LAPORAN AKHI R
PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERTANI AN NASI ONAL
PETERNAKAN ( TERNAK KAMBI NG)
ZUL EFENDI
LAPORAN AKHI R
PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERTANI AN NASI ONAL
PETERNAKAN ( TERNAK KAMBI NG)
Zul Efendi
Rusw endi
Sisw ani Dw i Daliani
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Laporan Akhir Tahun 2015 Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan
Pertanian Nasional Peternakan (Ternak Kambing) dapat tersusun. Laporan ini
dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan
kegiatan pendampingan pertanian nasional peternak (ternak kambing) tahun
2015.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini
tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan
sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu
pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini
dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan,
Zul Efendi, S.Pt
LEMBAR PENGESAHAN
1 Judul RPTP/ RDHP/ RKTM : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Ternak Kambing)
2 Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3 Alamat Unit Kerja : Jl. I rian KM 6,5 Bengkulu 38119 4 Sumber Dana : DI PA Tahun 2015
5 Status Penelitian (L/ B) : Baru 6 Penanggung Jawab
a. Nama : Zul Efendi, S.Pt
b. Pangkat/ Golongan : Penata Muda TK I / I I I b c. Jabatan : Peneliti Pertama 7 Lokasi : Kabupaten Kepahiang 8 Agroekosistem : Lahan Kering
9 Tahun di mulai : 2015 10 Tahun Selesai : 2019
11 Output Tahunan : 1. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak kambing
2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing
3. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.
12 Output Akhir 1. Terbentuknya kelompok pembibitan dan penghasil susu kambing PE dan
menjadikan Kabupaten Kepahiang sebagai daerah sumber bibit kambing PE di Provinsi Bengkulu
2. Meningkatkan produktivitas kambing PE di Kabupaten Kepahiang.
13 Biaya : Rp. 40.000.000,- (Empat puluh juta rupiah)
Koordinator Program,
Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP NI P. 19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RODHP
Zul Efendi, S.Pt
NI P. 19690227 200701 1001
Mengetahui : Kepala BBP2TP,
Dr. I r. Abdul Basit, MS NI P. 19610929 198603 1003
Kepala BPTP Bengkulu,
DAFTAR I SI
DAFTAR LAMPI RAN ... v
RI NGKASAN ... vi
SUMMARY ... viii
I . PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Keluaran ... 2
I I . TI NJAUAN PUSTAKA ... 3
I I I . PROSEDUR ... 5
3.1 Lokasi dan Waktu ... 5
3.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 5
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 8
4.1. Karakteristik Wilayah ... 8
4.2. I dentifikasi Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang ... 10
4.3. I dentifikasi Kebutuhan Pendampingan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang ... 11
4.4. Pembuatan dan Penyebaran Media I nformasi Tentang Ternak Kambing ... 12
4.5 Pelatihan Pengisian Kartu Rekording Ternak Kambing ... 12
4.6. Demplot Budidaya Ternak Kambing ... 13
4.7. Pembinaan Kelembagaan Kelompok Tani ... 17
4.9. Pembuatan Grand Design Pembibitan Kambing PE Kabupaten Kepahiang ... 17
V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 23
5.1. Kesimpulan ... 23
5.2. Saran ... 23
KI NERJA HASI L PENDAMPI NGAN ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Data Curah Hujan Kecamatan Kabawetan 5 Tahun Terakhir ... 9 2. Populasi Ternak Besar dan Kecil di Kecamatan Kabawetan Kabupaten
Kepahiang ... 9 3. Kelompok Ternak Kambing yang mendapatkan Paket Pengembangan
Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan ... 11 4. Peningkatan pengetahuan peternak sebelum dan sesudah kegiatan ... 13 5. Kinerja Produksi Ternak Kambing di Kelompok Tani Sidomulyo Desa
Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015
sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan ... 15 6. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing
di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 20 7. Daftar Penanganan Risiko dalam Pelaksanaan Pendampingan
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
1. Kartu Rekording Kambing I nduk, Pejantan dan Anak Muda ... 31
2. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kepahiang yang juga dihadiri oleh Perwakilan Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian Jakarta ... 36
3. Presentasi Grand Design Pembibitan Kambing PE oleh Dr. Bambang Setiadi (Ditjen Peternakan) ... ... 36
4. Sosialisasi Pendampingan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan ... 37
5. Pelatihan Pengsian Kartu Rekording Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan ... 37
6. Kandang Kambing Kelompok Tani Sidomuyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kab. Kepahiang ... 38
7. kandang Kelompok KWT Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang ... 38
8. Kulit Kopi Mineral Blok untuk pakan Ternak Kambing ... 39
9. Pembuatan Silase Rumput Gajah ... 39
RI NGKASAN
1 Judul : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Ternak Kambing).
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3 Tujuan : 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas
ternak kambing.
2. Meningkatkan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing.
3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing. 4 Keluaran : 1. Peningkatan produksi dan produktivitas
ternak kambing.
2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi budidaya ternak kambing.
3. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.
5 Prosedur : 1. Konsultasi internal. 2. Koordinasi dan sosialisasi 3. I dentifikasi kebutuhan teknologi
4. Penyusunan petunjuk pelaksanaan dan materi.
5. Melaksanakan bimbingan teknis 6. Melaksanakan pelatihan
7. Melaksanakan demplot teknologi
6 Capaian : 1. Grand design pembibitan ternak kambing PE
2. Peningkatan populasi, kepemilikan ternak, berat lahir, dan berat sapih ternak kambing. 3. Penurunan angka mortalitas anak dan
induk ternak kambing.
4. Pembenahan administrasi kelompok dan pembentukan paguyupan peternak kambing dengan nama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya.
7 Manfaat : 1. Peningkatan adopsi komponen teknologi sehingga meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani.
2. Semakin baik koordinasi dengan petani dan
stakeholders dan semakin terjamin ketersediaan saprodi diharapkan dapat meningkatkan akselerasi adopsi teknologi. 8 Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan
2. Kawasan yang dibangun mampu menghasilkan multi produk sehingga mampu menciptakan pertanian berbasis bio-industri.
3. Teradopsinya teknologi introduksi oleh petani, peternak, dan penyuluh secara luas dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usahatani berkelanjutan. 9 Jangka waktu : Januari – Desember 2015
SUMMARY
1 Title : National Agricultural Area Development Assistance Ranch (Goat).
2 Work Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology (BPTP) Bengkulu.
3 Destination : 1. To I ncrease the production and productivity of goats.
2. I mproving knowledge about technological innovation goat farming goats.
3. To I mprove the institutional role and function goat herd.
4 Output : 1. I ncreased production and productivity of goats.
2. I ncreased knowledge about
technological innovation goat farming goats.
3. I ncreased institutional role and function goat her
5 Procedure :
1.
