• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

92-97 98-105 106-114 115-122 123-130 131-142 143-150 151-157 158-165 166-169 170-175 176-184

DAFTAR ISI

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan

jht

ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2 Juli 2013

KOMPOS BERBAHAN ORGANIK LOKAL SEBAGAI AMELIORAN ALTERNATIF SUBTITUSI ABU DI LAHAN GAMBUT

Marinus Kristiadi Harun

STUDI PERAN WANITA PERDESAAN HUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA TELAGA LANGSAT KABUPATEN TANAH LAUT

Asysyifa, Fonny Rianawati, dan Yuniarti

KAJIAN PEMASARAN HASIL HUTAN NON KAYU DARI HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRY DI DESA KERTAK EMPAT KABUPATEN BANJAR

Adnan Ardhana dan Syaifuddin

PEMULIHAN DAN PENCEGAHAN SEMAI TUSAM (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DARI GEJALA KLOROSIS

Ari Darmawan dan M. Mandira Budi Utomo

TINGKAT BAHAYA EROSI KAWASAN HUTAN ILE MANDIRIKABUPATEN FLORES TIMUR

Mariany Magdalena da Silva

PROSES TRANSFORMASI AGRARIA DAN KONFLIK SUMBERDAYA ALAM DI DAERAH PEDALAMAN: STUDI KASUS DI KECAMATAN LONG BAGUN KABUPATEN KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR Eddy Mangopo Angi dan C. B. Wiati

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN-ACEH

Halus Satriawan, Z. Fuady, dan Romainur

KARAKTERISTIK PENGGERGAJIAN KAYU GANITRI (Elaeocarpus ganitrus Roxb.) DARI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRI

Mohamad Siarudin & Ary Widiyanto

PENGENDALIAN MUTU KAYU LAPIS PADA PT WIJAYA TRI UTAMA PLYWOOD INDUSTRY DI KALIMANTAN SELATAN

Zainal Abidin, Agus Sulistyo Budi, Bandi Supraptono, dan Edy Budiarso

PENGARUH TRICHODERMA SP. PADA MEDIA BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON PUTIH (Anthocepalus cadamba)

Tati Suharti, Yulianti Bramasto, dan Naning Yuniarti

PENYARADAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN DI HUTAN TANAMAN DI KALIMANTAN TIMUR

Sona Suhartana dan Yuniawati

MODEL INTERAKSI ANTARA MASYARAKAT DENGAN HUTAN KOTA DI KOMPLEKS BUMI PERKEMAHAN BONGOHULAWA KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

(2)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2 yaitu:

Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc. (Fakultas Pertanian Universitas Lampung)

Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Ir. Erry Purnomo,Ph.D

(Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan)

Dr.Ir.Leti Sundawati,M.Sc

(Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor)

Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)

Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S

(Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat)

Dr. Ir. Kusumo Nugroho, MS

(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian)

Dr.Ir. Cahyono Agus Dwikoranto, M.Agr. (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Dr.Ir.Sipon Muladi

(Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman)

Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi

(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)

Dr.Ir.Hj. Darni Subari,M.S

(3)

KATA PENGANTAR

Salam Rimbawan,

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 Nomor 2 Edisi Juli 2013 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian di bidang teknologi hasil hutan, manajemen hutan dan budidaya hutan.

Marinus Kristiadi Harun meneliti dampak negatif praktek besik-bakar dan prospek kompos berbahan organik lokal sebagai substitusi abu untuk amelioran di lahan gambut.

Asysyifa, dkk meneliti besarnya pendapatan wanita, kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga dan peran wanita dalam meningkatkan kese-jahteraan keluarga serta menggali potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan kaum wanita di Desa Telaga Langsat Kabupaten Tanah Laut.

Adnan Ardhana dan Syaifuddin meneliti saluran pemasaran, margin pemasaran dan efisiensi pemasaran hasil hutan non kayu hutan rakyat pola agroforestri di desa Kertak Empat, Kabupaten Banjar, Propinsi Kali-mantan Selatan.

Pemulihan dan Pencegahan Semai Tusam (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) dari Gejala Klorosis diteliti oleh Ari Darmawan dan M. Mandira Budi Utomo yang menghasilkan plot penelitian pemulihan, persentase kematian semai terendah adalah kombinasi antara pu-puk lambat tersedia dan pelet T. reesei. Pertumbuhan tinggi dan diameter semai terbaik adalah substitusi media dengan pelet T. reesei tanpa pupuk lambat terse-dia.

Mariany Magdalena da Silva meneliti Tingkat Baha-ya Erosi Kawasan Hutan Ile Mandiri Kabupaten Flores Timur. Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat bahaya erosi yang terjadi cukup bervariasi meliputi erosi sangat ringan, berat dan sangat berat.

Proses transformasi agraria dan konflik sumberdaya alam di daerah pedalaman: Studi Kasus di Kecamatan

Long Bagun Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur diteliti oleh Eddy Mangopo Angi dan C. B. Wiati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: masyarakat asli maupun pendatang pada wilayah Kecamatan Long Bagun mendapatkan akses atas tanah melalui proses-proses yang sah menurut aturan hukum mereka (kese-pakatan adat/lokal) untuk dapat menguasai tanah yang dimiliki oleh pemilik sebelumnya. Konflik penguasaan tanah di Kecamatan Long Bagun terjadi dikarenakan ketidakmampuan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat untuk menyelesaikan konflik tata batas, terutama sejak adanya pemberian izin HPHH seluas 100 ha dan IUKhM. Halus Satriawan, dkk meneliti kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman hutan Rakyat di kabu-paten bireuen-aceh.

Karakteristik penggergajian kayu ganitri (Elaeo-carpus ganitrus Roxb.) dari hutan rakyat dengan pola agroforestri diteliti Mohamad Siarudin & Ary Widiyanto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penggergajian satu sisi dan pola penggergajian semi perempatan meng-hasilkan rendemen dan produktifitas yang relatif sera-gam, namun berbeda sangat nyata pada efesiensi meng-gergaji dan lebar papan rata-rata, serta berbeda nyata pada penggunaan bahan bakar.

Pengendalian Mutu Kayu Lapis Pada PT Wijaya Tri Utama Plywood Industry di Kalimantan Selatan diteliti Zainal Abidin, dkk. Dari kelima jenis ketebalan kayu lapis yang diteliti (2,4 mm, 2,7 mm, 3,2 mm, 3,7 mm dan 5,2 mm), terlihat bahwa relatif ada perbedaan jenis cacat yang terjasi serta prosentasenya.

Tati Suharti, dkk meneliti pengaruh trichoderma sp. pada media bibit terhadap pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocepalus cadamba). Kombinasi dalian fisik (tanah:kompos:sekam 1:1:1) dan pengen-dalian biologi (Trichoderma sp), signifikan dapat mening-katkan pertumbuhan bibit (tinggi, diameter).

(4)

Penyaradan kayu ramah lingkungan di hutan ta-naman di Kalimantan Timur diteliti Sona Suhartana dan Yuniawati. Penelitian menunjukkan penggunaan teknik RIL dalam kegiatan penyaradan kayu dapat mening-katkan produktivitas sebesar 14,72%, menurunkan biaya produksi sebesar 17,53% dan meminimalkan ter-jadinya kerusakan lapisan tanah atas sebesar 26,89%. Model interaksi antara masyarakat dengan hutan kota di Kompleks Bumi Perkemahan Bongohulawa diteliti Daud Sandalayuk, dan Samsudin D. Keseluruhan interaksi antara masyarakat dengan hutan kota di

kom-pleks bumi perkemahan Bongohulawa Kecamatan Lim-boto Kabupaten Gorontalo yang meliputi pimpinan, kelompok minat,kepala keluarga, wanita, pemuda diper-oleh skor rata-rata skor capaian responden diperdiper-oleh sebesar 56,44% dengan kualitas yang cukup

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.

Banjarbaru, Juli 2013 Redaksi,

(5)

143 Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2 Juli 2013 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HUTAN

RAKYAT DI KABUPATEN BIREUEN-ACEH

Land Suitability Evaluation For Development Of The Community Forest Plant

In Bireuen District, Aceh

Halus Satriawan

1)

, Z. Fuady

1)

, Romainur

2)

1)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Alamat: Jln. Almuslim, Matangglumpangdua, Kabuapten Bireuen, Provinsi Aceh

2)

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh

ABSTRACT. Plant community forests in the district bireuen has many benefits in terms of both ecologi-cal and economic. Benefits in land resource conservation is able to assist in saving the forests, land and water, while economically the plant will add value both to the community. Sengon, mahogany, teak, and rambutan generally can grow if meets the requirements of quality as a condition of growth. Crop produc-tivity can be achieved if plants are grown environmental in a suitable land. Information on the character-istics and quality of the biophysical and chemical soil affect plant growth needs to be planned through land suitability evaluation. This study aims to determine the level of suitability for the types of plants for the development of community forests in the district of Bireuen. The results obtained for the land suit-ability classes for rambutan crop consists of S2, S3 and N. Suitsuit-ability class S2 (quite appropriate) with the sub-class S2-nr, er (CEC and C-organic, slope and erosion hazard), Class S3 suitability (appropriate marginal) with S3 class sub-eh (slope). Suitability class N (not fit) with the slope limiting factor; classes of land suitability for teak and sengon consists of S3 and S3 N, with the slope an erosion hazards limiting factor; classes of land suitability for mahogany consisting of S2, S3 and N with limiting factor are slope and erosion hazards; land suitability class S2-nr, er (nutrient retention and erosion hazards) attempt to repair to potentially land suitability classes S1 through improved soil fertility and minimize erosion. Key words: land suitabiliy, limiting factor, community forest

