Laporan Penelitian
PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN
TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR
O
l
e
h
Dra. Natalia E.T Sihombing,MSi.
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN (Penelitian Intern Biasa)
1.a. Judul Penelitian : Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap
Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
b. Bidang Ilmu : Ekonomi
c. Kategori Penelitian : Penelitian Untuk Mengembangkan Fungsi Kelembagaan Perguruan Tinggi
2. Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Natalia E.T Sihombing,MSi. b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Golongan Pangkat : III-B
d. Jabatan Fungsional : Assisten Ahli e. Jabatan Stuktural :
-f. Fakultas / Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Adm. Niaga g. Pusat Penelitian : Sosial Ekonomi
3. Susunan Tim Peneliti
a. Ketua : Dra. Natalia E.T Sihombing,MSi. b. Anggota : _____
4. Lokasi Penelitian : Kab. Samosir
5. Lama Penelitian : 3 (tiga) bulan (Oktober 2010 s/d Desember 2010)
6. Biaya Penelitian : Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Medan, Agustus 2012
Mengetahui, Menyetujui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Lembaga Penelitian
D e k a n, K e t u a, Peneliti,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala berkat penyertaanNya. Kesehatan dan kesempatan yang telah diberikanNya membuat laporan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis memilih judul laporan penelitian : Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir ini karena dorongan rasa keingintahuan penulis terkait pelaksanaan kunjungan wisatawan di Kecamatan Samosir sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Jongkers Tampubolon,MSc. Selaku Rektor Universitas HKBP Nommensen yang terus mendorong staff edukatif untuk melaksanakan penelitian intern biasa dan intern khusus.
2. Bapak Drs. Charles Sianturi,MSBA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas HKBP Nommensen yang selalu mendorong semua dosen di Fisipol UHN untuk giat melaksanakan penelitian.
3. Bapak Prof. Dr. Hasan Sitorus, MS selaku Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen yang turut mendorong staff edukatif UHN melaksanakan penelitian.
4. Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas HKBP Nommensen yang tidak dapat disebut satu persatu, yang turut memberi masukan dalam perbaikan laporan penelitian ini.
5. Berbagai pihak yang banyak membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini masih banyak kekurangan, namun penulis menyambut baik saran-saran konstruktif dari pembaca yang budiman deni perbaikan di kemudian hari.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga memohon maaf atas keterlambatan penyelesaian laporan penelitian ini dikarenakan kesibukan penulis.
Akhir kata, kiranya laporan penelitian ini yang sebagai salah satu kontibusi kami dalam mewujudkan salah satu dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas HKBP Nommensen dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Daftar Tabel ... iv
Daftar Gambar ... v Abstrak ...
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Kontribusi Penelitian ... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata ... 2.2. Bentuk dan Jenis-jenis Pariwisata ... 2.3. Pendapatan ... 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... 2.5. Hipotesis ... BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ... 3.2. Populasi dan Sampel ... 3.3. Jenis dan Sumber Data ... 3.4. Metode Pengumpulan Data ... 3.5. Metode Analisis Data ... 3.6. Defenisi Operasional ... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 4.2. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Masyarakat Pada Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir ... 4.3. Pariwisata Simanindo ... 4.4. Pengaruh Pariwisata ... 4.5. Pengujian Hipotesis ... 4.6. Analisis Fungsi Pendapatan Masyarakat ... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Jumlah Wisatawan Selama Tahun 2009
3.2. Jumlah Sampel Berdasarkan Hari Selama Seminggu 3.3. Range Bobot Variabel Penelitian
4.1. Luas Kecamatan, Jumlah Penduduk Menurut Jumlah Desa/Kelurahan 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2009 4.3. Jumlah Tenga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan
Desa/Kelurahan Tahun 2009
4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Asal 4.6. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan 4.7. Komposisi Responden Berdasarkan Etnis 4.8. Komposisi Responden Berdasarkan Umur
4.9. Banyaknya Pengunjung yang Masuk ke Kota Tomok
4.10. Banyaknya Pengunjung yang Berkunjung ke Batu Persidangan 4.11. Banyaknya Pengunjung yang Mengunjungi Makam Raja Sidabutar 4.12. Banyaknya Pengunjung yang Mengunjungi Pulau Tao
4.13. Jumlah Pengunjung yang Masuk ke Tuktuk Siadomg 4.14. Lama Tinggal Wisatawan
4.15. Jenis Belanja Wisatawan Selama di Kecamatan Simanindo 4.16. Belanja Responden Selama di Kecamatan Simanindo
4.17. Penilaian Responden terhadap Keindahan Alam Wisata Simanindo
4.18. Penilaian Responden terhadap Budaya Masyarakat di Kecamatan Simanindo 4.19. Pendapatan Wisatawan yang Berkunjung ke Simanindo
4.20. Rekapitulasi Nilai Pengembangan Pariwisata Terhadap Peningkatan Pendapayan Masyarakat di Kecamatan Simanindo
4.21. Besaran Koefisien Variabel Lama Tinggal, Keindahan Danau Toba, Kebudayaan Masyarakat , dan Pendapatan Wisatawan
4.22. Nilai t dan sig. Variabel Lama Tinggal, Keindahan Danau Toba, Kebudayaan Masyarakat , dan Pendapatan Wisatawan
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
ABSTRAK
Dalam rangka untuk mensejahterahkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, maka pemerintah bersama dengan masyarakat berupaya menggali sumberdaya lainnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mendatangkan devisa bagi negara. Salah satu sektor yang mungkin dikembangkan adalah pariwisata di wilayah Republik Indonesia, kekayaan alam, seni budaya di setiap daerah kabupaten/kota menjadi modal utama untuk menarik pengunjung.
Kabupaten Samosir yang minim dengan sumber daya alam, dalam renstra nya memfokuskan pembangunan pada sektor pariwisata, dengan salah satu obyek pariwisata Simanindo, yang memiliki panorama yang indah serta banyaknya benda-benda purbakala peninggalan jaman dahulu kala. Pada saat ini Kecamatan Simanindo banyak dikunjungi wisatawan domestik dan manca negara, besarnya pengeluaran wisatawan di kecamatan Simanindo mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, yang ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berusaha di bidang wisata seperti penginapan, makanan dan minuman, cendera mata, serta alat-alat musik.
Rumusan penelitian ini adalah apakah pendapatan wisatawan, lama tinggal, belanja selama di Simanindo, daya tarik/keindahan Danau Toba, budaya berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Hasil keseluruhan penelitian dapat disimpulkan bahwa: Secara bersama variabel independen, lama tinggal, keindahan Danau Toba, budaya masyarakat, dan pendapatan wisatawan berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Variabel lama tinggal, keindahan Danau Toba, budaya masyarakat, dan pendapatan wisatawan yang disertakan dalam model estimasi secara partial berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat. Variabel lama tinggal, keindahan Danau Toba, budaya masyarakat, dan pendapatan wisatawan tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepervayaan 95 %. Kemampuan Variabel lama tinggal, keindahan Danau Toba, budaya masyarakat, dan pendapatan wisatawan secara bersama mampu memberikan penjelasan variasi pendapatan masyarakat sebesar 51 % sedangkan sisanya sebesar 49 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.
pagelaran-pagelaran seni budaya dan olahraga dengan skala internasional sehingga pengunjung/wisatawan mancanegara dapat melihat keindahan dan kekhasan budaya yang pada akhirnya akan menjadi agen promosi keindahan Danau Toba. Perlunya dilakukan kerjasama antara pemerintah daerah pada seluruh kabupaten yang bersentuhan dengan Danau Toba, sehingga diperoleh suatu manajemen dan kunjungan wisata yang lebih meningkat.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, maka pemerintah bersama dengan masyarakat berupaya menggali sumberdaya lainnya untuk meningkatkan Pendapatn Asli Daerah (PAD) dan mendatangkan devisa bagi negara.
Salah satu sektor yang mungkin dikembangkan adalah pariwisata di wilayah Republik Indonesia. Kekayaan alam, seni budaya, social, keanekaragaman tanaman dan hewan yang tersebar hampir di setiap daerah kabupaten/kota menjadi modal utama untuk menarik pengunjung.
Keadaan ini selaras dengan isi Umdamg-undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataaan diantranya dikemukakan bahwa keadaan alam, flora, fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar nilainya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan.
Ketetapan MPR No. II/1983 tentang GBHN menyatakan : Pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha meningkatkan penerimaan devisa serta memperkenalkan alam dan kebudayaan Indonesia (Samsuridjal dan Kelany, 1996).