I nternal consultations.2. Coordination and dissemination 3. I dentification of technological needs 4. Preparation of guidelines and materials. 5. Carry out technical guidance
6. I mplement training
7. I mplement technology demonstration plot 6 Achievement : 1. Grand design of breeding goats
2. I ncreasing population, livestock ownership, birth weight, weaning weight of cattle and goats.
3. The decline in child mortality and mother goats.
4. Settling administration and formation paguyupan goat herders with livestock owners Representative cluster name Manunggal Jaya.
7 Benefit : 1. I ncreased adoption of technology components thereby increasing
productivity, production and income of farmers.
2. The better coordination with farmers and stakeholders and more assured availability of inputs is expected to increase the acceleration of technology adoption.
multi-product so as to create bio-based agricultural industry.
3. The adoptions technology introduced by farmers, breeders, and extension agents widely in order to increase revenue and realize sustainable farming.
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendampingan merupakan salah satu kegiatan diseminasi teknologi dan
informasi yang dihasilkan oleh BPTP/ Badan Litbang Pertanian. Diseminasi
merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan teknologi/ informasi
hasil litkaji kepada pengguna sehingga teknologi/ informasi hasil litkaji dapat
dimanfaatkan dan diadopsi oleh pengguna. Kegiatan diseminasi dibedakan
menjadi 3 yaitu: peragaan teknologi, komunikasi tatap muka dan pengembangan
informasi. Pemilihan metode diseminasi dan media komunikasi didasarkan pada
pertimbangan efektivitas dan efisiensi (cost efective) untuk khalayak sasaran. Keberhasilan kegiatan litkajibangrap BPTP ditentukan oleh tingkat
pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi oleh pengguna antara dan
pengguna akhir di wilayah kerjanya. Yield gap antara hasil riel di tingkat petani dan hasil pengkajian merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat adopsi teknologi. Semakin tinggi yield gap menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat adopsi teknologi oleh petani.
Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak serta
produktivitas ternak kambing diperlukan suatu sistem pengembangan dan
diseminasi yang dapat mengimplementasikan inovasi teknologi langsung bagi
pengguna, maka diperlukan suatu model pengembangan yang berbentuk
kawasan komoditas terkait. melalui pendampingan dalam suatu wilayah
kawasan komoditas peternakan. Sehingga diperlukan suatu upaya pendekatan
sesuai sistem dengan arahan kebijakan yang berdasarkan apresiasi atau
kebutuhan masyarakat (bottom up), yaitu berupa pendekatan lansung dalam bentuk pendampingan terhadap pengembangan kawasan komoditas
(Kementerian Pertanian, 2014).
Kambing umumnya dipelihara oleh para peternak kecil, karena mempunyai
beberapa keunggulan antara lain: (1) membutuhkan modal yang relatif kecil; (2)
mudah pemeliharaannya; (3) banyak digunakan untuk berbagai acara baik acara
kekeluargaan seperti syukuran maupun acara yang berhubungan dengan ritual
keagamaan dan budaya seperti hewan kurban pada hari raya kurban, khitanan,
aqiqah, dan lain-lain; dan (4) mudah dijual ketika membut uhkan uang kontan
kambing, namun demikian konsumsi daging kambing dan domba per kapita per
tahun terlihat adanya trend penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini yaitu
pada tahun 2006 sebesar 0,64 kg/ kapita tahun dan pada tahun 2009 menurun
menjadi 0,55 kg/ kapita (Dirjen Peternakan, 2011).
Banyaknya jumlah anak kelahiran secara ekonomis menguntungkan
dibandingkan dengan induk yang menghasilkan satu ekor anak saja setiap kali
beranak (Branford 1985; Loka penelitain Kambing Potong). Suatu populasi ternak
kado dapat dikatakan prolifik bila mempunyai rataan jumlah anak lahir > 1,75
ekor/ kelahiran (I nounu dkk, 1997). Sedangkan skala usaha yang direkomendasikan pada perbibitan ternak kambing adalah 1 pejantan 8 induk
(skala 1 : 8). I mplementasi skala usaha 1 : 8 dengan pengaturan secara ketat
perkawinan pada bulan yang berurutan antar induk diharapkan peternak setiap
bulan dapat menjual ternak hingga umur induk sekitar 5 – 6 tahun (Anonim,
1989a, Soejana dan Priyanti, A. dalam Yowono, 2012).
1.2. Tujuan
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak kambing.
2. Meningkatkan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi
budidaya ternak kambing.
3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan kelompok ternak kambing.
1.3. Keluaran
1. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak kambing.
2. Peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang inovasi teknologi
budidaya ternak kambing.
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Ternak kambing adalah ternak ruminansia kecil yang paling dominan
jumlanya populasinya di kembangkan masyarakat dan umumnya merupakan
ternak lokal asli I ndonesia, walaupun demikian ada juga yang berasal dari ternak
impor atau persilangan dengan kambing lokal serta secara umum sudah
beradaptasi dengan baik pada kondisi setempat . Pada pengembangan ternak
ruminansia saat ini telah berkembang usaha yang mengarah pada pola
agribisnis, dimana pada konsep tersebut diarahkan untuk melakukan perubahan
dari keunggulan komparatif (Comparative advantage) menjadi keunggulan kompetif (Competitive advantage) yang mampu secara ekonomis memberikan keunggulan yang diawali dengan keunggulan teknis (Pambudi, et al,. 2001).
Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan
ternak kambing, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam, berupa pakan
yang masih melimpah dan juga limbah pertanian yang belum dimanfaatkan
secara optimal sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak kambing.
Berdasarkan data statistik populasi ternak kambing di Provinsi Bengkulu terjadi
penurunan populasi sebanyak sekitar 45% dalam kurun waktu 2 tahun terakhir
dan berdasarkan kenyataan tersebut diperlukan pengembangan dan
pendampingan budidaya ternak kambing dalam satu bentuk kawasan komodidas,
dimana Kabupaten Kepahiang merupakan wilayah rancangan model
pengembangan kawasan ternak kambing yang termasuk menjadi prioritas
nasional (Kementerian Pertanian, 2014).
Sebagian besar masyarakat perdesaan memandang pemeliharaan ternak
kambing secara sambilan (ekstensif) dan sebagai tabungan hidup yang baru
dmanfaatkan apabila petani membutuhkan pengeluaran yang bersifat m endadak
ataupun sudah direncanakan dalam jumlah relatif besar, pada kondisi ini ternak
kambing yang dipelihara dijual tidak lagi mempertimbangkan penjualan yang
didasarkan pada kriteria teknis maupun efisiensi ekonomi. Namun pemeliharaan
ternak kambing secara ektensif umumnya cenderung tidak menguntungkan,
karena tingkat kematian yang tinggi disertai produktivitas rendah dan disarankan
agar sebaiknya dibudidayakan secara lebih intensif . Menurut Misnawaty (2004)
penggemukan ternak kambing secara intensif yang disertai dengan teknologi
dikembangkan. Disamping itu dilhat dari peluang pasar dan konsumsi daging,
ternak kambing sangat menjanjikan dikembangkan, baik untuk memenuhi
kebutuhan ternak kurban, akikah, maupun untuk keperluan pasar ekspor yang
diperkirakan dalam 10 tahun kedepan sedikitnya ada tambahan permintaan
sekitar 5 juta ternak setiap tahun untuk berbagai keperluan (Badan Litbang
I I I . PROSEDUR
3.1. Lokasi dan w aktu
Pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional peternakan
(ternak kambing) dilaksanakan di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Penetapan Kecamatan Kabawetan sebagai lokasi pendampingan
ternak kambing pada tahun 2015 disesuaikan lokasi pengembangan ternak
kambing oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Kepahiang.
