PANDUAN PERAWATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR
RUMAH SAKIT WILUJENG
KABUPATEN KEDIRI
Disusun Oleh :
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
RUMAH SAKIT WILUJENG
Jln Joyoboyo No. 04 Padangan- Kayen Kidul- Kediri Kode Pos 64183 Telp. 0354- 528559/ 081235846900 Email : [email protected]
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI
NOMOR : /11/RSWIL/SK.DIR/02/2016 TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PERAWATAN PASIEN MENULAR DI RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI DIREKTUR RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI
Menimbang : a. Bahwa untuk melakukan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Wilujeng Kabupaten Kediri di perlukan panduan tentang perawatan pasien menular di Rumah Skait Wilujeng Kabupaten Kediri;
b. Bahwa untuk merealisasikan sebagaimana dimaksud diatas dalam huruf a perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Wilujeng Kabupaten Kediri
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Undang- undangNomor 29 Than 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan Pasien;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Managerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standart Standart Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
9. Pedoman Managerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2007;
10. Pedoman Surveilans Infeksi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011;
11. SK Pengurus Nomor: 0002/01/SK.DIR/PT.WIL/VII/2013 tentang Jabatan Direktur Rumah Sakit Wilujeng Kabupaten Kediri
Menetapkan :
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN PERAWATAN PASIEN MENULAR DI RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI
: Panduan sampah infeksius dan cairan tubuh dimaksud dalam dictum ke satu terlampir dalam keputusan ini
: Panduan ini bila diperlukan bisa direvisi sekurang- kurangnya setiap 3 tahun.
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan direvisi sebagai mana mestinya.
DITETAPKAN DI : KEDIRI PADA TANGGAL :
DIREKTUR RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI
Dr. RHAMAKURNIAWAN, MMRS NIK. 01 24 07 1981 08 10 01
Lampiran : Keputusan Direktur RS Wilujeng Kabupaten Kediri Nomor : Tanggal : BAB I DEFINISI
a. Penyakit menular atau infeksius adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Penyakit Infeksi adalah merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi ( organisme ) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik. c. Kewaspadaan Isolasi adalah Kewaspadaan terhadap terjadinya penularan yang
digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit yang menular.
d. Kewaspadaan Isolasi adalah merupakan dasar untuk mengurangi resiko penularan patogen yang berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien terinfeksi, yang terdiri dari Kewaspadaan Standart dan Kewaspadaan Transmisi. e. Kewaspadaan Standart adalah kewaspadaan yang dirancang untuk diterapkan
secara rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik terdiagnosa infeksi atau di duga terinfeksi atau kolonisasi.
f. Kewaspadaan Transmisi adalah kewaspadaan tambahan kewaspadaan standart terutama setelah terdiagnosis jenis infeksinya.
g. Kewaspadaan Penularan melalui udara (Airborne Precaution) yaitu kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau di duga terinfeksi kuman pathogen yang penularannya melalui udara ( Mis : TBC, Campak, Mumps, Chiken Pox/ cacar air )
h. Kewaspadaan penularan melalui percikan (Droplet Precaution). Diterapkan kepada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi kuman pathogen dengan penularan melalui udara. Partikel lebih kecil dari droplet (< 5um) dan tinggal di udara dalam jangka waktu lama, sehingga udara terkontaminasi, menular melalui udara terkontaminasi yang dihirup mis : TBC Paru, Measles/Campak, Varicella, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
i. Kewaspadaan penularan melalui sentuhan (Contact Precaution). Kewaspadaan yang diterapkan pada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi yang resiko penularannya meningkat melalui kontak.
j. Isolasi adalah merupakan suatu konsep dan pedoman yang dilakukan untuk memisahkan seseorang ( pasien ) yang infeksius dari orang lain /tidak infeksius dengan menerapkan kewaspadaan standart dan kewaspadaan berdasarkan transmisi ( Isolation precautions ).
BAB II RUANG LINGKUP a. Kewaspadaan Standart b. Kewaspadaan Transmisi 1. Transmisi Droplet 2. Transmisi Airbone 3. Transmisi Kontak
BAB III TATA LAKSANA A. Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan Tangan
a. Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar dari kontaminasi patogen dari dan ke permukaan
b. Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci tangan dengan sabun antiseptik dan dengan air mengalir c. Cuci tangan sesuai indikasi cuci tangan :
1) Sebelum & setelah kontak pasien.
2) Diantara prosedur berbeda pada pasien yang sama.
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh,darah dengan atau tanpa menggunakan sarung tangan.
4) Setelah menangani peralatan/benda/lingkungan yang terkontaminasi.
5) Segera cuci tangan setelah melepas APD.
d. Jika tangan terlihat bersih dekontaminasi dengan “alcohol based hand
rub/gel”.
e. Edukasi kepada pasien, keluarga dan pengunjung pasien f. Pastikan fasililitas tersedia.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a. APD terdiri dari : Sarung tangan, apron/gowns, Pelindung mata, hidung, mulut, pelindung kaki.
b. Petugas Kesehatan harus dapat mengkaji penggunaan APD pada saat melakukan prosedur tindakan : Prosedur biasa, Resiko terpapar darah/cairan tubuh, Resiko terkontaminasi.
c. Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh yang potensial terkontaminasi
d. Gunakan sarung tangan sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan. Pakai sarung tangan sekali pakai untuk merawat pasien. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
e. Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk merawat pasien yang berbeda. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area bersih
f. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
g. Masker bedah dapat digunakan secara umum untuk petugas rumah sakit untuk mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<3 meter) dari pasien saat batuk / bersin.
h. Gunakan masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak diduga infeksi
i. Kenakan gaun pelindung (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur / merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan cairan tubuh pasien
j. Pilihlah gaun pelindung yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan dilakukan
k. Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien lain atau ke lingkungan
l. Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologik penting, lepaskan saat akan keluar ruang pasien
m. Jangan menggunakan gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang sama
3. Peralatan Perawatan Pasien
a. Buat aturan atau prosedur untuk menampung, transportasi peralatan yang mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
b. Lepaskan bahan organic dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan bahan pembersih sesuai dengan sebelum di sterilisasi.
c. Tangani peralatan pasien yang terkena darah , cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar sehingga kulit dan mucus membrane terlindungi, cegah baju terkontaminasi, cegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
d. Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak di pakai untuk pasien lain.
e. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui cara yang benar dan peralatan pakai ulang dip roses dengan benar.
f. Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfektan setelah dipakai. Peralatan semikritikal dan kritikal didisinfektan dan disterilisasi.
g. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen. h. Bila tidak tampak kotor , lap permukaan peralatan yang besar (USG,
X-ray) setelah keluar ruangan isolasi.
i. Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernafasan terutama setelah dipakai pasien infeksi saluran pernafasan
4. Pengendalian Lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.
c. Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat meminumalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat dicegah.
5. Pemrosesan Peralatan Pasien dan Penatalaksanaan Linen
a. Pengelolaan alat – alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukkan ke dalam jaringan dibawah kulit harus dalam keadaaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap yaitu (1.) dekontaminasi; (2.) pencucian; (3.) sterilisasi atau DTT; (4.) penyimpanan. Menangani linen yang sudah digunakan harus dengan hati – hati dan menggunakan APD yang sesuai serta membersihkan tangan secara teratur.
b. Prinsip umum :
1) Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong atau wadah yang tidak rusak saat diangkut
2) Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan
c. Linen :
1) Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan dibilas dengan air. Linen kotor tersebut kemudian langsung dimasukkan ke dalam kantong linen di kamar pasien
2) Hilangkan bahan padat ( feses ) dari linen yang sangat kotor ( menggunakan APD yang sesuai ) dan buang limbah padat tersebut ke dalam toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong cucian 3) Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati – hati untuk
mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang – orang disekitarnya.
4) Jangan memilah linen ditempat peraawatan pasien. Masukkan linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang isolasi dengan memanipulasi minimal atau mengibas – ibaskan untuk menghindari kontaminasi udara dan orang
5) Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur pencucian biasa
6) Cuci dan keringkan linen sesaui dengan standart dan prosedur tetap fasilitas pelayanan kesehatan
7) Angkut linen dengan hati – hati
8) Angkut linen kotor dalam wadah / kantong tertutup
9) Transportasi / trolley linen bersih dan linen kotor harus dibedakan, bila perlu diberi warna yang berbeda
6. Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan a. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh 1) Pada mata : bilas dengan air mengalir (15 menit) 2) Pada kulit : bilas dengan air mengalir (1 menit) 3) Pada mulut : segera kumur – kumur (1 menit)
b. Program kesehatan pada petugas kesehatan
Program kesehatan pada petugas kesehatan merupakan program sebagai strategi preventif terhadap infeksi yang dapat ditransmisikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan, antara lain : 1) Monitoring dan support kesehatan petugas
2) Vaksinasi bila dibutuhkan
3) Vaksinasi terhadap infeksisaluran napas akut bila memungkinkan 4) Menyediakan antivirus profilaksis
5) Surveilans ILI membantu mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia
6) Terapi follow up epi/pandemic infeksi saluran napas akut pada petugas
7) Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran risiko bila terkena infeksi
8) Upayakan support psikososial c. Tujuan :
1) Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit 2) Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3) Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan petugas bekerja, kemungkinan midekolegal dan KLB
d. Unsur yang dibutuhkan : Petugas yang berdedikasi, SOP yang jelas dan terisolasi, Administrasi yang menunjang, Koordinasi yang baik antar unit / instalasi, Penanganan paska pajanan infeksius, Pelayanan konseling, Perawatan dan kerahasiaan medical record
e. Evaluasi sebelum dan setelah penempatan : Status imunisasi, Riwayat kesehatan yang lalu, Terapi saat ini, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium dan radiologi
f. Edukasi : Sosialisasi SOP pencegahan dan pengendalian infeksi ( kewaspadaan isolasi, kewaspadaan standart, kebijakan Depkes tentang PPI terkini)
g. Program Imunisasi
Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada : 1) Risiko ekspos
2) Kontak petugas dengan pasien 3) Karakteristik pasien rumah sakit 4) Dana rumah sakit
h. Pelaksanaan program dengan dana minimal :
Perlindungan minimal : imunisasi Hepatitis B, imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi, disertai dengan program manajemen paska pajanan tusukan tajam dan percikan bagi petugas, meliputi :
1) Tes pada pasien sebagai sumber pajanan 2) Tes HBsAg dan AntiHBs petugas 3) Tes serologi yang tepat
4) Penanganan yang tepat paska pajanan, dalam 48 jam diberi immunoglobulin hepatitis B
5) Bila perlu diberi booster
6) Penelitian dan pencegahan harus melingkupi seluruh petugas
7. Penempatan Pasien
a. Tempatkan pasien yang potensial menimbulkan kontaminasi lingkungan atau yang tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan atau control lingkungan ke dalam ruang rawat yang terpisah. Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, konsultasikan dengan petugas PPI
b. Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi.
8. Hygiene Respirati / Etika Batuk
a. Target : pasien, keluarga dan pengunjung dengan infeksi saluran nafas yang dapat di transmisikan , batuk, rhinorrhoe, pilek.
b. Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran nafas (influenza, adenovirus, B pertusis, mycoplasma pneumoniae).
c. Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian sekresi respirasi untuk mencegah transmisi pathogen
d. Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis bahwa pasien rawat jalan atau pengunjung dengan gejala klinis infeksi saluran napas harus menutup mulut dan hidung dengan tisu kemudian membuangnya dan mencuci tangan
e. Menyediakan tisu dan tempat sampah infeksius
f. Menyediakan sabun, wastefel dan cara mencuci tangan pada ruang tunggu pasien rawat jalan, atau alcohol handrub
g. Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker pada pasien dengan gejala infeksi saluran napas dan pendampingnya. Anjurkan untuk duduk berjarak > 1 meter dari pengunjung lain.
h. Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus : 1) Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
2) Pakai tisu, saputangan, masker dan buang ke tempat sampah infeksius bila sudah tidak digunakan lagi
3) Lakukan cuci tangan
9. Praktek Menyuntik yang Aman
a. Semua injeksi harus disiapkan di area bersih bebas kontaminasi.
b. Tehnik aseptik selalu dilakukan pada saat mengambil obat injeksi dari vial dan saat memberikan ke pasien.
c. Pakai jarum steril, disposable untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi.
d. Gunakan single dose vial jika memungkinkan.
e. Jangan gunakan single dose vial untuk banyak pasien.
f. Jangan tinggalkan sisa obat dan diberikan untuk waktu berikutnya.
10. Praktek untuk Lumbal Punksi
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat ke dalam area spinal / epidural melalui prosedur lumbal punksi misalnya saat melakukan anastesi spinal dan epidural untuk mencegah transmisi droplet flora orofaring.
CATATAN : Kewaspadaan Standar diterapkan untuk semua pasien yang beresiko tinggi untuk menularkan penyakit atau pada pasien yang kekebalan tubuhnya menurun, misalnya : Pasien dengan HIV atau pada pasien yang rentan akibat imunosupresi, misalnya pada pasien dengan SLE ( Sindrom Lupus Eritema )
B. Kewaspadaan berdasarkan Transmisi.
1. AIRBORNE PRECAUTIONS.
Diterapkan pada pasien yang menderita atau diduga menderita mikroorganisme yang menular melalui udara diantaranya : TBC, Campak, cacar air (dengan krusta yang banyak),herpes zoster dengan krusta yang terlokalisir atau yang menyebar (Immunocompromised patient).
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standart
Apron/gown Sesuai kewaspadaan standart
Masker Masker N 95 (P2 Particulate respiratory) digunakan untuk kasus TBC dan SARS
Untuk kasus lain bisa digunakan masker bedah. Masker dipakai oleh petugas yang sama, dan dibuang setelah kontak.
Catatan : masker diganti setelah dipakai terus menerus selama 4 jam atau jika masker basah atau kotor
Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruang isolasi dengan tekanan negatif, aliran udara 6-12 x/ jam, pengeluaran udara terfiltrasi sebelum udara mengalir keruang atau tempat lain di RS. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sam, jangan dicampur dengan infeksi lain ( Kohorting ) dengan jarak > 1 meter.
CATATAN :
Konsultasikan dengan petugas PPIRS sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi bertekanan negatif dan kohortong tidak memungkinkan. Penanganan
peralatan
Membatasi furniture dan peralatan terpapar pasien. Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk pasien lain
Transportasi pasien
Pasien menggunakan masker bedah
Hubungi ruangan yang akan menerima pasien. Petugas tidak perlu menggunakan masker jika pasien sudah menggunakan masker
Pasien dengan adanya luka/lesi di kulit diberi tutup Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien.
Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning dan ditangani sesegera mungkin. Dekontaminasi sesuai prosedur. Gunakan APD saat menangani linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani limbah sesuai prosedur
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur dan five moment dan setelah melepas APD
Diterapkan saat melakukan tindakan yang kontak dengan mebrane mukosa atau konjungtiva pasien yang diduga menular. Partikel lebih besar dari 5 ɥm, dan memercik dalam radius 1 meter.
Contoh Kondisi : a. Bronchiolitis.
b. Meningo-coccal Infectius.
c. Viral infections termasuk influenza, Mumps & Rubella. PENATALAKSANAAN
KEBUTUHA
N PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standar Apron/gown Sesuai kewaspadaan standar
Masker Masker bedah. Petugas harus menggunakan masker saat merawat pasien dengan batuk produktif, terutama bila melakukan penanganan dengan jarak ± 1meter
Goggles/face shield
Lindungi wajah bila ada resiko percikan
Penanganan peralatan
Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk pasien lain
Transportasi pasien
Pasien menggunakan masker bedah
Hubungi ruangan yang akan menerima pasien. Petugas tidak perlu menggunakan masker jika pasien sudah menggunakan masker
Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien. Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning dan ditangani sesegera mungkin. Dekontaminasi sesuai prosedur. Gunakan APD saat menangani linen yang terkontaminasi
Limbah Sesuai kewaspadaan standar
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur & five moment, dan setelah melepas APD
3. CONTACT PRECAUTIONS.
Diterapkan untuk menurunkan resiko penularan mikroorganisme pathogen melalui kontak langsung maupun tidak langsung diantaranya :
a. Kontak kulit dan kulit.
b. Kontaminasi dari peralatan pasien. c. Lingkungan pasien.
Contoh kondisi :
a. Kolinisasi atau infeksi MRSA, EsβL (Extended spectrum Betalactamase producing organism) VRE (Vancomycin Resisten Staphilococus).
b. Penyakit saluran pencernaan : Rotavirus, hepatitis A, Clostridium difficle.
c. Respiratory : SARS, Bronchiolitis.
d. Infeksi kulit : Herpes Zoster, Scabies, HSV. PENATALAKSANAAN
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Saat kontak dengan pasien, peralatan pasien dan lingkungan pasien
Apron/gown Saat petugas kesehatan kontak dengan pasien, peralatan pasien dan lingkungan pasien
Masker Di gunakan jika ada resiko percikan cairan tubuh pasien
Goggles/face shield Digunakan jika ada resiko percikan cairan tubuh pasien
Penanganan peralatan Membatasi furniture dan peralatan terpapar pasien
Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk pasien lain
Transportasi pasien Hubungi ruangan yang dituju
Pastikan luka dikulit tertutup dan exudat ditangani dengan baik
Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien
Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning dan ditangani sesegera mungkin
Dekontaminasi sesuai prosedur
Gunakan APD saat menangani linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani sesui prosedur
Lain-lain Lakuakn cuci tangan sesuai five moment, setelah melepas sarung tangan dan apron
ALUR KEWASPADAAN STANDAR & KEWASPADAAAN BERDASARKAN TRANSMISI
KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan saat menangani pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi atau kollonisasi agen infeksius
KEWASPADAAN STANDART Diterapkan kepada semua pasien Diterapkan saat menangani : Darah (termasuk darah kering)
Cairan tubuh, sekresi & ekskresi (termasuk keringat)
Kulit yang tidak utuh
Membran mukosa
JALUR PENULARAN
KEWASPADAAN PENULARAN KONTAK
(Contack Precaution)
Diterapkan untuk menurunkan penularan mikroorganisme baik kontak langsung maupun tidak langsung. Contoh kuman pathogen:
Kolonisasi atau infeksi multi resisten organism
Penyakit saluran pencernaan : Rotavirus, hepatitis A, Clostridium difficle
Respiratory : SARS, Bronchiolitis Infeksi kulit : Herpes Zoster,
Scabies, HSV
KEWASPADAAN PENULARAN PERCIKAN
(Droplet Precaution) Saat melakukan tindakan yang kontak dengan mebrane mukosa atau konjungtiva pasien yang diduga menular
Partikel lebih besar dari 5um, dan memercik dalam radius 1 meter,
Tidak seperti airborne, partikel tidak tinggal terlalu lama dan terlalu luas di udara
Contoh Kondisi : Bronchiolitis Meningo-coccal
Infectius
Viral infections termasuk influenza, Mumps & Rubella
KEWASPADAAN
PENULARAN UDARA (Airbone Precaution) Diterapkan kepada pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi kuman pathogen dengan penularan melalui udara
Partikel lebih kecil dari droplet (< 5um) dan tinggal di udara dalam jangka waktu lama,
sehingga udara
terkontaminasi.
menular melalui udara terkontaminasi yang dihirup Contoh Kondisi :
TBC paru Campak Varicella
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
C. KEWASPADAAN UNIVERSAL DENGAN SARANA TERBATAS
Sarana kesehatan yang memiliki sumber daya terbatas, biasanya tidak memiliki sarana ruang isolasi yang sesuai standart untuk tindakan pengendalian infeksi seperti : tidak adanya ruangan bertekanan negatif untuk pasien dengan transmisi airbone atau droplet, alat pelindung yang terbatas, disinfeksi udara dengan menggunakan ultraviolet serta penggunaan antibiotik yang berlebihan. Dalam menghadapi situasi diatas dianjurkan untuk menitikberatkan pada upaya perbaikan sarana cuci tangan. Ada beberapa petunjuk pokok yang harus diingat tentang konsep ruang Isolasi apabila memiliki sumber daya terbatas, yaitu : 1. Untuk mengendalikan kontak pernafasan
SKIN PRECAUTIONS
Merupakan kelanjutan dari contact
precaution dan diciptakan karena
adanya peningkatan kasus crusta scabies. Scabies dapat menular melalui kontak kulit dan kulit atau dari kontaminasi lingkungan maupun peralatan pasien. Oleh karena itu karena banyak tungau yang jatuh di lingkungan pasien, diperlukan kewaspadaan ekstra.
Contoh kondisi : Crusted scabies
Penempatan pasien di Isolasi sesuai dengan Kewaspadaan Transmisi (Khusus) ATAU Kewaspadaan Universal dengan sarana terbatas
Perawatan pasien yang memerlukan kamar isolasi tidak dapat dilakukan bila ruang isolasi penuh, kohorting tidak dapat dilakukan dan ruang perawatan biasa yang ada tidak dapat digunakan sebagai ruang isolasi. Dalam situasi tersebut pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain.
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah atau sejauh mungkin dari pasien lainnya.
b. Pakailah masker atau kain penutup hidung dan mulut bila berdekatan dengan pasien.
c. Buanglah sputum sesuai petunjuk.
d. Instruksikan pada pasien untuk menutup mulut saat batuk. e. Batasi pasien keluar dari ruang perawatan dan batasi pengunjung. 2. Untuk mengendalikan kontak langsung
a. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. b. Luka harus selalu tertutup.
c. Pengelolaan alat kesehatan sekurang – kurangnya harus dilakukan disinfeksi sesuai dengan prosedur.
d. Buanglah pembalut, cairan tubuh dengan cara yang aman yaitu sebagai sampah medis.
3. Untuk mengendalikan kontak tak langsung
a. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. b. Cuci semua alat dan linen dengan baik dengan melalui proses dekontaminasi.
c. Jauhkan benda – benda yang berhubungan dengan pasien isolasi dari pasien- pasien lain.
d. Untuk mengendalikan kontak melalui vektor : pakailah kelambu atau kawat nyamuk untuk kamar pasien, Cegah adanya air tergenang dan air bersih pada alat – alat rumah tangga yang memungkinkan berkembang biaknya nyamuk vektor malaria dan vektor demam berdarah Dengue diseluruh sarana kesehatan.
BAB IV DOKUMENTASI a. Data pasien infeksius.
b. Laporan audit kepatuhan penerapan kewaspadaan standart.. c. Laporan penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
PADA TANGGAL :
DIREKTUR RUMAH SAKIT WILUJENG KABUPATEN KEDIRI
dr. RHAMA KURNIAWAN, MMRS NIK. 01 24 07 1981 08 10 01