Dimuat pada Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi (JURIDIKTI)- PROPSU-Medan ( ISSN : 1979 – 9640; Volume. 5, No. 2, Agustus 2012, Halaman: 58 – 72.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JENIS MULSA TERHADAP KAPASITAS PEGANG AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) Var. Willis PADA
TANAH ULTISOL SIMALINGKAR
The Effects of Cattle Manure and Kinds of Mulches to Soil Water Holding Capacity and
the Growth of Soybeans (Glycine max L) Var. of Willis on Simalingkar Ultisol.
Dimuat pada Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi (JURIDIKTI)- PROPSU-Medan ( ISSN : 1979 – 9640; Volume. 5, No. 2, Agustus 2012, Halaman: 58 – 72.
Parlindungan Lumbanraja
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 061-4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234,Indonesia.
E-mail: parlindungan_lumbanraja@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan yang berada di Desa Simalingkar B. Ketinggian Daerah ini lebih kurang 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Penelitian berlangsung dari bulan Agustus samapai dengan November 2000.Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Willis, pupuk kandang sapi, fungisida, insektisida, dll.
Diduga bahwa pupuk kandang maupun mulsa jerami padi dan janjang sawit secara tunggal dapat memperbaiki kapasitas pegang air tanah Ultisol Simalingkar dalam upaya memperbaiki pertumbuhan tanaman kedelai. Diduga bahwa interaksi pupuk kandang dengan mulsa jerami padi maupun janjang sawit dapat memperbaiki daya pegang air tanah Ultisol Simalingkar dalam upaya memperbaiki pertumbuhan tanaman kedelai.
K1M1; K1M2; K2M0; K2M1; K2M2, dengan 3 kali ulangan maka ada 27 petak percobaan.Ulangan dilakukan tiga kali, letak masing-masing kombinasi perlakuan dalam barisan ulangan diletakkan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari pengacakan. Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut:
Ykij= µ +kk + ρi+βj + (ρ β)ij+Єkij, (Malau, 2002).
Tanah yang menjadi areal penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari segala jenis rumput atau gulma yang ada dengan babat lalu dibuat petak percobaan dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 27 petak, dengan jarak antar petak percobaan 50 cm dan jarak antar barisan ulangan 100 cm dan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Setelah persiapan petak percobaan dan perlakuannya selesai, selanjutnya dilakukan penanaman dengan jarak tanam sesuai dengan yang tetapkan di atas. Setiap lobang tanam yang dibuat dengan cara menugal, diberi 3 biji benih kedelai yang telah dilumuri degnan Legin, kemudian ditutup dengan tanah. Bersamaan dengan penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar berupa Urea setara 100 kg/ha; TSP setara 200 kg/ha dan KCl setara 100 kg/ha.
Pengambilan para meter pengamatan dilakukan saat tanaman muncul bunga pertama. Sifat fisika tanah yang diamati adalah kadar air tanah dan bagian tanaman yang diamati meliputi: tinggi tanaman pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanamn (m.s.t), bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian pupuk kandang sapi ke dalam tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah dan berat kering bagian bawah tanaman tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah dan bobot kering bagian atas tanaman kedelai. 2. Pemberian mulsa jerami padi dan janjang sawit pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air tanah, bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai, tetapi hanya berpengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t. 3. Pengaruh interaksi kombinasi pemberian pupuk kandang sapi dan jenis mulsa (baik jerami padi maupun janjang sawit) pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah maupun bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai.
Abstract
Hypothesize that cattle manure application, as well as kind of mulches and their combination will effecs soil water holding capacity and growth of soybeans (Glycine max L). Research design with Randomize Complete Block Design, every parameter effect significantly will be continued analized with Duncan’s Multiple Range Test.
Soil physical property that analized is soil water holding capacity. For crop observation had made by measured crops heigt at 3 and 6 weeks after planted, and scaled fresh and dry weight of shoots and roots of soybeans.
The concluding of the research can be explain that: 1. Aplications of cattle manure take effected higly significant to crop observation such as crops fres and dry weight of roots parts of soybeans, but only take affected significantly to soil wetnes as well as to crop observation such as crops height at each week had been being measured, fres and dry weight of shoots parts of soybeans. 2. The treatment of mulches kinds take effected higly significant to soil wetnes as well as to crop observation such as fres and dry weight of shoots and roots parts of soybeans, but only take affected significantly to crop observation such as crops height at each week had been being measured. 3. The interactions of the combinations of both treatment did took effected all parameters had been being observed insignificantly.
Kata kunci: oil palm bunch, mulches, paddy straw, bulk density, porosity, soil wetness.
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Kebutuhan kedelai terus meningkat dan karena produksi dalam negeri masih belum
mencukupi maka bahan ini harus di import juataan ton/tahun-nya dan besranya import ini
meningkat setiap tahun ( Sihombing, 1985 dalam BPPP, 1993; Deptan, 1990 dan Deptan,
1977). Berbagai usaha perlu dilakukan untuk mencukupi kebutuhan bahan pangan di dalam
negeri, satu diantaranya adalah dengan meningkatkan konsumsi non beras, misalnya kedelai.
Sebagai salah satu sumber protein nabati, pengembangan komoditi ini cukup strategis karena
selain nilai gizinya yang tinggi, dapat dikonsumsi atau diolah dengan lebih variatif. Produksi
kita masih harus terus ditingkatkan karena produksi nasional masih tetap rendah
dibandingkan negara lain misalnya Amerika, Brazil, Jepang, dan Taiwan sudah dapat
menghasilkan 3,0t/ha (Sumarno dan Hartono, 1983). Produksi nasional sampai saat ini masih
dibawah 2,5 ton/ha hasil inipun masih merupakan konversi dari hasil petak percobaan.
Sebagai tanaman lahan kering , tanaman ini menghendaki air tanah sekitar kapasitas lapang
hingga pengisian polong, dan tanah agak kering hingga panen (Ibrahim, dkk., 1990).
pengisian polong dapat menggagalkan hasil (Rusdi, 1986). Tanaman ini tumbuh baik pada
tanah dengan kondisi fisik yang baik, seperti struktur tanah yang gembur sehingga tanah
cukup gembur (Ibrahim, dkk., 1990).
Dalam upaya meningkatkan produksi ini dapat dilakukan dengan pengusahaan lahan
kering kurang lebih 123 juta hektar atau kurang-lebih 62% dari luas daratan Indonesia,
(Soepardi, 1983) yang masih tersedia dan belum dimanfaatkan, misalnya lahan terlantar yang
ditumbuhi alang-alang, namun perlu di perhatikan bahwa penanganan lahan kering yang tidak
tepat dapat menyebabkan degradasi lahan.
Masalah utama yang harus disikapi dalam penanganan lahan kering adalah terbatasnya
ketersediaan sumber air untuk kebutuhan tanaman usaha, presipitasi (dalam hal ini hujan)
merupakan satu-satunya sumber persediaan air bagi tanaman usaha pada lahan kering yang
jumlah dan penyebarannya pun tidak merata sepanjang tahun ( Lumbanraja, 1997).
Masalah lain yang dihadapi dalam pemanfaatan lahan kering adalah rendahnya
kapasitas pegang air tanah. Dalam kondisi tanah jenuh , saat air presipitasi melebihi kapasitas
pegang air tanah, air akan memempati pori-pori tanah, sedangkan kita tahu bahwa air pada
pori-pori drainase (aerasi) sebagian besar akan hilang sebagai air drainase sebelum sempat
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai akibat dari sangat kecilnya daya pegang air tanah
tersebut. Jadi diperlukan penanganan tertentu yang dapat meningkatkan daya pegang air
tanah zona perakaran saat hujan dan memperkecil atau bahkan mencegah kehilangan air dari
permukaan tanah oleh evaporasi.
Aplikasi bahan yang dapat memperbaiki sifat –sifat fisik tanah, seperti pupuk kandang
juga penting manfaatnya dalam pembenahan tanah lahan kering. Pemberian pupuk kandang
seperti ini misalnya diketahui mampu memperbaiki beberapa sifat fisik tanah termasuk
didalamnya daya pegang air tanah (Lumbanraja, 1997 dan Darlita et al., 1994)
Selain itu pukulan langsung butir hujan akan menghancurkan agregat tanah, sebagian
dari butir tanah terdispersi akan menyumbat pori-pori tanah, meningkatkan kepadatan
permukaan tanah. Kondisi ini akan mengakibatkan menurunnya daya infiltrasi dan tata air
lainnya sehingga pemasukan air ke dalam tanah yang menjadi persediaan air tanaman
air melalui evaporasi dari permukaan tanah yang terbuka langsung terhadap sinar matahari
dan atau tiupan angin ( Lumbanraja, 1997).
