• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

SISWA KELAS I PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR

SATU VARIABEL( PtLSV) DI SMA NEGERI I PEUKAN BADA

Skripsi

Diajukan sebagai sala satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Linsyanawira

1211050024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA

BANDA ACEH

2019

(2)
(3)

DAFTAR ISI Halaman PENGESAHAN ... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR ... v ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR. ... xi

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.5 Definisi Istilah ... 7 1.6 Hipotesis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pembelajaran matematika ... 9

2.2 Karakteristik Pembelajaran Matematika ... 12

2.3 Tujuan Pembelajaran Matematika ... 13

2.4 Model Pembelajaran Osborn ... 14

2.5 Kemampuan Komunikasi Matematika ... 20

2.6 Model Pembelajaran Konvensional ... 23

2.7 Penelitian Yang Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Rancangan Penelitian... 26

(4)

3.3 Instrumen Penelitian ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN... 41

4.1 Gambaran Penelitian... 41

4.2 Pretest ... 42

4.3 Hasil penelitian ... 42

4.3.1 Hasil Pengolahan Data Tes Kemampuan Komunikasi Siswa ... 42

4.3.2 Pengujian Pretest ... 46

4.4 Postest ...50

4.4.1 Perhitungan nilai rata – rata 𝑥̅ , 𝑆 2 dan simpangan baku ...50

4.4.2 Pengujian post Test ... 54

4.5 Pengujian Dengan Gain Skor ...58

4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ...60

4.7 Analisis ...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...63

5.1 KESIMPULAN... 63

5.2 SARAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara (Munandar, 2009 : 6). Dengan pendidikan akan lahir generasi – generasi penerus yang berkualitas dan diharapkan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kualitas hasil pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada tiap jenjang satuan pendidikan.

Menurut Undang - Undang No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan peroses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,keperibadian, kecerdasan,akhlak mulia serta keterapilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan sarana yang akan melahirkan insan - insan yang cerdas, kreatif, aktif, terampil, produktif, dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan juga merupakan pilar utama dalam pembangunan untuk itulah perlu adanya suatu reformasi dalam dunia pendidikan guna meningkatkan mutu pendidikan Nasional.

Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Matematika sebagai salah satu pengetahuan yang dijarkan di sekolah mengalami perubahan dan perbaikan dalam pembelajarannya. Pembelajaran matematika dirancang untuk membantu anak didik dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya (Afgani, 2010). Pendapat ini mendukung pendapat lainnya yang menyatakan bahwa matematika adalah salah satu bahasa komunikasi yang universal didalam matematika setiap ide harus dapat dikomunikasikan dengan jelas agar dapat menemukan pola, menyelesaikan masalah, dan membuat kesimpulan yang tepat.

Selain itu dalam upaya mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju,pembelajaran matematika dikelas perlu adanya inovasi. Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pendorong siswa untuk belajar agar dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas termasuk dalam aspek atau kemampuan komunikasi.

(6)

Menurut Silver dan Smith (1996) menyampaikan bahwa tugas guru diantaranya adalah :

1. Melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika

2. Mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti berdiskusi dan berkomunikasi 3. Membantu siswa memahami ide matematika dan memonitor pemahaman siswa.

Dari pandangan kedua ahli tersebut ternyata kemampuan komunikasi matematis memang perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Baroody (1993 : 107) bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkumunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu (1) repsenting ; (2)

listening ; (3) reading ; (4) discussing ; dan (5) writing .

Terdapat dua alasan penting mengapa pembelajaran matematika terfokus pada pengkomunikasian. Yang pertama adalah pada dasarnya matematika merupakan suatu Bahasa, dan yang kedua matematika dan belajar matematis pada hakekatnya merupakan aktivitas sosial. Sehingga dapat kita katakan bahwa matematika tidak terlepas dari kemampuan komunikasi matematis, dimana kemampuan komunikasi matematis merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang agar dapat menempuh kehidupan secara lebih baik dalam penyelesaian masalah, khususnya dalam pembelajaran matematika. Masalah matematika yang diberikan kepada siswa disekolah dimaksudkan untuk melatih siswa, mematangkankan kemampuan intelektualnya dalam memahami ide, interpretasi ide serta memperoleh solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Sehingga, kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah menjadi tema penting dalam standar isi kurikulum pendidikan matematika di Indonesia.

Salah satu isu penting yang menjadi fokus perhatian berbagai organisasi di atas ad alah pengembangan aspek komunikasi dalam pembelajaran matematika.Terkait dengan k omunikasi matematika, NCTM (2005) membuat standar kemampuan

yang seharusnya dicapai siswa.

1. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematika untuk mengko munikasikan kepada siswa lain

2. Mengekspresikan ide – ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain ,guru, dan lainnya.

(7)

3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara me mikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.

4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matemat ika.

National Council Of Teacher Of Mathematis (NCTM, 2000) menyebutkan bahwa kemampuan komunikasi juga mempunyai peranan penting dalam kurikulum matematika. Komunikasi menjadi bagian yang penting dari matematika dan pendidikan matematika. Namun, pada kenyataannya siswa – siswa cenderung lebih pintar dalam bidang ilmunya tanpa

memperhatikan kemampuan shoftskill mereka, khususnya kemampuan komunikasinya. Komunikasi dalam pembelajaran matematika menjadi sesuatu yang sangat diperlukan.

Menurut Afgani (2011: 4.15), “Komunikasi matematika (mathematical communication) diartikan sebagai kemampuan dalam menulis, membaca, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, serta mengevaluasi ide, simbol, istilah, dan informasi matematika. Siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan komunikasi untuk menunjang dalam aktivitas di kelas dan sosial di luar kelas”. Afgani (2011: 4.15) menyatakan pula bahwa ketika siswa memahami apa yang sedang dipelajari melalui kegiatan berfikir, merespon, dan berdiskusi dalam kelas matematika, sesungguhnya mereka telah menggunakan kemampuan komunikasi.

Kemampuan komunikasi dan penalaran matematis juga merupakan aspek yang sangat penting dan esensial. Turmudi (2008: 55) mengatakan bahwa aspek komunikasi dan penalaran hendaknya menjadi aspek penting dalam pembelajaran matematika. Penalaran matematis merupakan suatu kebiasaan otak yang apabila dikembangkan dengan baik dan konsisten akan memudahkan dalam mengkomunikasikan matematika baik secara tertulis maupun lisan. Menuangkan gagasan dan ide-ide matematika bukanlah hal yang mudah, karena diperlukan kecermatan dan daya nalar yang baik.

Sekarang ini pembelajaran yang dilaksanakan masih banyak yang menggunakan pembelajaran konvensional dan model pembelajaran langsung yang hanya menekankan pada tuntutan kurikulum sehingga dalam prakteknya siswa bersifat pasif dalam proses belajar. Keterlibatan siswa cenderung terminimalisasi sehingga mengakibatkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa kurang dikembangkan dengan baik.

Model yang relevan diperlukan untuk mengoptimalkan, meningkatkan, dan menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa. Salah satu cara memperbaiki rendahnya komunikasi dan penalaran matematis siswa adalah dengan cara

(8)

menggunakan model pembelajaran yang lebih mendukung aktivitas siswa dalam memahami suatu materi dan lebih menekankan siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa.

Sesuai dengan tugas guru untuk mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi, guru harus dengan cerdik mengatur proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan komunikasi matematis siswa. Clark & Jennifer (2005) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa bisa diberikan 4 strategi, yaitu :

1. Memberikan tugas – tugas yang cukup memadai (untuk membuat siswa maupun kelompok diskusi yang lebih aktif)

2. Menciptakan lingkungan yang kondusif agar siswa bisa dengan leluasa untuk mengungkapkan gagasan – gagasannya

3. Mengarahkan siswa untuk menjelaskan dan memberi argumentasi pada hasil yang diberikan dan gagasan – gagasan yang dipikirkan

4. Mengarahkan siswa agar aktif memperoses berbagai macam ide dan gagasan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan komunikasi matematis khususnya dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan yang dimilikinya adalah model pembelajaran Osborn. Model pembelajaran Osborn adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan metode atau teknik Brainstroaming. Metode Brainstroaming merupakan teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik Guntar (Afifah, 2010). Menurut Mateen (2013) tujuan dari penggunaan metode Brainstroaming adalah :

1. Untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pemecahan yang berinovasi

2. Membantu siswa mengembangkan pemikiran berdasarkan ide – ide yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tersebut

3. Membantu keterpaduan siswa dalam membangun hubungan di Antara mereka dan dapat menilai satu sama lain.

Dengan kata lain dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode

Brainstroaming pada model pembelajaran Osborn siswa juga memiliki tugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar, mengajukan pertanyaan, atau

(9)

mengemukakan masalah baru, belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan Bahasa dan kalimat yang baik. Berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.

Pembelajaran Osborn dapat menumbuhkan komunikasi matematis karena pembelajaan

Osborn merupakan pembelajaran yang menggunakan metode brainstroaming, siswa dapat mengkonstrusi pemikiran agar dapat memunculkan ide atau gagasannya dan juga dapat mengemukakan ide atau gagasanya tersebut dengan tepat. Karena siswa dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ini sehingga siswa terpacu untuk menguasai materi pembelajaran yang menjadi topik bahasannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA Negeri I Peukan Bada“.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan fokus penelitian yang disampaikan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan penulis secara umum dari penelitian ini adalah Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri I Peukan Bada melalui model pembelajaran Osborn lebih baik dari pada model pembelajaran Konvensional ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri I Peukan Bada melalui model pembelajaran Osborn lebih baik dari pada model pembelajaran Konvensional.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini :

(10)

1. Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn dapat dijadikan sebagai alat dan cara belajar untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa

2. Bagi guru bidang studi matematika, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Osborn dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika

3. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan keterampilan penggunaan model pembelajaran Osborn,sebagai langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan masalah – masalah yang dalam proses pembelajaran matematika

4. Bagi sekolah dan pendidikan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Osborn dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

5. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa.

1.4 Definisi Istilah

1. Model pembelajaran Osborn (Brainstroaming)

Model Osborn (Brainstroaming) adalah salah satu metode atau teknik mengajar yang digunakan untuk mendapatkan ide – ide atau gagasan sebanyak mungkin dari siswa tentang materi yang diajarkan. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru di dalam kelas, dalam hal ini siswa diminta untuk dapat mengemukakan setiap ide atau gagasannya yang berkaitan dengan tema pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan baik.

2. Kemampuan komunikasi matematis

Kemampuan komunikasi matematis (communication).kemampuan komunikasi matematis berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Standar evaluasi untuk mengukur kemampuan ini : (1) Menyatakan ide matematika dengan berbicara ,menulis, demonstrasi dan menggambarkannya dalam bentuk visual, (2) Memahami, menginterpretasi, dan menilai ide matematik yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau bentuk visual,

(11)

(3) Menggunakan kosa kata/Bahasa, notasi dan struktur matematik untuk menyatakan ide ,menggambarkan hubungan, dan pembuatan model

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri I Peukan Bada menggunakan model pembelajaran Osborn lebih baik dari model pembelajaran konvensional.

Referensi

Dokumen terkait

Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil- gesekan-gesekan pada permukaan komponen komponen yang bergerak dan bersinggungan. selain itu minyak

Keanekaragaman arthropoda dapat digunakan sebagai indikator kestabilan ekosistem, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Arthropoda, mengetahui

Jika pada putaran kedua menunjukan keberhasilan siswa maka pada putaran ketiga guru akan menggunakan alat bantuan kepada siswa dalam melakukan gerakan guling belakang dengan

32 Nurul Astuti Yensi “ penerapan Model Pembelajaran Tipe Examples Non Examples dengan Menggunakan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dikelas VIII SMP N 1

Saya hanya bisa berandai: kalaupun ada yang berniat menyebut nama Siauw Giok Tjhan dalam sejarah Indonesia saat itu, tentunya akan dicatat sebagai salah satu kriminal

Kegiatan PPL pada tahun 2015 yang berlokasi di SMA Negeri 1 Ngemplak ini berusaha memberikan salah satu langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

tahun 1996 mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam

Health Behaviors and Risk Factors Associated with Chronic Kidney Disease in Korean Patients with Diabetes: The Fourth Korean National Health and Nutritional Examination