• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN

TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI

(Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber

Kabupaten Cianjur)

AIDIL FITRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

PERNYATAAN TENTANG TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok mantan Tenaga Kerja Wanita Luar Negeri (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur) adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juni 2008

A i d i l F i t r i NRP. I354060225

(3)

ABSTRACT

AIDIL FITRI. A strategy to strengthen the capacity of ex woman worker which

are work abroad (Case study in Cibaregbeg village, district Cibeber, Cianjur

Regency). Assisted by LALA M. KOLOPAKING as the head of assistant

commission and NURAINI W. PRASODJO as the member of assistant

commission.

Now days many study use pattern of Society Empowerment Approach

through group. They are organized in one place and become multifunction

things which are used as a media to study and also as media to exchange the

information, knowledge, and attitude. Slowly individual power will be appeared

as group power. In the other cases there so many group which is created but

facing the problem in their activity. This is caused by a group just seen as a

group of weak, passive, and unknown people. The result is not the power and

strength of the group which is produced but the addiction of the group and the

need for the assistant will bigger and bigger.

Strategy to increase the group capacity is an effort to give the skill to

the group to gain the main goal of the group which is woman empowerment

especially for ex worker (TKW) through the group. According to that statement,

the aim of strengthen group capacity strategy is as well planed process to

strengthen and develop the group. This study’s aims are: (1) to explain group

of ex woman worker abroad (TKW) capacity in Cibaregbeg village; (2) to

identify what is the factor which is affect group capacity; (3) to puzzle capacity

strengthening strategy and program for ex woman worker abroad group in

CIbaregbeg village. The Method which is used in this study is qualitative in the

form of case study. Data collecting technique which is used is documentation

study, field observation, deep interview, and use Focus Group Discussion

(FGD).

The result of this study shows that the capacity of ex woman worker

abroad (TKW) in Cibaregbeg village is weak in managing their group, group

cooperation and social group network. The weak of capacity affected by

internal factor which are: (1) member and group motivation ; (2) member and

organizer of the group participation ; (3) society sight about the groups and; (4)

family sight upon the group. Because of that we need to strengthen the

capacity of the group with participation of stakeholder in that village through

Focus Group Discussion and use SWOT analysis. Based on the strategy

which is done with participative agreed several programs which are: (1)

increase organization management through organization management course.

The aim is to give the capacity strengthening mainly to the group organizer; (2)

socialization and creation of communication forum through regular meeting

and several moments. The aim is to increase society, village government, and

influence people in society support; (3) growing the group partnership with

society and outsider organization with build communication and cooperation.

The aim is to increase the potency of group in finding and digging potency of

work partner to growth the group.

(4)

ABSTRAK

AIDIL FITRI. Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok mantan Tenaga Kerja Wanita luar negeri (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan NURAINI W. PRASODJO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Pola pendekatan pemberdayaan masyarakat sekarang ini banyak dilakukan melalui kelompok. Mereka diorganisir dalam satu wadah dan dimultifungsikan menjadi media pembelajaran anggota sekaligus proses tukar menukar informasi, pengetahuan, dan sikap. Secara perlahan kekuatan individu akan muncul menjadi kekuatan kelompok. Namun dalam beberapa kasus tidak sedikit kelompok yang telah dibentuk mengalami masalah dalam melaksanakan kegiatannya. Hal ini disebabkan kelompok masih dipandang sebagai sekumpulan orang – orang yang lemah, pasif, dan tidak mempunyai pengetahuan. Dalam pelaksanaan kegiatan biasanya kelompok seperti ini akan selalu berkonsultasi dengan pendamping kelompok dan bersifat menunggu perintah. Akibatnya bukan keberdayaan dan kekuatan kelompok yang dihasilkan, melainkan ketergantungan kelompok kepada pendamping kelompok yang semakin besar.

Strategi penguatan kapasitas kelompok adalah upaya untuk memberikan kemampuan kepada kelompok dalam mencapai tujuan kelompok yakni pemberdayaan perempuan khususnya mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) melalui kelompok. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka strategi penguatan kapasitas kelompok dimaksudkan sebagai proses terencana untuk menguatkan dan mengembangkan sebuah kelompok. Kajian ini bertujuan: (1) untuk mendeskripsikan kapasitas kelompok mantan TKW luar negeri di desa Cibaregbeg; (2) mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kapasitas kelompok; (3) menyusun strategi dan program penguatan kapasitas kelompok mantan TKW luar negeri di desa Cibaregbeg. Metode yang digunakan dalam dalam kajian ini adalah metode kualitatif dalam bentuk studi kasus. Teknik Pengumpulan data yang digunakan antara lain studi dokumentasi, pengamatan lapangan, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (FGD).

