyanto Reptilia Gekkkonidae Cyrtodactylus petani
5 Awal Riyanto Reptilia Gekkkonidae Cnemaspis rajabasa
6 Amir Hamidy Amfibia Rhacophoridae Rhacophorus indonesiensis
7 Renny K. Hadiaty Pisces Bagridae Sundolyra latebrosa
8 Renny K. Hadiaty Pisces Gobiidae Stiphodon aureofuscus
9 Renny K. Hadiaty Pisces Gobiidae Acentrogobius limarius
10 Renny K. Hadiaty Pisces Gobiidae Sicyopterus squamosissimus
11 Renny K. Hadiaty Pisces Gobiidae Glossogobius mahalonensis
7 Pandanaceae Freycinetia densiflora Rizki & Rugayah