3.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
3.2.1. Persiapan
1. Konsultasi internal. Konsultasi internal meliputi perbaikan RODHP, juknis,
rapat tim teknis yang terlibat dalam kegiatan dan pembuatan bahan yang
dibutuhkan dalam pendampingan serta perencanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Koordinasi dan sosialisasi. Koordinasi Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan Kabupaten Kepahiang,
kegiatan koordinasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan program pengembangan ternak kambing ditingkat provinsi
dan pabupaten, masalah/ hambatan yang di hadapi, kebutuhan teknologi
serta metode dan media desiminasi yang diinginkan oleh peternak. Dengan
terkoordinasinya rencana pelaksanaan program pendampingan kawasan
ternak kambing tingkat provinsi dan kabupaten di harapkan program
pendampingan ini sesuai dengan yang diharapkan.
3.2.2. Pelaksanaan kegiatan
1. I dentifikasi kebutuhan teknologi. I dentifikasi dilakukan pada awal kegiatan
untuk mengetahui karakteristik setiap kelompok sasaran yang akan di
lakukan pendampingan, potensi, permasalahan yang di hadapi para peternak
dalam usaha ternaknya, terutama permasalahan yang berkaitan dengan
teknologi pakan ternak, manajemen dan permasalahan yang lainnya.
Data-data yang di kumpulkan meliputi :
a. Karakteristik kelompok sasaran, teknologi eksisting, kebutuhan teknologi
b. Potensi bahan baku pakan, bibit, limbah kotoran ternak perkiraan jumlah
kebutuhan pakan, bibit bakalan, pupuk organik dan stimulan untuk
mendukung usaha ternak kambing di setiap kelompok.
c. Skala usaha ternak ternak kambing, orientasi usaha ternak, tingkat
pengetahuan limbah usaha ternak (pupuk organiak) dan kelembagaan
pendukung yang akan di kembangkan di setiap kelompok.
2. Penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak), bahan dan materi penyuluhan
yang akan di buat berupa juknis, leaflet dan poster. Juknis yang akan di
sediakan mengenai pemeliharaan ternak kambing, pengolahan pakan,
pengolahan kompos, budidaya hijauan pakan ternak, penggunaan suplemen
dan pengolahan limbah untuk pakan ternak. Post er yang akan di buat
mengenai pengolahan kompos dan pengolahan limbah untuk pakan ternak.
3. Melaksanakan bimbingan temu lapang (apresiasi dan penyebarluasan
teknologi) dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, minat dan
keterampilan petani dalam mengimplementasikan teknologi bidudaya ternak
kambing. Apresiasi dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan
dinas/ instansi terkait petugas lapang, tokoh masyarakat dan
petani/ peternak.
4. Melaksanakan bimbingan penerapan teknologi. Bimbingan penerapan
teknologi terhadap ternak kambing dilakukan oleh peneliti dan penyuluh
BPTP Bengkulu bersama-sama dengan Petugas Dinas setempat yang di
lakukan secara partisipatif. Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk
memberikan bekal keterampilan terhadap peternak dalam hal managemen
pemeliharaan serta teknologi penunjang lainnya.
5. Melaksanakan pelatihan petani dan petugas dilaksanakan untuk menyiapkan
c. Mengembangkan, keterampilan petani dalam aplikasi teknologi usaha
ternak ternak kambing, pengolahan limbah ternak dan limbah pertanian
untuk produksi pakan dan pupuk organik.
6. Melaksanakan demplot teknologi budidaya ternak kambing. Kegiatan yang
akan dilakukan pada demplot adalah: seleksi ternak kambing, manajemen
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Wilayah
Wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
(WKBP3K) Kecamatan Kabawetan meliputi satu Kecamatan Kabawetan. Jumlah
desa/ kelurahan di Kecamatan Kabawetan 16 desa/ kelurahan. Letak BP3K
Kabawetan di Kelurahan Tangsi Baru yang merupakan ibu kota Kecamatan
Kabawetan. Luas wilayah kerja BP3K Kabawetan adalah 6.377 ha dengan batas
wilayah secara administratif sebagai berikut:
a. Sebelah utara dengan wilayah Kabupaten Rejang Lebong
b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Muara Kemumu
c. Sebelah Barat dengan Kecamatan Kepahiang
d. Sebelah selatan dengan wilayah Kecamatan Tebat Karai
Topografi daerah bervariasi, yaitu datar, bergelombang, berbukit yang
curam dengan variasi datar 15% (kemiringan 0-15% ) = 957 ha, miring 30%
(kemiringan 16-30% ) = 1.913 ha, berbukit 54% (kemiringan 31-54% ) = 3.444
ha, dan curam 1% (kemiringan lebih 55% ) = 64 ha.
Jenis tanah ondosol 65% , latasol 30% , sedangkan jenis tanah lain terdapat
5% . Ketinggian tempat 600-1200 meter dpl. Curah hujan hampir merata dengan
rata-rata 5 tahun terakhir 3.945 mm/ tahun dengan jumlah bulan basah 8-10
bulan.
Kondisi I klim
Secara umum Kabupaten Kepahiang merupakan daerah dengan tipe
daerah basah, yaitu dengan curah hujan yang tinggi, khususnya di Kecamatan
Kabawetan termasuk wilayah yang mempunyai daerah curah hujan yang paling
Tabel 1. Data Curah Hujan Kecamatan Kabawetan 5 Tahun Terakhir.
No Bulan
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Januari 307 257 189 269 665
2 Februari 369 368 120 275 485
3 Maret 292 586 281 185 407
4 April 375 161 391 559 372
5 Mei 170 181 238 101 101
6 Juni 190 211 146 182 182
7 Juli 65 254 107 239 239
8 Agustus 126 176 69 65 65
9 September 165 282 185 187 187 10 Oktober 362 290 249 345 345 11 Nopember 379 275 302 490 490 12 Desember 518 328 337 436 436 Jumlah CH Setahun 3.318 3.369 2.614 3.333 3.974 Rata – Rata 276,5 280,75 217,33 277,75 331,17
Pola Usaha Tani
Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 12 Tahun 1982, Tentang
Budidaya Tanaman yang menyatakan bahwa kepada para petani diberikan
kebebasan untuk memilih komoditas yang akan menjadi kegiatan usahataninya.
Kecamatan Kabawetan dengan kondisi agroklimat yang mendukung usahatani
yang beragam untuk diusahakan sepanjang tahun, maka Pola Usahatani dan
Pola Tanam pada lahan sawah dan lahan kering yang diterapkan dalam satu
tahun di WKBP3K Kecamatan Kabawetan tahun 2014 tidak secara spesifik
mengikuti pola tertentu, tetapi petani pada umumnya berorientasi kepada
prospek pasar komoditas yang akan diusahakan.
Data populasi ternak besar, ternak kecil, aneka ternak dan unggas di
WKBP3K Kecamatan Kabawetan tahun 2014 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Ternak Besar dan Kecil di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. 1 Sapi Potong 1.950 2.421 471
2 Sapi Perah 19 23 4
3 Kerbau 67 106 39
4 Kambing 2.112 2.908 796
5 Domba 0 0 0
Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Kabawetan tahun 2014 adalah sebanyak
12.206 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6.336 Jiwa dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 5.870 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.604 KK
yang terdiri dari KK Tani sebanyak 2.957 KK dan KK Non Tani sebanyak 647 KK.
Kelembagaan Petani yang yakni Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok
Tani (GAPOKTAN) serta kelembagaan tani lainnya merupakan mitra bagi
penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan sebagai wahana transfer teknologi
maupun tujuan penyuluhan lainnya. Berdasarkan pendataan kelembagaan petani
untuk masing-masing desa/ kelurahan Kecamatan Kaba Wetan jumlah kelompok
tani dan nama Gapoktannya dalam Wilayah Kerja BP3K Kecamatan Kabawetan
Tingkat Penerapan Teknologi adalah suatu kondisi penerapan teknologi
yang telah dilaksanakan oleh para pelaku utama secara rata- rata dibandingkan
dengan teknologi anjuran yang berlaku saat ini yang secara ideal bisa
dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, efisiensi dan sekaligus
dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang diukur dalam prosentasi jumlah
petani yang telah melaksanakan teknologi tersebut dibandingkan dengan jumlah
petani yang ada di desa bersangkutan.
Data-data Tingkat Penerapan Teknologi yang dimasukkan merupakan
kumulatif rata-rata pada setiap unsur Panca Usaha untuk masing-masing
komoditas yang telah dikompilasi dan dianalisa secara matematis sehingga dapat
ditemukan rata-rata prosesntase pada masing-masing unsur Panca Usaha dan
ditabulasi untuk memudahkan pembacaannya.
Tabel 3. Kelompok Ternak Kambing yang mendapatkan Paket Pengembangan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan.
No Nama Desa Nama kelompok
Jumlah
Bina karya/ Suhadi 19 APBN 2015
2 Mekarsari/ Kabawetan Sidomulyo/ Parijo 19 APBN 2015 3 Sumber sari/
Kabawetan
Sumber Andalan/ Bardi 19 APBN 2015
4 Sukasari/ Kabawetan
Muda Berkarya/ Jajang. S
19 APBN 2015
5 Bukit Sari/ Kabawetan Putera Karya/ Sakat 19 APBN 2015 6 Bandung baru/
Kabawetan
Mandiri Karya/ Muhson 19 APBN 2015
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015
I dentifikasi teknologi eksisting pada kelompok Sidomulyo Desa Mekarsari
Kecamatan Kabawetan kabupaten Kepahiang. Kelompok sidomulyo merupakan
kelompok demplot pendampingan ternak kambing tahun 2015 disamping itu juga
mendampingi kelompok ternak kambing lainnya. Kelompok ternak Sidomulyo
berjumlah 13 orang peternak kambing. Jenis ternak kambing yang dipelihara
adalah kambing PE dan turunan jawa randu, jenis usaha adalah pembiakan
(pengembangan) dengan jumlah kambing sebanyak 82 ekor (13 anak, 23
kambing muda dan 46 dewasa).
Status kepemilikan ternak kambing adalah milik sendiri dan sebagian
merupakan gaduhan. Sistem pemeliharaan intensif dengan rata-rata kepemilikan
6 ekor/ orang. Pakan yang diberikan berupa rumput gajah, gamal, rumput
lapangan dan daun yang dicari dihutan. Sistem perkawinan yang dilakukan
adalah dengan kawin alam, calving interval sepanjang 9 bulan, tingkat mortalitas
induk 1,2% dan mortalitas anak 75% .
4.3. I dentifikasi Kebutuhan Pendampingan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang.
Dari hasil identifikasi kebutuhan teknologi yang dilakukan terhadap
kelompok ternak kambing di Kabupaten kepahiang diketahui bahwa kebutuhan
teknologi yang diperlukan oleh peternak adalah sebagai berikut:
1. Tata laksana pemeliharaan ternak kambing PE. Pada umumnya ternak
kambing PE merupakan ternak yang baru beradaptasi di Kabupaten
dengan ternak kambing yang sudah beradaptasi lama di lokasi seperti
kambing kacang. Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam memelihara
kambing PE dalam hal budidaya adalah seringnya kambing mengalami
kematian yang disebabkan oleh penyakit kembung (bload) , baik pada anak
kambing maupun kambing yang sudah besar.
2. Hijauan Pakan Ternak. Rata-rata peternak kambing di Kabupaten Kepahiang
masih mengandalkan hijauan makanan ternak (HMT) yang diambil
dihutan-hutan sekitar dan sebagian kecilnya sudah mempunyai kebun HMT. Untuk
memenuhi kebutuhan akan hijauan makanan ternak pada masa yang akan
datang, maka akan dibuat kebun hijauan makanan ternak berupa tanaman
leguminosa (gamal dan indigofera).
3. Kelembagaan kelompok ternak belum berjalan sebagaimana mestinya, dimana
pertemuan kelompok belum dilakukan secara rutin, pembukuan juga belum
terlaksana dengan baik dan tempat pertemuannya belum ada.
4.4 Pembuatan dan Penyebaran Media I nformasi Tentang Ternak Kambing
Salah satu metode pendampingan yang dilakukan adalah dengan cara
penyebaran media informasi yang berhubungan dengan ternak kambing. Leaflet
yang dibuat sebanyak 4 judul yang dicetak sebanyak 250 lembar setiap judulnya
yaitu:
a. I ndigofera sp, hijauan bernutrisi tinggi untuk ternak kambing. b. Kulit kopi mineral blok untuk ternak kambing.
c. Penyakit yang sering menyerang ternak kambing.
Kabupaten Kepahiang. Pelatihan dihadiri oleh Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Kepahiang dan perwakilan 12 kelompok penerima bantuan ternak
kambing tahun 2015 (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) di Kecamatan
Kabawetan. Pelatihan ini sangat penting dilaksanakan karena Kaabupaten
Kepahiang dicanangkan sebagai daerah sumber bibit untuk ternak kambing PE di
Provinsi Bengkulu, sehingga dengan adanya recording yang baik diharapkan akan
menghasilkan bibit yang berkualitas. Kartu recording yang disosialisasikan dan
diisi adalah: kartu recording kambing induk, kartu recording kambing pejantan
dan kartu recording kambing muda (jantan dan betina) .
Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peternak dalam menyerap
inovasi teknologi tentang budidaya ternak kambing sebelum dan sesudah
dilakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, maka dilakukan pengukuran
dengan melakukan pengisian kuisioner yang menyangkut tentang pemeliharaan
ternak kambing. Dari 50 orang peserta yang hadir pada saat sosialisasi tersebut,
sebanyak 40 orang (80% ) mengisi kuisioner, sedangkan 10 orang (20% ) tidak
mengisi. Hak ini disebabkan karena sebagian mereka ini tidak tamat SD sehingga
mengalami kesulitan untuk mengisi kuisoner, selain itu juga disebabkan karena
mereka belum menggeluti peternakan kambing. Hasil evaluasi
sosialisasi/ pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan terhadap
peningkatan pengetahuan peternak dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Peningkatan pengetahuan peternak sebelum dan sesudah kegiatan.
No Kriteria Pre-test (% ) Post test (% ) ya tidak ragu ya tidak ragu 1 Pemilihan bibit 45,00 22,50 32,25 70,00 0 30,00 2 Pemberian pakan 55,00 20,00 25,00 87,75 0 12,25 3 Reproduksi 37,50 25,00 37,50 65,00 0 36,00 4 Produksi susu/ pasca
panen
25,00 50,00 25,00 75,00 0 25,00
4 Pengolahan limbah 75,00 12,50 12,50 100,00 0 0
Sumber: data primer yang diolah, 2015
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam pemilihan bibit terjadi peningkatan
pengetahuan tentang bibit kambing yang baik sebesar 25,00% . Pada
pengetahuan tentang pemberian pakan (pakan rumput dan daun-daunan) dan
manfaat konsentrat (dedak) terjadi peningkatan sebesar 32,75% . Dalam hal
produksi susu/ pasca panennya mengalami peningkatan sebesar 50,00% , dan
pada pemahaman peternak tentang pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak
kambing sebagai pupuk organik/ kompos mengalami kenaikan sebasar 25,00% .
Dari semua materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi dan
pelatihan budidaya ternak kambing ini terlah terjadi peningkatan pemahaman
yang cukup baik sehingga diharapkan menjadi modal bagi peternak dalam hal
melaksanakan usahatani ternak kambing pada masa yang akan datang.
4.6. Demplot Budidaya Ternak Kambing PE
Demplot budidaya ternak kambing PE dilaksanakan di Kelompok
Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang.
Kelompok tani Sidomulyo diketua oleh Bapak Parijo dan sekretaris Bapak Norfri
dengan jumlah anggota sebanyak 15 orang. Ternak kambing yang digunakan
adalah kambing milik petani karena kambing bantuan dari Dirjen PKH baru
datang bulan September dan Oktober 2015.
Perbaikan teknologi yang dilakukan adalah:
• Perbaikan kandang: Membuat dinding pada sebagian kandang sehingga angin tidak bebas masuk kekandang, kebersihan dan sanitasi kandang dari
kotoran dan sisa makanan.
• Pemberian pakan berbasis daun-daunan, leguminosa (indigofera) dan mineral blok.
• Pemberian vitamin dan obat cacing
• Pengaturan perkawinan
Setelah dilakukan pendampingan beberapa bulan kepada anggota
kelompok tani baik secara langsung maupun dengan memberikan informasi
Tabel 5. Kinerja Produksi Ternak Kambing di Kelompok Tani Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan
No Parameter Eksisting Pendampingan
1 Populasi Anak 13 ekor, muda 23 ekor, dewasa 46 ekor (total 82 ekor)
Anak 12 ekor, muda 13 ekor dan dewasa 90 ekor (total 115 ekor) 2 Kepemilikan 2 – 20 ekor 4 – 23 ekor 3 Berat lahir 1,9 kg 2,3 kg 4 Calving I nterval 9 bulan 9 bulan 5 Berat Sapih 7,5 kg 9,6 kg
5 Mortalitas anak 75 % 0%
6 Mortalitas induk 1,2 % 0%
7 Jml kelahiran - 12 ekor
8 Jml induk yang bunting - 24 ekor
Sumber: Kelompok tani Sidomulyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang 2015
Populasi awal ternak kambing di kelompok tani Sidomulyo Desa Mekarsari
Kecamatan Kabawetan pada bulan Maret 2015 adalah anak 13 ekor, muda 23
ekor, dewasa 46 ekor (total 82 ekor), sedangkan populasi alkhir pada bulan
November 2015 adalah anak 12 ekor, muda 13 ekor dan dewasa 90 ekor (total
115 ekor) terjadi peningkatan 33 ekor. Peningkatan ini dipengaruhi oleh adanya
ternak kambing yang masukkan melalui program bantuan kambing PE untuk
kelompok pembibitan dan juga adanya penjualan yang dilakukan oleh peternak
terhadap kambing jantan dan induk yang kurang produktif. Jumlah kelahiran
anak selama 8 bulan ini adalah sebanyak 12 ekor, rendahnya angka kelahiran ini
disebabkan oleh petani kurang intensif dalam melakukan pemeliharaan ternak
kambingnya. Petani di Desa Mekarsari pada khususnya dan Kabawetan sebagian
besar umumnya memelihara ternak kambing sebagai sampingan dan banyak
yang menyerahkan tatalaksana pemeliharaan ternak kambing kepada istri dan
anaknya sehingga pendampingan susah dilakukan.
Kepemilikan ternak kambing di kelompok tani Sidomulyo meningkat dari
2 – 20 ekor/ peternak menjadi 4 – 23 ekor/ peternak. Hal ini disebabkan oleh
kelahiran dari anak kambing juga adanya pemasukan kambing yang baru untuk
program pembibitan dari Dirjen Peternakan dan Kesehat an Hewan Kementerian
seiring dengan banyaknya ternak kambing yang sedang bunting dan diperkirakan
akan melahirakan pada bulan depan.
Calving interval (jarak antara kelahiran) ternak kambing di kelompok Sidomuyo Desa Mekarsari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang masih
9 (sembilan) bulan. Hal ini disebabkan oleh para peternak kurang intensifnya
peternak dalam memelihara ternaknya sehingga tidak memperhatikan siklus
birahi ternak kambingnya sehingga mengakibatkan terjadi keterlambatan waktu
perkawinannya. Peternak kambing di kelompok Sidomuyo yang mempunyai
ternak kambing dibawah 5 (ekor) biasanya dikelola oleh anaknya yang laki-laki
sehingga transfer informasi dari BPTP kadang-kadang tidak sampai karena yang
ikut sosialisasi dan pelatihan biasanya adalah bapaknya.