Hasil kajian menunjukan bahwa kapasitas kelompok mantan TKW luar negeri di desa Cibaregbeg lemah dalam pengelolaan kelompok, kerjasama kelompok dan Jaringan sosial kelompok. Lemahnya kapasitas kelompok dipengaruhi oleh faktor

intern yakni: (1) motivasi anggota dan pengurus kelompok; (2) partisipasi anggota

dan pengurus kelompok, (3) kepemimpinan ketua kelompok, dan; (4) tujuan kelompok. Faktor ekstern yakni: (1) kemampuan pendamping kelompok; (2) dukungan dana dan sarana kegiatan; (3) pandangan masyarakat tentang kelompok dan; (4) Pandangan keluarga tentang kelompok. Untuk itu perlu penguatan kapasitas kelompok secara partisipatif bersama stakeholders yang ada di desa Cibaregbeg melalui diskusi terarah (FGD) dan menggunakan metode analisis SWOT. Berdasarkan strategi yang dilakukan secara partisipatif disepakati program antara lain: (1) peningkatan manajemen organisasi melalui kegiatan pelatihan manajemen organisasi. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan kapasitas terutama pengurus kelompok; (2) sosialisasi dan pembentukan forum komunikasi melalui pertemuan secara berkala atau pada momen – momen tertentu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan dukungan masyarakat, pemerintahan desa,tokoh masyarakat;

(3) pengembangan kemitraan kelompok dengan masyarakat dan lembaga luar

dengan membangun komunikasi dan kerjasama. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam mencari dan menggali potensi mitra kerja untuk pengembangan kelompok.

Kata kunci : Tenaga Kerja Wanita, Kelompok, Penguatan Kapasitas

(5)

RINGKASAN KAJIAN

AIDIL FITRI. Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok mantan Tenaga Kerja Wanita Luar Negeri (Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan NURAINI W. PRASODJO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi alternatif yang banyak peminatnya, ditandai dengan semangat menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang begitu menggelora di kalangan angkatan kerja. Daya tarik untuk bekerja ke luar negeri cukup kuat, karena adanya anggapan bahwa bekerja ke luar negeri penghasilannya lebih tinggi daripada di dalam negeri. Namun seiring dengan semakin meningkatnya minat tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, diikuti pula dengan fenomena kekerasan terhadap TKI terutama pada tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di luar negeri. Mereka menjadi korban kekerasan fisik, perkosaan, gaji yang tidak dibayar, bahkan ada yang sampai meninggal.

Permasalahan yang menimpa para tenaga kerja Indonesia terutama TKW 95% disebabkan oleh faktor dalam negeri. Mulai dari proses perekrutan sampai penempatan calon TKW yang didominasi oleh calo/agensi yang menjadi perpanjangan tangan PJTKI di tingkat lokal yang sering menyalahi aturan atau prosedur yang berlaku. Diantaranya memanipulasi data atau dokumen. Mereka memanfaatkan kelemahan calon TKW yang ingin bekerja keluar negeri untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Upaya pemerintah dalam perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia terutama TKW masih sangat kurang. Padahal sebelum berangkat para calon TKW dipungut 15 USD per orang atau Rp.142.500,- (kurs Rp. 9.500,-) yang disebut sebagai dana perlindungan dan menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Jika diasumsikan 600.000 orang tenaga kerja Indonesia yang berangkat tiap tahun maka negara telah menerima sebanyak Rp.85,5 milliar. Kontribusi lain yang lebih fantastik adalah tenaga keja Indonesia mengirim sedikitnya 6,5 milliar USD atau setara dengan 6,7 trilliun per tahun ke Indonesia. Nilai ini 12,5% dari cadangan devisa Bank Indonesia yang sampai bulan Agustus 2007 yang mencapai 51,7 milliar USD atau Rp. 491,1 trilliun.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan upaya perlindungan atau advokasi kepada calon tenaga kerja khususnya wanita melalui program pemberdayaan di tingkat lokal. Kegiatan pemberdayaan dilakukan untuk memberikan pembekalan berupa informasi mengenai prosedur yang benar, aman, dan legal untuk menjadi TKW serta ketrampilan yang harus dimiliki sebagai syarat untuk bekerja ke luar negeri. Yayasan Pusat Pengembangan Sumber Daya Perempuan (PPSW) merupakan salah satu LSM yang peduli dengan masalah tenaga kerja perempuan, membentuk kelompok mantan TKW luar negeri di desa Cibaregbeg. Tujuannya adalah memberdayakan perempuan khususnya mantan TKW melalui kegiatan pengorganisasian masyarakat dan arisan kelompok sebagai pintu masuknya. Pola pendekatan pemberdayaan yang belakangan ini banyak dilakukan terhadap masyarakat adalah melalui kelompok. Mereka diorganisir dalam satu wadah yakni kelompok, dan kelompok tersebut dimultifungsikan menjadi media pembelajaran anggota sekaligus proses tukar menukar informasi, pengetahuan, dan sikap. Secara perlahan kekuatan individu akan muncul menjadi kekuatan kelompok dan di situlah berlangsungnya proses penguatan atau pemberdayaan.

Namun hasil kajian menunjukan bahwa kelompok mantan TKW luar negeri yang dibentuk oleh Yayasan PPSW selaku lembaga pendamping mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatannya. Kendala tersebut disebabkan oleh sumberdaya anggota pengurus yang belum berpengalaman dalam berorganisasi dan kurangnya ketrampilan dimiliki. Kondisi ini mengakibatkan kapasitas kelompok menjadi lemah.

(6)

Lemahnya kapasitas kelompok dapat dilihat pada: (1) pengelolaan kelompok masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh sumberdaya manusia kelompok yang dapat dilihat pada tingkat pendidikan yakni dari 21 anggota pengurus lebih dari separuh anggotanya berpendidikan SD yakni sebanyak 12 orang atau 57,14%. Dan sisanya 9 orang berpendidikan SMP atau 42,86, sehingga dalam menerima dan memahami tugas serta tanggung jawab yang diberikan belum mampu diterima dengan baik; (2) Kerjasama anggota pengurus kelompok masih rendah. Dalam menentukan jadual, tempat dan materi yang akan dibahas dalam kegiatan maupun penyelesaian tugas kelompok masih belum terlihat kersama yang baik, sehingga mereka masing –masing memprioritaskan kegiatan sesuai dengan kehendak masing-masing atas dasar kewenangan yang dimiliki; (3) jaringan sosial kelompok masih kurang. Kurangnya jaringan sosial kelompok karena masih sebatas dengan kelompok yang sama di desa lain, belum mengarah pada upaya membuka jaringan dengan kelompok atau lembaga lain selain lembaga pendamping. Karena dengan membuka hubungan atau jaringan dan membangun komunikasi dengan lembaga lain diharapkan ada dukungan dalam melaksanakan kegiatan.

Kapasitas kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg dipengaruhi oleh faktor

intern yakni: (1) motivasi anggota dan pengurus kelompok. Motivasi anggota dan

pengurus kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok masih kurang. Kurangnya motivasi anggota dan pengurus kelompok dapat dilihat pada tujuan dalam berkelompok. Dari anggota dan pengurus kelompok yang berjumlah 21 orang, anggota dan pengurus kelompok yang bertujuan ikut – ikutan dan ingin tahu sebanyak 13 orang atau 61,91%, ingin, karena ada arisan kelompok sebanyak 3 orang atau 14,29% dan ingin meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sebanyak 5 orang atau 23,80%; (2) partisipasi anggota dan pengurus dalam kegiatan kelompok. Kurangnya partisipasi anggota pengurus dalam kegiatan kelompok disebabkan antara lain karena kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok jauh dari tempat tinggal mereka. Selain itu mereka merasa malu karena belum mampu berbicara di depan umum. Sebab biasanya dalam setiap pertemuan ada acara diskusi yang melatih anggota untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya, serta dilatih untuk menjadi pembawa acara secara bergilir; (3) kepemimpinan ketua kelompok. Ketua kelompok saat ini bisa dikatakan masih belajar menjadi pemimpin dalam kelompok. Hal ini menyebabkan anggota pengurus menjadi kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua atau kelompok. Karena ketua dimata anggota pengurus kelompok terlihat kurang tegas dan terlalu banyak memberikan toleransi kepada anggota pengurus, sehingga anggota pengurus kelompok terkesan merasa apa yang telah mereka lakukan bukan suatu masalah; (4) tujuan kelompok. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan anggota pengurus kelompok yang masuk pada kategori tahu tujuan kelompok sebanyak 5 orang atau 23,80%, yang tahu sedikit tujuan kelompok sebanyak 9 orang atau 42,86% dan yang tidak tahu tujuan kelompok sebanyak 7 orang atau 33,34%. Kondisi ini berpengaruh pada partisipasi anggota pengurus dalam kegiatan kelompok. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota pengurus yang tidak tahu tujuan cukup banyak ditambah dengan yang tahu sedikit tujuan kelompok juga cukup banyak. Faktor ekstern yakni: (1) Kemampuan pendamping kelompok. Kemampuan pendamping kelompok dalam membina dan mendampingi kelompok cukup baik. Misalnya dalam memberikan arahan saat pertemuan kelompok dan menjadi fasiitator dalam kegiatan diskusi kelompok. Selain itu pendamping kelompok juga sudah mempunyai jadual dalam monitoring dan pembinaan pada kelompok serta cukup aspiratif dalam menanggapi masalah dan kebutuhan kelompok; (2) Dukungan dana dan sarana kegiatan. Dana yang ada atau diberikan oleh lembaga pendamping dalam hal ini menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, kelompok. Karena kegiatan akan dilaksanakan apabila ada dana bantuan dari pendamping atau