Disamping mendatangkan devisa Negara dan pemasukan pendapatan asli daerah bagi daerah kabupaten/kota, kegiatan kepariwisataan juga mampu mendatangkan investor untuk menanamkan modalnya, keadaan ini secara langsung akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekeliling daerah wisata tersebut. Pembukaan lapangan pekerjaan akan semakin merangsang penduduk sekitar daerah wisata untuk ikut serta sebagai pelaku-pelaku insane wisata.
Pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual. Seperti halnya dalam industri lainnya, dalam pariwisatapun barang yang dijual menjadi tidak laku jika mutu lingkungannya tidak memadai. Karena itu di dalam pengembangan pariwisata, asas pengelolaan lingkungan untuk melestarikan kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek (Soemarwoto, 1985).
Demikian halnya kepariwisataan di Propinsi Sumatera Utara akan dapat maju pesat jika dilengkapi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut. Kemajuan pariwisata pada suatu daerah sangat tergantung dari informasi akurat bagi calon pengunjung dan calon investor untuk mendatangkannya. Banyak investor mengurungkan niatnya untuk mengelola daerah wisata di Propinsi Sumatera Utara, karena sangat minimnya informasi potensi wisata daerah yang dapat dikembangkan, sert sedikitnya pengetahuan calon investor tentang kekayaan alam, flora, fauna, peninggalan bersejarah wisata di daerah ini.
Beberapa daerah tujuan wisata yang telah berkembang di daerah Sumatera Utara antara lain Parapat, Huta Tinggi, Brastagi, Lau debuk-debuk, Sembahe, Pantai cermin, Mata Pao, Tinggi Raja.
pariwisata Simanindo, yang memiliki panorama yang indah serta banyaknya benda-benda purbakala peninggalan jaman dahulu kala. Pada saat ini kecamatan Simanindo mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang berusaha di bidang wisata seperti penginapan, makanan dan minuman, cendera mata, serta alat-alat musik.
Berhubungan dengan hal tersebut penulis ingin mencoba melakukan penelitian yang berjudul Dampak Wisatawan Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah : “Apakah pendapatan wisatawan, lama tinggal, belanja selama di Simanindo, daya tarik keindahan Danau Toba, budaya masyarakat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir?”
1.3. Tujuan Penelitian
Mengkaji sejauh mana pendapatan wisatawan, lama tinggal, belanja selama di Simanindo, daya tarik keindahan Danau Toba, dan budaya masyarakat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
1.4. Kontribusi Penelitian
a.Untuk Ilmu Pengetahuan : bahan masukan dalam kajian ilmiah tentang pandapatan wisatawan, lama tinggal, belanja selama di Simanindo, daya tarik keindahan Danau Toba, budaya berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
b. Untuk Pemerintah : sebagai bahan rekomendasi untuk menentukan arah kebijakan dalam pengelolaan/pengembangan wisata daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
c.Untuk Masyarakat : sebagai masukan tentang pengaruh pendapatan wisatawan, lama tinggal, belanja selama di Simanindo, daya taril/keindahan Danau Toba, budaya terhadap pendapatan masyarakat.
d. Untuk Investor : sebagai masukan informasi dan menjadi acuan untuk menanamkan modal di bidang usaha kepariwisataan di Kecamatan Simanindo Kabupatem Samosir.
BAB II
2.1. Pariwisata
Kegiatan pariwisata secara umum adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan, kenyamanan dan melenturkan syarat-syarat setelah lelah bekerja, namun kenyataannya kegiatan pariwisata juga dapat menjadi lahan tempat meningkatkan pendapatan serta melakukan penelitian.
Menurut Yoeti (1988) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya / rekreasi memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut Happy (2002), Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya.
Kegiatan pariwisata adalah merupakan kegiatan multidimensional, tidak hanya berkaitan dengan teknologi, tetapi juga sangat erat kaitannya dengan social, agama, kultur, seni, keindahan, budaya dan lingkungan hidup, sehingga dalam kegiatan pariwisata tidak hanya dibutuhkan sumberdaya manusia yang tinggi ilmu pengetahuannya dan selalu mengikuti perkembangan teknologi dengan cepat, namun sentuhan kebutuhan dan pelestariannya perlu diperhatikan. (Andika,2003)
Menurut Soekadijo (1997), Pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan, sedangkan wisatawan itu ialah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya.
Penggunaan istilah pariwisata dan wisatawan dimulai dari Prancis oleh seorang bangsawan de St. Maurice dalam bukunya “The true for foreigners traveling in France, to appreciale its beauties, learn the language and take exercise” yang berisikan petunjuk perjalanan untuk orang asing untuk menikmati keindahan, dan mempelajari serta mempraktekkan bahasa Prancis (Soekadijo, 1996).
Bangsa pertama dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka telah melakukan perjalanan beratus-ratus mil dengan menunggang kuda guna melihat candi-candi dan pyramid peninggalan bangsa Mesir kuno. Di zaman pertengahan, semasa kerajaan Romawi sedang jaya-jayanya, dibangunlah jalan raya sepanjang 350 mil dari Roma ke kota Brundisium, dengan demikian rakyat dengan mudah melakukan perjalanan dari suatu kota ke kota lainnya (Samsuridjal, 1997).
Keberhasilan pariwisata sangat ditentukan dengan daya dukung kegiatan pariwisata tersebut, karena kegiatan pariwisata terkait langsung dengan obyek-obyek yang akan dinikmati oleh para wisatawan.
Besarnya dukungan lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai jumlah unit penggunaan dalam suatu tempat tersebut dalam menyokong rekreasi, dan tanpa merusak pengalaman rekreasi dari pengunjung (Lawson dan Bovy, 1977).
Dalam pembangunan pariwisata hendaknya diperhatikan seluruh aspek yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata di lokasi pariwisata tersebut, adapun beberapa daya dukung, yang umum untuk mendukung pariwisata di suatu daerah adalah : 1) daya dukung fisik, yang berkaitan langsung dengan kemampuan fisik lahan atau perairan yang ada untuk menampung kegiatan, 2) daya dukung biologis, yang berkaitan dengan adanya relasi antara sumber daya dan kegiatan wisata, yang dapat dideteksi dari ada tidaknya kerusakan atau gangguan pada komponen biologi yang ada dan, 3) daya dukung psikologis, merupakan aspek yang sangat individual dan sulit ditangani, menyangkut kemampuan obyek untuk mempertahankan kesan yang ada padanya.
Dengan memperhatikan daya dukung tersebut serta mengembangkannya menjadi bahagian dari pariwisata tersebut, diharapkan kegiatan pariwisata tersebut akan berhasil.
2.2. Bentuk dan Jenis-jenis Pariwisata
Kegiatan pariwisata yang dilakukan masyarakat di berbagai tempat mulai dari dasar lautan, pantai, pedesaan, kota, bukit-bukit, pegunungan, puncak gunung, terowongan, gua bawah tanah maupun wisata antariksa secara umum dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu :
1. Pariwisata Perorangan (Individual Tourism)
Kegiatan pariwisata ini dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang yang melaksanakan perjalanan dengan daerah tujuan wisata sesuai dengan pilihannya, keadaan ini memungkinkan dilakukannya perubahan tujuan, waktu dan biaya perjalanan, seluruh persiapan dan perlengkapan pariwisata disediakan oleh yang bersangkutan atau kelompok tersebut.
2. Pariwisata Kolektif (Collective Tourism)
Kegiatan pariwisata ini dilakukan dan diselenggarakan oleh suatu badan usaha (biro perjalanan) yang menjadi leader dari pariwisata tersebut. Kegiatan pariwisata ini sangat bergantung pada biro perjalanan yang menjual suatu perjalanan menurut program dan jadwal waktu yang ditentukan terlebih dahulu. Biro perjalanan ini menawarkan program wisata ini kepada setiap orang yang berminat dengan keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukan untuk keperluan tersebut. Perjalanan wisata adalah suatu perjalanan dengan cirri-ciri tertentu yaitu :
1. Berupa perjalanan keliling yang kembali lagi ke tempat asal 2. Pelaku perjalanan hanya tinggal untuk sementara waktu 3. Perjalanan tersebut direncanakan terlebih dahulu
4. Ada organisasi/orang yang mengatur perjalanan tersebut 5. Terdapat unsur-unsur produk wisata
6. Ada tujuan yang ingin dicapai dari perjalanan wisata tersebut 7. Biaya perjalanan diperoleh dari Negara asal dan,
8. Dilakukan dengan santai (Desky, 2001)
a. Wisata mancanegara (asing, internasional) dan wisata domestic(dalam negeri), di Indonesia disebut wisata nusantara. Wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang dalam perjalanannya memasuki daerah Negara yang bukan negaranya sendiri, jika perjalanan wisata tidak keluar dari batas-batas Negara sendiri, wisatawannya ialah wisatawan nusantara (domestic). Wisatawan nusantara sering dibedakan menjadi wisata regional dan wisata local.
b. Wisata reseptif (pasif) dan wisata aktif. Dilihat dari dampaknya secara ekonomis, wisata mancanegara atau kedatangan wisatawan dari luar negeri itu akan menghasilkan pemasukan devisa untuk Negara yang bersangkutan. Wisata mancanegara itu dilihat secara ekonomis dari sudut kedatangan orang asing disebut wisata reseptif atau pasif (Inbound tourism), sebaliknya perjalanan warganegara ke luar negeri disebut wisata aktif (outbound tourism).
c. Wisata kecil dan wisata besar, yang dimaksud dengan wisata kecil dan wisata besar di sini ialah wisata menurut lamanya waktu perjalanan. Wisata kecil ialah wisata jangka pendek (short term tourism), yang memakan waktu satu sampai beberapa hari. Kalau hanya memakan waktu satu hari disebut ekskursi. Dalam wisata kecil ini antara lain termasuk wisata akhir pekan (weekend tourism). Wisata besar memakan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
d. Wisata individual dan wisata terorganisasi, seseorang atau sekelompok orang, seperti murid-murid sekolah, penduduk sekampung atau pegawai sekantor dan sebagainya dapat mengadakan perjalanan wisata dengan mengatur waktu perjalanan, tempat-tempat yang dikunjungi, kendaraan yang digunakan, makan dan nminumnya, penginapannya dan sebagainya. Pariwisata rombongan yang individual itu disebut dengan wisata social, yaitu wisata yang tidak ditangani perusahaan perjalanan, dan menggunakan akomodasi khusus yang disediakan untuk itu, seperti pesanggrahan, dusun wisata, perkemahan, dan sebagainya, segala sesuatunya sudah diatur sebelumnya, diantaranya termasuk liburan keluarga, perjalanan remaja (Youth travel), kunjungan keluarga, termasuk perjalanan Incentive travel yaitu perjalanan rombongan pegawai (satu kantor).
Dalam melaksanakan kegiatan pariwisata, secara umum wisatawan memilki maksud dan tujuan dilakukannya kegiatan wisata tersebut, jenis-jenis tujuan dari pariwisata dapat dibagi yaitu :
Pariwisata untuk menikmati perjalanan
Pariwisata untuk rekreasi
Pariwisata untuk kebudayaan
Pariwisata untuk olah raga
Pariwisata untuk urusan usaha dagang
Pariwisata untuk berkonvensi
(1) Motif bersenang-senang atau tamasya
Menurut Happy (2002) beberapa prinsip-prinsip pariwisata yang layak dam dapat meningkatkan manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut adalah :
1. Secara aktif mendorong kelangsungan peninggalan di suatu daerah, kebudayaan, sejarah, dan alam.
2. Menekankan dan menampilkan identitas daerah sebagai sesuatu yang unik.
3. Dilakukan berdasar pada ketrampilan interpretasi peninggalan yang ada.
4. Memberdayakan masyarakat local untuk menginterpretasikan warisan mereka sendiri kepada para tamu.
5. Membangun rasa bangga masyarakat local akan warisan mereka dan meningkatkan hubungan dengan tamu serta ketrampilan pelayanan.
6. Membantu memelihara gaya hidup dan nilai-nilai setempat.
7. Memberdayakan masyarakat local untuk merencanakan dan memfasilitasi pengalaman berdimensi ganda yang otentik dan bermakna kepada pengunjung.
8. Bersifat “antar budaya” yang berarti tamu dan tuan rumah sama-sama menerima pengalaman yang saling memperkaya.
9. Mewakili program yang dapat diterapkan di setiap tingkat pengembangan pariwisata dan semua kondisi pariwisata.
10. Menampilkan pendekatan “bernilai tambah” terhadap pariwisata yang berarti meningkatkan kedalaman dan level pelayanan yang diberi kepada wisatawan.
11. Menampilkan suatu pendekatan kea rah pengembangan pariwisata berkelanjutan. Karena menkankan dan menghormati peninggalan suatu daerah serta memberdayakan penduduknya sebagai basis pembangunan pariwisata sejati.
2.3 Pendapatan
Pendapatan dapat diterima berupa uang, dapat juga dalam bentuk barang (misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau perkarangan sendiri), atau fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan/kesehatan gratis), selain hal tersebut di atas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari uang pension bagi mereka yang sudah usia lanjut dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lainnya, sembangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara/famili, warisan dari nenek, hadiah tabungan. Pinjaman atau utang, ini memang merupakan uang masuk, tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan.
Model pendapatan interregional merupakan perubahan pendapatan regional dapat berasal dari beberapa sember yang mungkin tidak lagi semata-mata berasal dari perubahan ekspor yang ditentukan secara eksogen. Sumber-sumber ini meliputi (a) perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom regional (misalnya investasi, pengeluaran pemerintah), (b) perubahan tingkat pendapatan suatu daerah (atau daerah-daerah) lain dalam sitem yang bersangkutan yang akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah, (c) berubahnya salah satu diantara parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan irregional atau tingkat pajak marginal) (Richardson,2001).
Penting untuk dicatat bahwa apabila yang menjadi tujuan adalah memaksimumkan pendapatan nasional, maka distribusi optimal dari pengeluaran tidaklah tergantung pada nilai-nilai koefisien perdagangan interregional. Apabila tujuan-tujuan yang hendak dicapai adalah lebih kompleks, misalnya perubahan-perubahan distribusi pendapatan yang dikehendaki bagi beberapa (atau semua), maka nilai hasrat import marginal pun menjadi relevan (Engerman, 1965 dalam Richardson, 2001).
Dalam teori basis ekspor menyederhanakan suatu system regional menjadi dua bagian, yakni daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah selebihnya, dalam teori ini diambil bahwa ekspor adalah satu-satunya unsure otonom dalam pengeluaran, semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan dan fungsi pengeluaran serta fungsi impor. Suatu kelemahan yang sering dikemukakan mengenai model teori ini adalah besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Kadang-kadang diartikan bahwa justru hal inilah yang merupakan keberatan terpenting terhadap teori basis karena setiap nilai multiplier yang kita inginkan boleh dikatakan selalu dapat diperoleh dengan jalan mengubah skala daerah, tetapi dalam kenyataannya nilai-nilai multiplier adalah lebih tinggi bagi daerah-daerah yang besar. Daerah yang besar cenderung mempunyai basis ekspor yang lebih kecil.
2.4 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian
2.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat dirimuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Lama tinggal, daya tarik/keindahan Danau Toba, budaya, belanja selama di Simanindo, dan pendapatan wisatawan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir”.
KABUPATEN SAMOSIR
KUNJUNGAN WISATAWAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENGELUARAN
WISATAWAN
PENDAPATAN MASYARAKAT
Lama Tinggal Wisatawan
Belanja di Simanindo
Keindahan Danau Toba
Budaya Masyarakat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, dengan pertimbangan bahwa kegiatan pariwisata di kecamatan ini telah berkembang, yaitu dengan tersedianya hotel/penginapan, sarana transportasi danau yang ramai, hasil kerajinan tangan, panorama yang indah dan banyaknya benda-benda purbakala peninggalan sejarah.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung dan melakukan kegiatan pariwisata di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Banyaknya kunjungan wisatawan di Kecamatan Simanindo selama setahun adalah sebanyak 14.667 orang, seperti tertera pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Jumlah Wisatawan Selama Tahun 2009
No Bulan Jumlah Wisatawan Persent (%)
1 Januari 1.117 7,61
2 Februari 982 6,69
3 Maret 828 5,64
4 April 863 5,88
5 Mei 947 6,45
6 Juni 1.125 7,66
7 Juli 1.987 13,54
8 Agustus 1.889 12,87
9 September 982 6,69
10 Oktober 864 5,89
11 Nopember 826 5,63
12 Desember 2.267 15,45
Jumlah 14.677 100,00
Rata-rata Perbulan 1.223 jiwa Sumber : Kantor Kecamatan Simanindo
3.2.2 Sampel Penelitian
Penentuan besar sample penelitian, dilakukan dengan non random sampling dengan accidental, yaitu penunjukan sample di lapangan, yang dilakukan selama seminggu. Responden penelitian diambil dari pengunjung selama seminggu (tujuh hari). Penentuan responden di lapangan dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Hari Selama Seminggu
Hari Tanggal MancanegaraWisatawanLokal (Orang)Jumlah
Senin 22-Nop. 2010 4 7 11
Selasa 23-Nop. 2010 3 9 12
Rabu 24-Nop. 2010 2 4 6
Jumat 26-Nop. 2010 3 5 8
Sabtu 27-Nop. 2010 4 11 15
Minggu 28-Nop. 2010 5 12 17
Jumlah 23 53 76
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data-data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan teknik wawancara yang berpedoman kepada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi resmi yang terkait seperti Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Samosir, Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi dan Kantor Camat Simanindo, serta kantor Bupati Kabupaten Samosir.