Penutupan permukaan tanah untuk mengurangi kehilangan air dari perkmukaan tanah
melalui evaporasi juga merupakan alternatif lain dalam mengoptimalkan tata air dalam
pengelolaan lahan kering. Selain itu pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa dalam
konservasi tanah dan air terutama untuk melindungi tanah dari pukulan ari hujan untuk
menghindari penghancuran agregat adalah sangat efektif ( Duley, 1939 dalam Schwab, et al.,
1966). Ibrahim, dkk., 1990 menegaskan bahwa mulsa dapat menjaga kelembsaban tanah,
memperlambat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan dari penggunaan pupuk
kandang, mulsa jerami dan janjang sawit dalam upaya memperbaiki potensi penggunaan
Ultisol Simalingkar dalam upaya memperbaiki pertumbuhan Kedelai.
Hipotesis
1. Diduga bahwa pupuk kandang maupun mulsa jerami padi dan janjang sawit secara
tunggal dapat memperbaiki kapasitas pegang air tanah Ultisol Simalingkar dalam
upaya memperbaiki pertumbuhan tanaman kedelai.
2. Diduga bahwa interaksi pupuk kandang dengan mulsa jerami padi maupun janjang
sawit secara tunggal dapat memperbaiki kapasitas pegang air tanah Ultisol
Simalingkar dalam upaya memperbaiki pertumbuhan tanaman kedelai.
Kegunaan Penelitian:
1. Untuk memenuhi tugas Tri Dharma Perguranuan tinggi di Program Studi
Agroekoteknoloogi Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen-Medan
2. Sumber informasi tentang penggunaan pupuk kandang , mulsa jerami padi dan
janjang sawit pada tanah Ultisol Simalingkar terhadap kapasitas pegang air tanah
dan pertumbuhan tanaman kedelai.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan yang berada di Desa Simalingkar B. Ketinggian Daerah ini lebih kurang 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Penelitian berlangsung dari bulan Agustus samapai dengan Nopember 2000.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Willis, pupuk kandang sapi, fingisida, insektisida, dll.
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi, alat olah tanah dalam hal ini cangkul, parang, babat, tugal, timbangan papan nama, meteran, gembor , corong, tali plastik, ember, semprot punggung, bambu, oven, ringsampler dan alat-alat laboratorium lainnya serta alat tulis.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dua faktor dengan tiga Ulangan.
Faktor pertama adalah pupuk kandang sapi (K) yang terdiri dari tiga taraf yaitu:
K0 : Tanpa pupuk kandang
K1 : Pupuk kandang setara dengan 5 ton/ha
K2 : Pupuk kandang setara dengan 10 ton/ha
Faktor kedua adalah pemberian mulsa (M) yang terdiri dari tiga taraf yaitu:
M0 : Tanpa mulsa
M1 : Mulsa jerami padi setara dengan 5 ton/ha
M2 : Mulsa janjang sawit setara dengan 5 ton/ha
Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah 3 x 3 sehingga ada 9 kombinasi perlakuan yaitu:
Ulangan dilakukan tiga kali, letak masing-masing kombinasi perlakuan dalam barisan ulangan diletakkan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari pengacakan.
Metode Analisis
Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut:
Ykij= µ +kk + ρi+βj + (ρ β)ij+Єkij
Ykij: Pengamatan pada krelompok ke-k yang mendapat perlakuan pupuk kandang pada taraf ke-i dan pemberian mulsa pada taraf ke-j
µ: Nilai tengah
Kk: Pengaruh kelompok ke –K
ρi: Pengaruh pupuk kandang taraf ke-i
βj: Pengaruh pemberian mulsa taraf ke –j
(ρβ)ij: Pengaruh interaksi pupuk kandang taraf ke-i degan pemberian mulsa taraf ke-j
Єkij: Pengaruh galat pada ulangan kelompok ke-k dengan pupuk kandang taraf ke-i
dan pemberian mulsa taraf ke-j (Malau, 2002).
Pelaksanaan Penelitian
Petak percobaan
Tanah yang menjadi areal penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari segala jenis rumput atau gulma yang ada dengan babat lalu dibuat petak percobaan dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 27 petak, dengan jarak antar petak percobaan 50 cm dan jarak antar barisan ulangan 100 cm dan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Penanaman
Setelah persiapan petak percobaan dan perlakuannya selesai, selanjutnya dilakukan penanaman dengan jarak tanam sesuai dengan yang tetapkan di atas. Setiap lobang tanam yang dibuat dengan cara menugal, diberi 2 biji benih kedelai kemudian ditutup dengan tanah.Bersamaan dengan penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar berupa Urea setara 100 kg/ha; TSP setara 200 kg/ha dan KCl setara 100 kg/ha.
Adapun permerliharaan tanaman yang dilakukan adalah antara lain: penyiraman, penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kebutuhannya.
Pengamatan Parameter
Pengambilan para meter pengamatan dilakukan saat tanaman muncul bunga pertama.
Parameter Yang Diamati
Parameter Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati meliputi:
1. Kadar Air Tanah
Parameter Tanaman
Bagian tanaman yang diamati meliputi:
1. Tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam (m.s.t) 2. Tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam (m.s.t)
3. Bobot Basah Bagian Atas Tanaman
4. Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman
5. Bobot Kering Bagian Atas Tanaman
6. Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman
Yang dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga, kurang lebih 6 minggu setelah tanam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Kadar Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Pemberian pupuk kandang sapi ke dalam tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah dan berat kering bagian bawah tanaman tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah dan bobot kering bagian atas tanaman kedelai.
Tabel. 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Perlakuan Pupuk Kandang
Parameter Kadar air
tanah (%)
Tinggi tanaman 3
Tinggi tanaman
Berat basah bagian atas
Berat basah bagian
Berat kering
m.s.t (cm) 6 m.s.t (cm) ta naman (g) bawah tanaman (g) bagian atas ta naman (g) bagian bawah tanaman (g) Setara dengan 0
(ton/ha) 21,940 a 33,319 b 88,033 a 38,830 a 11,111 aA 9,415 a 5,637 aA
Setara dengan 5 (ton/ha) 23,928 ab 31,489 a 97,330 ab 39,789 ab 12,056 abAB 10,130 ab 6,174 abAB
Setara dengan 10 ton/ha) 24,751 b 31,956 ab 99,359 b 41,082 b 13,163 bB 10,978 b 6,778 bB
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α 0,05 (huruf kecil) dan α 0,1 (huruf besar)
Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
[image:9.595.67.534.72.194.2]Pemberian mulsa jerami padi dan janjang sawit pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air tanah, bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai, tetapi hanya berpengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t.
Tabel. 2. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Perlakuan Mulsa Parameter
Kadar air tanah (%) Tinggi tanaman 3 m.s.t (cm) Tinggi tanaman6 m.s.t (cm) Berat basah bagian atas ta naman (g) Berat basah bagian bawah ta naman (g) Berat kering bagian atas ta naman (g) Berat kering bagian bawah tanam an (g) Tanpa Mulsa 21,642
aA 31,226 a 90,611 a 38,693 aA 10,926 aA 9,352 aA 5,578 aA
Jerami padi Setara dengan 5(ton/ha) 25,380 bB 33,193 b 102,681 b 41,593 bB 12,918 bB 11,259 bB 6,704 bB
Janjang sawit Setara dengan 5(ton/ha) 23,597 abAB 32,344 ab 91,430 a 39,415 aAB 12,485 bAB 9,911 aAB 6,307 bAB
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α 0,05 (huruf kecil) dan α 0,1 (huruf besar).
Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Kandang dengan Jenis Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah, serta Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Tabel. 3. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Kandang dengan Jenis Mulsa Terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah, serta Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Perlakuan pupuk kandang Perlakuan mulsa
Tanpa mulsa Jerami padi 5
ton/ha
Janjangn sawit 5 ton/ha
Kadar Air tanah (%)
Setara dengan 0 ton/ha 21,777 22,173 21,870
Setara dengan 5 ton/ha 22,063 27,287 22,433
Setara dengan 10 ton/ha 21,087 26,680
26,487
Tinggi tanaman 3 m.s.t (cm)
Setara dengan 0 ton/ha 31,856 35,089 33,011
Setara dengan 5 ton/ha 31,422 31,522 31,522
Setara dengan 10 ton/ha 30,400 32,967 32,500
Tinggi tanaman 6 m.s.t (cm)
Setara dengan 0 ton/ha 86,789 87,533 89,778
Setara dengan 5 ton/ha 93,989 102,067 95,933
Setara dengan 10 ton/ha 91,056 118,444 88,578
Berat basah bagian atas tanaman (g)
Setara dengan 0 ton/ha 36,411 39,911 40,167
Setara dengan 5 ton/ha 39,989 41,344 38,033
Setara dengan 10 ton/ha 39,678 43,522 40,044
Berat basah bagian bawah tanaman (g)
Setara dengan 0 ton/ha 8,489 12,189 12,656
Setara dengan 5 ton/ha 11,989 12,311 11,867
Setara dengan 10 ton/ha 12,300 14,256 12,933
Berat kering bagian atas tanaman (g)
Setara dengan 0 ton/ha 7,678 10,589 9,978
Setara dengan 10 ton/ha 10,000 12,200 10,734
Berat kering bagian bawah tanaman (g)
Setara dengan 0 ton/ha 4,444 6,089 6,378
Setara dengan 5 ton/ha 6,067 6,300 6,156
Setara dengan 10 ton/ha 6,222 7,722 6,389
PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Kadar Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Pemberian pupuk kandang sapi ke dalam tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah dan berat kering bagian bawah tanaman tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah dan bobot kering bagian atas tanaman kedelai (Tabel. 1)
Seperti diketahui atas dasar teori bahwa bahan organik dapat berperan memperbaiki
daya mengikat air tanah, merangsang granulasi agregat tanah, menurunkan plastisitas, kohesi
dan sifat buruk tanah lainnya. Tubuh tanah dengan bahan organik yang cukup banyak adalah
syarat penting didalam pembentukan struktur mikro atau struktur kersai tanah, sebab tingkat
agregasi tanah sangat dipengaruhi oleh pemberian bahan organik. Perbaikan struktur tanah
akan mengakibatkan naiknya porositas total dan akan menimbulkan perubahan distribusi
pori . Bahan organik dalam bentuk humus dari tanaman dan hewan yang diberikan kedalam
tanah akan dapat meningkatkan kemampuan infiltrasi, mengurangi aliran permukaan,
meningkatkan kapasitas menahan air tanah dan air tersedia serta sebagai sumber hara bagi
tanaman. Bahan organik merupakan pemantap agregat tanah, pengatur aerasi dan cenderung
meningkatkan jumlah air tersedia bagi tanaman. Rendahnya bahan organik tanah akan
berakibat buruk terhadap tanaman karena porositas tanah cenderung menurun dan berat jenis
tanah meningkat. Jumlah penambahan bahan organik bukan merupakan jaminan terhadap
perbaikan fisik tanah, sebab hanya beberapa bagian tertentu dari bahan organik yang
berfungsi dalam meningkatkan kestabilan agregat tanah. Susunan dan distribusi bahan
organik boleh jadi yang terpenting. Sebagai contoh polisaccarida bersama dengan lendir, akar
tanaman dan microbia hanya bersifat pengikat agregat sementara; sedangkan akar kasar dan
dan aluminium juga aluminosilikat yang membentuk kompleks organometalik merupakan
pengikat agregat yang kuat dan tahan lama. Agregasi dan kekuatan agregat tanah akan
meningkat dengan penambahan pupuk kandang sebagai salah satu sumber bahan organik
tanah. Kemampuan bahan organik meningkatkan agregasi tanah akan meningkatkan daya
infiltrasi dan menurunkan kepadatan tanah.
Pengaruh pemberian pupuk kandang sebagai sumber bahan organik terhadap sifat
kimia tanah antara lain: sebagai salah satu sumber unsur hara, meningkatkan KTK tanah,
meningkatkan ketersediaan fosfor tanah. Bahan organik juga berpengaruh terhadap sifat
kimia tanah, terutama dalam hal menyerap dan menyediakan kation bagi tanaman. Dilain
pihak bahan organik yang telah melapuk mempunyai kapasitas tukar kation lebih besar
dibandingkan dengan koloida mineral, sihingga koloid organik dapat berfungsi sebagai buffer
dalam tanah. Dari rangkuman beberapa hasil penelitian bahwa penambahan bahan organik
kedalam tanah dapat memperbaiki beberapa hal seperti meningkatkan N total, P tersedia,
C-organik, K-dd, Ca-dd, KTK dan unsur micro seperti Zn dan menurunkan Al-dd dibandingkan
terhadap tanpa perlakuan bahan organik. Terlihat bahwa semakin tinggi taraf bahan organik
dalam tanah cenderung semakain memperbaiki sifat kimia tanah. Tidak dapat dihindari
bahwa saat penambahan bahan organik kedalam tanah, sejumlah mikrobia juga ditambahkan
ke dalm tanah. Agar produktivitas tanah dapat ditingkatkan, harus ada usaha untuk
meningkatkan atau setidaknya mempertahankan kandungan bahan organik tanah, penggunaan
bahan organik di lahan kering, dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman.
tanaman sampai pada umur enam minggu setelah tanam masih sangat terbatas keadaan perakarannya, untuk itu kelarutan hara dalam tanah sangat menentukan dalam memperlancar pergerakan hara menuju daerah perakaran tanaman yang selanjutnya dapat diserap tanaman guna menunjang kebutuhan tanamatersebut bagi pertumbuhannya.
Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Pemberian mulsa jerami padi dan janjang sawit pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air tanah, bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai, tetapi hanya berpengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t. (Tabel. 2)
Sebagaimana diketahui bahwa efisiensi air pada tanah yang terbuka sangat rendah,
namun demikian harus diingat bahwa evaporasi air tanah tidak terjadi hanya dari tanah yang
secara luas terbuka total, tetapi juga dari tiap bagian tanah yang tidak tertutupi oleh
daun-daun tanaman usaha. Untuk menurunkan evaporasi dapat dilakukan dengan penebaran bahan
mulsa dipermukaan tanah, selain menurunkan evaporasi mulsa juga dapat miningkatkan
penahanan air bagi tanah pada saat hujan. Keefektifan mulsa dalam pencegahan evaporasi
dari tanah sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan bahan menutupi permukaan tanah, bahkan
diperoleh bahwa aplikasinya mampu menurunkan erosi (Arsyad, 1989) . Sebagai akibat dari
besarnya daya erosivitas hujan, penutupan tanah agar tidak langsung kena pukulan hujan
dirasa sangat perlu. Fungsinya yang paling utama adalah melindungi permukaan tanah dari
penghancuran pukulan butir hujan sehingga tanah ini akan tetap lebih permeabel dari tanah
yang tanpa mulsa (Lumbanraja, 1989).
Residu mulsa akan cukup berarti untuk mempertahankan kondisi fisik tanah seperti
laju infiltrasi tetap baik karena itu diharapkan bahwa tanah dengan mulsa lebih permeabel
dari tanah tanpa mulsa. Selain mengurangi erosi mulsa juga mempengaruhi suhu tanah,
kemampuan tanah menahan air, menurunkan kekuatan tahanan penetrasi tanah, kemantapan
agregat dan aerasi. Secara fisik mulsa juga dapat berfungsi menurunkan jumlah dan jarak
percikan tanah kalau ada, menurunkan dispersi butir tanah permukaan sehingga mencegah
pengerasan/pengkerakan pada permukaan tanah, menurunkan erosi internal dan penyumbatan
dingin, menurunkan suhu pada musim panas, menjaga/mempertahankan agregat
memperbesar resistensi tanah terhadap erosi, memperbesar porositas tanah, memperbesar
kapasitas infiltrasi, mempercepat air masuk kedalam tanah, menurunkan run off dan erosi,
menurunkan evaporasi bahkan mulsa dapat mengendalikan tanaman pengganggu. Juga
mulsa organik secara kimia akan dapat memberi keuntungan bagi tanah dan tanaman sebagai
sumber unsur hara setelah melapuk dan menjadi bahan organik dalam tanah dengansegala
manfaatnya, sehingga secara biologipun mengaktifkan aktivitas mikrobia tanah, insekta
tanah, cacing tanah dan populasi hewan tanah lainnya.
Dengan perlakuan jenis mulsa ini ada kenaikan kadar air tanah sebesar 17,27% dan 9,03% untuk aplikasi mulsa jerami padi dan mulsa janjang sawit berturut-turut. Namun perlu ditegaskan bahwa hanya penambahan kadar air denga penggunaan mulsa jerami padilah yang berpengaruh sangat nyata, sedangkan pada mulsa dengan abu janjang sawit meski ada penambahan kadar air tanah tetapi penambahan tersebut tidak berbeda nyata terhadap mulsa jerami padi dan juga dengan perlakuan tanpa mulsa. Tapi dari kenyataan di atas tentunya kenaikan kadar air sebagai akibat pemakaian mulsa inilah yang mengakibatkan perbaikan pertumbuhan tanaman kedelai tersebut lebih baik pada setiap parameter pertumbuhan tanaman yang diukur dibandingkan terhadap perlakuan tanaman tanpa pemberian mulsa. Sebagaimana diketahui bahwa kondisi perakaran tanaman sampai pada umur enam minggu setelah tanam masih sangat terbatas keadaan perakarannya, untuk itu kelarutan hara dalam tanah sangat menentukan dalam memperlancar pergerakan hara menuju daerah perakaran tanaman agar dapat diserap tanaman tersebut guna memenuhi keperluan pertumbuhannya.
Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Kandang dengan Jenis Mulsa Terhadap
Kapasitas Pegang Air Tanah, Tinggi, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman Kedelai.
Pengaruh interaksi kombinasi pemberian pupuk kandang sapi dan jenis mulsa (baik jerami padi maupun janjang sawit) pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai (Tabel. 3).
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa peran memperbaiki daya mengikat air
tanah, merangsang granulasi agregat tanah, menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk
tanah lainnya, perbaikan struktur tanah akan mengakibatkan naiknya porositas total dan
akan menimbulkan perubahan distribusi pori, meningkatkan kemampuan infiltrasi,
mengurangi aliran permukaan, meningkatkan kapasitas menahan air tanah dan air tersedia
dan cenderung meningkatkan jumlah air tersedia bagi tanaman. Rendahnya bahan organik
tanah akan berakibat buruk terhadap tanaman, karena porositas tanah cenderung menurun
dan berat jenis tanah meningkat. Jumlah penambahan bahan organik bukan merupakan
jaminan terhadap perbaikan fisik tanah, sebab hanya beberapa bagian tertentu dari bahan
organik yang berfungsi dalam meningkatkan kestabilan agregat tanah. Susunan dan distribusi
bahan organik boleh jadi yang terpenting. Sebagai contoh polisaccarida bersama dengan
lendir, akar tanaman dan microbia hanya bersifat pengikat agregat sementara; sedangkan akar
kasar dan hipa mengikat agregat dalam tempo sedang, dan asam-asam aromatik bersama
dengan besi dan aluminium juga aluminosilikat yang membentuk kompleks organometalik
merupakan pengikat agregat yang kuat dan tahan lama. Agregasi dan kekuatan agregat tanah
akan meningkat dengan penambahan pupuk kandang sebagai salah satu sumber bahan
organik tanah . Bahan organik mampu meningkatkan agregasi tanah dengan demikian akan
meningkatkan daya infiltrasi dan menurunkan berat jenis tanah.
Pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah antara lain: sebagai salah satu sumber unsur
hara, meningkatkan KTK tanah, meningkatkan ketersediaan fosfor tanah. Bahan organik juga
berpengaruh terhadap sifat kimia tanah terutama dalam hal menyerap dan menyediakan
kation bagi tanaman. Dilain pihak bahan organik yang telah melapuk mempunyai kapasitas
tukar kation lebih besar dibandingkan dengan koloida mineral, sihingga koloid organik dapat
berfungsi sebagai buffer dalam tanah. Tidak dapat dihindari bahwa saat penambahan bahan
organik kedalam tanah, sejumlah mikrobia juga ditambahkan ke dalam tanah tersebut.
Untuk menurunkan evaporasi dapat dengan penebaran bahan mulsa dipermukaan
tanah, selain menurunkan evaporasi mulsa juga dapat miningkatkan penahanan air bagi
tanah pada saat hujan. Keefektifan mulsa dalam pencegahan evaporasi dari tanah sangat
dipengaruhi oleh kesempurnaan bahan menutupi permukaan tanah, bahkan diperoleh bahwa
aplikasinya mampu menurunkan erosi . Sebagai akibat dari besarnya daya erosivitas hujan,
penutupan tanah agar tidak langsung kena pukulan hujan dirasa sangat perlu. Fungsinya yang
paling utama adalah melindungi permukaan tanah dari penghancuran pukulan butir hujan
sehingga tanah ini akan tetap lebih permeabel dari tanah yang tanpa mulsa .
Residu mulsa akan cukup berarti untuk mempertahankan kondisi fisik tanah seperti
tanah tanpa mulsa. Selain mengurangi erosi mulsa juga mempengaruhi suhu tanah,
kemampuan tanah menahan air, menurunkan kekuatan tahanan penetrasi tanah, kemantapan
agregat dan aerasi. Secara fisik mulsa juga dapat berfungsi menurunkanjumlah dan jarak
percikan tanah kalau ada, menurunkan dispersi butir tanah permukaan sehingga mencegah
pengerasan/pengkerakan pada permukaan tanah, menurunkan erosi internal dan penyumbatan
pori tanah, mengurangi fluktuasi suhu, mengendalikan frost, meningkatkan suhu pada musim
dingin, menurunkan suhu pada musim panas, memperbesar agregasi, memperbesar resistensi
tanah terhadap erosi, memperbesar porositas tanah, memperbesar kapasitasinfiltrasi,
mempercepat air masuk kedalam tanah, menurunkan run off dan erosi, menurunkan evaporasi
bahkan mulsa dapat mengendalikan tanaman pengganggu . Secara kimiawi akan dapat
memberi keuntungan bagi tanah dan tanaman sebagai sumber unsur hara setelah melapuk dan
menjadi bahan organik dalam tanah dengan segala manfaatnya, sehingga secara biologipun
mengaktifkan aktivitas mikrobia tanah, insekta tanah, cacing tanah dan populasi hewan tanah
lainnya.
yang lebih besar. Pada kombinasi pemberian pupuk kandang pada dosis setara dengan 10 ton/ha dengan mulsa jerami padai dan janjang sawit terjadi peningkatan kadar air 22,5% dan 21,62% berturut-turut dibandingkan terhadap kadar air tanah tanpa perlakuan pupuk kandang maupun mulsa. Jadi dari hasil tersebut jelaslah bahwa memang ada pengaruh perlakuan kombinasi tersebut terhadap parameter yang diukur walaupun dalam hasil penelitian ini belumlah terjadi pengaruh yang nyata dengan uji statistik yang dilakukan, namun pengaruh perlakuan tersebut yang cenderung meningkatkan kadar air tanah dan peningkatan parameter pertumbuhan lainnya yang diamati haruslah dipertimbangkan juga.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Pemberian pupuk kandang sapi ke dalam tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah dan berat kering bagian bawah tanaman tetapi hanya berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah dan bobot kering bagian atas tanaman kedelai.
2. Pemberian mulsa jerami padi dan janjang sawit pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas pegang air tanah, bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai, tetapi hanya berpengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t.
3. Pengaruh interaksi kombinasi pemberian pupuk kandang sapi dan jenis mulsa (baik jerami padi maupun janjang sawit) pada tanah sesuai dengan dosis yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas pegang air tanah, begitu juga terhadap parameter tinggi tanaman 3 m.s.t dan 6 m.s.t, bobot basah maupun bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kedelai.
SARAN
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian pupuk kandang dan jenis mulsa ini untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap hasil kedelai (jadi tidak hanya sebatas pengaruhnya terhadap pertumbuhan saja) pada tanah yang sama ataupun pada tanah yang lain untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). 1993. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Darlita, Naik, S dan Didik, S.B. 1994. Tanggap Kedelai (Glycine max L) Merr. Terhadao penambahan pupuk kandang dan intensitas pemberian air pada Planosol Jakenan (Jawa tengah) di lahan tanadah Hujan.
Departemen Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP), 1990. Teknologi Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia. Bogor.
Departemen Pertanian. 1977. Pedoman bercocok tanam padi, palawija dan sayur-sayuran. Departemen Pertanian. Jakarta.
Ibrahim, M., Sumarno, A.S. Karama dan A.M. Fagi. 1990. Teknologi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Aplikasi Kalsit dan Pupuk Organik Hakiki Terhadap Ca-dd, Al-dd, Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L) Merr pada Ultisol Simalingkar. Fakultas Pertanian.Universitas HKBP Nommensen. Medan.
Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Simalingkar dan Produksi Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen. Medan.
Lumbanraja, P. 1997. Efek Aplikasi Terracottem, Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Pada Alfisol Jonggol Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Tampomas. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Majalah Ilmiah VISI Universitas HKBP Nommensen-Medan, Vol. 5. No. 2. Juni, 1997. Hal.22-43
Lumbanraja, P. 1989. Pengaruh Pemakaian Pasir dan Jerami Sebagai Mulsa Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) var. Lokon. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD). Bandung. PROCEEDING KONGRES NASIONAL V Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI). Medan, 7 – 10 Desember 1989.
Malau, S. 2002. Rancangan Percobaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah (IPB). Bogor.