Berat lahir ternak kambing di kelompok tani Sidomulyo Desa Mekarsari
Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang mengalami peningkatan dari 1,9 kg
menjadi 2,3 kg. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan yang berkualitas baik
selama kebuntingan seperti daun-daunan, leguminosa dan mineral blok
dibandingkan dengan sebelum pendampingan yang hanya diberikan rumput
lapangan. Disamping itu juga sanitasi kandang juga sangat berpengaruh
terhadap kinerja produksi ternak kambing.
Berat sapih ternak kambing di kelompok Sidomuyo Desa Mekarsari
Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang mengalami kenaikan dari 7,5
kg/ ekor menjadi 9,6 kg/ ekor. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya perbaikan
pola pemeliharaan (konsumsi pakan) dan pemberian vitamin dan obat cacing.
Hal ini menandakan bahwa dengan manajemen pemeliharaan yang baik
terhadap anak kambing dan induk yang sedang menyusui akan memberikan hasil
yang baik pula.
kedalam kandang ternak kambing. Disamping itu pemberian pakan yang basah
juga diduga menjadi penyebab terjadinya kembung perut pada ternak kambing,
sehingga disarankan agar waktu mengarit hijauan pakan ternak untuk kambing
dilakukan pada waktu hijauan dalam keadaan kering. Untuk angka mortalitas
induk kambing juga mengalami penurunan, dimana sebelumnya angka mortalitas
induk kambing di Desa Mekarsari adalah 1,2 % dan dari bulan Maret sampai
dengan November 2015 menjadi 0% .
4.7. Pembinaan Kelembagaan Kelompok Tani
Kelembagaan sangat penting dalam melakukan usaha tani ternak
kambing di Kecamatan Kabawetan, terlebih lagi Kabupaten Kepahiang akan
dijadikan daerah pengembagan ternak kambing dan sekaligus daerah sumber
bibit kambing PE di Provinsi Bengkulu. Rata-rata kelompok tani di Kecataman
sudah melakukan registrasi di BP4K Kabupaten Kepahiang sebagai syarat untuk
mengajukan bantuan kepada pemerintah. Namun administrasi kelompok belum
berjalan dengan baik sehingga perlu dilakukan pendampingan dan perbaikan.
Pendampingan yang dilakukan terhadap kelembagan kelompok tani ternak
kambing di Kecamatan Kabawetan adalah:
a. Peningkatan frekuensi pertemuan anggota kelompok yang semula 1 – 3
bulan menjadi sekali sebulan.
b. Membenahi buku adimistrasi seperti buku keanggotaan kelompok, buku
tamu, buku surat masuk dan surat keluar, notulen rapat, rencana kerja
kelompok, buku besar catatan keuangan dan buku inventaris kelompok.
c. Pembentukan paguyupan peternak kambing di Kecamatan Kabawetan yang
bernama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya dengan Akta
Notaris tanggal 27 Oktober 2015. Paguyupan ini beranggotakan dari 10
desa yang terdiri dari 12 kelompok peternak kambing di Kecamatan
Kabawetan. Jumlah ternak kambing yang dimiliki oleh paguyupan ini adalah
2.250 ekor betina, 301 ekor jantan dengan total keseluruhan 2.551 ekor
4.8. Pembuatan Grand Design Pembibitan Kambing PE di Kabupaten Kepahiang.
Peningkatan produktivitas kambing akan bersifat permanen apabila diawali
dengan pemanfaatan kambing yang mempunyai keunggulan genetik (kualifikasi
karena itu diperlukan program pembibitan tanpa menguras SDG kambing yang
sudah dilestarikan. Untuk tujuan tersebut pembibitan yang dilaksanakan adalah
pembibitan dalam satu rumpun atau dikenal sebagai pembibitan ternak murni.
Kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap
bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik
terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai
prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di
dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor.
Pembuatan grand design pembibitan kambing PE di Kabupaten Kepahiang
dimaksudkan sebagai acuan dasar utama dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan
Pembibitan Kambing PE di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015- 2019
Tujuan adalah untuk memfasilitasi sarana perbibitan, meningkatkan
pengetahuan/ keterampilan (kompetensi) SDM pembibit, membentuk dan
menguatkan kelompok peternak sebagai kelompok pembibit, menumbuhkan dan
menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok peternak dalam
menerapkan pemurnian dan pelestarian serta menerapkan prinsip-prinsip
pembibitan dan menjadikan Kabupaten kepahiang sebagai wilayah sumber bibit
.
Keluaran adalah termanfaatkannya sarana perbibitan, pengetahuan/ keterampilan
petugas dan peternak dibidang pembibitan meningkat, t erbentuknya calon dan
kelompok pembibit, diterapkannya pemurnian dan pelestarian serta menerapkan
prinsip-prinsip pembibitan oleh peternak baik secara individu maupun kelompok,
tersedianya bibit secara berkelanjutan dan terbentuknya wilayah sumber bibit di
Kabupaten Kepahiang
Sasaran :
a. Jangka Pendek : Tersedianya sarana perbibitan dan penerapan
A. Pembentukan I nstalasi Pembibitan
Pembinaan wilayah sumber bibit kambing PE yang ideal adalah apabila di
setiap wilayah sumber bibit terdapat sebuah Pusat Pembibitan atau “Breeding
Center” kambing PE. Namun kenyataannya adalah tidak semua wilayah sumber
bibit mampu mendirikan suatu Breeding Centre, dan juga ternyata Breeding
Centre belum tentu cocok untuk semua wilayah sumber Bibit. Hal ini karena
ketidakseragaman cara beternak para peternak dan juga karena kondisi wilayah
yang berbeda-beda. Berbagai macam metode pembinaan yang telah dilakukan
selama ini, mulai dari metode yang paling sederhana dan telah dikerjakan
bertahun-tahun, kemudian meningkat dengan suatu penyempurnaan dalam
beberapa segi, sampai kepada suatu metode yang ideal yaitu adanya Breeding
Centre.
Dalam suatu kegiatan pembibitan ternak, dikenal 3 macam strata
peternakan dengan pola piramida sebagai berikut :
1) Strata I : UPT Pembibitan Ternak atau Kelompok I nti selaku penghasil bibit
ternak
2) Strata I I : Grup Peternak Utama/ Plasma, yang berfungsi untuk melipat
gandakan bibit sapi yang dihasilkan oleh UPT/ Kelompok I nti
3) Strata I I I : Grup Peternak Biasa/ Rakyat
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Strata I : UPT/ Kelompok I nti bibit jantan, betina Unggul
Strata I I : Peternak Utama/ KelompokPlasma (selaku Pedigree Multipler)
Jantan, Betina Strata I I I : Peternak Biasa/ Rakyat culling
(kelompok pengembang)
Ternak yang dihasilkan dari Strata ini diharapkan dapat memenuhi kriteria
bibit sapi yang cukup baik. Ternak jantan yang dihasilkan dari Strata I I
diharapkan dapat memperbaiki mutu genetik dari ternak yang berada dalam
strata I I I . Jadi pembinaan wilayah pada Starata I I I terutama ditekankan pada
pejantannya namun tidak tertutup kemungkinannya juga betinanya, yang
langsung dari strata I . Dengan adanya pembinaan secara langsung maupun
tidak langsung terhadap Strata I I I dapat menghasilkan bibit kambing, walaupun
dengan kualitas biasa.
Ada tiga macam bibit kambing yang akan dihasilkan melalui pola ini yaitu:
Strata I : Menghasilkan bibit unggul (elit)
Stata I I : Menghasilkan bibit kambing dengan kualitas relatif lebih baik
Strata I I I : Menghasilkan bibit kambing dengan kualitas standar.
B. Pembentukan Kelompok Plasma/ Dasar
Kelompok Plasma/ Dasar merupakan kumpulan kambing PE terpilih dari
hasil seleksi yang memiliki tampilan luar tertentu (misalnya berat badan, sehat
dan sebagainya) yang terbaik dari populasi yang ada di suatu wilayah atau di
suatu kelompok pembibitan. Tujuan utama pembentukan kelompok plasma/ dasar
adalah mendapatkan kambing-kambing (jantan dan betina) pilihan yang nantinya
mampu menghasilkan keturunan kambing-kambing bibit untuk dikembangkan
sebagai bibit sumber. Kambing-kambing di kelompok plasma/ dasar yang tidak
terpilih sebagai bibit sumber, dikembangkan sebagai bibit kambing di peternak
rakyat.
Ditahapan ini, kambing-kambing terpilih diamati dan dicatat perkembangan
tampilan yang menjadi dasar kriteria seleksi dan data pendukung lainnya. Data
perkembangan ini diperlukan sebagai dasar dalam melakukan seleksi-seleksi
selanjutnya. sampai mendapatkan kambing-kambing terpilih untuk tahapan
seleksi berikutnya, yaitu pembentukan kelompok inti/ elit. Untuk memperoleh
kambing bibit dalam kelompok plasma/ dasar, pada prinsipnya melalui kegiatan,
yaitu :
kambing-kambing F1 yang terpilih dalam seleksi saling dikawinkan untuk untuk
mendapatkan kambing-kambing anakannya (F2), kemudian sesama kambing F2
yang terpilih dalam seleksi saling dikawinkan untuk mendapatkan
kambing-kambing F3, dan seterusnya.
F2 diseleksi lagi, kambing yang terpilih diatur lagi perkawinannya dan
seterusnya sampai mendapatkan kambing dengan kriteria performans yang dikehendaki untuk dijadikan sebagai kambing bibit sumber.
Tujuan seleksi keturunan adalah memperoleh kambing-kambing dengan
performans tertentu (sesuai kriteria yang digunakan untuk seleksi) di atas
rata-rata populasi kelompok plasma/ dasar, kemudian nantinya dikembangkan sebagai
kambing-kambing bibit sumber di tahapan seleksi berikutnya, yaitu kelompok
inti/ elit.
C. Pembentukan Kelompok I nti (Elit)
Kelompok inti/ elit adalah tahapan akhir dari rangkaian program seleksi.
Populasi di kelompok inti/ elit adalah kambing-kambing bibit sumber, yaitu
kambing dengan produktivitas yang tinggi dan keragaman genet iknya kecil. Di
kelompok elit, dilakukan dua kegiatan, yaitu perbanyakan bibit sumber dan
menghasilkan kambing-kambing unggul untuk siap disebarkan ke kelompok
plasma/ dasar dan kelompok pengembang.
Mekanisme seleksi dan pengaturan perkawinan yang dilakukan di tahap
kelompok inti/ elit ini hampir sama dengan di tahap kelompok plasma/ dasar,
tetapi materi kambingnya sudah berupa bibit sumber dan sekecil mungkin
memasukkan kambing-kambing baru untuk digunakan sebagai tetuanya.
Ditahapan kelompok inti/ elit ini sangat dibutuhkan pencatatan yang
lengkap, berurutan dan jelas tentang silsilah/ asal usul dan performans
produktivitas dari masing-masing kambing bibit sumber, karena keturunannya
akan disebarkan sebagai kambing bibit unggul untuk memperbaiki genetik
kambing-kambing di kelompok plasma dan ataupun peternak rakyat, untuk
dijadikan sebagai perbanyakan bibit sumber yang ada.
D. Pembentukan Kelompok Pengembang
Kelompok pengembang adalah tahapan terakhir dari tahapan rangkaian
kambing-kambing bakalan yang akan dikembangkan sebagai sumber penghasil
susu, sehingga menggunakan kambing-kambing indukan milik peternak
rakyat/ swasta dan kambing-kambing pejantan dari kelompok elit. Potensi wilayah
suatu daerah dalam menyediakan pakan, akan menjadi salah satu pertimbangan
utama dalam menentukan tingkat keunggulan kambing pejantan yang akan
digunakan di kelompok pengembang.
Pengaturan perkawinan dan model seleksi yang dilakukan di kelompok
pengembang, adalah mengawinkan kambing indukan di peternak dengan
kambing pejantan dari kelompok elit. Anak-anak kambing yang dihasilkan
diseleksi untuk dibagi menjadi tiga kelompok sesuai performans kriteria seleksi yang digunakan : a) performans sangat bagus sampai bagus diprioritaskan untuk dipertahankan (tidak dipotong) menjadi perbanyakan/ pengganti kambing
V. KESI MPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Demplot budidaya ternak kambing diperoleh peningkatan populasi ternak
kambing, bobot lahir dan bobot sapih, penurunan angka mortalitas anak dan
induk ternak kambing.
2. Terjadi peningkatan pengetahuan peternak dalam hal pemilihan bibit,
pemberian pakan ternak kambing, reproduksi, produksi susu dan pasca
panennya serta pengolahan limbah dan pemanfaatannya sebagai pupuk
organik/ kompos.
3. Pembinaan kelembagaan meliputi menggalakkan pertemuan anggota
kelompok yang semula 1 – 3 bulan menjadi sekali sebulan, membenahi buku
adimistrasi (buku keanggotaan kelompk, buku tamu, buku surat masuk dan
surat keluar, notulen rapat, rencana kerja kelompok, buku besar catatan
keuangan dan buku inventaris kelompok) dan pembentukan paguyupan
peternak kambing di Kecamatan Kabawetan yang bernama Gugus
Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya dengan Akta Notaris tanggal 27
Oktober 2015.
4. Pembuatan Grand Design Pembibitan Ternak kambing PE yang melibatkan
Ditjen Peternakan Perbibitan Kementerian Pertanian, Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Kepahiang, BAPPEDA dan BPTP Bengkulu untuk jangka
waktu 5 tahun.
5.2. Saran
1. Perlu adanya komunikasi yang lebih intensif antara Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Kepahiang dengan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bengkulu dalam rangka pembinaan dan pendampingan kepada
petugas dan peternak dilapangan.
2. Agar Grand Design pembibitan kambing PE di Kabupaten Kepahiang
berhasil dengan baik perlu adanya kerjasama yang baik antara pemangku
KI NERJA HASI L
1. Pembuatan Grand Design pembibitan kambing PE di Kabupaten Kepahiang
untuk lima tahun yang akan datang dengan tujuan untuk menjadikan
Kabupaten Kepahiang sebagai daerah sumber bibit kambing PE di Provinsi
Bengkulu.
2. Pembuatan dan penyebarluasan media informasi berupa folder sebanyak 4
judul masing-masing 250 lembar.
3. Demplot budidaya ternak kambing di kelompok Sidomulyo Desa Mekarsari
Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang menghasilkan peningkatan
populasi ternak kambing, bobot lahir dan bobot sapih, penurunan angka
mortalitas anak dan induk.
4. Pembinaan kelembagaan dengan meningkatkan frekuensi pertemuan
anggota kelompok, membenahi buku adimistrasi (buku keanggotaan
kelompok, buku tamu, buku surat masuk dan surat keluar, notulen rapat,
rencana kerja kelompok, buku besar catatan keuangan dan buku inventaris
kelompok) dan pembentukan paguyupan peternak kambing di Kecamatan
Kabawetan yang bernama Gugus Perwakilan Pemilik Ternak Manunggal Jaya
dengan Akta Notaris tanggal 27 Oktober 2015. Paguyupan ini beranggotakan
dari 10 desa yang terdiri dari 12 kelompok peternak kambing di Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p.
Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014. Data dan Potensi Ternak Kabupaten Kepahiang Tahun 2009-2014. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang. Kepahiang.
Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Perternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan I novasi Pertanian. http: / / ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/ 2011/ 02/ 13/ mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian [ Diakses 22 Juni 2011]
Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.
Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.
Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam Sistem Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi). Bogor.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian.
ANALI SI S RI SI KO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko,
penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara
penanganan risiko baik secara antisipatif maupun rensponsif.
Tabel 6. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015
No Risiko Penyebab Dampak
Program Dinas belum berjalan
Kegiatan pendampingan tidak berjalan dengan baik
2 Peternak tidak mau menerapkan inovasi yang baru
Tingkat pendidikan dari peternak yang rendah
I novasi kurang di terapkan dengan baik
Tabel 7. Daftar Penanganan Risiko dalam Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015
No Risiko Penyebab Penanganan
Program Dinas Belum berjalan
Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan dinas dan instansi terkait lainnya.
2 Peternak tidak mau menerapkan inovasi yang baru
Tingkat pendidikan dari peternak yang rendah
JADWAL KERJA
Tabel 8. Jadwal Kerja Kegiatan
No Uraian kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan RDHP 2 Penyusunan/ pembahasan
perbaikan RODHP 3 Koordinasi
PEMBI AYAAN
Tabel 9. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan
No Uraian Volume Harga
• Bahan pendampingan dan pendukung lainnya
• ATK dan Komputer Supllies
• Fotocopy, jilid, cetak dan dokumentasi
• Materi I nformasi teknologi
1 Paket
2. Honor Terkait Output Kegiatan (521213)
• UHL 3. Belanja Perjalanan Biasa (524111)
• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000).
3 OP 5.000
15.000 15.000
4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
• Uang harian dan transportasi perjalanan keluar provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan
• Penginapan perjalanan ke luar provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan
• Uang harian dalam temu lapang, ekspose dan pertemuan tingkat perani
Tabel 10. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan
• Fotocopy, jilid, cetak dan dokumentasi
• Materi I nformasi teknologi antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)
14.948.350 99,65 100,00
PERSONALI A
Tabel 11. Personalia Kegiatan
No Nama/ NI P Uraian Tugas Keterangan 1 Zul Efendi, S.Pt/ - Bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan penelitian
- Menyusun dan merencanakan operasional kegiatan
Mengkoordinir anggota Tim - Menyusun Laporan
- Melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan.
Penanggung jawab
2. I r. Ruswendi, MP/ - Membantu pelaksanaan kegiatan pendampingan - Membantu analisis data
- Membantu pembuatan laporan bulanan, tengah tahun dan akhir tahun.
Anggota
3. I r. Siswani DD/ - Membantu pelaksanaan kegiatan pendampingan - Membantu analisis data
- Membantu pembuatan laporan bulanan, tengah tahun dan akhir tahun.
Lampiran 1. Kartu Rekording Kambing I nduk, Pejantan dan Anak Muda.
KARTU REKORDI NG KAMBI NG I NDUK
Tgl Kawin
Kawin
Tgl Beranak
Anak Nomor
Pejantan/ straw*
Rumpun Nomor BL (kg) JK
Keterangan:
BL : Bobot Lahir
JK : Jenis Kelamin (J= jantan, B= betina)
Tanggal Keterangan
Keterngan:
Diisi dengan kejadian seperti: penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan
apa da hasil pengobatan), keguguran, dijual dan harga jual, mati, dipotong,
KARTU REKORDI NG KAMBI NG I NDUK
Nama Peternak : Foto Kambing (sisi kiri) Nama Kelompok :
Alamat :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :
Nomor ternak :
Jenis kelamin :
Rumpun : Foto Kambing
(sisi kanan) Tanggal lahir :
Tipe kelahiran :
Tipe sapih :
Nomor induk :
Rumpun induk :
Nomor bapak/ straw :
Rumpun bapak :
TK PJT TB JL (ekor)
Nomor (anak)
BL (kg)
JK (j/ b)
JS (ekor)
BS (kg)
KARTU REKORDI NG KAMBI NG PEJANTAN
Nama Peternak : Foto Kambing (sisi kiri) Nama Kelompok :
Alamat :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :
Nomor ternak :
Jenis kelamin :
Rumpun : Foto Kambing
(sisi kanan) Tanggal lahir :
Tipe kelahiran :
Tipe sapih :
Nomor induk :
Rumpun induk :
Nomor bapak/ straw :
Rumpun bapak :
Umur (bln)
Tanggal PB (cm)
LD (cm)
TP (cm)
BB (cm)
LS (cm) Lahir
3
6
12
18
Keterangan : PB: Panjang Badan; TP: Tinggi pundak; LD : Lingkar dada; BB: Bobot badan; LS: Lingkar scrotum (hanya untuk kambing jantan)
Tanggal Keterangan
Lampiran 2. Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Kepahiang yang juga dihadiri oleh Perwakilan Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian Jakarta.
Lampiran 4. Foto Sosialisasi Pendampingan Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan
Lampiran 6. Kandang Kambing Kelompok Tani Sidomuyo Desa Mekarsari Kec. Kabawetan Kab. Kepahiang
Lampiran 8. Kulit Kopi Mineral Blok untuk pakan Ternak Kambing