3.4. Metode Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data primer digunakan metode wawancara langsung dengan berpedoman kepada kuesioner yang telah ditetapkan.
2. Metode pengumpulan data sekunder adalah dengan mencatat langsung dari publikasi resmi dalam bentuk buku, laporan tahunan, jurnal, seperti dari BPS, kantor lurah/desa dan camat.
3.5. Metode Analisis Data
Untuk melihat pengaruh kunjungan wisatawan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dilakukan dengan mengumpulkan data-data kualitatif dan informasi melalui studi dokumentasi, wawancara, pengamatan, dan hasil kuesioner akan dianalisis. Data-data kualitatif dirubah menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala likert, kemudian data kuantitatif akan dianalisa dengan statistic rank-scale.
Persamaan Rank-scale :
X = P – Q P adalah bobot maksimum Y Q adalah bobot minimum
Y adalah banyak kelas
Untuk variable dampak pariwisata terhadap peningkatan pendapatan masyarakat akan diberikan penilaian berdarakan kuesioner yang dibagikan pada responden, sebanyak 5 soal yang setiap soal dilengkarp dengan 5 jawaban..
Jawaban A bernilai = 5, jawaban B bernilai = 4, jawaban C bernilai = 3, jawaban D bernilai = 2, jawaban E bernilai = 1. Maka untuk setiap responden akan diperoleh nilai maksimum 5 dan nilai minimum 1 x 5 = 5. Maka untuk keseluruhan variable (lama tinggal, keindahan Danau Toba, Budaya, Pendapatan) akan diperoleh nilai maksimum 5x4 = 20), dan nilai minimum 1x4 = 4, sedangkan untuk seluruh responden akan menghasilkan nilai maksimum 20x76 = 1.520 dan nilai minimum 4x76 = 304.
Dengan memasukkan harga-harga tersebut akan diperoleh range terhadap kesesuaian proyek dengan keinginan masyarakat.
X =
Y Q = bobot minimum = 5
Y = banyak kelas = 5 kelas
Maka pembagian panjang kelas adalah
X = 1 5 2 0 – 3 0 4 2 0 5
Berdasarkan penentuan panjang kelas, range nilai dikategorikan.
Tabel 3.3 Range Bobot Variable Penelitian
No Kategori Rangk Nilai
1 Sangat Berpengaruh 1277 - 1520 2 Berpengaruh 1033 – 1276
3 Sedang 790 – 1032
4 Kurang Berpengaruh 547 – 789 5 Tidak Berpengaruh 304 – 546
Penganalisaan permasalahan hubungan kegiatan wisata terhadap peningkatan pendapatan dilakukan dengan Regresi Linear Berganda (Siegel, 1994) :
Y
=a
0+ a
1x
1+ a
2x
2+ a
3x
3+ a
4x
4Untuk mendapatkan harga koefisien dari model agresi tersebut dilakukan dengan bantuan program computer SPSS 11.00
Y adalah Pendapatan masyarakat a0 : Konstanta Persamaan a1 – a4 : Koefisien Regrasi x1 : Lama Tinggal
x2 : Keindahan Danau Toba x3 : Budaya Masyarakat x4 : Pendapatan Wisatawan
3.6 Defenisi Operasional
Variabel Penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan Wisatawan adalah besarnya jumlah seluruh pendapatan wisatawan dalam satu bulan (Rupiah/bulan).
b. Belanja di Simanindo adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan selama melakukan kegiatan wisata di Kec. Simanindo (Rupiah). c. Lama Tinggal adalah lamanya waktu tinggal (menginap) dari wisatawan
selama berada di Kec. Simanindo (Hari)
d. Keindahan Danau Toba adalah keindahan pemandangan Danau Toba yang dapat dinikmati Wisatawan selama berada di Kec. Simanindo (Satuan)
e. Budaya Masyarakat adalah kegiatan budaya yang dilakukan masyarakat, lembaga adat, dan pemerintah, serta dapat dinimati para wisatawan yang bekunjung di Kec. Simanindo (Satuan)
g. Pariwisata adalah seluruh kegiatan yang menopang terlaksananya kegiatan wisata di Kec. Simanindo (berupa jasa transportasi, penginapan, cendera mata, hiburan, budaya, guide, keamanan, telekomunikasi).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
untuk memekarkan Kabupaten Toba Samosir menjadi dua kabupaten, didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya yaitu :
1. Kabupaten Toba Samosir (induk) terdiri dari Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Habinsaran, Porsea, Lumban Julu, Pintu Pohan, Meranti, Ajibata, dan Kecamatan Borbor.
2. Kabupaten Samosir (calon) terdiri dari Kecamatan Pangururan, Sianjur Mulamula, Simanindo, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Ajibata, dan Sitio-tio.
Salah satu kecamatan yang telah mengelola pariwisatanya dengan baik di Kabupaten Samosir adalah Kecamatan Simanindo yang terletak antara 20321 – 20451 LU
dan 980411 – 980541 LS berada 900 dpl dengan luas wilaya 198,20 km2.
Kecamatan Simanindo dibagi atas 16 desa/kelurahan, seperti tertera pada table berikut :
Tabel 4.1 Luas Kecamatan, Jumlah Penduduk Menurut Jumlah Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan Luas
(Km2) Jumlah Penduduk(Jiwa) Kerapatan(Jiwa/km2)
01. Tanjungan 10,58 604 57,1
02. Parbalokan 8,25 422 51,1
03. Pardomuan 4,75 597 125,7
04. Parmonangan 5,62 687 122,3 05. Huta Ginjang 5,98 1.002 167,6
06. Tomok 10,55 3.580 339,4
07. Garoga 9,33 1.215 130,2
08. Tuktuk Siadong 6,65 2.244 337,5 09. Ambarita 17,40 2.326 133,7
10. Martoba 19,75 1.675 84,8
11. Sihusapi 18,93 415 21,9
12. Maduma 13,00 990 76,2
13. Simanindo Sangkal 13,60 1.961 144,2 14. Cinta Dame 14,35 1.879 130,9 15. Simarmata 15,60 1.062 68,1
16. Dosroha 23,86 1.353 56,7
Jumlah 198,20 22.013 111,1
Sumber : Kecamatan Simanindo
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa desa dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Simanindo adalah Desa Tomok dengan jumlah penduduk 3.580 jiwa dengan luas 10,55 km2, kerapatan penduduknya 339,4 jiwa/km2.
Sedangkan desa dengan jumlah penduduk terkecil adalah desa Sihusapi dengan jumlah penduduk 415 jiwa dengan kerapatan 21,9 jiwa/km2.
Jumlah penduduk Kecamatan Simanindo dirinci menurut jenis kelamin dan kelompok umur seperti tertera pada table berikut :
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh sebanyak 2.632 jiwa masyarakat yang berpotensi menjadi tenaga kerja berumur antara 15 – 19 tahun yang terdiri dari 1.305 laki-laki dan 1.327 perempuan, selanjutnya tenaga kerja dengan usia 20 – 24 tahun sebanyak 1.666 jiwa, dan tenaga kerja usia 55 – 59 tahu adalah sebanyak 653 jiwa.
Dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja berdasarkan kelompok usia di Kecamatan Simanindo didominasi tenaga kerja dengan kisaran usia 15 – 19 tahun sebanyak 2.632 jiwa. Jumlah ini merupakan potensi yang sangat besar untuk menyikapi kebutuhan tenaga kerja usia belia untuk dipekerjakan pada sector pariwisata. Tenaga kerja pada usia ini memiliki prospek yang besar untuk dilatih tentang syarat-syarat minimal untuk menyambut wisatawan di Kecamatan Simanindo.
Tenga kerja yang bergerak di bidang pariwisata masih sangat dibutuhkan saat ini untuk mengisi seluruh lowongan kerja pariwisata yang ada, namun karena sumberdaya manusia tenaga kerja muda yang kurang memadai sehingga untuk memenuhi tenaga kerja tersebut banyak pengelola restoran, hotel, café-café, area wisata yang mendatangkannya dari luar daerah.
Keadaan ini selayaknya disikapi dengan baik, dengan melakukan program-program pelatihan pariwisata dan bahasa asing (terutama bahasa Inggris), sehingga tenaga kerja Kecamatan Simanindo dapat berkarir dan mengembangkan kemampuannya di bidang pariwisata.
