• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA-PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA-PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA 2012"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

(Tugas UAS Take Home)

Mata Kuliah : Isu-isu TIK dalam Pendidikan Dosen : Prof. Dr. Ishak Abdulhak, M.Pd

PENGEMBANGAN DESIGN BLENDED LEARNING PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR BIOLOGI PROGRAM DUAL MODE

Suci Utami Putri

1104011

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA-PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

2012

Pengembangan Design Blended Learning

(2)

Suci Utami Putri Pendidikan IPA S3/1104011

Pascarajana UPI Bandung suci_nazwa@yahoo.com Abstrak

Konsep Dasar Biologi merupakan suatu mata kuliah yang perlu ditempuh oleh mahasiswa S-1 PGSD. Cakupan materi pada mata kuliah sangat padat sehingga memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak agar pembelajarannya tuntas. Pada Program dual mode tentu saja hal itu menjadi kendala karena alokasi waktu yang sangat terbatas dan model representasi materi pada bahan ajar cetak yang sulit dipahami terutama untuk konsep-konsep abstrak sehingga hal tersebut menjadi penghambat bagi mahasiaswa dalam emmahami materi. Untuk mengatasi kendala tersebut maka dikembangkanlah suatu design pendekatan pembelajaran yaitu sistem blended learning. Sistem ini mengabungkan antara sistem belajar mandiri berbasis TIK dengan sistem tatap muka. Pengembangan sistem blended pada mata kuliah Konsep Dasar Biologi khususnya program dual mode mengkombinasikan antara sistem belajar mandiri dengan menggunakan multimedia yang dilengkapi dengan situs-situs relevan yang dapat diakses secara offline dengan m-learning. Pemilihan terhadap multimedia dan m-learning ini didasarkan pada keterbatasan yang ditemukan pada sistem belajar online yaitu koneksi internet yang lamban dan sinyal yang lemah di beberapa daerah tertentu.

Keyword: blended learning, Konsep Dasar Biologi, Dual Mode A. Pendahuluan

Konsep Dasar Biologi merupakan mata kuliah tentang konsep-konsep dasar materi Biologi yang perlu dipahami oleh mahasiswa PGSD sebagai penunjang dalam mengembangkan pembelajaran sains di sekolah dasar. Berdasarkan silabus, mata kuliah ini mencakup konsep-konsep dasar tentang Sel, Keanekaragaman Makhluk Hidup, Fisiologi Hewan dan Tumbuhan, serta Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungannya. Dari cakupan materi tersebut, dapat kita ketahui bahwa beberapa karakteristik materi yang akan dibahas dalam mata kuliah ini bersifat abstrak, khususnya materi tentang Sel dan Fisiologi Hewan serta Tumbuhan. Untuk membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut, perlu diterapkan suatu strategi pembelajaran yang sesuai disertai dengan media yang tepat dalam mengkonkretkan konsep abstrak yang akan dipelajari.

Mata Kuliah Konsep Dasar Biologi merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa PGSD baik reguler maupun dual mode. Pada program reguler,

(3)

materi Konsep Dasar Biologi ini dapat lebih mudah dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa karena disamping dosen meminta mahasiswa untuk mencari sendiri informasi yang berkaitan dengan materi melalui berbagai macam sumber baik cetak maupun online, dosen juga menggunakan media tertentu yang dapat memvisualisasikan konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Selain itu, alokasi waktu untuk perkuliahan program reguler yang lebih banyak dianggap lebih proporsional dengan kebutuhan materi yang akan dipelajari. Berbeda dengan program reguler, program dual mode yaitu sebuah program pendidikan bagi guru-guru seklah dasar yang sedang melanjutkan studi S-1 hanya memiliki alokasi yang sangat terbatas dan dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan materi yang terlalu banyak pada mata kuliah Konsep Dasar Biologi. Keterbatasan waktu pada pertemuan tatap muka tersebut tidak memberikan peluang bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan berkonsultasi dengan leluasa tentang permasalahan yang dihadapi ketika mempelajari materi secara mandiri. Selain itu, keterbatasan model representasi materi pada bahan ajar cetak pada mata kuliah ini untuk mahasiswa program dual mode memberikan kendala yang cukup berarti dalam proses pemahaman materi. Kendala waktu dan kemampuan representasi materi pada bahan ajar cetak merupakan dua hal yang paling penting untuk diperhatikan dan segera diselesaikan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala tersebut khususnya pada program dual mode adalah strategi belajar berbasis TIK.

