• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI. Fareska Mutiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI. Fareska Mutiah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI

Fareska Mutiah

125120301111056

Pendahuluan

Lingkungan merupakan tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang, sehingga lingkungan banyak berperan dalam membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan ini yang mempengaruhi perkembangan anak, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya, dalam hal ini yang berbeda misalnya cara didik keluarga, keadaan ekonomi keluarga. Setiap keluarga memiliki sejarah perjuangan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang turun temurun yang secara tidak sadar akan akan membentuk karakter anak.

Anak merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan suatu bangsa di masa mendatang. Oleh karena itu anak perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus yang berkarakter serta berkepribadian baik. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Karenanya keluarga sering dikatakan sebagai primary group. Alasannya,institusi terkesil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja. Mengingat banyak hal-hal mengenai kepribadian seseorang yang dapat dirunut dari keluarga.

Perkembangan karakter seorang anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga terhadapnya. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga tentu sangat berpengaruh. “Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan anak-anak) mempunyai proses sosialisasinya untuk dapat memahami, menghayati budaya yang berlaku dalam masyarakatnya.”(Mudjijon 1995)”. Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting dan merupakan pilar pokok pembangunan

(2)

karakter seorang anak. Pendidikan dasar wajib dimiliki tidak hanya oleh masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati karena dianggap berada strata sosial yang tinggi. Kualitas seseorang dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam berbagai situasi.

Kajian Teoritis

1. Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga juga dapat dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri (ibu) dan anak-anak mereka. Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT, keluarga komplek, atau keluarga Indonesia. (Munandar, 1985).

Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku yang menyimpang.

2. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, karena memiliki pola perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005). Pada usia ini biasanya anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat yang tidak akan diulang lagi pada masa mendatang. Dalam perkembangan kognisi menurut Piaget (dalam Ormrod, 2008) anak usia dini masuk dalam fase sensory-motor (0-2tahun) sampai fase perkembangan praoperasional (2- 7tahun). Dimana pada fase praoperasional ini perkembangan anak mengenai skema-skema mulai dapat merepresentasikan objek–objek yang berada di luar jangkauan pandangan, namun belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa. Oleh karena itu anak usia dini

(3)

sangat mudah meniru dan menyerap apa yang di dapatkan dari lingkungan sekitar dimana dia tumbuh, lingkungan yang baik akan berpengaruh baik kepada anak begitupula sebaliknya, lingkungan yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik pula pada anak.

3. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahas latin “charassein”,“kharax” dalam bahasa inggris “character”. Menurut Abdul Majid, adalah sifat, watak, tabiat, budi pekerti atau akhlak yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan ciri khas yang dapat membedakan suatu perilaku, tindakan, dan perbuatan antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan menurut Prof. Dr. Djaali adalah karakter sebagai kecenderungan tingkah laku yang konsisten secara lahiriah dan batiniah.

Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan acting”. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. Montessori menyebutnya dengan periode kepekaan (sensitive period). Penggunaan istilah ini bukan tanpa alasan, mengingat pada masa ini, seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini, memang memasuki tahap atau periode yang sangat peka. Artinya, jika tahap ini mampu dioptimalkan dengan memberikan berbagai stimulasi yang produktif, maka perkembangan anak di masa dewasa, juga akan berlangsung secara produktif.

Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, 1968).

Menurut Megawangi (2003), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media

(4)

massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter merupakan ”PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan bahwa manusia tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang berkarakter baik, sebab menurut Aristoteles (dalam Megawangi, 2003), hal itu merupakan hasil dari usaha seumur hidup individu dan masyarakat.

Pembahasan

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein yang berarti mengukir. Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku. Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter adalah sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat khas dari seseorang yang bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.

Jadi karakter itu erat kaitannya dengan personality. Seseorang bisa dikatakan berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia internasional pada umunya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaanya). Karakter itu lebih bersifat spontanitas maksudnya dalam bersikap atau melakukan perbuatan telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu difikirkan lagi.

Keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggiyang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.

Keluarga menjalankan peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya

(5)

ayah, ibu, dan anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi anak. Berawal dari keluarga segala sesuatu berkembang. Kemampuan untuk bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku yang menyimpang. Selain sebagai tempat berlindung, keluarga juga memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan norma-norma aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).

2. Mengusahakan tersekenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi), sehingga keluarga sering disebut unit produksi.

3. Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo). 4. Meneruskan keturunan (reproduksi).

Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan.

Menurut Effendi (1995) keluarga memiliki peranan utama didalam mengasuh anak, di segala norma dan etika yan berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting serta sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan intelektualitas generasi muda sebagai penerus bangsa. Keluarga, kembali mengmbil peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Upaya Orangtua dan Keluarga

Keluarga khususnya orangtua adalah pendidik utama yang sangat berperan penting dalam membentuk karakter anak usia dini yang selalu berupaya untuk mendidik anak-anaknya, baik dalam bidang kognitif dan juga mendidik nilai dan moral. Selain orang tua yang berupaya dalam membangun dan membentuk karakter anak usia dini adalah guru serta

(6)

pemerintah yang memberikan dukungan dan menggambarkan program-program yang dianggap penting untuk membantu pembentukan karakter pada anak usia dini.

Dalam hal ini, upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga dan orangtua diantaranya menciptakan lingkungan yang kondusif. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter. Sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dapat berkembang secara optimal. (Ratna Megawati ,2004)

Peran keluarga dalam Pembentukan karakter Anak

Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadapmasa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yangbelum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yangdikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu.

Menurut Megawangi (2004), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter merupakan ”PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan bahwa manusia tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang berkarakter baik, sebab menurut Aristoteles (dalam Megawangi, 2004), hal itu merupakan hasil dari usaha seumur hidup individu dan masyarakat.

a) Keluarga sebagai Tempat Pertama Pendidikan Karakter Anak

Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB (dalam Megawangi, 2004), fungsi utama keluarga adalah”sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga, sejahtera”. Menurut pakar pendidikan, William Bennett (dalam

(7)

b) Pola Asuh dalam Pendidikan Karakter Anak di Keluarga

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah;2011). Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak. Jadi gaya yang diprankan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangat penting, apakah ia otoriter, demokratis atau permisif.

Kesimpulan

Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku. Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter adalah sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat khas dari seseorang yang bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.

Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil yang di dalamnya dapat terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yang masing-masing memiliki peran. Anak merupakan buah dari keluarga bahagia. Anak-anak memiliki pemikiran kritis akan banyak hal dimulai ketika ia mulai mengenal bahasa. Orangtua harus menanamkan karakteristik pada masing-masing anak sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Pembentukan karakter merupakan perilaku yang didapat dari pola asuh yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan. Olek karena itu anak adalah peniru ulung, maka orangtua atau guru yang mendidik dan mengasuhnya harus memberikan contoh karakter yang baik pula terhadap anak-anaknya. Selain itu, orangtua harus mengetahui tipe-tipe karakter yang ada pada anaknya tersebut.

(8)

Referensi

Tridhonanto, Al. 2012. Membangun Karakter Sejak Dini. Jakarta: Elex Media Komputindo Soenarko, bambang. 2010. Konsep pendidikan karakter. Kediri: universitas nusantara. Hidayati, Nurul Laily. 2013. Cara Super Mendidik Anak Balita. Yogyakarta: Penerbit Andi. https://wimelimonica.wordpress.com/peran-keluarga-terhadap-perkembangan-karakter-anak/ http://lemonanew.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Zulaecha (2010) untuk mengukur kecepatan penyembuhan luka sayat pada mencit dengan menggunakan lendir bekicot dengan

Luaran yang diharapkan pada penelitian ini yaitu berupa artikel ilmiah atau jurnal yang dipublikasikan dalam bentuk cetakan maupun elektronik agar masyarakat dapat

Dengan tersusunnya Pedoman Penulisan Kerja Praktek, Skripsi dan Seminar oleh Tim Dosen Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta, diharapkan ada keseragaman penulisan Laporan Kerja

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran mandiri di masa pandemik covid 19 pada materi statistika terhadap hasil belajar siswa kelas

Oleh karena itu salah satu upaya agar dapat menghasilkan minyak nilam dengan daya saing tinggi adalah dengan pembentukan klaster agroindustri minyak nilam

[r]

Pemanfaatan pembenah tanah pupuk hayati pada budidaya kedelai merupakan upaya memperbaiki struktur fisik dan bilogi tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih

Jika dilihat dari sifat mekanika bambu apus secara keseluruhan, bambu yang tumbuh di daerah daratan mempunyai kekuatan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan