• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN

WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

MAMLU’AH NIM. B75212062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Mamlu’ah, NIM. B75212062, 2016. Makna Kenduren Durian

Bagi Masyarakat Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.

Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

Kata kunci: Makna, Kenduren

Penelitian ini menggunakan rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pelaksanaan kenduren durian di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang? 2) Apa makna kenduren durian bagi masyarakat di kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang? Untuk mengidentifikasikan masalah tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penilitian ini menggunakana teknik wawancara secara mendalam kepada informan dan juga dengan teknik observasi seta dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Alferd Schutz. Dimana teori fenomenologi Schutz tidak menempatkan pengalaman hidup seseorang sebagai sebagai kemandirian makna yang dikontruksikan oleh individu secara sadar. Pada hakikatnya makna dari pengalaman hidup seseorang berbeda-beda dan tidak bisa digeneralisasikan.

(6)
(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 25

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 26

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 26

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 28

5. Teknik Pengumpulan Data... ... 30

6. Teknik Analisis Data... ... 31

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... ... 33

H.Sistematika Pembahasan ... 35

(8)

A. Teori Fenomenologi ... 37

B. Mengintip Fenomenologi Secara Umum ... 39

C. Empat Unsur Pokok dari Teori Fenomenologi ... 43

BAB

III

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG ... 46

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 46

1. Letak Geografis Kecamatan Wonosalam ... 46

2. Karakteristik Binaan Kecamatan Wonosalam ... 49

B. Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat Kecamatan Wonosalam ... 55

1. Sejarah Kenduren Durian Di Kecamatan Wonosalam…………...55

2. Lokasi Kenduren Durian Wonosalam………59

3. Pelaksanaan Kenduren Durian ………..61

4. Makna Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam Dalam Prespektif Teori Fenomenologi Alferd Schutz……….67

BAB IV PENUTUP ... 90

A.Kesimpulan ... 90

B.Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Dokumen lain yang relevan

3. Jadwal penelitian

4. Surat keterangan

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat

dipungkiri keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk,

selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari

berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan

dari beberapa kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tersebar di

pulau-pulau Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi

geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran

rendah, pedesaan hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan peradaban

kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat Indonesia yang berbeda.

Pertemuan- pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses

asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis

kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya

agama-agama di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan

Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya yang

tinggi. Tidak saja keanekaragaman kelompok suku bangsa namun juga

(10)

2

dan kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaanya Indonesia dapat

dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara-negara lain.

Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi dan tak

kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia

mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai

sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar

kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang

ada didunia.

Pengertian budaya sendiri adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat

yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari acara hidup itu yaitu

bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam

arti cara hidup masyarakat itu kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita

sendiri. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya

kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti

mengambil bagian dalam suatu kebudayaan. Kebudayaan sendiri juga merupakan

hasil dari proses belajar. Kebudayaan merupakan cara berlaku yang dipelajari.

Kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur

genetis.1

Membincangkan budaya adalah membincangkan seluruh kehidupan

manusia. Budaya mencakup cara manusia berpikir dan bertindak, serta

benda-benda material yang bersama-sama membentuk seluruh kehidupan manusia.

Budaya menunjuk pada kaitan dengan masa lalu dan petunjuk untuk masa depan.

1

(11)

3

Budaya memiliki dua bentuk utama: kebudayaan non material dan kebudayaan

material. Kebudayaan nonmaterial berupa ide-ide yang diciptakan dan

dikembangkan oleh anggota masyarakat. Sedang kebudayaan material berupa

benda-benda fisik yang dibuat oleh anggota masyarakat. Melalui budaya,

masyarakat dan kelompok-kelompok sosial mendefinisikan dirinya dan mencoba

mengembangkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai bersama. Cakupan budaya

sangat luas, meliputi bahasa, kebiasaan, norma-norma, moral, aturan-aturan,

alat-alat, produk-produk, teknologi, organisasi dan institusi. Kita dapat membedakan

individu berdasarkan pada perilaku budaya yang dikembangkan, karena

masing-masing individu cenderung mengembangkan perilaku yang conform (sesuai)

dengan ukuran-ukuran perilaku yang berlaku dalam kebudayaan dimana dia

berasal. Beberapa kebudayaan memiliki perilaku khas budaya yang sangat

menonjol. Kita dapat dengan mudah membedakan orang Madura, orang Jawa atau

orang Batak dari bahasa yang digunakan atau kalaupun bahasa Indonesia yang

dipakai tak jarang logat Madura, Jawa dan Batak masih sangat kental tidak sulit

dibedakan.

Jombang adalah salah satu kota yang beraada di provinsi Jawa Timur

yang selama ini lebih dikenal dengan sebutan kota santri. Julukan tersebut

sangatlah pantas jika melekat pada kota Jombang, karna kota Jombang sendiri

merupakan salah satu pusat dari tumbuh dan berkembangnya pondok-pondok

pesantren. Di kabupaten Jombang sendiri berdiri 4 pondok pesantren yang

memberikan banyak pengaruh terhadap masyarakat Jombang. Di sebelah Jombang

(12)

4

berdiri pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, sebelah timur Ada pondok

pesantren Darul Ulum Peterongan, dan yang terakhir sebelah selatan ada pondok

pesantren Tebu Ireng. Di pondok pesantren inipulah tumbuh dan berkembang

Islam moderat dalam bingkai Nahdlatul Ulama yang dilahirkan oleh keluarga

Hasyim Asyari. Tidak salah jika selama ini kabupaten ini terkenal sebagai

alternatif tujuan wisata religi. Terlebih setelah meninggalnya KH. Abdurrahman

Wahid atau lebih akrab di kenal Gus Dur, area pemakaman beliau menjadi tempat

ziarah bagi banyak orang dari penjuru tanah air yang ingin berdoa di pusaran

bapak pluralisme tersebut.

Namun siapa sangka Kabupaten Jombang juga mempunyai potensi wisata

alam. Siapa yang tidak kenal Wonosalam? Salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Jombang ini terkenal dengan buah duriannya. Kecamatan ini terletak

di dataran tinggi sebelah tenggara kota Jombang. Kecamatan Wonosalam

merupakan penghasil buah durian yang perlu di perhitungkan. Selain itu

kecamatan Wonosalam juga memiliki potensi untuk menjadi daerah wisata

khususnya agrowisata karena mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah

sebagai petani. Tidak hanya buah durian saja yang ada di kawasan Wonosalam,

selain itu kawasan ini juga merupakan penghasil cengkeh, kopi dan pisang.

Begitu banyak potensi yang ada di kawasan Wonosalam ini tidak hanya sekedar

hasil pertaniannya saja, keindahan panorama alam yang dimilikii Wonosalam

sungguh menakjubkan. Bila kita berkunjung ke Wonosalam banyak

tempat-tempat wisata alam yang bisa kita datangi seperti air terjun tretes, gua sigolo-golo,

(13)

5

Mengenai kecamatan Wonosalam sendiri daerah ini merupakan salah satu

daerah penghasil buah durian terbesar di Jawa Timur. Kecamatan Wonosalam

memiliki luas lahan sawah 707,94 Ha dan tegalan 3535,41 Ha. Dan sebagaian

lahan di daerah Wonosalam banyak di manfaatkan sebagai perkebunan buah

durian, jadi tidak heran jika kecamatan Wonosalam merupakan salah satu

penghasil buah durian terbesar di Jawa Timur. Hasil buah durian daerah

Wonosalam pun setiap tahunnya sangat melimpah. Dan hal itulah yang mungkin

menjadi salah satu faktor utama daerah Wonosalam mempunyai acara tahunan

kenduren Wonosalam.

Kenduren atau kenduri yang lebih dikenal dengan istilah selamatan atau

Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu

sebelum masuknya agama ke nusantara. Dalam pratiknya kenduri merupakan

sebuah acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, dengan

tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang

penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang, dan acara

tersebut dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian

dibidang tersebut.

Pesta kenduren durian Wonosalam, setiap tahun Kecamatan Wonosalam

memiliki hajat besar yaitu adanya “Kenduren Wonosalam”. Kenduren Wonosalam

adalah sebuah acara makan duren gratis yang diselenggarakan secara rutin setiap

tahun sekali, sebagai upaya untuk mengenalkan sektor pariwisata di daerah

Wonosalam yang mereka sebut sebagai “Kenduren Wonosalam”. Kata kenduren

(14)

6

memperingati sesuatu, dan duren sendiri yang berarti buah durian. Tetapi bukan

acara hajatan seperti pada umummya seperi makan nasi dan lauk serta berbagai

jajanan melainkan yang di makan adalah durian. Kenduren yang ternyata

bermakna syukuran ini adalah syukurannya masyarakat Wonosalam. Kenduren ini

sendiri salah satu bentuk syukur warga Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Jombang akan hasil panen yang berlimpah dan diharapkan semakin membaik di

tahun-tahun mendatang. Kenduren juga menjadi ajang adu kreativitas setiap desa

di Wonosalam untuk unjuk kebolehan dengan menghias tumpeng segede pondok

di kebun dengan buah durian beserta hasil panennya yang lain.

Yang paling menariknya lagi adalah antusiasme masyarakat untuk

menghadiri festival tahunan ini. Mereka datang dari Jombang, luar Jawa Timur

hingga Aceh pun ikut serta meramaikan kenduren dan rela berbecek-becek dan

berpanas-panasan di tengah lapangan. Bila kita membicarakan acara ini banyak

hal-hal yang menarik yang pasti akan ditemukan dalam acara tahunan yang ada di

Wonosalam ini. Budaya yang mampu menarik banyak minat masyarakat Jombang

khususnya, budaya yang hanya bisa kita jumpai di Kabupaten Jombang. Acara

yang disuguhkan dalam budaya tersebut tidak hanya acara puncaknya saja tetapi

juga ada acara-acara sebelumnya seperti pertunjukan seni kuda lumping, acara

lomba hias dan lomba kualitas buah durian, orkes dangdut jalan sehat bersama

masyarakat se kecamatan Wonosalam. Dan disitu dari pihak pemkab Jombang

sendiri juga menggelar acara UMKM dan gelar minum susu bersama.

Dari situlah ketertarikan peneliti melakukan penelitian tentang kenduren

(15)

7

buahan yang memiliki nilai jual cukup tinggi dan pada umumnya banyak diminati

oleh masyarakat kalangan menengah keatas. Adapun beberapa kalangan

masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah seringkali membeli

durian mungkin dengan jenis yang berbeda dan ukuran yang lebih kecil.

Acara Kenduren Wonosalam sendiri lagi ramai diperbincangkan oleh

masyarakat luas akhir-akhir ini. Entah sejak kapan budaya tersebut dilakukan dan

seperti apa budaya itu dilakukan nantinya peneliti akan mencoba menggali data

sebanyak mungkin dari masyarakat sekitar yang ada di Wonosalam. Acara

tersebut memang hanya digelar setiap tahun sekali setelah musim panen durian.

Karena itulah info yang berkembang sering kali banyak pengunjung yang datang

dari dalam maupun luar kota untuk dapat melihat secara langsung acara kenduren

durian Wonosalam. Adapun biasanya pengunjung datang dari wilayah seperti

Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Surabaya dan Kediri.

Banyaknya masyarakat yang datang dari luar kota Jombang. Hal itu

menunjukkan bahwa semangat dan antusias masyarakat untuk melestarikan

budaya lokal masih sangat kuat, hal itu mereka tunjukan dengan suka rela

menyempatkan waktu dan tenaga untuk ikut meramaikan dan melihat secara

langsung proses berjalanya budaya kenduren durian Wonosalam. Potensi alam

yang melimpah seakan akan menjadi aikon Wonosalam sebagai gudang durian.

Hal tersebut sangat positif bilamana kedepanya nanti masyarakat Wonosalam

mampu menjaga konsistensi penghasil durian terbesar diwilayah Jawa Timur, dan

tidak menutup kemungkinan masyarakat mancanegara nantinya juga akan tertarik

(16)

8

Dari pihak pemerintah kota Jombang sendiri sudah sepatutnya

mendukung penuh budaya kenduren durian Wonosalam. Karena dengan adanya

budaya tersebut Jombang bisa bukan hanya terkenal dengan kota santrinya namun

juga dikenal masyarakat luas karena potensi alamnya. Potensi alam yang

melimpah tanpa adanya dukungan pemerintah juga tidak akan bisa berkembang

dengan baik, dengan adanya sokongan dari pemerintah budaya kenduren durian

Wonosalam akan lebih diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan dari

bermacam-macam daerah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penelitian ini mempunyai rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kenduren durian di kecamatan Wonosalam

kabupaten Jombang?

2. Apa makna kenduren durian bagi masyarakat di kecamatan

Wonosalam kabupaten Jombang?

C. Tujuan Penelitian

Dari beberaparumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Kenduren durian di kecamatan

Wonosalam kabupaten Jombang.

2. Untuk mengetahui makna dari Kenduren durian bagi masyarakat

(17)

9

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini di

antaranya sebagai berikut

A. Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai banyaknya ragam budaya yang ada di indonesia dan mengetahui

lebih dalam tentang makna budaya kenduren durian bagi masyarakat

Wonosalam.

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis

maupun sebagai referensi mengenai seperti apa sejarah, prosesi dan makna

budaya kenduren durian wonosalam.

3. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menjadi penggugah

kesadaran masyarakat bahwa kenduren durian wonosalam merupakan

salah satu acara tahunan yang patut dibanggakan oleh masyarakat

indonesia.

B. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi Dosen,

Mahasiswa Prodi sosiologi, dan peneliti sendiri, sebagai bahan evaluasi

sekaligus sebagai masukan dalam meningkatkan belajar mahasiswa dapat

(18)

10

E. Definisi Konseptual

Sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya

penulisan., serta menghindari adanya perbedaan pendapat atau persepsi.

Maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah dalam judul

proposal dan skripsi.

1. Makna, kata makna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah menerangkan sesuatu yang memiliki arti atau maksud.2

2. Kenduren Durian (Kenduren Wonosalam). Kata kenduren di ambil

dari kata “kenduri yang memiliki arti acara perjamuan makan

untuk memperingati sesuatu, dan duren sendiri yang berarti buah

durian. Tetapi bukan acara hajatan seperti pada umummya seperi

makan nasi dan lauk serta berbagai jajanan melainkan yang kita

makan adalah durian. Kenduren Wonosalam adalah sebuah acara

makan duren gratis yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun

sekali di kecamatan Wonosalam.

F.Telaah Pustaka

A. Penelitian Terdahulu

1. Muhammad Muslih Al Farid

“Makna ritual Budaya Malam 1 Syuro Masyarakat Desa Losari

Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto”. Fakultas Dakwah Program

2

(19)

11

Studi Sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2008. Dan dalam

penelitian sebelumnya lebih fokus membahas mengenai bagaimana

bentuk-bentuk ruwatan malam 1 Syuro yang berupa acara pengajian dan

sholawatan, seperti adanya tanggapan wayang yang dilakukan oleh

masyarakat untuk mengingatkan warga desa tersebut tentang warisan

sejarah para leluhur mereka yang semakin terlupakan oleh kemajuan

zaman. Acara tersebut dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa.3

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

membahas mengenai makna budaya yang ada dalam masyarakat. Yang

memebedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak

pada obyek penelitiannya masing-masing. Jika penelitian sebelumnya

mengenai makna ritual budaya malam 1 Syuro masyarakat desa Losari

kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto. Kemudian perbedaan dari

penelitian-penelitian sebelumnya juga terletak pada segi fokus

permasalahan, maupun teori.

2. Fajar Sandy Darmawan

“Makna Budaya Mahabbahturrasul bagi masyarakat di Desa

Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang”. Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2014

3

(20)

12

Dalam penelitian sebelumnya membahas mengenai makna budaya

Mahabbaturrasul dan apa saja yang ada dalam budaya mahabbaturrasul

dan bagaiaman proses ruwatan-ruwatan dalam acara tersebut.4

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

membahas mengenai Makna Budaya yang ada pada masyarakat. Dan yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak

pada arti tersendiri dari pemaknaan budayanya. Budaya Mahabaturrasul

memiliki makna atau arti di masyarakat sebagai alat untuk mempererat

ukhuwa islamiyah atau mempersatukan umat Islam, sebagai tempat untuk

bersih desa atau biasa disebut Nyadran, kemudian meningkatkan

ketaqwaan kepada Allah SWT dan Rasulnya, memberdayakan bidang

sosial dan kesejahteraan masyarakat, melestarikan budaya yang Islami.

Jika peneliti sebelumnya menegenai bentuk budaya Mahabaturrasul yang

dimulai dengan cara malam kerohanian, pawai ta’aruf, pengajian, lelangan

sumbangan masyarakat. Dan juga makna tersendiri yang ada dalam

budaya Mahabaturrasul yakni mempererat ukhuwa islamiyah atau

mempersatukan umat Islam. Kemudian beberapa perbedaannya dengan

penelitian sebelumnya terletak pada segi fokus permasalahan, metode

penelitian maupun teori.

4

Fajar Sandy Darmawan, Makna Budaya Mahabbahturrasul bagi masyarakat di Desa

Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang, Skripsi, (Surabaya: FISIP UIN Suman

(21)

13

B. Kajian Pustaka

Kenduren Durian

1. Definisi Kenduren/ Kenduri

Kenduren atau Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa,

meminta berkah dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal

dengan istilah selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi

masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama

ke nusantara. Dalam pratiknya kenduri merupakan sebuah acara

berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, dengan

tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari

sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk

datang, dan acara tersebut dipimpin oleh orang yang dituakan atau

orang yang memiliki keahlian dibidang tersebut.

Pada umumnya kenduri dilakukan ba’da shalat Isya’, dan

disajikan sebuah nasi tumpeng dan besek (tempat yang terbuat dari

anyaman bambu bertutup bentuknya segi empat yang dibawah pulang

oleh seseorang dari acara selamatan atau kenduri) untuk tamu

undangan. Pada zaman sekarang, kenduri masih banyak dilakukan

oleh segala lingkup masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun

masyarakat pedesaan. Karena kenduri merupakan sebuah mekanisme

sosial untuk merawat keutuhan, dengan cara memulikan keretakan,

(22)

14

institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak

kepentingan. Dalam kenduri tiap orang menjadi “kita”. Kepala desa

siapapun dia, apapun agama dan aliran politiknya, dia itu “kita”. Dan

karena itu maka dia wajib didukung, kelemahannya ditutup,

kekurangannya ditambah, aibnya jangan dibeberkan kemana-mana.

Pada dasarnya pesan yang tersirat dalam tip jenis kenduri di desa

adalah mengukuhkan makna kekitaan “kita”. Kesatuan sikap dan

cita-citabersama diteguhkan kembali. Dan bila ada memang ada saja

keretakan kecil antara hati dengan hati, maka melalui kenduri

persatuan diperketat. Dengan suapan nasi, bunyi dan isi do’a, dan

dengan salaman tangan yang tulus yang retak itu ditambal dan

menjadi utuh kembali. Kenduri juga merupakan mekanisme sosial

untuk merawat keutuhan, sekaligus melakukan kontrol sosial atas

penyimpangan dari cita-cita bersama tadi. Kenduri juga sebagai salah

satu institusi sosial menampung dan mempresentasikan banyak

kepentingan. Dalam kenduri tak ada pihak yang kalah dan

dikalahkan. Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat

untuk yang didoakan dan keluarganya.5 Di beberapa daerah kenduren

itu sendiri bisa ditemui dengan jenis yang bermacam-macam seperti:

1. Kenduren wetonan (wedalan) dinamakan wetonan karena

tujuannya untuk selamatan pada hari lahir (weton, jawa)

seseorang.

5Bocah. “Arrti kenduren dan maknanya.” Diakses 28 November 2015.

(23)

15

2. Kenduren munggahan. Kenduren ini menurut cerita

tujuannya untuk menaikkan para leluhur.

3. Kenduren likuran. Kenduren ini dilaksanakan pada tanggal

21 bulan Ramadhan, yang dimaksudkan untuk memperingati

Nuzulul Qur’an.

4. Kenduren badan (lebaran/mudunan). Kenduren ini

dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri, pada tanggal 1

Syawal. Tujuananya sama dengan kenduren likuran.

5. Kenduren Ujar. Kenduren ini dilakukan oleh keluarga

tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu. Kenduren

ini biasa dilakukan ketika seseorang telah memperoleh

anugerah.

6. Kenduren Maulud. Kenduren ini dilakukan pada tanggal 12

pada bulan Maulud.

Dalam sebagian besar tradisi kenduren juga dilakukan di

hari-hari besar Islam. Kerap kali kita jumpai dalam berbagai kesempatan

di berbagai daerah mengenai ritual kenduri ini berbeda-beda, baik dalam

bentuk nama, pelaksanaan, konsep yang di pakai bahkan menu

sajiannya. Namun dari kesekian macam ritual tersebut mempunyai nilai

subtansi yang sama, yaitu berdo’a. Baik untuk sang mempunyai hajat

maupun orang lain.

Munajat do’a inilah yang dahulu konon diperoleh dari

(24)

16

Walisongo dalam menyebarkan dawai-dawai sabda ilahi melalui produk

agama-Nya yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Fenomena sublimasi nilai ritual

dan budaya ini jika ditinjau dari aspek sosio historis adalah

dikarenakana munculnya tradisi kepercayaan di nusantara ini banyak

dipengarui oleh pengungsi dari Campa yang beragama Islam.

Kenduren memangsebuah tradisi yang masih dipertahankan

hingga saat ini. Meskipun terkesan sederhana, tradisi ini memang

memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga positif secara sosial

kemasyarakatan karena dapat memperkuat ikatan silaturrahmi satu sama

lain. Tidak heran jika tradisi dan budaya ini dikatakan sebagai tradisi

dan budaya yang sangat merakyat.

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba membahsa lebih

dalam mengenai kenduren durian. Kenduren durian ini merupakan acara

tahunan yang digelar di kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang.

Jadi kenduren ini merupakan acara hajatan atau selamatan masyarakat

Wonosalam. Acara ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat

setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen/alam yang

melimpah. Dan hidangan yang disuguhkan berupa buah durian jadi

banyak masyarakat yang menyebut sebagai kenduren durian.

(25)

17

Membincangkan budaya adalah membincangkan seluruh

kehidupan manusia. Budaya mencakup cara manusia berpikir dan

bertindak, serta benda-benda material yang bersama-sama membentuk

seluruh kehidupan manusia. Budaya menunjuk pada sebuah kaitan masa

lalu dan petunjuk untuk masa depan.6 Berbeda dengan dunia binatang yang

sudah jadi dan selesai, dunia tidaklah tetap. Ini dunia yang belum jadi dan

manusialah yang diminta untuk membangunnya. Manusia terlahir dalam

dunia yang telah disediakan untuk berubah dan dikelola.

Tindakan-tindakan yang pada binatang bersifat instingtif, pada manusia dipikirkan

ulang, dimaknai dan dirubah. Makan, minum, seksualitas dan reproduksi.

Manusia tidak lagi instingtif, tapi reflegtif sehingga terus mengalami

pergeseran makna dan perubahan dalam mengrkspresikannya dalam

kehidupan manusia. Aktifitas manusia dalam membangun dunianya inilah

yang disebut kebudayaan.

Kebudayaan merupakan aneka ragam tingkah laku, pola

pikiran, pergaulan, dan keserasian dalam hidup yang diterima atau

diperbuat oleh anggota masyarakat, sehingga mereka menjadi berbeda dari

masyarakat lainnya. Termasuk juga dalam hal kecenderungan yang

dilakukan oleh anggota masyarakat dan sesudah generasi-generasi

berikutnya, dengan jalan adanya ikatan dan pengaruh sosial atau dengan

cara memindahkan pengalaman-pengalaman tadi dari satu generasi

kegenerasi lainnya. Bahkan terkadang mereka saling menukar pengalaman

6

(26)

18

tadi atau membenahinya sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi

maupun kebutuhan-kebutuhan mereka. Akan tetapi yang penting dan perlu

digaris bawahi, bahwa inti pengalaman tersebut tetap serasi. Namun ada

pula satu pandangan lain yang mengatakan, bahwa kebudayaan itu adalah

ungkapan tentang sesuatu bentuk yang memiliki unsur-unsur materi dan

ide atau gagasan, dan kedua-duanya saling mempengaruhi satu dengan

yang lainnya.

Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.

Setiap hari manusia senantiasa berhubungan dengan unsur-unsur tertentu

dari kebudayaan yang berlaku didalam masyarakat.7 Kebudayaan itu hidup

dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Demikian bahwa

kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masyarakat,

sebab kebudayaan hidup dan berkembang dengan subur ditengah-tengah

masyarakat. Kebudayaan merupakan tata kelakuan dan hasil kelakuan

manusia, sedangkan masyarakat merupakan tempat manusia untuk

melakukan suatu tindakan atau perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain,

kebudayaan tanpa masyarakat tidak ada. Sebaliknya kebudayaan

mempunyai kegunaan yang sangat besar sekali bagi manusia didalam

masyarakat. Manusia didalam masyarakat memerlukan kepuasan, baik

dibidang spiritual maupun dibidang material. Kebutuhan tersebut pada

dasarnya bersumber dari kebudayaan yang telah dibentuk oleh manusia itu

sendiri

7

(27)

19

Karena pengertian kebudayaan sangatlah luas, maka

Koentjaraningrat merumuskan sedikitnya ada tiga wujud kebudayaa.

1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.

2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah ide, sifatnya abstrak, tak dapat diraba

lokasinya ada di kepala kita masing-masing. Wujud kedua adalah kelakuan

berpola dari manusia dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan

kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain.

Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola menurut pola-pola tersebut

berdasarkan adat-istiadat. Wujud ketiga adalah hasil karya manusia.

Wujud ini sifatnya paling kongkrit, nyata dapat diraba, dan dilihat. Wujud

ketiga ini tidak perlu banyak keterangan lagi, sebab setiap orang bias

melihat, meraba dan merasakannya.

Ketiga wujud kebudayaan diatas, apabila dirinci secara khusus

kedalam unsur-unsurnya, maka kebudayaan tersebut sedikitnya ada tujuh

unsur yakni:

1. Sistem religi dan upacara keagamaan

2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan

3. Sistem pengetahuan

4. Bahasa

(28)

20

6. Sistem mata pencaharian hidup

7. Sistem teknologi dan peralatan

Wujud kebudayaan diatas mempunyai kegunaan yangsangat besar

bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus

dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya

kekuatan alam, kekuatan didalam masyarakat sendiri yang tidak selalu

baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan

cipta masyarakat dapat digunakan untuk melindungi manusia dari

anacaman. Di samping itu kebudayaan dapat dipergunakan untuk

mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia sebagai anggota

masyarakat. Kemudian, tanpa kebudayaan, manusia tidak bias membentuk

peradaban seperti apa yang kita punyai sekarang.8

Budaya memiliki dua bentuk utama yaikni kebudayaan

nonmaterial dan kebudayaan material. Kebudayaan nonmaterial berupa

ide-ide yang diciptakan dan dikembangkan oleh anggota masyarakat.

Sedang kebudayaan material berupa benda-benda fisik yang dibuat oleh

anggota masyarakat. Melaui budaya, masyarakat dan kelompok-kelompok

sosial mendefinisikan dirinya dan mencoba mengembangkan perilaku

sesuai dengan nilai-nilai bersama.9 Cakupan budaya sangat luas, meliputi

bahasa, kebiasaan, norma-norma, moral, aturan-aturan, alat-alat, teknologi,

produk-produk, organisasi dan institusi.10 Kita dapat membedakan

8

Wahyu M.S, Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: 2000), 46.

9

Much. Ismail dkk., Pengantar Sosiologi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 37.

10

(29)

21

individu berdasarkan pada perilaku budaya yang dikembangkan, karena

masing-masing individu cenderung mengembangkan perilaku yang

conform (sesuai) dengan ukuran-ukuran perilaku yang berlaku dalam

kebudayaan dimana dia berasal. Beberapa kebudayaan memiliki perilaku

khas budaya yang sangat menonjol. Kita dapat dengan mudah

membedakan orang Madura, orang Jawa atau orang Batak dari bahasa

yang digunakan.

Menurut Koentjaningrat, kata kebudayaan berasal dari kata

sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi

yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan

sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kebudayaan

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal

sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi

daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga “budaya” yang berarti “daya

dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dalam disiplin ilmu

antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja.

E. B. Taylor dalam tahun 1871 pernah mencoba untuk memberikan

definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan adalah

kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

(30)

22

didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.11

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardji merumuskan kebudayaan

sebagai semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan

jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk

menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan

pada keperluan masyarakat.

Secara sosiologis tiap manusia dalam hidupnya senantiasa memiliki

kebudayaan. Artinya konsep tentang kebudayaan hanya ada pada

kelompok-kelompok pergaulan hidup individu dalam masyarakat. Dapat

dijelaskan bahwa kebudayaan berfungsi mengatur agar manusia dapat

memahami bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku, berbuat untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat

Kebudayaan sebagaimana diterangkan diatas, akhirnya dapat

dipandang sebagai suatu kumpulan pola-pola tingkah laku manusiayang

bersandar sebagai daya cipta dan keyakinan untuk keperluan hidup dalam

masyarakat

3. Karakteristik Kebudayaan

a. Berbasis pada simbol

Ekspresi kebudayaan selalu berupa ekspresi simbolik karena yang

penting dari budaya itu bukan ekspresinya tapi makna yang terkandung dari

11

(31)

23

ekspresi budaya. Sisi penting dari simbol adalah makna yang ditunjuk oleh

simbol itu, bukan simbol itu sendiri.12

b. Dimiliki Bersama

Kebudayaan diciptakan dan dikembangkan oleh satu komunitas

masyarakat tertentu secara bersama-sama, bahkan kerja individual. Itu

sebabnya suatu komunitas yang telah menetap disuatu wilayah tertentu

dalam waktu yang relatif lama akan mengembangkan ekspresi budaya yang

bersifat khas dan berbeda dengan komunitas masyarakat lain.

Kepemilikan bersama kebudayaan membuat budaya mampu

melampaui ruang dan waktu. Dalam konteks ruang, ekspresi budaya yang

muncul pada satu wilayah tertentu dapat saja berkembang dan diikuti oleh

banyak orang di wilayah lain.

c. Dipelajarai dan Diwariskan

Kebudayaan dipelajari dan diwariskan melalui proses interaksi

sosial. Proses ini disebut dengan sosialisasi. Sosialisasi menunjuk pada

proses penyampaian nilai-nilai kebudayaan dari masyarakat pada

individu-individu yang menjadi anggota masyarakat. Proses sosialisasi tersebut

dilakukan oleh agen-agen sosialisasi. Agen sosialisasi terutama adalah

orang-orang yang secara sosial dilegitimasi oleh masyarakat untuk menjadi

penjaga nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Proses pewarisan kebudayaan

ini menjamin kelestarian kebudayaan. Masyarakat memiliki kecenderungan

12“Culture”

(32)

24

untuk melestarikan kebudayaan yang dimilikinya sehingga dapat mencapai

tingkat kemapanan tertentu.

d. Bersifat Adaptif

Kebudayaan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan berbagai keadaan. Tingkat kemampuan itu berbeda-beda antara satu

masyarakat dengan masyarakat lain. Ada masyarakat yang memiliki budaya

dengan kemampuan adaptasi yang sangat tinggi. Ini karena nilai-nilai

budaya yang dimiliki cenderung bersifat lentur dan terbuka.

Kebudayaan memang diwariskan dan dilestarikan, hanya saja

manusia tidak sekedar menerima dan mewariskan kebudayaan tapi juga

merubahnya. Perubahan itu dilakukan dalam rangka proses adptasi dengan

kebutuhan masyarakat. Itu sebabnya, cerita tentang kebudayaan adalah

cerita tentang perubahan-perubahan.13

G. Metode Penelitian

Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode

merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang

diinginkan.14 sedangkan definisi penelitian sosial sendiri adalah berasal

dari kata “research” (bahasa inggris) berasal dari kata “reserare” (bahasa

latin) yang berarti mengungkapkan. Secara etimologis, kata “research”

(penelitian, riset) berasal dari kata “re” dan “to search”. Re berarti

kembali dan to search berarti mencari. jadi, secara etimologis, penelitian

13

Much. Ismail dkk., Pengantar Sosiologi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 40.

14

(33)

25

berarti mencari kembali. Namun makna yang terkandung dalam kata

“research”jauh lebih luas dari pada sekedar mencari kembali atau

mengungkapkan. Namun dari berbagai definisi yang ditawarkan, ada

beberapa hal yang disepakati yaitu: penelitian adalah satu proses

penyelidikan, sistematis dan metodis, penelitian sebagai solusi atas suatu

masalah dan meningkatkan pengetahuan.15

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

metode kualitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif karena, peneliti

ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan

terperinci. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan),

analisis data berupa induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.16

Menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya untuk untuk

menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya didalam dunia, dari segi

konsep, prilaku, presepsi,dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Kembali pada definisi disini dikemukakan tentang peranan penting apa

15

Ulber Silalahi, Metode Peneletian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), 2.

16

(34)

26

yang seharusnya diteliti yaitu konsep, prilaku, presepsi dan persoalan

tentang manusia yang diteliti.17

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Jombang. Adapun alasan penelitian yang menjadikan Kecamatan

Wonosalam sebagai objek penelitian ialah, karena dari hasil pengamatan

yang di lakukan oleh peneliti banyak menemukan hal-hal yang menarik

untuk diteliti dan ditelusuri lebih dalam tentang Makna Budaya Kenduren

Durian Wonosalam Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2015 sampai bulan

Januari 2016.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Sekaran mengungkapkan pengertian populasi sebagai keseluruhan

kelompok orang, kejadian atau hal-hal yang menarik bagi peneliti untuk

ditelaah.18 Sedangkan sampel adalah himpunan bagian atau bagian dari

populasi.19 Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini

peneliti berusaha mengambil informan dari warga Kecamatan Wonosalam.

Yang terdiri dari tokoh masyarakat yang berpengaruh, seperti para kepala

desa setempat yang ikut andil dalam pelaksanaan budaya kenduren durian

Wonosalam. Dan warga sekitar selaku masyarakat yang berkecimpung

17

Lexi J. Moleong, Metode Penelitin Kuaitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 6.

18

Zulganef, Metodologi Penelitian Sosial dan Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 133.

19

(35)

27

secara langsung didalam acara tahunan Kenduren Durian Wonosalam.

Peneliti mengambil informan tokoh masyarakat, masyarakat sekitar dan

para perangkat desa, karena informan tersebut lebih mengerti dan

memahami tentang acara kenduren durian Wonosalam.

Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Data primer

Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan oleh informan

yang bersangkutan. Seperti dari hasil wawancara kepada masyarakat, dan

masyarakat yang dianggap mampu memberikan jawaban yang tepat

kepada peniliti. Adapun peneliti nantinya akan menggali informasi secara

mendalam dari setiap warga desa mengenai budaya kenduren durian

Wonosalam. Adapun beberapa informan dalam penelitian ini antara lain

1. Perangkat Desa setempat.

2. Tokoh masyarakat.

(36)

28

Adapun beberapa nama-nama informan adalah sebagai berikut:

No Nama Usia Jabatan

Data sekunder merupakan data yang berasal dari hasil dokumentasi

yang dilakukan oleh peneliti, misalnya lokasi berlangsungnya acara

budaya kenduren durian Wonosalam dan proses wawancara ketika dengan

masyarakat sekitar dan tokoh masyarakat. Peneliti juga melihat peta

geografis kecamatan Wonosalam dan tata letak beberapa desa yang berada

di kecamatan Wonosalam.

4. Tahap-Tahap Penelitian

a. Tahap pra lapangan

Pada tahap pra-lapangan peneliti sudah membaca fenomena sosial

yang menarik untuk diteliti. Penenliti mulai memberikan pemahaman

(37)

29

untuk diteliti. Selain itu peneliti juga bisa memulai untuk melakukan

prapengamatan terkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, merupakan proses berkelanjutan.

Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian penting untuk

dilakukan sebelum penelitian berlangsung adalah proses perizinan. Karena

prosedur seorang penelitian adalah dengan adanya izin dari obyek yang

akan diteliti. Setelah peneliti mulai melakukan penggalian data yang

diinginkan dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dan langkah

selanjutnya adalah terjun ke lapangan untuk menggali data yang akan

dijadikan sebagai bahan laporan dalam hasil penelitian.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data kualitatif pengolaan data tidak

menggunakan teknik statistika sehingga hasil analisis jawaban responden

terdapat pertanyaan yang diajukan tidak terkait dengan skor, akan tetapi

dideskripsikan dalam suatu penjelasan dalam bentuk kalimat. peneliti

sudah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan.

Setelah memperoleh data, maka langkah selanjutnya adalah menggola

data-data tersebut. Peneliti menggunakan teknik untuk menganalisis

(38)

30

induktif proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil

pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru ).20

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan

penelitian. Setelah komponen-komponen yang terkait data dan hasil

analisis mencapai kesimpulan, peneliti akan memulai penulisan laporan

penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam

penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian

terkait dengan kelengkapan data.

5. Teknik Pengumpulan Data

Moh. Nazir, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian

memberikan definisi mengenai pengumpulan data sebagai:

“Suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan”.21

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalamproses

penelitian, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

20

Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode penelitian survei (Jakarta:pustaka: LP3es,2006), 36.

21

(39)

31

a. Metode pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan

dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif.

Observasi adalah proses pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan hanya sekilas saja.

b. Metode wawancara (interview)

Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan

data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan subjek

penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap

muka dengan si responden. Dengan menggunakan panduan wawancara.

Dalam proses wawancara ini, peneliti mengambil suasana terbuka atau

tidak dalam forum resmi, dengan tujuan diharapkan subjek penelitian atau

informan lebih nyaman dan mampu memberikan infromasi dengan jelas

dan benar.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasimerupakan cara pencarian data dilapangan yang

berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. dengan tujuan

untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning, analisis data adalah

(40)

32

diinterpretasikan.22 Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang

diberikan miles dan huberman. Teknik –teknik data sebagai berikut:23

a. Data reduction.

Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang

didapatkan dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan yakni

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan

mencari tema. Dalam hal ini, peneliti harus segera melakukan analisa data

melalui reduksi data, ketika peneliti memeproleh data dari lapangan

dengan jumlah yang cukup banyak. Adapun hasil dari mereduksi data,

peneliti telah memfokuskan pada study kasus Makna Budaya Kenduren

Durian Wonosalam Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

b. Data display.

Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data yang

diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisir data, menyusun

data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin mudah difahami.

c. Conclusions drawing/verification.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan

kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang

sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, yakni berkaitan

22

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1989), 263.

23

(41)

33

denganMakna Budaya Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Jombang

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ada beberapa teknik keabsahan data, namun peneliti menggunakan

teknik keabsahan data melalui triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut.24

Peneliti menggunakan langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap

tiangulasi sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan dilakukan untuk mencari dan menemukan ciri-ciri

serta unsur lainya yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti

telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam upaya menggali data

atau informasi untuk dijadikan obyek penelitian, yang pada akhirnya

peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk di teliti, yaitu

Makna Budaya Kenduren Durian Bagi Masyarakat Di Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Jombang

b. Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan data yaitu

dengan menggunakan sumber data dalam penggaliannya, baik itu sumber

data primer yang berupa hasil wawancara maupun sumber data sekunder

yang berupa dokumendan peneliti peroleh dari Budaya Kenduren Durian

24

(42)

34

Bagi Masyarakat Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.

Sedangkan metode atau cara yang peneliti gunakan dalam pemeriksaan

keabsahan data yaitu dengan menggunakan metode analisis domain.

Artinya setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian peneliti

menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penyimpangan dalam

penyajiannya.

H. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang

latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan

rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan

manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode

penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian,

sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,

analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini

juga menjelaskan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan penjelasan tentang

teori fenomenologi yang akan digunakan dalam menganalisis masalah

penelitian. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan

(43)

35

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang

data-data yang diperoleh kecamatan Wonosalam, baik data primer

maupun data sekunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat

juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam

bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang

dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan

penganalisahan data dengan menggunakan teori yang relevan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari

permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada

(44)

37

BAB II

TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ

A. Teori Fenomenologi

Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di

New York pada tahun 1959. Ia menyukai musik, pernah bekerja di bank

mulai berkenalan dengan ilmu hukum dan sosial. Ia mengikuti pendidikan

akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang

ilmu-ilmu hukum dan sosial. Gurunya yang sangat terkenal adalah Hans Kelsen

(ahli hukum), Ludwig Von Mises (ekonom), dan Friedrich Von Wieser

dan Othmar Spann (keduanya ahli sosiologi).

Pendidikan formal ini dijalankan Schutz setelah ia mengikuti

Perang Dunia I. Selama kuliah ia menjadi sangat tertarik pada karya-karya

Max Weber dan Edmund Husserl. Setelah lulus ilmu hukum, dia malah

bekerja di bidang perbankan untuk jangka waktu yang sangat lama.

Meskipun penghasilannya sangat besar tetapi dia merasa perbankan

bukanlah tempat yang cocok baginya untuk mengaktualisasikan diri.

Schutz akhirnya banting setir yang mulai mempelajari sosiologi khususnya

fenomenologi yang dianggap memberi makna dalam pekerjaan dan hidup.

Di tahun 1920-an meskipun bukan seorang Dosen, tetapi hampir

seluruh temannya adalah dosen perguruan tinggi sehingga dia mulai terjun

ke dunia akademik. Dia mulai mengajar dengan bantuan temannya dan

bahkan memberikan kuliah di Perguruan Tinggi serta dapat berpartisipasi

(45)

38

Aufbau der sozialen welt Schutz akhirnya berkenalan secara pribadi

dengan Edmund Husserl yang menawarinya menjadi asisten tetapi Schutz

menolaknya.

Dalam teori Schutz sangat kental pengaruh Weberian-nya

khususnya karya-karya mengenai tindakan (action) dan tipe ideal (ideal

type). Meskipun Schutz terkagum-kagum pada Weber tetapi ia beusaha

mengatasi kelemahan yang ada di dalam karya Weber dengan menyatukan

ide filsuf besar Edmund Husserl dan Henri Bergson. 1

Schutz sangat ingin mendirikan Sekolah Tinggi Ekonomi Austria

dengan menggunakan paradigma theory of action yang bersifat subyektif

tapi ilmiah. Keinginannya ini mempengaruhi dirinya menerbitkan buku

yang sangat berharga di bidang sosiologi yang berjudul The

Phenomenology of the social world yang diterbitkan tahun 1932 dalam

bahasa Jerman. Buku ini baru diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris

tahun 1967, sehingga karya Schutz baru mendapat perhatian serius dan

penghargaan dari Amerika Serikat tiga puluh tahun sejak diterbitkan.

Dalam karir akademiknya tercatat di tahun 1943, Schutz mengajar

di The New York School of Research yang sebelumnya bernama Alvin

Johnson’s University. Meski siang hari dia menjadi bankir namun di

malam hari dirinya mengabdikan diri untuk dunia pendidikan. Tapi tidak

sampai tahun 1956 dia berhenti menjadi konsultan perbankan dan

berkonsentrasi menjadi dosen di News School for Research.

1

(46)

39

Selain mengajar Schutz juga aktif menerbitkan tulisan-tulisan di

jurnal penelitian Philosophy and Phenomenological Research. Schutz

menjadi staf redaksi jurnal itu di tahun 1941. Di tahun 1952, Dia

dinobatkan sebagai Guru Besar di News York School for Research dan

mengajar di sana sampai dia meninggal di tahun 1959.

Meski Schutz telah tiada tetapi koleksi karya-karyanya diterbitkan

dalam tiga jilid di tahun 1962, 1964 dan 1966. Bahkan Thomas Luckman

seorang guru besar di Universitas Frankfurt mengumpulkan catatan dan

tulisan Schutz dan membuatnya menjadi buku Die Strukturen der

Lebenswelt yang dialibahasakan ke dalam bahasa Inggris di tahun 1970

dengan judul Reflection on the problem of relevance.

B. Mengintip Fenomenologi Secara Umum

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti

‘menampak’ dan phainomenon merujuk pada ‘yang menampak’. Istilah

fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heirinckh. Meskipun demikian

pelopor aliran fenomenologi adalah Edmund Husserl.

Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon yang

berarti realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi

fenomenologi adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan

penjelasan dari realitas yang tampak. Fenomenologi berusaha mencari

pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep

penting dalam kerangka intersubyektivitas (pemahaman kita mengenai

(47)

40

Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi

pengelaman-pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan

pengelaman pribadinya. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas

yang tidak dapat berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang

memerlukan penafsiran yang lebih lanjut. Tokoh-tokoh fenomenologi ini

diantaranya Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan

lainnya. Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna

hakikat terdalam dari fenomena tersebut untuk mendapatkan hakikatnya.

Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl,

adalah untuk mempelajari fenomena manusia tanpa mempertanyakan

penyebabnya, realitas yang sebenarnya, dan penampilannya. Husserl

mengatakan, “Dunia kehidupan adalah dasar makna yang dilupakan oleh

ilmu pengetahuan.”2

Kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa

adanya, tetapi berdasarkan teori-teori, refleksi filosofis tertentu, atau

berdasarkan oleh penafsiran-penafsiran yang diwarnai oleh

kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan, dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka

fenomenologi menyerukan zuruck zu de sachen selbst (kembali kepada

benda-benda itu sendiri), yaitu upaya untuk menemukan kembali dunia

kehidupan.

Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru

menyangkut persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimanan

2

(48)

41

kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfred Schutz memliki teori

yang bertolak belakang dari pandangan Weber. Alfred berpendapat bahwa

tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia

memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan

manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh

arti.

Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat

menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor

yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak

lain yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan beraksi

atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor.

Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari

subyektivitas yang disebutnya, antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk

kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk

kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok

sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektivitas yang

memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada

pengetahuan tentang peranan masing-masing yang diperoleh melalui

pengalaman yang bersifat pribadi.

Banyak pemikiran Schutz ysng dipusatkan terhadap satu aspek

dunia sosial yang disebut kehidupan dunia atau dunia kehidupan

sehari-hari. Inilah yang disebut dunia intersubyektif. Dalam dunia intersubyektif

(49)

42

yang telah ada dan oleh struktur kultural ciptaan leluhur mereka. Didalam

dunia kehidupan itu banyak aspek kolektifnya, tetapi juga ada aspek

pribadinya. Schutz membedakan dunia kehidupan antara hubungan tatap

muka yang akarab dan hubungan interpersonal dan renggang. Sementara

hubungan tatap muka yang intim sangat penting dalam kehidupan dunia,

adalah jauh lebih mudah bagi sosiolog untuk meneliti hubungan

interpersonal secara ilmiah. Meski Schuutz beralih perhatiannya dari

kesadaran ke dunia kehidupan intersubyektif, namun ia masih

mengemukakan hasil pemikirannya tentang kesadaran, terutama

pemikirannya tentang makna dan motif tindakan individual.

Makna fenomenologi adalah realitas, tampak. Fenomena yang

tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak berdiri sendiri. Karena ia

memiliki makna yang memerlukan penafsiran lebih lanjut. Fenomenologi

menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna (hakikat) terdalam

dari fenomena tersebut.3

Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis.

Yang pertama pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman

sadar. Kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengan

pengalaman itu sendiri. Yang ke dua yakni makna benda terdiri dari

kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Bagaimana kita berhubungan

dengan benda menentukan maknanya bagi kita. Dan yang terakhir bahasa

3

(50)

43

merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang

digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.

C. Empat unsur pokok dari teori Fenomenologi

Pertama, perhatian terhadap aktor. Persoalan dasar ini menyangkut

metodologi. Bagaimana caranya untuk mendapatkan data tentang tindakan

sosial itu subyektif mungkin. Penggunaan metode ini dimaksudkan pula

untuk mengurangi pengaruh subyektivitas yang menjadi sumber

penyimpangan, bias dan ketidaktepatan informasi. Menurut pandangan

ahli ilmu alam hal seperti itu tidak mungkin dilakukan terhadap obyek

studi sosiologi.

Sehingga dapat dikatakan naif kalau ada yang beranggapan bahwa

seseorang akan dapat memahami keseluruhan tingkah laku manusia, hanya

dengan mengarahkan perhatian kepada tingkah laku yang nampak atau

yang muncul secara konkrit saja. Tantangan bagi ilmuwan sosial adalah

untuk memahami makna tindakan aktor yang ditujukannya juga kepada

dirinya. Bila pengamat menerapkan ukuran-ukurannya sendiri atau

teori-teori tentang makna tindakan, dia tidak akan dapat menemukan makna

yang sama di antara aktor itu sendiri. Dia tidak akan pernah menemukan

bagaimanan realita sosial itu diciptakan dan bagaimanan tindakan

berikutnya akan dilakukan dalam kontek pengertian mereka.

Posisi metodologis Schutz adalah diatur dalam tiga esai dalam

Volume 1 dari Dikumpulkan karya-karyanya. Titik awal adalah bahwa

(51)

44

fakta bahwa, dalam ilmu-ilmu sosial, seseorang berhadapan dengan 'obyek

penelitian' yang menafsirkan sendiri dunia sosial yang kita, sebagai

ilmuwan, juga ingin menafsirkan. Orang-orang terlibat dalam suatu proses

terus-menerus untuk memahami dunia, dalam interaksi dengan sesama

mereka dan kami, sebagai ilmuwan, yang berusaha memahami mereka

rasa keputusan. Dalam melakukannya, kita pasti harus menggunakan

metode yang sama penafsiran seperti halnya orang dalam 'akal sehat

dunianya. Apa yang membedakan perusahaan ilmiah sosial,

bagaimanapun, adalah bahwa ilmuwan sosial mengasumsikan posisi

pengamat tertarik. Dia tidak terlibat dalam kehidupan yang diamati-

kegiatan mereka bukan kepentingan praktis, tetapi hanya kepentingan

kognitif.

Kedua, memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau

yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude).

Alasannya adalah bahwa tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial

mampu diamati. Karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala yang

penting dari tindakan manusia sehari-hari dan terhadap sikap yang wajar.

Proses terbentuk fakta sosial menjadi pusat perhatian dan jelas bukan

bermaksud mempelajari fakta sosial secara langsung. Bedanya terletak

pada bahwa sementara paradigma fakta sosial mempelajari fakta sosial

(52)

45

mempelajari bagaimana individu ikut serta dalam proses pembentukan dan

pemeliharaan fakta sosial yang memaksa mereka itu.4

4

(53)

46

BAB III

MAKNA KENDUREN DURIAN BAGI MASYARAKAT DI

KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN JOMBANG

A. Deskripsi Umum Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

1. Letak Greografis Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang

Wonosalam merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

Kabupaten Jombang. Kecamatan Wonosalam memiliki 9 desa yakni: Desa

Sumberrejo, Wonokerto, Panglungan, Carangwulung, Wonosalam,

Sambirejo, Wonomerto, Galangdowo, dan Jarak. Adapun batas-batas

kecamatan Wonosalam yaitu:

a. Sebelah utara berbatsan dengan Kabupaten Mojokerto

b. Sebelah selatan berbatsan dengan Kabupaten Kediri

c. Sebelah timur berbatsaan dengan Kabupaten Malang

d. Sebelah barat berbatsan dengan Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan

Mojoagung

(54)

47

Gambar 3.1: Peta Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Jombang

Kondisi fisik dasar Kecamatan Wonosalam mencakup lima aspek,

yaitu kondisi geografis, kondisi topografi, kondisi geologi, kondisi

hidrologi dan iklim.

a. Kondisi Geografi

Kecamatan Wonosalam berada diujung dari Kabupaten Jombang

dengan luas wilayah 121, 63 km2, dan pada tahun 2010 jumlah

penduduknya mencapai 32.542 jiwa. Terletak pada 112 º 21 05

Gambar

Gambar 3.1:
Table diatas menunjukkan bahwa kecamatan Wonosalam memiliki
Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang
Gambar 3.2: Tumpeng durian Wonosalam
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 1.4 di atas terungkap bahwa faktor yang mendorong tumbuh dan meluasya tingkat orientasi politik masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pontianak dalam

Berdasarkan jenis pala terlihat bahwa intensitas kerusakan tertinggi adalah 24,35% pada jenis pala Panjang, kemudian diikuti oleh pala Panjang (19,65 %), dan terendah

Berdasarkan hasil analisis ragam gabungan (Tabel 25 dan 26) karena adanya perubahan partisi ragam dan memperlihatkan bahwa setelah dilakukan partisi ragam dengan

dengan alamat email sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.. Bank harus menyampaikan

Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud

x Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang peraturan daerah tentang izin mendirikan bangunan.Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terlihat bahwa yang merupakan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keefektifan Problem Based Learning (PBL) disertai Fishbone Diagram (FD) terhadap kemampuan berpikir kritis dan