02. Parbalokan 82 4 7 3 11 107
03. Pardomuan 89 3 8 4 10 114
04. Parmonangan 115 2 13 5 11 146 05. Huta Ginjang 161 49 14 6 9 239
06. Tomok 241 143 39 181 13 617
07. Garoga 180 7 17 7 3 214
08. Tuktuk Siadong 131 19 27 196 9 382 09. Ambarita 233 33 108 76 7 457
10. Martoba 275 16 15 21 5 332
11. Sihusapi 79 0 7 4 3 93
12. Maduma 178 0 5 9 4 196
13. Simanindo Sangkal 263 27 32 13 7 342 14. Cinta Dame 209 32 8 34 26 309
15. Simarmata 183 21 49 5 9 267
16. Dosroha 293 0 5 8 5 311
J u m l a h 2790 356 361 575 149 4231
Sumber : Simanindo dalam Angka
Berdasarkan tabel di atas diketahui jenis pekerjaan yang dominan adalah jenis pertanian sebanyak 2790 jiwa, selanjutnya jenis pekerjaan perdagangan sebanyak 575 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Samosir yang memiliki potensi wisata yang besar belum maksimal meningkatkan animo masyarakatnya untuk lebih mengelola sumberdaya alam pariwisata yang ada.
Bila dikaji lebih mendalam tabel 4.2, bahwa tenaga kerja usia dari 15 – 59 tahun adalah sebanyak 11.954 jiwa, namun berdasarkan tabel 4.3 jumlah tenaga kerja yang telah bekerja adalah sebanyak 4.231 jiwa, berarti masih ditemukan penduduk yang menganggur sebanyak 7.723 jiwa.
Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat besarnya potensi wisata yang dapat dikelola di Kecamatan Simanindo. Berdasarkan pengamatan di lapangan diperoleh data bahwa masih banyak para pekerja hotel dan restauran yang kurang mampu berbahasa daerah setempat, hal ini menjadi pertanda bahwa pekerja tersebut bukanlah berasal dari Kecamatan Simanindo, sehingga diharapkan di kemudian hari, tenaga kerja muda Simanindo dapat menggantikan pekerja tersebut setelah mendapatkan pelatihan pariwisata.
4.2 Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Banyaknya pengunjung yang diwawancarai adalah merupakan sample dari penelitian. Berdasarkan hasil wawancara berstruktur untuk data identitas responden, serta tak berstruktur untuk data pendukung lainnya diperoleh karakteristik responden sebagai berikut :
4.2.1 Pendidikan
(55.26%), serta sebanyak 10 responden (13,17%) dengan tingkat pendidikan S2 s/d S3,namun responden juga ada yang hanya berpendidikan SMP yaitu sebanyak 2 responden (2.63%). Dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Berdasarkan komposisi pendidikan responden tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden penelitian ini sudah mewakili tingkat keberagaman pendidikan masyrakat yang melakukan perjalanan wisata ke Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
4.2.2 Kota Asal
Komposisi responden pengunjung (wisatawan) ke Kecamatan Simanindo didasarkan pada asal kota wisatawan adalah beragam seperti tertera pada table berikut:
Tabel 4.5 Komposisi Responden Berdasarkan Asal
No Asal Jumlah (orang) Persen (%)
1. Dalam Negeri
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Wisatawan yang menjadi responden penelitian didominasi responden yang berasal dari Kota Medan sebanyak 30 responden (39,47%), demikian halnya pengunjung yang berasal dari luar provinsi sebanyak 5 responden, secara umum pengunjung yang datang dari luar provinsi berkunjung ke Simanindo adalah karena adanya acara keluarga di Sumatera Utara, sehingga sebelum kembali ke daerahnya disempatkan berkunjung.
seperti Kota Amsterdam, Berlin, Paris, London, Kopenhagen, Roma, dan Canberra di Australia, serta New York Amerika Serikat. Keadaan ini menunjukkan bahwa pariwisata di Kecamatan Simanindo telah dipasarkan sampai ke seluruh dunia.
4.2.3 Pekerjaan
Komposisi responden yang berasal dari pengunjung (wisatawan) ke Kecamatan Simanindo berdasarkan jenis pekerjaan adalah seperti tertera pada table berikut:
Tabel 4.6 Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)
1. Dalam Negeri
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Wisatawan yang menjadi responden penelitian didominasi responden (dari dalam negeri dan luar negeri) dengan jenis pekerjaan pegawai swasta yaitu sebanyak 33 responden (43,42%), serta sebanyak 16 responden (21,05%) dengan jenis pekerjaan pengusaha (seperti pengusaha transportasi, usahawan, pemilik pertanian, peternakan, konsultan).
Jenis pekerjaan lain-lain ini umumnya adalah profesi dari wisatawan mancanegara yang tidak terikat dan/atau yang bekerja dengan majikan tertentu, sehingga waktu tinggal mereka ditentukan besar kecilnya kenikmatan yang diperolehnya di daerah wisata tersebut. Namun perlu dicermati responden dalam negeri dan mancanegara juga ada yang memiliki pekerjaan sebagai pensiunan sebanyak 4 responden (5,26%).
4.2.4 Etnis
Komposisi responden yang berasal dari pengunjung (wisatawan) ke Kecamatan Simanindo), berdasarkan etnis adalah :
Tabel 4.7 Komposisi Responden Berdasarkan Etnis
No Etnis Jumlah (orang) Persen (%)
5. Simalungun 3 3,95
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Wisatawan yang menjadi responden penelitian didominasi responden yang berasal dari etnis Batak yaitu sebanyak 28 responden (36,85%). Responden etnis Batak ini secara umum memiliki alas an berkunjung ke Kecamatan Simanindo karena ingin melihat/mengetahui kejadian penciptaan nenek moyang orang Batak, serta adat-istiadat leluhurnya. Sedangkan responden dalam negeri dengan etnis Simalungun adalah responden yang terkecil jumlahnya sebanyak 3 responden (3,95%).
Wisatawan mancanegara berasal dari Negara Belanda, Jerman, Australia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan, wisatawan ini lebih sulit diwawancarai etnis asalnya, dan sebagian besar hanya mau memberitahukan asal negaranya, serta selalu menyamakan Negara menjadi etnisnya.
4.2.5 Umur
Komposisi responden yang berasal dari pengunjung (wisatawan) ke Kecamatan Simanindo berdasarkan umur dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.8 Komposisi Responden Berdasarkan Umur
No Umur
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Wisatawan yang menjadi responden penelitian didominasi responden dengan uur antara 41 – 45 tahun, yaitu sebanyak 36 responden (47,38%). Responden dengan umur demikian (khususnya wisatawan lokal) secara umum berkunjung ke Kecamatan Simanindo dengan mebawa keluarganya, sehingga lama tinggal berkisar 2 hari.
Berbeda dengan wisatawan lokal, wisatawan mancanegara umumnya berkunjung dengan pasangannya atau kelompok masing-masing (3-6 wisatawan setiap kelompok). Sebanyak 4 responden (5,26%) dengan umur antara 25 – 30 tahun umumnya adalah pasangan-pasangan muda yang berkunjung tanpa membawa keluarga masing-masing, sehingga lama tinggal responden demikian berkisar antara 3-4 hari di Kecamatan Simanindo.
bersama dengan keluarganya (suami/istri dan beberapa anak). Sehingga waktu tinggal mereka menjadi lebih pendek dibandingkan dengan wisatawan usia muda serta berkunjung dengan pasangannya.
4.3 Pariwisata Simanindo
Pariwisata yang telah dikelola di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir secara umum adalah pariwisata yang mengandalkan keindahan Danau Toba dan budaya masyarakat serta benda-benda seni peninggalan leluhur etnis Batak di Simanindo.
Lokasi wisata di Kecamatan Simanindo yang berfokus pada kebudayaan, seni peninggalan leluhur etnis Batak dan tempat-tempat bersejarah umumnya dikelola oleh keluarga (pewaris) dari pemilik obyek wisata tersebut, sehingga pada setiap lokasi wisata tersebut dilengkapi dengan aturan-aturan tersendiri yang ditetapkan oleh pewaris tersebut.
Pada setiap lokasi obyek wisata tersebut dilengkapi dengan tabung dana pengelolaan, yang menjadi wadah tempat sumbangan sukarela wisatawan yang dipandu oleh guide, dana tersebut digunakan untuk pengelolaan lokasi wisata tersebut.
Selanjutnya pada bahagian lainnya (jalan keluar) dari lokasi wisata tersebut dilengkapi dengan kios-kios tempat berjualan cenderamata yang secara umum souvenir yang dijual adalah sama di seluruh Simanindo (terdiri dari ulos, ukiran, kecapi, tunggul panaluan, kaos Simanindo/Samosir, tas motif ulos, baju motif ulos, ukiran tanggal Batak, patung-patung).
Beberapa daerah wisata yang telah dan sedang dikelola di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir adalah :
4.3.1 Tomok
Tomok adalah gerbang bagian Timur dari Pulau Samosir. Desa ini telah dilengkapi sarana pelabuhan ferry yang mampu mengangkat kendaraan bermotor roda dua, empat, maupun bus, truk, dan tronton. Di samping itu juga dilengkapi dengan pusat kedatangan wisatawan, dilayani beberapa guide yang siap melayani para pengunjung tersebut. Dengan bantuan para guide ini, pengunjung akan dibawa berkeliling untuk mengunjungi lokasi-lokasi wisata yang banyak tersebar di Desa Tomok tersebut, namun perlu dicermati adanya beberapa guide yang tidak memiliki kartu tanda pengenal sehingga sangat dimungkinkan para guide yang demikian akan menjadi hambatan bagi pengembangan pariwisata Tomok di kemudian hari.
Atraksi-atraksi dan objek wisata yang menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara seperti sigale-gale, makan Raja Sidabutar , batu persidangan, rumah tradisional Siallagan, pertunjukan tari tradisional.
Pada daerah wisata ini banyak ditemui took-toko souvenir serta hotel-hotel berbintang yang melayani wisatawan, sehingga banyak para wiasatawan merasa seperti di rumah sendiri ketika berkunjung di Tomok ini.
Namun keindahan alam yang sedemikian indahnya kurang didukung dengan kegiatan-kegiatan pagelaran upacara adapt daerah setempat, sehingga banyak wisatawan umumnya yang lama tinggal 1-2 hari tidak menikmati secara langsung upacara adapt dilakukan, sehingga mereka hanya mendapatkan informasi kegiatan tersebut hanya dari para informan/guide yang jumlahnya juga masih sangat terbatas.
Tabel 4.9 Banyaknya Pengunjung yang Masuk ke Kota Tomok
Hari Tanggal Wisatawan Jumlah
(orang) Mancanegara Lokal
Senin 22-Nop. 2010 10 34 44
Selasa 23-Nop. 2010 8 28 36
Rabu 24-Nop. 2010 6 16 22
Kamis 25-Nop. 2010 6 18 24
Jumat 26-Nop. 2010 12 56 68
Sabtu 27-Nop. 2010 24 168 192
Minggu 28-Nop. 2010 32 188 220
Jumlah 98 508 606
Rata-rata 14 72.57 86.57
Sumber : Data Primer, Olahan 2011
Jumlah pengunjung wisatawan mancanegara dalam seminggu sebanyak 98 wisatawan yang didominasi waktu kunjungan hari Sabtu dan Minggu . Rata-rata kunjungan 14 wisatawan perhari.
Pengunjung lokal sebanyak 188 orang berkunjung pada hari Minggu dan 168 wisatawan berkunjung pada hari Sabtu, serta rata-rata pengunjung sebanyak 72 wisatawan per hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guide, komposisi jumlah pengunjung ini dapat berubah hingga mencapai 30% pada hari libur umum, seperti hari liburan sekolah, natal, lebaran, dan tahun baru.
4.3.2 Batu Persidangan
Batu persidangan adalah serangkaian lokasi tempat menahan penjahat di kolong rumah adat, batu kursi mengelilingi batu berupa meja tempat para raja dan tetua desa melakukan interogasi kepada pesakitan, pada empat sudut lokasi interogasi ditempatkan sebuah patung penjaga.
Rangkaian batu selanjutnya adalah batu tempat pembacaan hukuman yang dilengkapi dengan tongkat tunggul panaluan, pedang, pisau, dan buku Batak yang beriskan seluruh peraturan dan ilmu pengetahuan yang berkembang di tengah masyarakat, selanjutnya sebuah batu tempat pemenggalan bahagian tertentu anggota tubuh penjahat, seluruh eksekusi dilakukan di depan dewan penghulu desa.
Desa Siallagan dikelilingi oleh tembok batu tersusun dengan pasangan batu yang saling terkait tanpa perekat semen yang pada masa kejayaannya berfungsi sebagai benteng desa. Untuk memasukinya harus melewati gapura dari batu. Di tengah desa terdapat sederet rumah adat tradisional peninggalan Raja Siallagan. Rumah-rumah tradisional tersebut dirawat dengan baik serta dilakukannya penggantian bahan baku rumah, seperti atap yang dulunya terbuat dari ijuk gampang terbakar pada musim kering sehingga diganti bahannya menjadi seng.
tengah-Rumah adat tersebut tidak dilengkapi dengan kamar-kamar, sehingga ruangan tanpa sekat tersebut memiliki fungsi multi ganda, baik sebagai ruang tidur, ruang makan, ruang memasak, dan ruang keluarga.
Batu kursi Siallagan merupakan tempat eksekusi bagi para tahanan yang melakukan kejahatan seperti pencurian, penganiayaan, pembunuhan, pelecehan seksual dan lain-lain.
Banyaknya pengunjung yang dihitung berdasarkan pintu masuk obyek wisata batu persidangan berbeda setiap harinya. Secara umum pengunjung paling banyak adalah pada akhir pekan atau pada hari-hari libur umum, seperti tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Banyaknya Pengunjung yang Berkunjung ke Batu Persidangan
Hari Tanggal Wisatawan Jumlah
(orang) Mancanegara Lokal
Senin 22-Nop. 2010 6 26 32
Selasa 23-Nop. 2010 5 22 27
Rabu 24-Nop. 2010 4 12 16
Kamis 25-Nop. 2010 4 14 18
Jumat 26-Nop. 2010 10 42 52
Sabtu 27-Nop. 2010 20 122 142
Minggu 28-Nop. 2010 26 136 162
Jumlah 75 374 449
Rata-rata 10.71 53.43 64.14
Sumber : Data Primer, Olahan 2011
Jumlah pengunjung mancanegara dalam seminggu sebanyak 75 orang yang didominasi waktu kunjungan hari Sabtu dan Minggu. Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara perhari sebesar 11 wisatawan. Pengunjung lokal sebanyak 136 wisatawan berkunjung pada hari Minggu dan 122 wisatawan berkunjung pada hari Sabtu. Rata-rata pengunjung sebanyak 53 wisatawan perhari.
4.3.3 Makam Raja Sidabutar
Makam Raja Sidabutar berada di Tomok, makam ini terbuat dari batu utuh tanpa persambungan yang dipahat untuk tempat peristirahatan Raja Sidabutar penguasa kawasan Tomok pada masa itu. Untuk memasuki kawasan pemakaman ini setiap pengunjung akan dihormati dengan cara menyelempangkan ulos Batak pada bahu setiap pengunjung. Pada bahagian makam dilengkapi dengan area tempat duduk pengunjung untuk mendengarkan cerita tentang makam Raja Sidabutar.
Makam Raja Sidabutar terdiri dari dua buah makam ukuran besar, salah satu diantaranya diberi cat berwarna merah dan disampingnya juga ditemui makam yang terbuat dari batu dengan ukuran kecil.
Banyaknya pengunjung yang dihitung mengunjungi makam Raja Sidabutar berbeda setiap harinya, secara umum pengunjung paling banyak adalah pada akhir pekan atau pada hari-hari libur umum, seperti tertera pada table di bawah ini :
Tabel 4.11 Banyaknya Pengunjung yang Mengunjungi Makam Raja Sidabutar
Hari Tanggal Wisatawan Jumlah
(orang) Mancanegara Lokal
Senin 22-Nop. 2010 8 30 38
Selasa 23-Nop. 2010 6 22 28
Kamis 25-Nop. 2010 6 18 24
Jumat 26-Nop. 2010 10 48 58
Sabtu 27-Nop. 2010 22 142 164
Minggu 28-Nop. 2010 29 156 185
Jumlah 85 426 511
Rata-rata 12.14 60.86 73
Sumber : Data Primer, Olahan 2011
Jumlah wisatawan mancanegara dalam seminggu sebanyak 85 orang yang didominasi waktu kunjungan pada hari Sabtu dan Minggu. Rata-rata kunjungan perhari sebanyak 12 wisatawan.
Pengunjung lokal sebanyak 156 wisatawan berkunjung pada hari Minggu dan 142 wisatawan pada hari Sabtu, dan rata-rata kunjungan perhari sebanyak 61 wisatawan.
4.3.4 Pulau Tulas
Menurut cerita rakyat bahwa pulau Tulas belum disentuh oleh manusia sehingga masih original potensi wisatanya. Penduduk Pulau Samosir sangat jarang yang berani mendatangi Pulau Tulas tersebut, karena adanya kearifan tradisional yang mensakralkan pulau tersebut.
Pulau Tulas yang berada di sebelah barat Kota Pangururan, memiliki pemandangan yang indah, memiliki udara yang sejuk seperti daerah lainnya di Kecamatan Simanindo.
Hasil wawancara dengan penduduk obyek wisata ini, rata-rata pengunjung setiap hari ke obyek wisata ini hanya sekitar 12 wisatawan.