Komponen TIK yang dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dan media dalam pembelajaran berbasis TIK adalah mobile phone dan software multimedia interaktif. Pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan mobile phone lebih dikenal dengan istilah mobile learning. Geddes (2004) menyatakan bahwa mobile learning merupakan proses pemrolehan berbagai informasi pengetahuan dan keterampilan melalui penggunaan teknologi mobile yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun sehingga menghasilkan suatu perubahan perilaku dari penggunanya. Sementara itu penggunaan software multimedia menurut Suyanti (2004) mampu mengadaptasi gaya belajar mahasiswa yang berbeda-beda pada setiap individu, selain itu visualisasi yang disajikan pada multimedia memungkinkan pembelajar akan lebih mudah memahami materi melalui penambahan animasi, video, teks dan audio.

Penerapan pembelajaran berbasis TIK dapat diintegrasikan sacara harmonis dengan pendekatan pembelajaran berbasis kolaboratif. Adanya sesi dalam pembelajaran

(4)

yang memungkinkan mahasiswa dapat berdiskusi baik secara virtual maupun tatap muka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang mengkombinasikan beberapa pendekatan pembelajaran seperti TIK dan Kolaboratif dapat diakomodasi dengan pendekatan Blended learning. Menurut Reay (2001) dan Rooney (2003) menyatakan bahwa blended learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan antara pertemuan tatap muka (in-class session) dengan pembelajaran secara online maupun offline sebagai upaya untuk menggabungkan keunggulan dari kedua jenis metode yang digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk mengembangkan design blended pada program dual mode. Oleh karena itu maka dilakukanlah kajian teoritik yang mendalam tentang blended learning sebagai upaya untuk mengembangkan design pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik program dan mata kuliah. Agar pemaparan dalam kajian literatur ini menjadi terarah, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan blended learning system dan bagaimana karakteristiknya?

2. Pembelajaran berbasis TIK apa saja yang dikombinasikan di dalam pembelajaran blended untuk perkuliahan Konsep Dasar Biologi pada program dual mode?

3. Bagaimana design pembelajaran blended untuk perkuliahan Konsep Dasar Biologi pada program dual mode?

B. Kajian Teori

B.1 Blended learning

Blended learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan antara pertemuan tatap muka (in-class session) dengan pembelajaran secara online sebagai upaya untuk menggabungkan keunggulan dari kedua jenis metode yang digunakan (Reay, 2001; Rooney, 2003). Senada dengan pendapat tersebut, Wilson dan Smilanich (2005) menyatakan bahwa blended learning adalah kombinasi antara e-learning dengan program pembelajaran seperti pelatihan atau mentoring yang dilakukan

(5)

secara tatap muka. Namun penerapan e-learning pada pembelajaran blended memiliki beberapa kendala yang cukup menyulitkan. Kendala utama dalam penerapan e-learning adalah akses internet yang berjalan lambat dan memerlukan biaya yang cukup mahal menjadikan e-learning bukanlah suatu pendekatan pembelajaran yang difavoritkan. Oleh karena itu, maka dalam pembelajaran blended, perlu dipertimbangkan sistem pembelajaran offline yang memungkinkan peserta didik memperoleh berbagai informasi materi tanpa harus terkoneksi internet.

Penggunaan sistem belajar offline dapat dijadikan suatu alternatif dalam pembelajaran blended yang akan dilaksanakan. Carman (2005) mengemukan lima komponen penting yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan Blended learning yang diantaranya dikemukakan tentang sistem belajar offline. Kelima komponen tersebut antara lain:

a. Live event. Adanya sesi pembelajaran tatap muka dimana pengajar bertemu langsung dengan pembelajar merupakan komposisi penting dalam blended learning.

b. Self-Paced Learning. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran asynchronous dimana pembelajar melakukan pembelajaran secara mandiri. Pembelajar dapat mengakses bahan belajar dalam bentuk text-based ataupun multimedia-bassed secara online (via web atau mobile device) maupun offline (bahan ajar cetak ataupun CD).

c. Collaboration. Lingkungan belajar blended harus dapat menciptakan suasana kolaboratif dimana pembelajar dapat berkomunikasi baik dengan pembelajar lain maupun dengan pengajar melalui mobile phone, email, online chat, dll.

d. Assessment. Dalam pembelajaran blended hendaknya dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan pembelajar melalui pre-assessment dan post-assessment.

e. Reference Materials. Konten materi dalam pembelajaran blended perlu didukung oleh sumber bahan ajar yang dapat diperoleh secara online maupun offline.

Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa penyediaan fasilitas belajar offline dalam bentuk CD multimedia merupakan alternatif strategis didalam mengatasi kendala dalam e-learning. Selain itu, untuk memfasilitasi mahasiswa dalam melakukan diskusi yang sejatinya

(6)

menggunakan forum diskusi online dalam e-learning dapat diatasi dengan penggunaan mobile phone. Berdasarkan hal tersebut, maka upaya untuk mengkombinasikan antara pembelajaran berbasis multimedia dan mobile learning pada pembelajaran blended merupakan langkah yang tepat untuk dikembangkan dalam pendidikan sains.

Penerapan e-learning dalam blended learning memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Bargeley (dalam Latchem & Jung, 2010) menyatakan bahwa penerapan e-learning di asia dipengaruhi oleh keterbatasan infrastruktur, biaya yang tinggi, kecepatan internet yang lambat, dan infeksi virus pada jaringan komputer. Selain itu, menurut Latchem & jung (2010) menyatakan bahwa pengguna komputer yang terakses pada internet di Asia masih berada pada level rendah. Keterbatasan tersebut tentu saja dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran blended yang menggunakan e-learning sebagai salah satu sistem pembelajarannya. Oleh karena itu, diperlukan strategi lain dalam mengatasi masalah ini dengan cara melibatkan m-learning dalam pembelajaran Blended yang diharapkan dapat dijadikan suplemen pendukung bagi sistem e-learning.

B.2 Kombinasi Pembelajaran berbasis TIK didalam Pendekatan Blended

Seperti dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa blended learning adalah kombinasi antara pembelajaran berbasis TIK khususnya e-learning dengan tatap muka maka pembelajaran berbasis TIK pada pengembangkan program ini meliputi pembelajaran berbasisa multimedia yang digunakan sebagai media pembelajaran e-learning dengan sistem offline karena bisa terkoneksi dengan beberapa situs relevan secara offline dan learning. Multimedia dan m-learning dipilih untuk mengatasi ekndala-kendala yang berhubungan dengan koneksi internet didalam pembelajaran online. Berikut uraian mengenai pembelajaran berbasis multimedia dan m-learning.

B.1.1 Pembelajaran berbasis Multimedia

Suyanti (2004), penggunaan teknologi multimedia komputer mampu mengadaptasi perbedaan cara belajar mahasiswa sehingga mahasiswa belajar dalam lingkungan yang menyenangkan. Visualisasi yang disajikan melalui multimedia memungkinkan pembelajar melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indera mereka dengan antusias sehingga

(7)

informasi yang masuk ke dalam memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk di recall pada saat informasi itu disampaikan. Selain itu Yeh et al., (2001) dalam penelitiannya mendesain sebuah pembelajaran dengan menambahkan gambar dan suara dalam suatu software ternyata mampu diterima siswa dengan baik terbukti dengan tingginya respon siswa dalam proses belajar mengajar.

Chera & Wood (2003) mengemukakan bahwa jika multimedianya menarik maka multimedia tersebut dapat memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

a. Pengguna dapat berinteraksi langsung dengan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada teknologi multimedia komputer.

b. Meningkatkan motivasi belajar pada diri peserta didik.

c. Mempertahankan konsentrasi siswa ketika memperhatikan materi ajar yang disajikan pada multimedia komputer.

Keuntungan utama penggunaan multimedia menurut Rodrigues (dalam Bowyer, 2003) yaitu terletak pada kekuatan pengembangan konsep, mengadaptasi perbedaan cara belajar mahasiswa, dan pengembangan dengan pengetahuan yang berkaitan serta pengontrolan tingkat pencapaian pembelajaran peserta didik. Selain itu Osborne (1990), mengemukakan bahwa multimedia komputer dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman konsep yang lebih baik dibanding dengan pendekatan tradisional.

B.1.2 Mobile learning

Teknologi Informasi dan komunikasi saat ini telah menjadi trend di dalam dunia pendidikan. Pada konteks pembelajaran, pemanfaatan ICT memberikan dampak terhadap pengembangan pendekatan pembelajaran berbasis ICT yang diantaranya adalah e-learning dan m-learning. Salah satu kelemahan e-learning adalah seringkali pengguna merasa frustasi karena koneksi internet yang berjalan lambat dan tidak handal, sehingga hal ini membuat pengguna merasa enggan terlibat dalam e-learning. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kendala ini adalah diterapkannya m-learning sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki beberapa keuntungan yang tidak akan dijumpai pada e-learning.

(8)

Traxler (2005) mengemukakan bahwa m-learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan penggunaan teknologi genggam dan bergerak seperti misalnya handphone, smartphone, personal digital assistans (PDAs), tablet PCs bahkan laptop PCs. Selanjutnya Geddes (2004) menyatakan bahwa m-learning merupakan proses pemrolehan berbagai informasi pengetahuan dan keterampilan melalui penggunaan teknologi mobile yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun sehingga menghasilkan suatu perubahan perilaku dari penggunanya. Hal senada diutarakan oleh Shih et al., (2010) yang menyatakan bahwa pengadopsian perangkat mobile device tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa di dalam lingkungan kelas melainkan juga memungkinkan terjadinya pembelajaran di luar kelas sehingga hal ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkontruksi sendiri konsep yang ingin dicapai sesuai dengan gaya dan kemampuan belajarnya. Dari pengertian tersebut, maka m-learning dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan perangkat teknologi genggam dan bergerak yang memungkinkan pembelajar memperoleh pengetahuan yang diperlukan pada ruang dan waktu yang tak terbatas sehingga proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dapat terjadi setiap saat dan dalam kondisi apapun.

Koole (dalam Ally, 2009) mengemukakan bahwa pengembangan model m-learning perlu memperhatikan tiga aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Device, merujuk pada jenis, karakter dan fungsi perangkat mobile yang akan digunakan.sebagai jembatan antara teknologi dan pembelajar, maka device yang digunakan hendaknya dirancang agar pengguna berada pada level fisik dan psikologis yang nyaman ketika menggunakannya.

2. Pembelajar, aspek ini didasarkan pada keyakinan bahwa kemampuan kognitif, pengetahuan awal, emosi dan motivasi siswa dapat berpengaruh terhadap perubahan, pemahaman dan pentransferan informasi. Mobile learning akan membantu hal tersebut terjadi karena mengijinkan siswa untuk mengakses konten materi pada berbagai macam format dan konteks yang sesuai.

3. Sosial, melibatkan proses interaksi dan kooperasi sosial diantara komunitas pembelajar yang dipengaruhi oleh iklim budaya setempat.

(9)

Ketiga aspek di atas perlu diintegrasikan secara harmonis agar implementasi m-learning ini dapat menciptakan iklim pembelajaran yang nyaman dan kondusif sehingga akan berdampak pada tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal senada juga diutarakan oleh Jeng et al., (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan mobile device harus meliputi software yang cocok, konten yang tepat, dan dikombinasikan dengan strategi pedagogik yang sesuai seperti misalnya kolaboratif dan kooperatif.

Teknologi mobile yang digunakan dalam m-learning dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu m-learning dengan memanfaatkan mobile PC (misalnya laptop atau tablet) dan mobile phone (Traxler, 2005). Penggunaan mobile PC dalam m-learning saat ini masih terus dikembangkan. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa komponen pedagogik e-learning masih sangat dominan mempengaruhi domain m-e-learning. Hal inilah yang menyebabkan antara m-learning dengan menggunakan mobile PC dan e-learning sulit sekali dibedakan. Lain halnya pada m-learning dengan menggunakan mobile phone yang memiliki karakter khas yang membedakannya dengan e-learning. Pengalaman belajar yang ditawarkan m-learning dengan mobile phone ini meliputi penyampaian konten materi beserta atribut lainnya dan pembelajaran interaktif melalui Short Massage Service (SMS) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang fleksibel antara seluruh pihak yang terlibat dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Hong Kong, Universitas Jiao Tong Shanghai dan Universitas Terbuka Filipina (dalam Latchem & Jung, 2010) dinyatakan bahwa penggunaan PDA dan smartphone dalam pembelajaran berbasis m-learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Universitas Jiao Tong Shanghai bahkan telah mencoba menerapkan sistem m-learning ini dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menerima teks bahan ajar, audio dan video yang berkenaan dengan materi pembelajaran, serta dapat membangun komunikasi yang efektif dengan guru dan siswa lainnya melalui SMS (Short Massage Service). Dalam pembelajaran dengan sistem m-learning, secara periodik guru dapat menerima kiriman SMS berupa pendapat atau pertanyaan siswa, memonitor kemajuan belajar siswa, menguji pemahaman siswa, dan mendapatkan umpan balik tentang pembelajaran yang sedang mereka laksanakan.

(10)

Fozdar and Kumar (dalam Latchem & Jung, 2010) menyatakan bahwa penggunaan SMS dalam pembelajaran merupakan suatu perangkat pembelajaran yang murah, mudah diakses, dan sangat memungkinkan terjadinya komunikasi yang bermakna antara guru dan siswa serta dapat berpengaruh terhadap tingginya daya retensi siswa terhadap materi yang dipelajari. Terlebih lagi, penggunaan sistem m-learning ini disarankan untuk digunakan pada negara-negara yang masih memiliki kendala dalam penggunaan komputer yang terkoneksi ke internet seperti halnya Indonesia.

B.1.3 Design Pembelajaran Blended (Kombinasi pembelajaran berbasis multimedia dan mobile learning) pada Mata Kuliah Konsep Dasar Biologi Program Dual Modes

Mata Kuliah Konsep Dasar Biologi adalah salah satu mata kuliah dasar khusus yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S-1 jurusan IPA semester 5. Secara umum, deskripsi mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas tentang prinsip-prinsip dasar Biologi sebagai pendalaman wawasan pengetahuan dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Lingkup bahasan mata kuliah ini meliputi : Sel Sebagai Satuan Terkecil Makhluk Hidup; Keanekaragam Makhluk Hidup, Berbagai Fungsi Pada Hewan (Fisiologi Hewan), Berbagai Fungsi Pada Tumbuhan (Fisiologi Tumbuhan), Makhluk Hidup Dan Lingkungan, serta Kependudukan Dan Pemeliharaan Kesehatan.

Karakteristik materi Konsep Dasar Biologi sebagian bersifat konkret dan sebagian lagi bersifat abstrak. Konsep yang bersifat abstrak berkaitan dengan materi Sel sebagai Satuan Terkecil Makhluk Hidup yang didalamnya meliputi Struktur dan fungsi organel sel serta pembelahan sel, dan Berbagai Fungsi pada Tumbuhan dan Hewan yang mencakup pada proses fisiologis yang terjadi pada tubuh tumbuhan dan hewan. Untuk membantu mahasiswa dalam memahami konsep abstrak tersebut, maka diterapkanlah pembelajaran berbasis blended yang didalamnya meliputi strategi pembelajaran bebasis TIK dengan menggunakan mobile phone dan software multimedia yang dikombinasikan dengan pendekatan pembelajaran kolaboratif. Adapun design pembelajaran berbasis blended pada mata kuliah Konsep Dasar Biologi adalah sebagai berikut:

Blended learning pada Mata Kuliah Konsep Dasar Biologi

(11)

Gbr. 1 Design Penerapan Blended learning pada Mata Kuliah Konsep Dasar Biologi Software Multimedia

Sel/Fisiologi Hewan dan Tumbuhan

Kolaboratif Mobile learning

Pembelajaran Berbasis TIK

Diskusi berdasarkan studi kasus yang

relevan Instruksional (pertanyaan &

penugasan) SMS via

mobile phone

Konten Materi (Animasi, gambar, teks, dan audio)

Link ke beberapa situs yang relevan offline

(12)

Tabel 1. Design Operasional Pelaksanaan Pembelajaran Konsep Dasar Biologi Melalui Penerapan Blended learning

Blended learning pada Konsep Dasar Biologi

Sesi Belajar Mandiri Sesi Tatap Muka

Mobile learning Berbasis Multimedia

Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa Dosen Mahasiswa

Memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi via SMS yang ditujukan untuk setiap individu mahasiswa. Dosen memberikan dateline waktu bagi mahasiswa untuk menjawab pertanyaan Mengirim jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan via SMS. Untuk menjawab pertanyaan tersebut mahasiswa perlu mempelajari CD multimedia Konsep Dasar Biologi yang diberikan kepada mahasiswa sebelumnya. •Merancang storyboard multimedia sebagai pedoman dalam pembuatan program multimedia Konsep dasar Biologi. Di dalam CD Multimedia, terdapat link ke beberapa situs yang relevan dengan sistem offline untuk digunakan oleh mahasiswa dalam mencari informasi tambahan yang berkaitan dengan materi. •Memberikan program multimedia yang telah selesai dibuat kepada mahasiswa. • Mempelajari CD multimedia Konsep Dasar Biologi berdasarkan kesadaran diri sendiri ataupun dirangsang melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dosen via SMS. • Mengajukan pertanyaan via SMS jika menemukan hal-hal yang sulit dipahami ketika mempelajari CD multimedia. •Mengumumkan nilai yang diperoleh mahasiswa dari pertanyaan via SMS baik untuk individu maupun kelompok. •Diumumkan pula mahasiswa dan kelompok dengan nilai tertinggi. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kemampuan masing-masing individu dan kelompok yang terefleksikan dari nilai yang diperoleh. Memberikan pertanyaan via SMS berkaitan materi yang sifatnya problem solving atau studi kasus yang ditujukan untuk kelompok. SMS hanya dikirim kepada ketua kelompok untuk selanjutnya didiskusikan dengan anggota kelompoknya. Ketua kelompok berkoordinasi dengan anggota kelompok lainnya untuk berdiskusi berkaitan dengan pertanyaan yang diberikan dosen. Hasil diskusi dilaporkan kepada dosen sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan via SMS sebelum dateline waktu Mengarahkan terjadinya proses diskusi kelas. Bahan diskusi diambil dari pertanyaan via SMS yang berkaitan dengan problem solving atau studi kasus yang dikirim sebelumnya pada setiap kelompok dan telah didiskusikan dengan anggota kelompoknya melalui jaringan komunikasi via SMS. Melakukan diskusi kelas yang difasilitasi dosen. Hal ini bertujuan agar seluruh mahasiswa memiliki konsepsi yang sama terkait materi.

(13)

C. Kesimpulan

Mata Kuliah Konsep Dasar Biologi memiliki cakupan materi yang cukup padat sehingga memerlukan alokasi waktu yang cukup banyak. Kendala yang ditemukan pada Perkuliahan Konsep Dasar Biologi khususnya program dual mode yaitu sangat terbatasnya alokasi pertemuan tatap muka. Hal ini menyebabkan banyak materi yang tidak tuntas untk dipelajari. Untuk mengatasi hal tersebut maka dirumuskanlah suatu sistem pedekatan pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran berbasis TIK sebagai solusi untuk sistem belajar mandiri dan sistem tatap muka yang dilakukan secara kolaborasi. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan sistem Blended.

Kombinasi antara pembelajaran mandiri berbasis TIK dengan tatap muka ini memiliki potensi untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari materi Konsep dasar Biologi dengan lebih leluasa karena dapat dipelajari dengan mudah dan fleksibel. Adapun pembelajaran mandiri berbasisa TIK yang dikembangkan pada program ini yaitu mengkombinasikan antara pembelajaran berbasis multimedia yang dapat link ke situs-situs relevan secara offline dan m-learning. Multimedia yang dilengkapi situs-situs offline dengan m-learning digunakan sebagai solusi dari masalah koneksi internet yang seringkali ditemukan pada sistem belajar online. Melalui multimedia, mahasiswa akan disajikan animasi, gambar ataupun video yang dapat membantu memvisualisasikan konsep-konsep abstrak yang terdapat pada materi Konsep Dasar Biologi. Sementara itu m-learning digunakan untuk mengkondisikan dan mengarahkan mahasiswa ketika melakukan belajar mandiri melalui kiriman SMS.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ally, M. (2009). Mobile Learning Transforming the Delivery of Education and Training. Athabasca University Press

Bowyer. (2003). Journal of Educational Multimedia and Hypermedia. Volume 12 (2), 135-161.

Carman, M.J. (2005). Blended Learning Design: Five Key Ingredients.

Chera, P. & Wood, C. (2003). Animated Multimedia “Talking Books” Can Promote Phonological Awaraness in Childres Beginning to Read. Learning and Instruction. Vo. 13 Page 33-52

Geddes, S.J. (2004). Mobile learning in the 21st century: benefit for learners. Knowledge Tree e-journal

Jeng, L.Y., Wu, T.T., Huang, M.Y., Tan, Q., Yang, S.J.H. (2010) The Add-on Impact of Mobile Applications in Learning Strategies: A Review Study. Educational Technology & Society, 13 (3), 3–11.

Lacthem, C. Jung, I. (2010). Distance and Blended learning in Asia. Newyork & London: Routledge

Osborne, J. (1990). Sacred Cows in Physics-Towards a Redefinition of Science Education. Physics Education, 25, 189 – 196.

Reay, J. (2001). Blended learning-a fusion for the future. Knowledge Management Review, 4(3): 6.

Rooney, J. E. (2003). Blended learning opportunities to enhance educational programming and meetings. Association Management, 55(5), 26-32.

Shih, J. Chuang, W.C. Hwang, J.G. (2010). An Inquiry-based Mobile Learning Approach to Enhancing Social Science Learning Effectiveness. Educational Technology & Society, 13 (4), 50–62.

Smilanich, E. & Wilson, D. (2005). The Other Blended Learning : A Classroom-Centered Approach. John Wiley & Sons, Inc

Suyanti, D.R. (2004). Pembekalan Kemampuan Generik Bagi Calon Guru Melalui Pembelajaran Kimia Anorganik Berbasis Multimedia Komputer. Disertasi Pascasarjana : UPI

Traxler, J. (2005). Defining Mobile Learning. Tersedia online di :

(15)

Yeh Chuang, L. Huei Yang, C. Hong Yang.C, (2001). Development and Evaluation of A Life Sciences Multimedia Learning System. Internal Journal of The Computer, The Internet Management, Vol. 9, No.1

Gambar

Tabel 1. Design Operasional Pelaksanaan Pembelajaran Konsep Dasar Biologi Melalui Penerapan Blended learning

Referensi

Dokumen terkait

Demikian Pengumuman ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, dan apabila peserta seleksi merasa keberatan dapat mengajukan sanggahan

Sedangkan sisanya 42,3% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, dan berdasarkan hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa

PERWAKILAN DIPLOMATIK BILATERAL YANG MERANGKAP MULTILATERAL. JUMLAH STAF

“Média Visual dina Pangajaran Nulis Guguritan di kelas VII I SMPN 15 Bandung (studi kuasi Eksperimen)”. Fakultas Pendidikan Bahas dan

Skripsi ini membahas sejarah berdirinya KOHATI Cabang Medan mulai pada tahun 1966 sampai tahun 1998 saat keikutsertaan KOHATI Cabang Medan dalam penurunan rezim kekuasaan

Program aplikasi games memory yang dibuat dengan menggunakan program Macromedia Flash 6 adalah sebuah program aplikasi permainan komputer yang menampilkan sejumlah kartu tertutup

(3) Rencana Kebutuhan Biaya KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan Panwaslu Provinsi atau Kabupaten/Kota untuk pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum

Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk.. Bahan penolong yang digunakan adalah