ABSTRAK. Tanaman hutan rakyat di Kabupaten Bireuen memiliki banyak manfaat baik dari segi ekologi

dan ekonomi. Manfaat dari segi konservasi sumberdaya lahan adalah tanaman tersebut dapat membantu dalam penyelamatan hutan, tanah dan air, sedangkan dari segi ekonomi tanaman tersebut akan memberi nilai tambah baik kepada masyarakat. Tanaman sengon, mahoni, jati, dan rambutan umumnya dapat tumbuh apabila memenuhi kebutuhan kualitas lingkungan sebagai syarat tumbuhnya. Produktivitas tanaman yang optimal dan berkesinambungan dapat diperoleh apabila tanaman ditanam di tempat yang sesuai dengan kualitas lahannya. Informasi karakteristik dan kualitas biofisik dan kimia tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman perlu direncanakan melalui kegiatan evaluasi kesesuaian lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan jenis-jenis tanaman tersebut untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Bireuen. Hasil penelitian diperoleh Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman rambutan terdiri dari S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) dengan sub kelas S2-nr,eh (KTK dan C-organik, lereng dan bahaya erosi), Kelas kesesuaian S3 (sesuai marjinal) dengan sub kelas S3-eh (lereng). Kelas kesesuaian N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas lereng; Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati dan sengon terdiri dari S3 dan N dengan faktor pembatas S3-eh dan N-eh; Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni terdiri dari S2, S3 dan N dengan faktor pembatas lereng dan bahaya erosi; Kelas kesesuaian lahan S2-nr, eh (retensi hara dan bahaya erosi) dapat dilakukan upaya perbaikan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 melalui perbaikan kesuburan tanah dan meminimalkan bahaya erosi.

Key word: kesesuaian lahan, faktor pembatas, hutan rakyat.

(6)

144

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

PENDAHULUAN

Pembangunan kehutanan merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia, karena dari sektor kehutanan memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan nasional. Fungsi dan manfaat yang bisa diperoleh dari sumber daya alam hutan telah menem-patkan hutan dalam peranan yang cukup besar dalam peroleh devisa negara, perluasan kesempatan kerja, kemampuan berusaha, pemetaan pembangunan, kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan (Burhaman et al., 1990). Menurut Awang (2001) kebe-radaan hutan rakyat sudah memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi pemenuhan kebutuhan kayu masyarakat. Sekitar 70% konsumsi kayu di pulau Sumatera dipenuhi dari hutan rakyat. Hal ini sekaligus menyumbang terhadap pembangunan ekonomi masyarakat melalui peningkatan produksi kayu dan hasil ikutan lainnya. Dari segi ekologi juga meningkatkan proteksi permukaan tanah dari bahaya erosi, menye-diakan habitat yang baik bagi satwa, mengurangi emisi CO2 dan polutan lainnya di udara.

Perkembangan kehutanan di Kabupaten Bireuen diiringi juga dengan peningkatan kebutuhan akan pasokan kayu yang meningkat sejalan dengan pening-katan jumlah permintaan dari konsumen. Pasokan kayu yang selama ini diperoleh dari hutan alam semakin tidak mencukupi dan membutuhkan alternatif lain untuk pemenuhan tersebut. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan akan pasokan kayu tersebut yaitu dengan adanya hutan yang dikelola oleh masyarakat dan pemi-lihan tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria), Mahoni (Swietenia maccrophylla King) Jati (Tectona grandis) dan Rambutan (Nephelium lappaceum).

Pemilihan jenis tanaman tersebut untuk dikem-bangkan sebagai tanaman hutan rakyat di Kabupaten Bireuen memiliki banyak manfaat baik dari segi ekologi dan ekonomi. Manfaat dari segi konservasi adalah tanaman tersebut dapat membantu dalam penye-lamatan hutan, tanah dan air, sedangkan dari segi ekonomi tanaman tersebut akan memberi nilai tambah baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah setempat karena permintaan akan tanaman sangat

tinggi baik untuk pasaran domestik maupun ekspor. Pemilihan jenis tanaman ini pada hutan rakyat di Kabu-paten Bireuen dipengaruhi oleh beberapa faktor dianta-ranya tingkat kesesuaian lahan, ketersediaan tenaga kerja, harga jual dan kemudahan pemeliharaan.

Tanaman sengon, mahoni, jati, dan rambutan umumnya dapat tumbuh di berbagai wilayah. Namun perlu diingat bahwa tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh optimal di wilayah tersebut, karena tiap jenis tanaman mempunyai persyaratan tumbuh yang berbeda-beda. Dengan demikian, perlu dikombinasikan antara kesesuaian lahan untuk pertanian dan persyaratan tumbuh tiap-tiap jenis tanaman (Rudianto, 2006). Dalam rangka meningkatkan produksi tanaman khususnya tanaman sengon, mahoni, jati, dan rambu-tan di Kabupaten Bireuen, pengelolaan lahan melalui kegiatan evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi, disamping faktor tekhnis budidaya tanaman, Sumber Daya Manusia (SDM) dan faktor lingkungan. Peman-faatan lahan secara tepat dengan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha pertanian dan berpengaruh juga terhadap perencanaan penggunaan lahan. Produktivitas yang optimal dan berkesinambungan serta kelestarian sumber daya lahan dapat diharapkan dari penafsiran jenis tanaman sesuai dengan kualitas lahannya. Infor-masi karakteristik dan kualitas biofisik dan kimia tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman perlu direncanakan melalui kegiatan evaluasi kesesuaian lahan.

Disamping itu, evaluasi kesesuaian lahan lahan dapat memberikan petani informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya. Pada prinsipnya evalusi sumber daya lahan dilakukan dengan cara membandingkan antara persya-ratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan karakteristik sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Untuk itu diperlukan adanya eva-luasi sumberdaya lahan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan jenis-jenis tanaman tersebut untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Bireuen.

(7)

145 Halus Satriawan, dkk.: Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk……….(1): 143-150

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di 5 kecamatan (Simpang Mamplam, Peudada, Peusangan Selatan dan Peusangan Siblah Krueng) yang telah ditentukan sebagai kawasan hutan rakyat berdasarkan RTRW Kabupaten Bireuen, yang terletak pada ketinggian 20 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2012.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: peta kelas lereng, peta jenis tanah, peta RTRW Kabupaten Bireuen, sampel tanah, dan bahan kimia untuk menganalisis tanah. Sedangkan alat yang digu-nakan dalam penelitian ini adalah pisau lapangan, plastik, bor tanah, rol meter, soil tool kit, software GIS, computer, dan alat pendukung lainnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei tanah, sedangkan evaluasi kesesuaian lahan menggunakan metode pencocokan (matching) kriteria dan syarat tumbuh tanaman berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh departemen pertanian (Djaenudin et.al, 2003).

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu persiapan, survei lapangan dan analisis dilaboratorium, dan analisis data. Tahap persiapan meliputi pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian, tumpang tindih (overlay) peta jenis tanah dan kelas lereng untuk menda-patkan satuan unit lahan. Tahap selanjutnya adalah survey lapangan pada satuan unit lahan yang diperoleh. Survey lapangan dilakukan dengan membuat profil tanah dan pengambilan sampel tanah serta pengamatan karakteristik biofisik lapang lainnya. Tahap pelaksanaan dilapangan pada penelitian ini terbagi atas dua tahapan yaitu tahapan penentuan areal pengamatan penelitian, dan tahapan pengambilan tanah. Adapun pelaksanaan survey tanah dilakukan melalui (BPTP, 2004):

a. Memperhatikan wilayah sekitar untuk mengenal keadaan wilayah sambil melakukan pemboran untuk mengetahui penyebaran dan homogenitas sifat-sifat tanah dari lokasi tersebut.

b. Menetapkan lokasi yang representatif dengan cara melakukan pemboran di 2-3 tempat berjarak 100 m di sekitar lokasi yang akan diambil seperti untuk mengetahui kehomogenan tanah. Jika 2-3

penge-boran tersebut menunjukkan keadaan yang sama, maka tempat pengambilan contoh tanah sudah dianggap cukup representatif.

c. Selain menggunakan bor tanah sampel tanah juga diambil dengan pembuatan lubang profil tanah. Pengambilan dengan pembutan lubang profil tanah dilakukan dengan menggali tanah dengan ukuran 1×2 m dan kedalaman 1 – 2 m atau mencapai bahan induk tanah. Sedangkan dengan menggu-nakan bor dilakukan dengan membor tanah 3 titik sedalam 0-25 cm dan 25-50 cm dengan jarak 100 m per titiknya.

d. Sampel tanah yang diambil dengan bor tanah mau-pun dengan pembuatan lubang profil tanah, masing-masing sekitar 1kg.

e. Sampel tanah secara keseluruhan dikomposit sehingga 1 satuan lahan (SL) menjadi 1 sampel tanah untuk dianalisis sifat fisik dan kimia sesuai dengan karakteristik/kebutuhan tumbuh tanaman. f. Melakukan penentuan data-data pendukung

se-perti :

(1) Temperatur yaitu rata-rata temperatur (0C)

10 tahun terakhir yang bersumber dari Sta-siun BMKG Lhokseumawe.

(2) Ketersediaan air yaitu data curah hujan (mm) 10 tahun terakhir yang bersumber dari Stasiun BMKG Lhokseumawe.

(3) Ketersediaan oksigen yaitu drainase tanah maksudnya tanah yang diamati dilapangan tidak terdapat bercak karatan dan cukup basah.

(4) Bahan kasar (%) artinya presentasi kerikil atau batuan yang terdapat didalam tanah. (5) Bahaya Erosi yaitu lereng (%) dilihat

bagai-mana tingkat kemiringan lerengnya. (6) Batuan Permukaan (%) artinya batuan yang

tersebar diatas permukaan tanah, berdia-meter > 25 cm.

(7) Batuan singkapan (%) artinya batuan yang terungkap diatas permukaan yang merupa-kan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah.

Hasil analisis tanah kemudian dijadikan sebagai dasar klasifikasi dengan mencocokkan menurut tingkat kesesuaian lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman

(8)

146

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

yaitu Sengon (Paraserianthes falcataria), Mahoni (Swietenia maccrophylla King), Jati (Tectona grandis) dan Rambutan (Nephelium lappaceum). Tahapan pengolahan data yang dilakukan yaitu :

a. Penelitian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman dilakukan dengan sistem macting antara persya-ratan penggunaan lahan atau persyapersya-ratan tumbuh tanaman dengan data kualitas/karakteristik lahan dari suatu wilayah.

b. Untuk mendapatkan kesesuaian lahan potensial didapatkan dengan cara menentukan upaya-upaya pemberian karakteristik/kualitas lahan yang diperlukan untuk menaikkan kelas kesesuaian lahannya berdasarkan input/masukan yang diper-lukan. Sehingga kelas kesesuaian lahan poten-sialnya akan meningkat pada kelas yang terbaik, faktor pembatasannya hanya dibatasi oleh faktor permanen yang tidak dapat dilakukan usaha-usaha perbaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Hasil evaluasi kesesuaian lahan di 4 satuan lahan (SL) menunjukkan karakteristik tanah di lokasi penelitian bervariasi. Curah hujan dan suhu udara rata-rata tahunan seragam untuk semua wilayah tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik lahan pada masing-masing satuan lahan tanah di wilayah penelitian. Table 1. Land characteristics in each land unit in the

study area

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian potensial pada SL 1, SL 2, SL 3, dan SL 4 di Kabupaten Bireuen untuk tanaman rambutan, jati, sengon dan mahoni disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kehutanan Pada Setiap Satuan Lahan Table 2. Forest Crop Land Suitability Classes In Each

Land Unit

Sumber: Analisis data lapangan dan laboratorium

Tabel 2 di atas menunjukkan kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan lahan (SL) untuk setiap jenis tanaman kehutanan yaitu rambutan, jati, sengon dan mahoni secara garis besar terdapat tiga jenis kelas kesesuaian lahan aktual pada daerah penelitian yaitu S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai

Mar-ginal) dan N (Tidak Sesuai) yang akan dijelaskan

sebagai berikut:

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Rambutan

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan pada tabel 2 di atas, kelas kesesuaian lahan untuk tanaman rambutan terdiri dari S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) ditemui pada SL 1, dengan sub kelas

S2-nr,eh (KTK dan C-organik, lereng dan bahaya erosi).

Artinya karakteristik dan kualitas lahan yang menjadi faktor penghambat pertumbuhan tanaman rambutan adalah kurangnya kesuburan tanah karena rendahnya

Persyaratan penggunaan/

Satuan Lahan

SL 1 SL 2 SL 3 SL 4

Temperatur rerata (°C) 26.51 26.51 26.51 26.51 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2889 2889 2889 2889

Ketersediaan oksigen (oa)

(drainase) sedang agak terhambat agak terhambat sedang Media perakaran (rc)

Tekstur sedang agak halus sedang halus

Bahan Kasar (%) 4.8 0 10 0 Kedalaman Tanah (cm 150 104 98 112 KTK Liat (cmol) 11.66 8.1 18.44 16.56 Kejenuhan Basa (%) 76 58 61 35 pH H2O 6.77 6.91 6.43 5.04 C-organik (%) 0.88 0.54 1.36 1.16 Salinitas (dS/m) 1,14 0,9 1,0 0,56 Lereng (%) 15 40 25 - 40 15 - 25

Bahaya erosi rendah Berat agak berat agak berat

Batuan di Permukaan (%) 0 0 3 0

Singkapan Batuan (%) 0 0 6 0

Jenis Tanaman SL Kelas Kesesuaian Lahan Rambutan

SL 1 S2-nr, eh;(KTK dan C-organik, lereng dan bahaya erosi) SL 2 N-eh (lereng) SL 3 N-eh (lereng) SL 4 S3-eh (lereng) Jati SL 1 S3-eh (lereng) SL 2 N-eh (lereng)

SL 3 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 4 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) Sengon

SL 1 S3-eh (lereng) SL 2 N-eh (lereng) SL 3 N-eh (lereng)

SL 4 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) Mahoni

SL 1 S2-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 2 N-eh (lereng dan baya erosi) SL 3 N-eh (lereng)

(9)

147 Halus Satriawan, dkk.: Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk……….(1): 143-150

KTK dan C organik. KTK sangat erat kaitannya dengan kemampuan menjerap unsur hara, dimana pada KTK yang tinggi tanah mampu menjerap dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Adanya potensi erosi yang disebabkan lereng yang bergelombang dan telah adanya gejala erosi pada permukaan atas tanah juga menghambat pilihan penggunaan lahan untuk tanaman rambutan. Hasil analisis tanah terhadap sifat kimia dan fisik tanah menunjukkan kapasitas tukar kation pada SL 1 sebesar 11,66 c mol, C-organik tanah 0,88 % dan lereng 15 %. kebutuhan tanaman akan parameter ini adalah > 16 c mol, > 1,2 % C-organik dan lereng permukaan < 8 %. Kelas kesesuaian S3 (sesuai marjinal) ditemui pada SL 4 dengan sub kelas S3-eh (lereng). Pada satuan lahan 4 kemiringan lereng berada pada kategori miring/berbukit. Kondisi ini memberikan peluang yang tinggi terhadap terjadinya erosi tanah. Kelas kesesuaian N (tidak sesuai) ditemui pada satuan lahan 2 dan 3, dengan faktor pembatas lereng yang miring – agak curam (25 – 45 %). Sama halnya dengan S3-eh, kategori N-eh mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap erosi yang disebabkan oleh kemiringan lereng. Selain itu di satuan lahan 2, 3 dan 4 juga ditemui gejala erosi yang agak berat dan berat, hal ini akan menjadi penghambat yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman rambutan walaupun karakteristik dan kualitas tanah lainnya memadai.

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati

Hasil evaluasi kesesuaian lahan pada tabel 2 di atas, kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati terdiri dari S3 dan N. Kelas kesesuaian S3 (sesuai marjinal) ditemui pada SL 1, 3 dan 4 dengan sub kelas S3-eh (lereng dan bahaya erosi). Pada satuan lahan 1, 3 dan 4 kemiringan lereng berada pada kategori bergelombang hingga miring/berbukit (15 – 30 %). Kondisi ini memberikan peluang yang tinggi terhadap terjadinya erosi tanah. Kelas kesesuaian N (tidak sesuai) ditemui pada satuan lahan 2 dengan faktor pembatas lereng yang miring – agak curam (30 – 45 %). Sama halnya dengan S3-eh, kategori N-eh mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap erosi yang disebabkan oleh kemiringan lereng sehingga membahayakan kelestarian sumberdaya lahan.

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Sengon

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman sengon juga terdiri dari S3 dan N. Kelas kesesuaian S3 (sesuai marjinal) ditemui pada SL 1 dan 4 dengan sub kelas S3-eh (lereng dan bahaya erosi). Pada satuan lahan 1 dan 4 kemiringan lereng berada pada kategori miring/ berbukit (15 – 30 %). Kondisi ini memberikan peluang yang tinggi terhadap terjadinya erosi tanah yang menye-babkan menurunnya kesuburan tanah secara kimia, fisik dan biologi. Kelas kesesuaian N (tidak sesuai) dite-mui pada satuan lahan 2 dan dengan faktor pembatas lereng yang agak curam (30 – 45 %). Sama halnya dengan S3-eh, kategori N-eh mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap erosi yang disebabkan oleh kemi-ringan lereng sehingga membahayakan kelestarian sumberdaya lahan walaupun persyaratan terhadap kualitas tanah yang lain berada pada kategori optimal (S1).

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Mahoni

Hasil evaluasi kesesuaian lahan pada tabel 2 menunjukkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni terdiri dari S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) ditemui pada satuan lahan 1 dengan jenis faktor penghambat eh (lereng dan bahaya erosi), kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marjinal) juga dengan faktor penghambat yang sama ditemui pada SL 4 dengan sub kelas S3-eh (lereng dan bahaya erosi). Se-dangkan kelas kesesuaian N (tidak sesuai) ditemui pada satuan lahan 2 dan 3 dengan faktor pembatas lereng yang mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap erosi yang disebabkan oleh kemiringan lereng sehingga membahayakan kelestarian sumberdaya lahan.

Kesesuaian Lahan Potensial

Kelas kesesuaian lahan yang ada dapat dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatas yang ada sehingga dapat ditingkatkan menjadi kelas keseuaian lahan yang lebih baik dan mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan jenis tanaman yang diharapkan (tabel 3). Kelas kesesuaian lahan S2-nr (retensi hara) dengan faktor pembatas Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan C-organik, pH H2O, dan kejenuhan basa dapat dilakukan

(10)

148

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

upaya perbaikan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1, karena faktor pembatas tersebut tidak terlalu berat dalam upaya perbaikannya. Terhadap faktor pembatas Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan C-Organik yang termasuk kedalam kelas kesesuaian aktual S2 dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara penambahan bahan organik maupun pengapuran ke dalam tanah, dengan mening-katnya C-organik maka Kapasitas Tukar Kationnya juga semakin baik, karena terdapat hubungan yang erat antara KTK dengan bahan organik. Hardjowigeno (2003) menyatakan kandungan bahan organik dapat mening-katkan Kapasitas Tukar Kation tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kan-dungan bahan organik rendah.

Untuk faktor pembatas pH H2O dan kejenuhan basa dapat dilakukan upaya perbaikan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1. Faktor pembatas kejenuhan basa dapat diperbaiki dengan cara penga-puran maupun dengan penambahan bahan organik, karena pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan Kejenuhan Basa. Sedangkan untuk faktor pembatas pH H2O dapat ditingkatkan dengan cara tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (Hardjowigeno, 2003).

Tabel 3. Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kehutanan pada masing-masing satuan lahan Table 3. Potential land suitability for forest plants in

each land unit

Faktor pembatas S2-eh (bahaya erosi) dengan faktor pembatasnya bahaya erosi. Faktor pembatas bahaya erosi tersebut dapat diperbaiki dengan cara pem-buatan guludan dan penanaman dalam strip. Pembu-atan guludan bertujuan agar air tidak segera masuk ke dalam tanah disalurkan dengan kecepatan yang rendah ke luar lapangan. Sehingga faktor pembatas bahaya erosi dapat ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1. Faktor pembatas lereng dan bahaya erosi yang termasuk kedalam kelas kesesuaian aktual S3 mempunyai hambatan yang berat sehingga memerlukan tindakan konservasi yang khusus dan diperlukan penge-lolaan yang lebih hati-hati serta tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara karena lereng dan bahaya erosi tersebut termasuk kedalam kelas kesesuaian potensial S3 (Sesuai Marginal).

Faktor pembatas lereng dan bahaya erosi dapat dilakukan upaya perbaikan dengan cara pembuatan gu-ludan bersaluran, penggunaan mulsa, pembuatan teras yang bertujuan mengurangi panjang lereng, dan mengu-rangi aliran permukaan. Sehingga produktivitas lahan akan kembali membaik dan kelas kesesuaian lahan potensial S3 dapat ditingkatkan menjadi kelas kese-suaian lahan potensial S2. Tapi dengan pengelolaan yang tinggi serta memakan biaya dan jangka waktu yang lama faktor pembatas lereng dan baaya erosi masih dapat ditingkatkan lagi menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 namun perlu dilakukan penambahan tindakan seperti pembuatan teras bangku, saluran bervegetasi dan dam penghambat pengkombiasian tiga atau lebih perlakuan diatas dalam satu lahan. Cara-cara tersebut sebaiknya dikombinasikan karena faktor penghambat disini termasuk kedalam kelas yang mempunyai hambatan yang berat.

Faktor pembatas N-eh (bahaya erosi) dengan faktor pembatasnya lereng mempunyai faktor pemba-tas yang lebih berat dan sulit diapemba-tasi. Untuk mengapemba-tasi faktor pembatas pada kelas N (Tidak Sesuai) memer-lukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Dalam upaya perbaikan terhadap faktor pem-batas lereng yang termasuk kedalam kelas N (Tidak

Jenis Tanaman SPT Kelas Kesesuaian Lahan Potensial

Rambutan

SL 1

S1: setelah perbaikan kesuburan tanah dan meminimalkan bahaya erosi

SL 2

S3-eh, S2-nr (lereng dan C-organik): setelah mengurangi potensi bahaya erosi dan menambah kesuburan tanah melalui pembuatan teras kebun dan pemberian bahan organik secara teratur

SL 3

S3-eh(lereng), setelah mengurangi potensi bahaya erosi tanah melalui pembuatan teras kebun

SL 4

S2-eh (lereng dan bahaya erosi), S2-nr (Kb dan C-organik) setelah mengurangi potensi bahaya erosi dan menambah kesuburan tanah

Jati

SL 1 S2-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 2 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 3 S2-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 4 S2-eh (lereng dan bahaya erosi)

Sengon

SL 1 S2-eh (lereng); S2-rc (kedalaman tanah) SL 2 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 3 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 4 S2-eh (lereng); S2-rc (kedalaman tanah)

Mahoni

SL 1 S1

SL 2 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 3 S3-eh (lereng dan bahaya erosi) SL 4 S2-eh (lereng); S2-nr (pH)

(11)

149 Halus Satriawan, dkk.: Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk……….(1): 143-150

Sesuai) sulit diterapkan tapi bukan berarti tidak dapat dilakukan perbaikan hanya saja dibutuhkan pengelolaan yang tinggi serta waktu yang lama dan biaya yang besar. Untuk faktor pembatas lereng dapat dilakukan upaya perbaikan dengan cara melakukan konservasi tanah dan air mengunakan metode vegetatif.

Metode vegetatif mempunyai fungsi mengurangi erosi dan daya rusak aliran permukaan dengan cara melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air diatas permukaan tanah. Jenis-jenis metode yang digunakan pada metode vegetatif untuk mengurangi panjang lereng adalah penanaman berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, penanaman secara kontur, penanaman tanaman secara berbaris, pergiliran tanaman, serta penggunaan mulsa. Penutupan tanah oleh tanaman penutup tanah akan mengurangi evaporasi dan dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan poro-sitas tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Penanaman secara kontur (contour strip cropping) berfungsi untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan untuk mengatasi kemiringan lereng.

Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat melindungi tanah dari curahan langsung air hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, mengurangi run off (aliran permukaan tanah) dan me-melihara kestabilan struktur tanah, melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah.

Metode vegetatif diatas akan sangat efektif apabila dikombinasikan dengan metode fisik karena faktor pembatas disini termasuk kedalam kelas yang mem-punyai hambatan yang berat. Metode fisik adalah teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung dan menya-lurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak meru-sak. Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik, antara lain sebagai berikut:

1. Saluran pengelak adalah suatu cara konservasi tanah dengan membuat semacam parit atau sa-luran memotong arah lereng dengan kemiringan yang kecil sehingga kecepatan air tidak lebih dari 0,5 m/detik. Saluran pengelak biasanya dibuat

pada tanah yang berlereng panjang dan seragam yang permeabilitasnya rendah.

2. Teras guludan adalah bentuk konservasi tanah dengan membuat guludan yaitu tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang memotong kemiringan lahan. Fungsinya adalah untuk meng-hambat aliran permukaan, menyimpan air di bagian atasnya dan untuk memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan tanah berkisar antara 25-30 cm dengan lebar dasar 25-30cm. Pada lahan yang berlereng curam atau lahan yang peka terhadap erosi dapat digunakan guludan bersaluran. Pada sistem guludan bersaluran, di sebelah atas ludan dibuat saluran memanjang mengikuti gu-ludan.

3. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.

4. Pembuatan saluran air. Saluran pelepasan air ini berfungsi untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diper-lambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.

KESIMPULAN

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman rambutan terdiri dari S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) dengan sub kelas S2-nr,eh (KTK dan C-organik, lereng dan bahaya erosi), Kelas kesesuaian S3 (sesuai marjinal) dengan sub kelas S3-eh (lereng). Kelas kesesuaian N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas lereng

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati dan sengon terdiri dari S3 dan N dengan faktor pembatas S3-eh dan N-eh. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni terdiri dari S2, S3 dan N dengan faktor pembatas lereng dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan

S2-nr, eh (retensi hara dan bahaya erosi) dapat

dilaku-kan upaya perbaidilaku-kan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 melalui perbaikan kesuburan tanah dan meminimalkan bahaya erosi.

(12)

150

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 2, Edisi Juli 2013

DAFTAR PUSTAKA

Awang, S.A. et al . 2001. Gurat Hutan rakyat di Kapur Selatan. Debut Press. Jogjakarta.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP),2009.Karakteristik kesesuaian lahan. Bogor (http:// bbsdlp.litbang.deptan.go.id/index.php. Diakses 22 juli 2012.

Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimak. Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Lampiran 1. Peta Satuan Lahan

Burhaman, karyano, P., dan Cec, H.1990. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani A., dan Suharta, N. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agrolimat. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedage-nesis. Akademika Pressindo. Jakarta

Hardjowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian. Bogor.

Gambar

Table 1. Land characteristics in each land unit in the study area
Tabel 3. Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kehutanan pada masing-masing satuan lahan Table 3

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang akan digunakan adalah 100 responden Hasil analisis menunjukkan bahwa Service Standard Communication dan Komitmen Manajemen memiliki pengaruh terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat tumbuh tanaman halubi ( Eleiodoxa conferta ) serta daerah persebaran tumbuhan halubi (E. conferta) di

Maka kepuasan kerja karyawan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi seseorang memiliki sikap puas dalam bekerja

Sebagaimana dijelaskan oleh Benjamin Schneider (1975) ”iklim mempengaruhi para karyawan sehingga mereka dapat mengerti tatanan yang berlaku dalam lingkungan kerja dan memberi

Menurut Mulyadi (2010) unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dirancang dengan merinci unsur organisasi, sistem otorisasi, dan prosedur

mengurangi jumlah dollar yang dicetak dengan konsekuensi positif yakni dollar tetap menjadi mata uang utama perdagangan internasional dan Amerika Serikat dengan mudah dapat

Berdasarkan diagram hasil penelitian menunjukkan perlakuan P0 (kontrol) pada tanaman kacang hijau lebih kecil diameter batangnya dibandingkan dengan tanaman

Adalah mungkin untuk mencari penerbangan antara tempat keberangkatan dan tujuan serta informasi hotel, tetapi mereka tidak memiliki 'Layanan Rekomendasi Perjalanan' yang