4.3.5 Gua Sangkal
Gua Sangkal digunkana sebagai tempat menganyam tikar, khususnya pada malam hari. Wanita-wanita penganyam tikar (bayon) ini selalu bercerita sesamanya (marhusip) tentang segala sesuatu aspek kehidupan etnis Batak (mulai dari kegiatan adat, perjodohan anak, sampai pemakaman kematian seseorang). Lokasi ini menjadi pusat berbagi informasi dan ilmu pengetahuan serta perkembangan adat istiadat bagi kaum ibu. Tempat ini dikunjungi wisatawan rata-rata 20 wisatawan per hari.
4.3.6 Pulau Tao
Pulau Tao adalah sebuah pulau kecil yang membutuhkan 5 menit perjalanan dari Desa Simandindo Sangkal, pulau ini sudah mempnyai restoran, rest house, penginapan dan sangat cocok untuk tempat istirahat, pulau ini banyak ditawarkan sebagai tempat berinvestasi.
Secara umum Pulau Tao hanyalah tempat berdirinya hotel-hotel dan cottage-cottage yang tidak berbintang, serta didesaign menyatu dengan alam disekitarnya, sehingga banyak wisatawan manca negara merasa berada ditengah masyarakat Batak walaupun telah berada didalam hotel.
Pada saat sekarang keberadaan Pulau Tao telah banyak dibenahi yaitu dengan tersedianya restoran-restoran yang menghidangkan makanan barat, hotel-hotel didesaign sesuai dengan selera barat, demikian halnya cottage-cottage, serta diskotik telah banyak di obyek wisata Pulau Tao ini.
Banyaknya pengunjung yang dihitung mengunjungi Pulau Tao ini berbeda setiap harinya, secara umum pengunjung paling paling banyak adalah pada akhir pekan atau pada hari-hari umum, seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Banyaknya Pengunjung yang Mengunjugi Pulau Tao.
Hari Tanggal Wisatawan Jumlah
(orang) Mancanegara Lokal
Senin 22-Nop. 2010 5 14 19
Selasa 23-Nop. 2010 6 8 14
Rabu 24-Nop. 2010 4 4 8
Kamis 25-Nop. 2010 4 6 10
Jumat 26-Nop. 2010 8 18 26
Sabtu 27-Nop. 2010 14 22 36
Minggu 28-Nop. 2010 14 34 48
Jumlah 55 106 161
Rata-rata 7.86 15.14 23
Sumber : Data Primer, Olahan 2011
Jumlah pengunjung mancanegara dalam seminggu sebanyak 55 wisatawan yang didominasi waktu kunjungan pada hari Sabtu dan Minggu. Rata-rata kunjungan 48 wisatawan berkunjung pada hari Minggu dan 36 wisatawan pada hari Sabtu, serta rata-rata pengunjung sebanyak 15 wisatawan perhari.
4.3.7 Tuktuk Siadong
Tuktuk Siadong dianggap sebagai rumah bagi wisatawan, seluruh kenyamanan pelayanan untuk wisatawan dapat dijumpai di Tuktuk Siadong ini, seperti hotel, restoran, diskotik, dan night club.
Demikian hal nya masyarakat Tuktuk Siadong secara umum mulai sadar akan perlunya wisatawan merasa nyaman selama berada di desa mereka, sehingga masyarakat di sekitar desa ini tidak segan-segan membantu wisatawan mendapatkan yang diperlukannya. Begitu juga dengan keamanan yang selalu dijaga secara bersama antara aparat pemerintah, security hotel dan masyawakat, sehingga sangat sulit dijumpai adanya perkelahian antar penduduk, antara pengunjung dengan penduduk setempat.
Kesadaran perlunya wisatawan tetap berada di desa mereka, juga ditunjukkan oleh kaum Bapak/Ibu yang sedang melakukan pesta adat, tidak merasa keberatan jika pesta tersebut diliput oleh para wisatawan, sehingga sering dijumpai pesta adat Batak dengan tamu yang berasal dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Tuktuk Siadong.
Tuktuk Siadong dapat dicapai dengan menyeberangi Danau Toba dari Tiga Raja atau Ajibata melalui ferri atau kapal. Penyeberangan dapat dilaksanakan setiap jam dan kegiatan masyarakat sehari-harinya berhubungan dengan kepariwisataan seperti menjual souvenir di tempat obyek wisata.
Banyaknya pengunjung yang dihitung berdasarkan pintu obyek wisata Tuktuk Siadong berbeda setiap harinya Secara umum pengunjung palaing banyak adalah pada akhir pekan atau pada hari-hari libur umum.
Tabel 4.13 Jumlah Pengunjung yang Masuk ke Tuktuk Siadong
Hari Tanggal Wisatawan Jumlah
Senin 22-Nop. 2010 4 14 18
Selasa 23-Nop. 2010 4 18 22
Rabu 24-Nop. 2010 4 8 12
Kamis 25-Nop. 2010 4 12 16
Jumat 26-Nop. 2010 10 48 58
Sabtu 27-Nop. 2010 20 122 142
Minggu 28-Nop. 2010 28 149 177
Jumlah 74 371 445
Rata-rata 10.57 53 63.57
Sumber : Data Primer, Olahan 2011
Jumlah pengunjung mancanegara dalam seminggu sebanyak 74 wisatawan yang didominasi waktu kunjungan pada hari Sabtu dan Minggu. Rata-rata kunjungan 11 wisatawan perhari, sedangkan pengunjung lokal sebanyak 122 wisatawan berkunjung pada hari Sabtu dan 149 wisatawan pada hari Minggu, serta rata-rata pengunjung setiap hari adalah 53 wisatawan.
4.4 Pengaruh Pariwisata
Pengaruh pariwisata terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo dihitung berdasarkan besarnya lama tinggal wisatawan, belanja wisatawan, keindahan Danau Toba, budaya masyarakat, pendapatan wisatawan.
Pintu masuk utama wisatawan ke Pulau Samosir adalah Desa Tomok yang telah berkembang sebagai tempat wisata, desa ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata berupa hotel/penginapan, tempat penjualan souvenir, adanya guide yang terlatih, penyewaan mobil maupun kereta roda dua, pelabuhan ferri dan kapal wisata dan kapal penumpang umum.
4.4.1 Lama Tinggal Wisatawan
Lama tinggal wisatawan lokal dan mancanegara di Kecamatan Simanindo adalah sangat bervariasi, namun secara umum lama tinggal lama tinggal wisatawan lokal adalah 1,8 hari di Kecamatan Simanindo, namun wisatawan mancanegara lama tinggal secara umum jauh lebih lama yaitu berkisar 5,7 hari, seperti tabel berikut :
Tabel 4.14 Lama Tinggal Wisatawan No Lama Tinggal
(Hari)
Wisatawan Jumlah Persen Mancanegara Lokal
1. 1 – 2 2 46 48 63,15
2. 3 – 4 5 5 10 13,16
3. 5 – 6 6 2 8 10,53
4. 7 – 8 8 0 8 10,53
5. >8 2 0 2 2,63
T o t a l 23 53 76 100,00
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Umumnya wisatawan ini berasal dari Benua Eropah, dengan tujuan wisata bersenang-senang. Wisatawan mancanegara ini berkunjung ke Kecamatan Simanindo setelah memperoleh cuti kerja selama sebulan di negaranya.
Wisatawan lokal dominan berkunjung ke Kecamatan Simanindo dengan lama tinggal 1- 2 hari yaitu sebanyak 46 responden, wisatawan lokal ini umumnya beretnis Batak sebanyak 28 responden, serta bermukim di kota Medan. Responden ini mengunjungi Kecamatan Simanindo karena ingin melihat keindahan alam Danau Toba, serta ingin mengetahui dan mengenali adat-istiadat yang ditinggalkan leluhurnya.
Beberapa kegiatan yang membuat betah para pengunjung adalah tari-tarian budaya masyarakat yang melibatkan langsung para wisatawan, pesta-pesta budaya, agenda tahunan seperti festival layang-layang, pesta Danau Toba, serta event-event lainnya yang dikelola pemilik penginapan dengan koordinasi pemerintah daerah.
Demikian halnya pesta adat pemberian marga kepada para turis asing, perlombaan martonun (perlomabaan membuat ulos), pertandingan solu bolon, pertandingan mengukir obyek-obyek adat. Kegiatan-kegiatan tersebut sering membuat para turis mancanegara menambah masa tinggalnya di Kecamatan Simanindo.
4.4.2 Belanja Selama di Simanindo
Umumnya wisatawan lokal akan membawa souvenir berupa ukiran-ukiran rumah Batak, ukiran-ukiran patung, tongkat panaluan (tongkat Batak), sedangkan wisatawan mancanegara secara umum lebih tertarik membeli souvenir berbentuk kain Batak (ulos Batak), dengan perhitungan lebih mudah di bawa pulang, serta di negaranya sangat sulit ditemukan kain yang ditenun dengan tangan manusia.
Belanja wisatawan selama berada di Kecamatan Simanindo (selain biaya hotel antara lain berupa belanja ukir-ukiran patung, kain ulos, alat musik, kaos bersablon, baju bermotif ulos, tas motif ulos, buku adat istiadat, dokumentasi, transportasi, makanan/minuman, cendera mata lainnya (seperti syal, gantungan kunci, ukiran mini, dompet, bahan pernak-pernik).
Besarnya belanja dari setiap wisatawan sangat bervariasi, secara umum wisatawan lokal lebih banyak menghabiskan uangnya untuk membeli souvenir, sedangkan wisatawan mancanegara lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk biaya makanan-minuman serta trasportasi untuk mengunjungi lokasi-lokasi wisata di Kecamatan Simanindo.
Berdasarkan hasil wawancara, wisatawan mancanegara lebih berkeinginan menikmati keindahan alam yang ada daripada membawa souvenir yang kurang memiliki nilai-nilai keunikan, karena akan memberatkannya selama di perjalanan pulang ke negaranya, dan juga akan menambah biaya ungkos dalam perjalanan, sehingga mereka lebih cenderung hanya menikmati keindahan alam serta keunikan budaya masyarakat.
Rekapitulasi jenis belanjaan wisatawan selama berada di Kecamatan Simanindo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15 Jenis Belanja Wisatawan Selama di Kecamatan Simanindo
No Jenis Belanja LokalWisatawanMancanegara BelanjaTidak Jumlah 1. Ukir-ukiran patung 34 6 36 76
2. Kain ulos 6 20 50 76
3. Alat musik 8 5 63 76
4. Kaos bersablon 42 18 16 76
6. Buku adat-istiadat 14 1 61 76
7. Dokumentasi 48 23 5 76
8. Trasportasi 53 23 0 76
9. Makanan/minuman 53 23 0 76
10. Cendera mata lainnya 28 12 36 76 11. Sumbangan pengelolaan 52 21 3 76 12. Barang-barang antik 2 6 68 76
13. Produk lainnya (layang-layang, ukiran bali, patung penari jawa, wayang kulit)
3 0 73 76
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diperoleh bahwa responden yang berasal dari wisatawan lokal lebih dominan belanja kaos bersablon Danau Toba/Tomok sebanyak 42 wisatawan dari 53 responden, sedangkan wisatawan mancanegara secara umum lebih dominan belanja souvenir berbentuk ulos, yaitu sejumla 20 wisatawan dari 23 responden.
Souvenir yang kurang diminati wisatawan lokal maupun mancanegara adalah jenis belanja baju/tas bermotif ulos. Wisatawan lokal yang membeli produk ini sebanyak 6 responden, dan wisatawan mancanegara yang membelinya hanya sebanyak 2 responden. Hal ini disebabkan mahalnya jenis produk ini, serta bagi wisatawan mancangeara membawa produk tas adalah kurang efektif.
Besarnya pengeluaran selama di Kecamatan Simanindo untuk keperluan belanja di luar biaya hotel adalah seperti tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.16 Belanja Responden Selama di Kecamatan Simanindo
No (Ribuan Rupiah)Belanja (Orang)Jumlah Persen(%)
1 <1.000 14 18,42
2 1.001 – 1.500 28 36,84
3 1.501 – 2.000 12 15,79
4 2.001 – 2.500 12 15,79
5 >2.500 10 13,16
J u m l a h 76 100,00
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa responden yang dominan (sebanyak 28 responden) membelanjakan uangnya di Kecamatan Simanindo antara Rp. 1.000.000,-hingga Rp.
1.500.000,-Namun dijumpai juga responden yang membelanjakan uangnya di atas Rp. 2.500.000,- sebanyak 10 responden (13,16%). Belanja wisatawan lokal secara umum hanya berkisar antara < Rp. 1.000.000,- hingga Rp. 1.500.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-, sedangkan wisatawan mancanegara membelanjakan uangnya umumnya rata-rata Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000,-, bahkan banyak juga > Rp. 2.500.000,-. Keadaan ini selaras dengan besarnya lama tinggal wisatawan mancanegara tersebut di Simanindo.
4.4.3 Keindahan Danau Toba
kategori sangat indah akan diberi bobot 5, responden yang menjawab indah diberi bobot 4, serta menjawab sedang-sedang diberi bobot 3, yang menjawab kurang indah diberi bobot 2, dan yang menjawab tidak indah diberi bobot 1.
Banyaknya responden yang memberikan penilaian terhadap keindahan alam tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.17 Penilaian Responden Terhadap Keindahan Alam Wisata Simanindo
No Penilaian Jumlah
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang tertera pada tabel 4.17 diperoleh bahwa sebanyak 36 responden (47,37%) mengakui keindahan alam wisata Simanindo sangat indah.
Keadaan ini didukung dengan banyaknya selebaran yang berisi tentang keindahan-keindahan alam yang disertai dengan foto-foto lokasi tersebut, sehingga walaupun wisatawan tersebut tidak sampai ke lokasi wisata namun wisatawan tersebut telah mendapat gambaran umum akan keindahan alam daerah wisata tersebut.
4.4.4 Budaya Masyarakat
Keunikan budaya yang disuguhkan di daerah wisata Simanindo secara umum menarik perhatian wisatawan seperti tabel berikut:
Tabel 4.18 Penilaian Responden Terhadap Budaya Masyarakat Di Simanindo No Penilaian (Responden)Jumlah Persen(%)
1. Sangat Menarik 30 39,47
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa responden yang berpendapat beberapa pertunjukan budaya di daerah Simanindo termasuk kategori sangat menarik sebanyak 30 responden (39,47%), demikian halnya responden yang mengatakan menarik sebanyak 17 responden (22,37%).
Keadaan tersebut disebabkan pertunjukan yang disuguhkan oleh pengelola hotel, pemerintah maupun masyarakat setempat sangat jarang ditemui responden di daerah lain.
Pada upacara budaya seperti menari (manortor), wisatawan mancanegara dan lokal diberi kesempatan untuk turut serta dalam upacara tersebut.
berkunjung berulang kali ke Kecamatan Simanindo, oleh pengelola hotel yang didukung tetua masyarakat setempat memberikan marga tertentu bagi para wisatawan mancanegara tersebut.
Responden yang berpendapat sebanyak 8 responden (10,53%) bahwa budaya yang disuguhkan di Simanindo dengan kategori kurang menarik, berpendapat bahwa seni budaya yang disuguhkan terkesan monoton tanpa adanya variasi. Sehingga bagi mereka yang sering ke Kecamatan Simanindo (terutama responden atnis Batak) budaya yang ditampilkan terkesan menjadi kebiasaan belaka, sehingga perlu dikembangkan sistem dan cara penyuguhan seni budaya tersebut.
4.4.5 Pendapatan Wisatawan
Pendapatan wisatawan yang menjadi responden sangat bervariasi antara sesama wisatawan, terutama perbedaan pendapatan wisatawan mancanegara dibandingkan dengan wisatawan lokal. Keadaan ini akan sangat berpengaruh dengan jumlah uang yang dikeluarkannya selama melakukan perjalanan wisata tersebut.
Rekapitulasi pendapatan wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Simanindo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19 Pendapatan Wisatawan Yang Berkunjung Ke Simanindo
No
Sumber : Data Lapangan, diolah 2011
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa pendapatan wisatawan mancanegara dan lokal sangat jauh berbeda. Wisatawan lokal didominasi responden dengan pendapatan sekitar Rp. 3,1 juta – Rp. 4,0 juta sebanyak 30 responden. Wisatawan mancanegara didominasi responden dengan pendapatan Rp. 20,1 juta – Rp. 25 juta per bulan, hanya 2 responden dengan pendapatan sekitar Rp. 5,0 juta – Rp. 10,0 juta.
Berdasarkan besarnya pendapatan tersebut, wisatawan mancanegara cenderung lebih lama waktu tinggalnya di Simanindo, serta jauhnya jarak Simanindo ke negaranya sehingga wisatawan tersebut cenderung tinggal lebih lama lagi. Namun wisatawan mancanegara dengan keterbatasan pendapatannya, sehingga lama tinggalnya juga harus diperhitungkan seefektif mungkin.
4.5 Pengujian Hipotesis
Hasil analisis terhadap pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat seperti pengaruh terhadap terserapnya tenaga kerja, terbukanya kesempatan usaha.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rank scale diperoleh bahwa pengaruh pengembangan wisata terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Simanindo memberikan beberapa hasil seperti tertera pada tabel berikut: