• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandung Tahun 2005 – 2025 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008.

Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Kota Bandung telah menetapkan pula Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, telah diikuti dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung Tahun 2009 – 2013 telah ditetapkan tanggal 30 Juni 2011.

Rencana Strategis merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik. Dalam hal ini adalah pelayanan publik urusan ketenagakerjaan dan urusan ketransmigrasian, penyusunannya selain berpedoman kepada Peraturan Daerah Kota Bandung, juga harus mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang RPJM Propinsi Jawa Barat, serta dengan pertimbangan potensi sumberdaya, memperhatikan faktor-faktor keberhasilan, hambatan, evaluasi kinerja, serta isu-isu strategis yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang sedang berkembang.

Perubahan Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung berlandaskan pada beberapa faktor pertimbangan, antara lain :

(2)

1. Tidak tercantumnya program dan kegiatan Urusan Ketransmigrasian dalam Perda Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 tentang RPJMD (lama) Kota Bandung Tahun 2009 – 2013;

2. Menyelaraskan dan menambah beberapa indikator kinerja, karena dalam RPJMD lama beberapa indikator kinerja belum sepenuhnya mencerminkan target kinerja ketenagakerjaan;

3. Menyelaraskan dan menambah target kinerja ketransmigrasian, serta mencantumkannya dalam target kinerja Perubahan RPJMD;

4. Penyelarasan lebih lanjut antara kebijakan horizontal dan vertikal yang terkait dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

1.2. Keterkaitan Renstra – SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Rencana Strategi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung secara substantif tidak berdiri sendiri, dokumen ini terkait dengan keberadaan dokumen perencanaan lainnya yang bersifat perencanaan program pembangunan (a-spatial). Oleh karena itu dalam penyusunannya memperhatikan dan mensinergikan dengan :

1. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung 2005 – 2025.

2. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009 – 2013.

3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Propinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Lampiran Permennakertrans Nomor PER.03/MEN/1/2010 Tentang RENSTRA Kemennakertrans Tahun 2010-2014,

serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan Urusan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian. Adapun pokok yang berkaitan, dapat dilihat pada tabel berikut :

(3)

Tabel 1.1

Keterkaitan RENSTRA Dinas Tenaga Kerja dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RENSTRA

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung 2009-2013 RPJMD Kota Bandung 2009-2013 RENSTRA Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Propinsi Jawa Barat

2008-2013 Revisi RPJMD Propinsi Jawa Barat 2008-2013 RENSTRA Kementerian Tenaga Kerja & Transmigrasi RI 2010-2014 Keterkaitan Misi :

Misi 1 :

Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terampil dan produktif sesuai kebutuhan pasar kerja dan dunia kerja

Misi 2 :

Peningkatan peluang kesempatan kerja, dan perluasan kerja Misi 3 :

Peningkatan perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan, serta pembinaan dan pengembangan hubungan industrial

Misi 4 :

Peningkatan ketersediaan lokasi transmigrasi dan penempatan transmigran Misi 2 : Mengembangkan Perekonomian Kota Yang Berdaya Saing Dalam Menunjang Penciptaan Lapangan Kerja dan Pelayanan Publik Serta Meningkatkan Peranan Swasta Dalam Pembangunan Ekonomi Kota Misi 1 : Membangun Pencitraan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Misi 2 : Mengembangkan Kebersamaan Pelaku Pembangunan Misi 4 : Mengoptimalkan Lembaga Pengembangan Sumberdaya manusia Misi 1 : Sumberdaya Manusia Jawa Barat Yang Produktif dan Berdaya Saing Misi 2 : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal Misi 3 : Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Keterkaitan Sasaran/Kebijakan : Sasaran Misi 1 :

1. Tersedianya tenaga kerja yang berkualitas , produktif, berdaya saing tinggi, dan siap pakai

2. Meningkatkan keterampilan dan produktifitas kerja

Sasaran Misi 2 :

1. Tersedianya infomasi pasar kerja

2. Terciptanya kesempatan kerja

3. Terciptanya wira usaha baru Sasaran Misi 3 :

1. Meningkatnya peran dan fungsi lembaga-lembaga ketenagakerjaan 2. Meningkatkan kualitas pelayanan penyelesaian perselisihan hubungan industrial 3. Meningkatnya kesejahteraan pekerja sesuai dengan kemajuan dan kemampuan yang dicapai perusahaan. 4. Tegaknya supremasi hukum

Sasaran : Meningkatnya Perluasan Kesempatan Kerja Formal di Sektor-Sektor Yang Menjadi Core Competency Kota Sasaran Misi 1: Meningkatnya Kualitas Tenaga Kerja dan Transmigran Terlatih yang Siap Kerja Pada Berbagai Sektor Lapangan Kerja dan Transmigrasi Sasaran Misi 2 : Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja di berbagai lapangan usaha Sasaran Misi 4 : Meningkatnya Kerjasama Kemitraan dengan dunia Usaha dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan transmigrasi Sasaran Misi 1 : Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja Sasaran Misi 2 : Meningkatnya Kesempatan dan Penyediaan Lapangan Kerja Agenda : Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Sasaran : menurunkan Tingkat Pengangguran Menjadi 5,1 Persen Kebijakan :  Menciptakan Lapangan Kerja Formal Dan Modern  Memfasilitasi Perpindahan Pekerja Dari Produktivitas Rendah Ke Produktivitas Tinggi

(4)

ketenagakerjaan, dan berkurangnya pelanggaran norma ketenagakerjaan 5. Meningkatnya keselamatan,

kesehatan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja.

Sasaran Misi 4 : 1. Meningkatnya lokasi

transmigrasi

2. Meningkatnya transmigran yang menetap di lokasi transmigrasi

Rencana Strategis merupakan acuan untuk penyusunan Rencana Kerja setiap tahun dalam rangka pencapaian visi, misi, dan arah pembangunan jangka menengah daerah Kota Bandung. Secara diagramatis keterkaitan Renstra Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dengan dokumen perencanaan lainnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.1.

Keterkaitan Renstra dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RENSTRA DINAS TENAGA KERJA RENSTRA DISNAKER&TRANS PROP. JABAR RPJMD PROPINSI JAWA BARAT RPJM DEPNAKERTRANS RI RPJPD 2005-2025 & RPJM 2009-2013 KOTA BANDUNG RENCANA KERJA 2009 RENCANA KERJA 2010 RENCANA KERJA 2011 RENCANA KERJA 2012 RENCANA KERJA 2013

(5)

1.3. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Perubahan Rencana Strategi Tahun 2009 – 2013 adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

5. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung;

6. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007, tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

7. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2009;

8. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2011, tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung Tahun 2009 – 2013;

9. Peraturan Walikota Bandung Nomor 265 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis pada Lembaga Teknis Daerah dan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

10. Peraturan Walikota Bandung Nomor 475 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung.

(6)

1.4. Maksud dan Tujuan

Rencana Strategi Tahun 2009 – 2013 ini disusun dengan maksud sebagai berikut:

a. Memudahkan aparatur Pemerintah Kota Bandung, khususnya Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, serta masyarakat pada umumnya untuk memahami visi, misi, strategi dan arah kebijakan Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian selama lima tahun ke depan dalam rangka sinergitas pelaksanaan pembangunan urusan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

b. Dokumen perencanaan strategi dan prioritas program lima tahunan sebagai dasar penyusunan rencana kerja setiap tahun.

Sedangkan tujuan disusunnya Renstra Dinas Tenaga Kerja Tahun 2009 – 2013 adalah :

a. Memperoleh dokumen rencana pembangunan urusan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian lima tahunan yang terintegrasi dengan dokumen RPJMD Kota Bandung serta dokumen yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian lainnya;

b. Memberikan arah dan acuan pembangunan yang ingin dicapai Dinas Tenaga Kerja dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sekaligus indikator capaian yang harus dipenuhi;

c. Memberikan pedoman operasional pelaksanaan program dan kegiatan bagi aparat Dinas Tenaga kerja dalam menjabarkan visi, misi, dan arah pembangunan dalam RPJMD Kota Bandung.

1.5. Sistematika

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2009 – 2013 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

(7)

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Landasan Hukum

1.3 Maksud dan Tujuan

1.4 Sistematika Penulisan

Mengemukakan secara ringkas pengertian Renstra SKPD, fungsi Renstra SKPD dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, proses penyusunan Renstra SKPD, keterkaitan Renstra SKPD dengan RPJMD, Renstra K/L dan Renstra provinsi, dan dengan Renja SKPD.

Memuat penjelasan tentang undang-undang, peraturan pemerintah, Peraturan Daerah, dan ketentuan peraturan lainnya yang mengatur tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi, kewenangan SKPD, serta pedoman yang dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran SKPD

Memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renstra SKPD

Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan Renstra SKPD, serta susunan garis besar isi dokumen.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas sumber daya yang dimiliki SKPD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra SKPD periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas SKPD yang telah dihasilkan

(8)

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra SKPD ini.

Memuat penjelasan umum tentang dasar hukum pembentukan SKPD, struktur organisasi SKPD, serta uraian tugas dan fungsi sampai dengan satu eselon dibawah kepala SKPD. Uraian tentang struktur organisasi SKPD ditujukan untuk menunjukkan organisasi, jumlah personil, dan tata laksana SKPD (proses, prosedur, mekanisme).

2.2 Sumber Daya SKPD

2.3 Kinerja Pelayanan SKPD

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan

Pelayanan SKPD

Memuat penjelasan ringkas tentang macam sumber daya yang dimiliki SKPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mencakup sumber daya manusia, asset/modal.

Bagian ini menunjukkan tingkat capaian kinerja SKPD berdasarkan sasaran/target Renstra SKPD periode sebelumnya, menurut SPM untuk urusan wajib, dan/atau indikator kinerja pelayanan SKPD dan/atau indikator lainnya atau indikator yang telah diratifikasi oleh pemerintah.

Bagian ini mengemukakan hasil analisis terhadap Renstra SKPD provinsi, yang berimplikasi sebagai tantangan dan peluang bagi pengembangan pelayanan SKPD pada lima tahun mendatang. Bagian ini mengemukakan macam pelayanan.

(9)

BAB IIIISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN

TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

3.2 Isu-isu Strategis

Pada bagian ini dikemukakan permasalahan-permasalahan pelayanan SKPD beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya

Bagian ini mengemukakan apa saja tugas dan fungsi SKPD yang terkait dengan visi, misi, serta program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Berdasarkan identifikasi permasalahan pelayanan SKPD, dipaparkan faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut yang menjadi salah satu bahan perumusan isu strategis pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra K/L ataupun Renstra SKPD provinsi, dikemukakan faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD.

BAB IVVISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

(10)

4.1 Visi dan Misi SKPD

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD

4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan visi dan misi SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD beserta indikator kinerjanya

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan kebijakan SKPD dalam lima tahun mendatang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif

BAB VIINDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

(11)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG

2.1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah, dengan tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi yang menjadi kewenangan dinas sebagaimana dijabarkan di bawah ini

Tugas Pokok, dan Fungsi

Tugas pokok Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah melaksanakan sebagian kewenangan Daerah di bidang tenaga kerja dan transmigrasi, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Tenaga kerja mempunyai fungsi yaitu :

a. Perumusan kebijakan teknis lingkup pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan; c. Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan

kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;

(12)

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; e. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas.

Untuk kelancaran dan optimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja mengacu pada Peraturan Walikota Bandung Nomor 475 Tahun 2008 tentang rincian tugas pokok dan fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung, sebagai berikut :

1) Kepala Dinas

Kepala Dinas Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja mempunyai fungsi :

(1) Perumusan kebijakan teknis lingkup pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pelatihan dan produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan. (3) Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelatihan dan produktivitas kerja,

penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan

(5) Pembinaan, monitoring, evaluasi, dan laporan penyelenggaraan kegiatan dinas.

2) Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Tenaga Kerja lingkup kesekretariatan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi :

(13)

(1) Perencanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;

(2) Pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum dan kepegawaian, keuangan dan program;

(3) Pelaksanaan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang;

(4) Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Dinas;

(5) Pengkordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang; dan

(6) Pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan kesekretariatan.

Sekretaris membawahi Kepala Sub bagian Umum dan Kepegawaian, dan Keuangan Dan Program, dengan rincian tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut:

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :

(1) Penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup administrasi umum dan kepegawaian;

(2) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan Dinas, penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;

(3) Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan pengelolaan data mutasi, cuti, disiplin, pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai; dan

(4) Evaluasi dan pelaporan lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

Kepala Sub Bagian Keuangan Dan Program

Sub bagian keuangan dan program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris lingkup keuangan dan program.

(14)

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub bagian keuangan dan program mempunyai fungsi :

(1) Penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup administrasi keuangan dan program;

(2) Pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data anggaran, koordinasi penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian keuangan dan menyusun laporan keuangan Dinas;

(3) Pelaksanaan pengendalian program yang meliputi kegiatan penyusunan bahan dan koordinasi penyusunan rencana dan program kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana dan program Dinas; dan

(4) Pelaporan pelaksanaan lingkup pengelolaan administrasi keuangan dan program Dinas.

3). Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja

Bidang pelatihan dan produktivitas kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelatihan dan produktivitas kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang pelatihan dan produktivitas kerja mempunyai fungsi :

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja; dan

(4) Monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja dan standarisasi kompetensi kerja.

(15)

Seksi pembinaan Lembaga Latihan Kerja dan Pelatihan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pembinaan Lembaga Latihan Kerja dan Pelatihan Kerja mempunyai fungsi :

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

(3) Pelaksanaan lingkup pembinaan lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja yang meliputi inventarisasi lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja, pembinaan peningkatan kualitas lembaga latihan kerja & pelatihan kerja, pembinaan peningkatan produktivitas kerja dan fasilitasi pemagangan kerja di dalam negeri dan luar negeri.

(4) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan lembaga pelatihan; dan (5) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyelenggaraan kegiatan pembinaan

lembaga latihan kerja dan pelatihan kerja.

Kepala Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja

Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja mempunyai fungsi :

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja

(2) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja

(3) Pelaksanaan lingkup Standarisasi Kompetensi Kerja yang meliputi inventarisasi dan klasifikasi pekerjaan, pembinaan dan fasilitasi Standarisasi Kompetensi Kerja

(16)

4) Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Bidang Penempatan Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Penempatan Kerja dan Transmigrasi

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Penempatan Kerja dan Transmigrasi mempunyai fungsi :

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(3) Pelaksanaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(4) Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi;

(5) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja serta transmigrasi.

Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dan Perluasan Kerja

Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang penempatan tenaga kerja dan transmigrasi lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai fungsi :

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja yang meliputi pendaftaran pencari kerja, penyediaan informasi lowongan kerja/bursa kerja, fasilitasi Penempatan Kerja bagi pencari kerja, pembinaan, penyuluhan, pengawasan

(17)

dan rekomendasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Kota Bandung, serta fasilitasi pendirian lembaga bursa kerja;

(4) Penyuluhan dan pengawasan penyelenggaraan pendirian kantor cabang Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Kota Bandung dan penyuluhan dan pengawasan penerbitan paspor TKI asal kota;

(5) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja.

Kepala Seksi Pengembangan Transmigrasi

Seksi Transmigrasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Transmigrasi mempunyai fungsi :

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup transmigrasi;

(2) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup transmigrasi;

(3) Pelaksanaan lingkup transmigrasi yang meliputi inventarisasi potensi transmigrasi, penyuluhan dan motivasi transmigrasi, penjajagan lokasi dan kerjasama penempatan transmigrasi serta monitoring kondisi transmigran; dan

(4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup transmigrasi.

5) Kepala Bidang Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup Pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1), bidang Pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan mempunyai fungsi:

(18)

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(3) Pelaksanaan lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(4) Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja; dan

(5) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup Pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Kepala Seksi Pembinaan Dan Pengembangan Hubungan Industrial Dan Jamsostek Seksi pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana pada ayat (1), Seksi pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan;

(3) Pelaksanaan lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan yang meliputi fasilitasi penyusunan dan pengesahan peraturan perusahaan, pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan Perjanjian Pekerjaan, Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), pencatatan

(19)

organisasi pekerja dan pengusaha dan verifikasi keanggotaan Serikat Pekerja pembinaan kepesertaan jaminan sosial serta penyusunan usulan penetapan upah minimum kota;

(4) Penyuluhan dan pengawasan penyelenggaraan operasional perusahaan penyedia jasa yang berdomisili di Kota;

(5) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pembinaan dan pengembangan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Kepala Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seksi penyelesaian perselisihan hubungan industrial mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

(3) Pelaksanaan lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang meliputi pembinaan, pencegahan dan fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial, mogok kerja dan penutupan perusahaan, pembinaan sumber daya manusia dan lembaga penyelesaian perselisihan di luar pengadilan, penyusunan, pengusulan formasi dan pembinaan mediator, konsiliator dan arbiter serta penerimaan pendaftaran dan seleksi calon hakim ad-hoc pengadilan hubungan industrial;

(4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

(20)

6) Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan

Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang pengawasan ketenagakerjaan mempunyai fungsi:

(1) Penyusunan rencana dan program lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja;

(2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja;

(4) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja.

Kepala Seksi Pengawasan Norma Kerja

Seksi Pengawasan norma kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pengawasan ketenagakerjaan lingkup pengawasan norma kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seksi pengawasan norma kerja mempunyai fungsi :

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pengawasan norma kerja; (2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengawasan norma kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup pengawasan norma kerja yang meliputi penyuluhan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan norma ketenagakerjaan, menerima pengaduan, melakukan pengecekan ke lapangan dan menugaskan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan melaksanakan koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam rangka penyelidikan, pemeriksaan, penindakan dan penyelesaian sebagai tindak lanjut atas pelanggaran peraturan daerah dan peraturan Walikota di bidang ketenagakerjaan; (4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pengawasan norma kerja.

(21)

Kepala Seksi Pengawasan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pengawasan ketenagakerjaan lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud pada ayat (1), seksi pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja mempunyai fungsi:

(1) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja;

(2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja;

(3) Pelaksanaan lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang meliputi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja, pemeriksaan penggunaan instalasi/pesawat/mesin produksi serta peralatan keselamatan kerja, pemeriksaan dan pengujian kondisi lingkungan kerja di perusahaan serta penanganan kasus kecelakaaan kerja; dan Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

7) Kepala UPT Balai Latihan Kerja (BLK)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang latihan kerja, dengan fungsi sebagai berikut :

(1) Penyusunan rencana dan teknis operasional pelaksanaan latihan kerja;

(2) Pelaksanaan operasional Balai Latihan Kerja yang meliputi inventarisasi jenis-jenis pekerjaan dan perusahaan, penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan tingkat mahir dan profesional; serta pelaksanaan pelatihan tingkat mahir dan profesional. (3) Pelaksanaan ketatausahaan UPT; dan

(4) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan Balai Latihan Kerja.

(22)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Tenaga Kerja di bidang Hiegiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dengan fungsi sebagai berikut :

(1) Penyusunan rencana dan teknis operasional pelaksanaan hiegiene Perusahaan dan Kesehatan yang meliputi inventarisasi tenaga kerja dan perusahaan, pemantauan hiegiene, kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan, pemantauan kondisi dan ketersediaan dokter di perusahaan, ahli hiegiene industri, teknisi hiegiene perusahaan, ketersediaan fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja dan psikologi industri;

(2) Pelaksanaan ketatausahaan UPT;

(3) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan kegiatan balai hieperkes.

Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah diatur berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung, struktur Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah sebagai berikut : 1) Kepala Dinas

2) Sekretariat, membawahkan :

(1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (2) Sub Bagian Keuangan dan Program

3) Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja, membawahkan : (5) Seksi Pembinaan Lembaga Latihan Kerja dan Pelatihan Kerja (6) Seksi Standarisasi Kompetensi Kerja

4) Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, membawahkan : (1) Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja

(2) Seksi Transmigrasi

5) Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

(1) Seksi Pembinaan dan Pengembangan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

(2) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 6) Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan

(23)

(1) Seksi Pengawasan Norma Kerja

(2) Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Peraturan Walikota Bandung Nomor 265/Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pada Lembaga Teknis Daerah dan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, mengatur tentang struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Tenaga Kerja, yaitu :

7) UPT Balai Latihan Kerja (BLK), dan (1) Sub Bagian Tata Usaha UPT BLK

8) UPT Balai Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan (Hiperkes), dan (1) Sub Bagian Tata Usaha UPT Hiperkes

Struktur Organisasi terlampir.

2.2. Susunan Kepegawaian Dan Perlengkapan

Susunan Kepegawaian Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung posisi Desember 2008 berjumlah 103 orang, laki-laki 60 orang dan perempuan 43 orang.

Berdasarkan struktur Satuan Organisasi Perangkat Daerah, dari jumlah pegawai di atas terdiri dari satu orang pejabat eselon II/a, Eselon III/a ada satu orang, jabatan eselon III/b jumlahnya 4 orang, dan yang menduduki jabatan eselon IV/a dan IV/b berjumlah 14 orang, pejabat fungsional 19 orang, pelaksana 70 orang, sebagaimana disusun dalam tabel di bawah ini :

Susunan Kepegawaian

Tabel 2.1. Daftar Pegawai Menurut Eselon

NO. JABATAN ESELON JUMLAH

1. Kepala Dinas II/a 1 orang

2. Sekretaris Dinas III/a 1 orang

3. Kepala Bidang III/b 4 orang

4. Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi/Ka.UPT IV/a 12 orang

5. Kepala Tata Usaha UPT IV/b 2 orang

6. Fungsional : - Pengantar Kerja - Mediator - Pengawas 4 orang 4 orang 11 orang 7. Pelaksana 64 orang

(24)

Jumlah PNS 103 orang Sumber : Kepegawaian dan Umum Disnaker Tahun 2010

Potensi pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung didominasi oleh adalah golongan III, jumlahnya mencapai 89 orang atau 86,4% dari jumlah seluruh pegawai, yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2 Daftar Pegawai Menurut Golongan

NO. GOLONGAN JUMLAH

1. Golongan IV 7 Orang

2. Golongan III 89 Orang

3. Golongan II 6 Orang

4 Golongan I 1 Orang

Jumlah 103 Orang

Sumber : Kepegawaian dan Umum Disnaker Tahun 2010

Apabila jumlah pegawai disusun berdasarkan pendidikan, maka dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.3. Daftar Pegawai Menurut Pendidikan

NO. PENDIDIKAN JUMLAH

1. S.3 0 Orang 2. S.2 7 Orang 3. S.1 38 Orang 4. D III 11 Orang 5 SLTA 43 Orang 6 SLTP 1 Orang 7 SD 3 Orang

Jumlah Pegawai (PNS & CPNS) 103 Orang Sumber : Kepegawaian dan Umum Disnaker Tahun 2010

Perlengkapan

Gedung dan Perlengkapan bangunan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung berdiri di atas lahan dengan luas 8.487,99 m², terdiri dari 3 (tiga) Gedung. Gedung utama digunakan untuk ruang Kepala Dinas, Sekretariat dan ruang serbaguna/ruang pertemuan, gedung kedua diperuntukan untuk 3 (tiga) bidang : Bidang Hubungan Industrial dan Syarat Kerja, Bidang Pelatihan dan Produktivitas, Bidang Penempatan Kerja seluas 7.787,99 m², dan

(25)

Bidang Pengawasan menempati rumah Jalan Martanegara Nomor 6 dengan luas bangunan 700 m².

Kendaraan dinas operasional roda empat yang digunakan para pejabat Dinas Tenaga kerja 3 (tiga) unit, kendaraan dinas operasional roda dua 10 (sepuluh) unit. Perlengkapan inventaris lainnya sebagai penunjang kelancaran pelaksanaan tugas organisasi Dinas, antara lain meja, kursi, lemari, brankas, komputer, printer, mesin tik, pesawat telepon, dan perlengkapan lain berjumlah 853 unit.

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Struktur umur kependudukan adalah informasi yang sangat penting berkaitan dengan perkembangan persentase kelompok sasaran pembangunan ketenagakerjaan. Proporsi penduduk tingkat pendidikan dasar, menengah, tinggi, remaja, dan usia kerja (produktif), usia lanjut. Besaran komposisi ini menentukan kebutuhan layanan pada setiap kelompok, dan menentukan pada tingkat capaian pembangunan di Kota Bandung. Dilihat dalam diagram di bawah ini :

Gambar 2.1.

Diagram Struktur Kependudukan Kota Bandung Tahun 2008

Diagram di atas menunjukkan struktur penduduk Kota Bandung, seperti tabel berikut ini :

Tabel. 2.4.

Data Persentase Penduduk Kota Bandung Tahun 2008

> 75 70 -74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 -54 45 - 49 40 -44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 -24 15 - 19 10 - 14 5 - 9 0 - 4

(26)

Kelompok Umur Persentase Kelompok Umur Persentase 35 - 39 8,30% > 75 1,30% 30 – 34 8,20% 70 -74 1,30% 25 – 29 9,20% 65 – 69 1,90% 20 -24 10,00% 60 – 64 2,90% 15 – 19 8,90% 55 – 59 3,30% 10 – 14 9,10% 50 -54 5,70% 5 – 9 8,60% 45 – 49 6,50% 0 – 4 7,30% 40 -44 7,40%

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung

Penduduk Kota Bandung pada Tahun 2008 berdasarkan RPJMD 2008 - 2013 adalah sebanyak 2.339.605 jiwa, dari jumlah tersebut angkatan kerja sebanyak 1.117.700 orang, dan yang bekerja jumlahnya mencapai 952.752 orang, berarti tingkat kesempatan kerja di Kota Bandung 85,24%, seperti dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 2.5.

Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Jenis Kelamin Dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2008 Tahun 2008 Jenis Kelamin Tdk/Blm Pernah Sekolah Tdk/Blm Tamat SD Sekolah Dasar SLTP SMTA Diploma I/II/III/ Akademisi /Universitas Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Laki-Laki 1.939 16.128 128.404 138.215 208.740 111.884 605.310 Perempuan 21 7.288 75.671 87.701 102.316 73.945 347.442 L + P 460 23.416 204.075 225.916 311.056 185.829 952.752 Sumber Data : Buku RTKD Kota Bandung Tahun 2009

(27)

Gambar 2.2.

Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Jenis Kelamin Dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2008

Jika dilihat dari struktur usia, diperjelas dengan tabel diagram di atas, yang tergolong menonjol adalah usia pendidikan tinggi (20-24 tahun) dan pada masa awal usia kerja (25-29 tahun). Pada kedua kelompok ini terlihat pola lonjakan jika dibandingkan dengan usia pendidikan dasar-menengah. Lonjakan pada usia tersebut, mengindikasikan bahwa di Kota Bandung terjadi migrasi masuk yang sangat besar, yaitu mahasiswa/pelajar yang melanjutkan studinya di Kota Bandung dan sekaligus tempat mencari pekerjaan. Struktur seperti ini patut mendapat perhatian, dan menjadi beban bertambahnya jumlah penganggur di Kota Bandung, karena kemungkinan akan selalu berulang setiap tahunnya.

Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat, pada tahun 2004-2007 kontribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat mencapai rata-rata 10%. Dalam lingkup Bandung Raya, kontribusi aktivitas ekonomi Kota Bandung sekitar 23% dari ekonomi Jawa Barat. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dari tahun 2005-2007 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya (8,17%), menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di Jawa Barat maupun di Indonesia.

Menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dengan tumpuan aktivitas perdagangan dan industri pengolahan, Kota Bandung juga menjadi salah satu tujuan migrasi tenaga kerja yang cukup besar, dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel. 2.6.

(28)

Kota Bandung Tahun 2005 – 2008

Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008

Jumlah Penduduk Jiwa 2,270,970 2.296.842 2.329.928 2.374.198 Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) % 1,72 1,14 1,44 1,9

Jumlah Angkatan

Kerja Jiwa 1.079.196 1.091.494 1.095.616 1.124.411

Jumlah Bekerja Jiwa 903.859 915.850 915.047 952.752

Jumlah Penganggur Jiwa 175.337 175.644 180.569 171.659

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 16,25 16,09 15,73 15,48 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 57,78 58,43 59,11 60,06 Penempatan Trransmigran KK Jiwa 39 157 59 241 99 366 109 394 Sumber : BPS Kota Bandung 2008

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung dari tahun 2005 hingga tahun 2007 mengalami peningkatan, selain LPE beberapa indikator makro keberhasilan pembangunan di Kota Bandung adalah sebagai berikut :

Tabel. 2.7.

Perkembangan Data Indikator Makro Kota Bandung Tahun 2005 – 2008

Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Konstan % 7,53 7,83 8,24 8,17 PDRB/Kapita ADHB (Rp./Thn) 15.789.552 19.352.441 22.309.054 26.365.372 Produktivitas Pekerja (Rp./Thn) 25.043.104 26.941.516 27.257.088 28.316.822 Laju Pertumbuhan Produktivitas Konstans % 0,77 6.41 6,34 8,33 Inflasi % 19,56 5,33 5,21 10,23

Indek Daya Beli 63,93 63,99 64,04 64,27

Sumber : BPS Kota Bandung, 2008

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang berdampak pada dinamisasi permasalahan ketenagakerjaan yang semakin kompleks. Isu strategis potensial adalah pengangguran lulusan sekolah/perguruan tinggi serta keterbatasan lapangan kerja. Isu ketenagakerjaan yang

(29)

angka kecelakaan kerja terutama kecelakaan ketika, akan dan sesudah bekerja sebagai dampak dari meningkatnya penggunaan sarana kerja kendaraan roda dua, meningkatnya konflik hubungan industrial, rendahnya daya saing dan kualitas SDM, serta rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja. Hal ini cukup penting untuk menjadi perhatian semua pihak, mengingat bahwa pembangunan di semua sektor pada akhirnya akan berimplikasi terhadap ketenagakerjaan.

Jumlah penduduk Kota Bandung berdasarkan Hasil Registrasi Pendataan Dinas Kependudukan pada Desember 2008 sebanyak 2.374.198 orang; jumlah angkatan kerja Tahun 2008 adalah 1.124.411 orang, jumlah penganggur 171.659, pengangguran terbuka (perbandingan jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja berdasarkan konsepsi ILO) tahun 2008 adalah 15,48%, berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja Pencari Kerja terdaftar tahun 2008 sebanyak 18.813 orang.

Tingginya tingkat pendidikan penduduk/angkatan kerja bukan jaminan mudahnya dalam mendapatkan peluang kesempatan kerja di Kota Bandung, harus didukung dengan tingkat keterampilan/keahlian/kompetensi kerja yang dimiliki sesuai kebutuhan pasar kerja.

Berdasarkan data tahun 2008 perusahaan di Kota Bandung berjumlah 4.621 dan jumlah tenaga kerja sebanyak 244.056 orang, gejolak ekonomi sebagai dampak dari krisis ekonomi dunia, diprediksi akan menambah jumlah tenaga kerja PHK di Tahun 2009. Kondisi ini sangat rentan terhadap tumbuhnya perselisihan hubungan industrial, perselisihan hubungan industrial yang terjadi pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1) Perselisihan hubungan industrial = 105 kasus (1.297 tenaga kerja) 2) PHK perseorangan = 83 kasus (144 tenaga kerja) 3) PHK massal = 14 kasus (948 tenaga kerja)

4) Unjuk rasa/Pemogokan = 10 perusahaan (2.884 tenaga kerja)

Meningkatnya perselisihan hubungan industrial, dan masih banyak pengusaha yang belum mentaati ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan menunjukkan

(30)

pentingnya melakukan pengawasan norma ketenagakerjaan termasuk pengawasan norma kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka perlindungan tenaga kerja.

Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, diupayakan melalui peningkatan upah minimum kerja sesuai kebutuhan hidup yang layak perlu direalisasikan. Namun demikian dengan adanya ketimpangan kompetensi kerja, masih banyak diantara pekerja yang belum menerima upah sesuai dengan tingkat kebutuhan hidup minimum. Upah Minimum Kota Bandung (UMK) Tahun 2008 sebesar Rp. 939.000,- dan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) sebesar Rp. 1.002.059,-. Sedangkan Upah Minimum Kota Bandung (UMK) Tahun 2009 sebesar Rp. 1.044.630,- dan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) tahun 2009 Sebesar Rp.1.118.687,-

Berdasarkan sumber data dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung Penduduk yang bekerja, 33,3% bekerja di sektor sekunder yaitu industri pengolahan, listrik, gas, air, dan konstruksi. Sektor konstruksi menyerap 5,23%, namun demikian perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi lebih dimanfaatkan oleh pekerja dari luar Kota Bandung. Sedangkan yang bekerja di sektor tertier mencapai 65% terdiri dari 34,9% di sektor perdagangan dan 21,02% di sektor jasa dan 11,75% penduduk yang bekerja merupakan usahawan yang kegiatan usahanya dapat menyerap tenaga kerja. Sedangkan yang memiliki pekerjaan mandiri tanpa serapan tenaga kerja lebih tinggi yaitu 25,76%. Dengan demikian 62,49% dari total penduduk yang bekerja adalah buruh/karyawan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tantangan ke depan untuk menyediakan lapangan kerja akan semakin berat.

Dalam dinamika perkembangan perekonomian, tenaga kerja merupakan fokus utama pada sistem manajemen perusahaan. Ketidakseimbangan antara 6.542 lowongan kerja yang ditawarkan baik oleh petugas fungsional Pengantar Kerja maupun Bursa Kerja dengan jumlah 18.813 pencari kerja, dibuktikan dengan penyerapan AKAN, AKL, dan AKAD hanya 2.106 pekerjaan, hal ini disebabkan adanya ketidaksesuaian antara tingkat kualitas produktivitas tenaga kerja dan kebutuhan kerja, juga kurang diminatinya lowongan kerja yang ditawarkan oleh para pencari kerja. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan keterampilan untuk peningkatan kualitas dan produktivitas bagi pencari kerja agar kualitas tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

(31)

Investasi yang masuk ke Kota Bandung belum dapat diharapkan menyerap tenaga kerja dalam rangka menurunkan tingkat pengangguran terbuka, hal ini ditunjukkan dengan angka tingkat pengangguran terbuka tahun 2008 sebesar 15,48% sedangkan penyerapan tenaga kerja dengan adanya investasi PMA dan PMDN berdasarkan data dari Badan Penanaman Modal dan Pusat Pelayanan Terpadu (BPMPPT) hanya menyerap 20 orang, sedangkan Pencari Kerja Terdaftar pada Tahun yang bersangkutan secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.8.

Data Perkembangan Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2008

NO URAIAN EXISTING

TAHUN 2008

SATUAN

1. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar : - SD - SMP - SMA - D1 & D2 - D3 - S1 - S2 & S3 18.813 44 247 5.841 549 2.759 8.609 82 Orang

2. Jumlah Lowongan Kerja 6.542 Pekerjaan

3. Jumlah Penempatan Kerja pada Tahun 2008 : - AKL

- AKAD - AKAN

Jumlah Penempatan akumulasi s.d. Tahun 2008

2.120 2.089 10 21 86.468 Orang

4. Jumlah TKA 420 Orang

5. Jumlah PJTKI 13 Perusahaan

6. Pelatihan Keterampilan & Produktivitas Kerja 1.140 Orang 7. Penyiapan Tenaga Kerja Siap

Pakai/Pemagangan Dalam Negeri

90 Orang Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diolah

Permasalahan ketenagakerjaan tidak lepas pula dari masalah hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha yang mempekerjakan mereka. Berikut adalah tabel yang menyajikan beberapa indikator ketenagakerjaan terkait hubungan industrial dan kesejahteraan di Kota Bandung :

(32)

Data Hubungan Industrial Tahun 2008

NO URAIAN EXISTING

TAHUN 2008

SATUAN 1 Organisasi Serikat Pekerja (Federasi)

Serikat Pekerja (SP)

7 298

Federasi SP

2 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 91 Buah

3 Verifikasi 139 SP

4 Pekerja Teladan 45 Orang

5 Jumlah Perusahaan 4.621 Perusahaan

6 Jumlah orang bekerja 243.811 Orang

7 Jumlah Perusahaan yang masuk Jamsostek Tenaga Kerja yang masuk Jamsostek

3.809 346.657

Perusahaan Orang

8 Peraturan perusahaan 756 Buah

9 Penanganan perselisihan dan hubungan industrial

(Hak/kewajiban, upah, waktu kerja)

125 1297

Kasus Orang 10 PHK Perorangan

Tenaga Kerja terlibat

83 144

Kasus Orang 11 PHK Masal

Tenaga Kerja terlibat

14 948

Kasus Orang 12 Mogok kerja/unjuk rasa

Tenaga Kerja terlibat

10 2.884

Kasus Orang

13 Jumlah Kecelakaan Kerja 801 Kasus

14 Jumlah pelanggaran norma kerja 843 Kasus

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diolah

Dinamika ketenagakerjaan yang meliputi ketersediaan tenaga kerja, kemampuan, upah minimum dengan kualitas kerja optimal, serta stabilitas keamanan sangat berpengaruh terhadap tingkat investasi yang masuk ke Kota Bandung. Berdasarkan data tahun 2003 – 2008 memperlihatkan angka pelanggaran norma ketenagakerjaan yang ditandai dengan masih besarnya jumlah kasus ketenagakerjaan yang masuk ke Dinas Tenaga Kerja, jumlah PHK, jumlah mogok kerja dan jumlah pekerja yang terlibat dalam kegiatan mogok kerja tersebut. Beberapa indikator yang berpotensi mendorong makin kondusifnya kegiatan industri dan produktivitas ekonomi di Kota Bandung adalah makin kecilnya jumlah PHK masal dari 1.653 orang pada tahun 2007 menjadi 1.011 orang pada tahun 2008 dan perbaikan pada jumlah perselisihan hubungan industrial yang volumenya makin menurun, serta peningkatan Upah Minimum Kota, walaupun masih ada kesenjangan

(33)

dengan Kebutuhan Hidup Minimum. Secara rinci perkembangan UMK Bandung terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.10.

Perkembangan Upah Minimum Kota Bandung s.d.Tahun 2009 (triwulan 1)

NO. URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Satuan

1. Perkembangan Upah Minimum Kota (UMK) 538,000 588,407 642,590 746,500 860,565 939,000 1.044.630 Rupiah 2. Rata-rata Kebutuhan Hidup Minimum (KHM / KHL) 553,538 643,067 871,095 871,095 986,678 1,002.059 1.118.687 Rupiah Sumber data : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diolah

Peningkatan Indeks Daya Beli sangat dipengaruhi oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kesejahteraan pekerja merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat, dilihat dari tabel di atas standar upah minimum Kota Bandung masih belum seimbang dengan kebutuhan hidup minimum, yaitu UMK dengan nilai Rp.1.044.630,00 dan KHM/KHL Rp. 1.118.687,00.

Data tersebut di atas merupakan indikator keberhasilan kinerja dalam mengukur tingkat capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung berdasarkan sasaran/target Renstra periode sebelumnya, dan berdasarkan SPM urusan wajib, untuk lebih jelasnya capaian kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 2.11.

Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

(34)
(35)

Tabel 2.12.

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

(36)
(37)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.

Tantangan

Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kompetensi adalah rendahnya kualifikasi angkatan kerja yang terindikasi pada komposisi angkatan kerja menurut pendidikan. Sebagai gambaran kita lihat angkatan kerja di Kota Bandung menurut pendidikan pada tahun 2008, jumlah angkatan kerja sebanyak 1.124.411 orang dengan tingkat pendidikan secara berturut-turut: berpendidikan SD ke bawah sebanyak 263.341 orang (23,4%); SLTP sebanyak 264.201 orang (23,5%); Sarjana 214.745 orang (19%). Walaupun 53 % penduduk Kota Bandung berpendidikan lebih tinggi namun kondisi tenaga

(38)

kerja Kota Bandung masih tetap sulit untuk bersaing dengan tenaga kerja asing, khususnya pada jenis pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tinggi. Apabila dilihat dari trend pergerakan pendidikan, dunia ketenagakerjaan sekarang ini dihadapkan pada kecenderungan baru yaitu adanya pergeseran pengangguran terbuka dari angkatan kerja berpendidikan rendah menuju kearah angkatan kerja berpendidikan yang lebih tinggi. Ditambah lagi Kota Bandung secara geografis merupakan wilayah cekungan, oleh karena itu pemerintah daerah menetapkan aturan apabila akan mendirikan perusahaan di Kota Bandung tidak boleh lagi mendirikan perusahaan yang sifatnya industri polutan karena berdampak pada meningkatnya polusi air dan udara.

Adanya fenomena tersebut, dunia usaha harus melaksanakan efisiensi dan peningkatan produktivitas yang ditandai oleh adanya pengalihan tenaga kerja dengan teknologi mesin, sehingga life circle hasil produksi menjadi sangat pendek. Untuk dapat melakukan efisiensi, maka dunia usaha perlu melaksanakan perubahan [change] melalui reengineering. Untuk mengantisipasi perubahan dunia usaha dunia pendidikan pun harus melakukan reengineering dari yang bersifat umum menjadi kejuruan dan keterampilan, khususnya untuk jangka pendek dan menengah. Pembaharuan bentuk pelatihan dari yang umum menjadi aplikasi teknologi, merupakan terobosan untuk mengimbangi percepatan laju perkembangan teknologi, elektronika dan manajemen. Tetapi perlu dipahami juga, bahwa adanya perubahan teknologi, untuk jangka panjang tidak lagi diperlukan tenaga kerja dengan persyaratan keterampilan [skill requirement] yang tinggi. Sistem mesin yang dioperasikan tentunya semakin canggih, sehingga hanya memerlukan keterampilan ”tekan tombol”. Integrated Manufacturing systems, merupakan suatu contoh dimana untuk mengoperasikan mesin tidak diperlukan keterampilan yang tinggi, tetapi dituntut untuk memiliki pengetahuan yang semakin meningkat, terutama untuk menghadapi kompleksitas sistem mesin-mesin yang semakin canggih.

Perubahan yang terjadi di dunia kerja, perlu diikuti dengan perubahan sikap, perilaku dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, yang secara tidak langsung berkaitan dengan perubahan sistem pendidikan dan pelatihan kerja. Selanjutnya, lembaga pendidikan sebagai salah satu institusi penghasil tenaga kerja terdidik yang masuk pasar kerja, harus memperhatikan proses pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang

(39)

mempunyai daya saing di pasar kerja global. Dunia pendidikan harus lebih banyak melihat perkembangan yang terjadi di dalam dunia usaha. Dengan demikian, kurikulum yang digunakan paling tidak harus dapat mencerminkan apa yang diinginkan oleh dunia kerja yang harus mengandung unsur knowledge, skills dan attitudes.

Rendahnya penyerapan angkatan kerja antara lain juga dipengaruhi oleh ketidakpastian kualitas pencari kerja itu sendiri dalam mengisi peluang atau kesempatan kerja. Berdasarkan laporan penempatan ketenagakerjaan diketahui bahwa terdapat lowongan-lowongan pada sektor-sektor industri pengolahan, yang tidak sepenuhnya dapat terisi oleh para pencari kerja yang dikarenakan kriteria kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan tidak memenuhi persyaratan. Dalam upaya mempertemukan para pencari kerja dan pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja secara cepat dan tepat sesuai perkembangan teknologi, perlu dibangun Bursa Kerja On Line yang merupakan pengembangan model Bursa Kerja Konvensional. Melalui BKOL para pencari kerja dan pengusaha dapat mendaftarkan secara langsung kebutuhan dengan menggunakan akses internet.

Pemerintah Kota Bandung perlu untuk mempersiapkan SDM yang kompetitif di pasar global, dengan persiapan SDM yang baik, khususnya untuk Tenaga Kerja sektor formal yang akan ditempatkan di luar negeri agar dapat memperkuat posisi tawar [bargaining position] dengan negara pengguna. Di samping itu, kemajuan teknologi yang semakin cepat terutama di bidang komunikasi, transportasi dan teknologi telah mempercepat proses globalisasi itu sendiri. Sebagai akibatnya hubungan antar negara semakin dekat, terutama terkait dengan kegiatan pertukaran barang dan jasa, khususnya tenaga kerja. Dengan demikian, pasar kerja antar negara menjadi semakin marak dan intensif di masa yang akan datang. Sementara itu, globalisasi pasar kerja juga mengakibatkan banyaknya tenaga kerja asing yang bekerja di Kota Bandung (Tahun 2008 terdaftar pada Disnaker sejumlah 79 TKA, dan Tahun 2010 sebanyak 90 TKA), tidak hanya pada jabatan manajerial dan tenaga ahli, tetapi sampai tingkat teknisi dan operator yang jumlahnya tidak sedikit. Kehadiran tenaga kerja asing dirasai sangat mengancam kesempatan kerja di pasar dalam negeri, khususnya untuk tenaga kerja Indonesia pada tingkat menengah ke bawah yang jumlahnya sangat banyak.

(40)

Mobilitas tenaga kerja, baik penempatan dalam daerah, antar daerah maupun antar negara yang bertumpu pada kualitas SDM menjadi faktor penentu keberhasilan dalam persaingan global. Menghadapi tantangan yang berat demikian, kita perlu melakukan reposisi dengan meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif SDM. Reposisi ini penting untuk mengetahui posisi yang tepat yang selanjutnya dapat digunakan pijakan dalam menetapkan kebijakan dan strategi di bidang ketenagakerjaan, khususnya penempatan tenaga kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Era globalisasi di satu pihak membuka peluang bisnis dan kesempatan kerja di dalam dan di luar negeri. Tetapi di pihak lain, globalisasi menuntut peningkatan SDM terutama kemampuan untuk memanfaatkan teknologi maju untuk produksi; peningkatan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi serta peningkatan pemahaman mengenai hubungan internasional termasuk kemampuan bernegosiasi bisnis dengan negara-negara maju. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas SDM diperlukan strategi pengembangan ketenagakerjaan paling tidak dilakukan melalui 4 [empat] jalur yaitu; jalur pendidikan, pelatihan kerja, pengembangan karier dan perbaikan gizi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya dengan peningkatan kualitas SDM tenaga kerja yang kompetitif akan dapat merubah tantangan menjadi peluang yang terbuka lebar.

Peluang

Selain berbagai tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, juga terdapat berbagai potensi yang dapat dimaksimalkan dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas, yaitu :

1. Peraturan Perundang-undangan

Penyusunan rencana pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian sebagai bagian dari sistem manajemen pembangunan tidak terlepas dari landasan hukum yang berlaku baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan/Keputusan Menteri terkait, dan Peraturan Daerah, Surat Keputusan Walikota.

(41)

Dalam lingkup internal Dinas Tenaga Kerja regulasi yang menjadi kerangka dasar pelaksanaan program dan kegiatan adalah Rencana Strategis yang berisi acuan lima tahunan, dan Rencana Kerja yang disusun setiap tahun. Dengan sasaran umum yang ingin dicapai adalah terciptanya mekanisme (sistem) perencanaan orientasi pada keluaran (output), hasil (outcome) dan dampak (impact) yang diimplementasikan pada proses penyusunan RPJMD dan Kerangka Logis Renstra 2009-2014.

2. Sumber Daya

Keberadaan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia (sdm), anggaran, sarana, dan prasarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan, menjadi faktor penentu keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas dan peran Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis.

Sebagaimana telah diuraikan di atas pada sub bab 2.2. bahwa potensi sumber daya manusia dilihat pendidikan formal dari jumlah 103 orang pegawai, 56 orang berpendidikan DIII/ S1, berarti 54,4 % sdm sudah mumpuni. Dari sisi pengalaman lebih dari 93 % adalah Golongan III dan Golongan IV, dan sebanyak 19 orang adalah pejabat fungsional yang menjadi ujung tombak pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.

Pendukung kelancaran kinerja lainnya yang tidak kalah penting, yaitu aspek sarana, prasarana, dan anggaran setiap tahun mengalami peningkatan sesuai dengan dana yang tersedia.

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dinamika perubahan lingkungan strategis berpengaruh terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian antara lain :

(42)

2. Tingginya jumlah penggangguran; 3. Rendahnya tingkat pendidikan; 4. Minimnya perlindungan hukum;

5. Pemberian upah belum sesuai dengan Upah Minimum Kota;

6. Adanya faktor eksternal, seperti fluktuasi kondisi politik yang berpengaruh pada kondusifitas daerah;

7. Penganggur atau Pencari Kerja kurang memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi

Faktor yang mempengaruhi pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian kaitan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, diantaranya adalah : belum tersedianya gedung dan instruktur pelatihan BLK, terbatasnya tenaga fungsional pengantar kerja, mediator, dan pengawas ketenagakerjaan, masih tingginya pelanggaran norma ketenagakerjaan dan angka kecelakaan kerja, masih terdapat anak dibawah umum yang bekerja, banyaknya kesempatan kerja di dalam dan di luar negeri yang tidak bisa diisi oleh Tenaga Kerja Indonesia akibat ketidaksesuaian kompetensi dan masih rendahnya kesempatan dan perluasan kerja yang disiapkan bagi pencari kerja. Rendahnya motivasi tenaga kerja Kota Bandung untuk bekerja di luar Kota Bandung.

Faktor-faktor eksternal dan internal lainnya yang turut memberikan kontribusi terhadap permasalahan ketenagakerjaan, adalah : kurangnya arus masuk modal asing yang sifatnya padat karya, lemahnya iklim investasi dalam menghadapi pasar global, berbagai perilaku birokrasi dan regulasi yang tidak kondusif bagi pengembangan usaha sehingga tidak mendukung penciptaan lapangan kerja baru, rendahnya pendidikan dan produktivitas tenaga kerja, tekanan kenaikan upah bagi beberapa perusahaan yang belum stabil.

Permasalahan ketransmigrasian diantaranya adalah terkait tidak seimbangnya animo masyarakat dengan kesempatan bertransmigrasi, terbatasnya kuota transmigrasi yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Kota Bandung, dan adanya ketidaksesuaian tata naskah dan prosedural penyusunan perjanjian kerjasama (MoU) antara pemerintah daerah lokasi transmigrasi, pemerintah propinsi, dan pemerintah pusat dengan pemerintah Kota Bandung.

(43)

3.2. Isu Strategis

Isu strategis dalam Rencana Strategis Tahun 2009-2013 Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung disusun berdasarkan kompilasi yang ada dalam RPJMD Kota Bandung Tahun 2009-2013, hasil analisis situasi dan kondisi eksisting, serta persepsi masyarakat, tokoh, dan para pakar ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Dari sejumlah isu dan permasalahan tersebut, dapat diangkat sebagai isu strategis dengan kriteria berikut : 1) Cakupan masalah yang luas

2) Suatu isu atau masalah cenderung membesar di masa datang dan berdampak negatif 3) Memiliki basis keunggulan atau potensi lokal Kota Bandung

4) Memberikan daya dorong dan daya sinergis terhadap penyelesaian sejumlah permasalahan

5) Memerlukan upaya penanganan yang konsisten dari waktu ke waktu

Berdasarkan hal di atas, maka disusun kelompok masalah dan makna strategis seperti pada tabel berikut :

Permasalahan menurut stakeholders

1) Sektor ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, kreativitas, dan inovasi relatif belum didayagunakan secara maksimal;

2) Sinergitas modal sosial masyarakat bagi pembangunan belum maksimal;

3) Tingginya tingkat migrasi dan jumlah pendatang yang mengikuti pendidikan di Kota Bandung lulus sekolah tidak kembali ke daerahnya.

4) Kurang link and match – nya antara lulusan pendidikan formal dengan dunia kerja 5) Penyerapan tenaga kerja lebih tinggi pada pekerja tidak tetap/outscuorcing,

berpotensi pada terjadinya pekerja kembali menjadi penganggur. 6) Tingginya angka kecelakaan kerja

7) Tingginya pelanggaran norma kerja

8) Kasus perselisihan hubungan industrial yang berlarut-larut.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung Tahun 2005 – 2025 pada Tahap II yang dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Gambar

Tabel 2.1. Daftar Pegawai Menurut Eselon
Tabel 2.2  Daftar Pegawai Menurut Golongan

Referensi

Dokumen terkait

(h) Dalam mana-mana peristiwa yang membawa kepada tuntutan atau satu siri tuntutan di bawah Seksyen B1(b) Polisi ini, Kami boleh membayar Anda amaun sepenuh liabiliti Kami

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah terkait Kawasan Tanpa Rokok belum sepenuhnya ditegakkan di sebagaian daerah, padahal Undang undang telah mewajibkan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis proyek yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan berpikir

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah perancangan media edukasi virtual untuk memberikan pemahaman kepada

pelaksanaan ibadah mahdlah pada jamaah majelis ta’lim Al -Majid di Desa Depok Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon didapatkan bahwa pelaksanaan ibadah mahdhah

Dalam table 2, nilai tertinggi dewan komisaris independen(BOI) adalah sebesar 0,6667 yang dapat dilihat pada sebagian besar perusahaan yang melakukan IPO dan nilai terendah sebesar

• Akibat penyebaran yang seperti ini, dijumpai beberapa bentuk psoriasis yaitu bentuk titik ( psoriasis pungtata ), bentuk tetes tetes ( psoriasis gutata ), bentuk numular

Komputer yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat menimba ilmu dalam jurusan Sistem Komputer Universitas Bina Nusantara... Para rekan Asisten dan Staff