(7)

sponsor dan bersifat stimulan. Misalnya ada kegiatan antar desa dalam satu kecamatan, atau di kabupaten bahkan di Jakarta pada saat hari buruh dua sampai tiga orang anggota dikirim sebagai perwakilan mewakili kecamatan dan kabupaten Cianjur. Segala keperluan akomodasi dan konsumsi disiapkan oleh pihak lembaga pendamping. Sarana kegiatan yakni berkaitan dengan sarana penunjang yang dimiliki yayasan PPSW saat ini sudah cukup dan memadai. Karena sudah memiliki perangkat komputer, mesin ketik, kertas, atau buku agenda kegiatan, brosur/pamplet maupun buku – buku yang berkaitan dengan masalah TKW, khususnya kelompok serta jaringan internet dengan membuka website Yayasan PPSW. Untuk pendamping kelompok disediakan sarana transportasi berupa kendaraan motor untuk operasional kegiatan lapangan; (3) pandangan masyarakat tentang kelompok. Pandangan masyarakat mengenai keberadaan dan kegiatan kelompok masih belum sesuai dengan yang diharapkan, artinya masih menganggap kelompok ini sama dengan kelompok – kelompok lain yang dibentuk oleh pemerintah maupun LSM yang setelah dibentuk berjalan sebentar, kemudian bubar dengan sendirinya. Para calo/agensi lokal menganggap keberadaan dan kegiatan kelompok ini merupakan ancaman dan saingan bagi mereka; (4) pandangan keluarga tentang kelompok. Anggota atau pengurus kelompok kurang mendapat dukungan dari keluarga terutama suami. Karena mereka menganggap kegiatan ini tidak memberi manfaat khususnya secara ekonomis. Selain itu tugas pokok sebagai ibu rumah tangga jadi terbengkalai.

Dari uraian diatas, maka penguatan kapasitas pada kelompok mantan TKW luar negeri penting dilaksanakan. Penguatan kapasitas dilakukan secara partisipatif dengan kelompok dan stakeholders yang ada di desa Cibaregbeg melalui diskusi terarah (FGD) dan menggunakan metode analisis SWOT. Berdasarkan strategi yang dilakukan secara partisipatif disepakati program antara lain : (1) peningkatan manajemen organisasi melalui kegiatan pelatihan manajemen organisasi. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan kapasitas kelompok terutama pengurus kelompok; (2) sosialisasi dan pembentukan forum komunikasi melalui pertemuan secara berkala atau pada momen – momen tertentu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan dukungan dari masyarakat dan pemerintahan desa maupun tokoh masyarakat; (3) pengembangan kemitraan kelompok dengan masyarakat dan lembaga luar dengan membangun komunikasi dan kerjasama. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam mencari dan menggali potensi mitra kerja untuk pengembangan kelompok.

Hasil kajian ini merekomendasikan kepada, (1) kepada yayasan/lembaga pendamping, untuk memperhatikan kemampuan pengurus dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kelompok. Pelatihan ketrampilan anggota terutama pengurus kelompok mutlak dilakukan untuk keberlanjutan sebuah kelompok. Pengembangan jaringan sosial atau kemitraan kelompok dapat digali dan dibangun dengan kelompok masyarakat yang lain dan lembaga atau instansi luar, (2) kepada pemerintahan desa diharapkan memberikan dukungan atas keberadaan dan kegiatan kelompok mantan TKW dalam rangka pemberdayaan perempuan khususnya mantan TKW luar negeri di desa Cibaregbeg.

(8)

@ Hak Cipta milik IPB tahun 2008

Hak cipta dilindungi Undang – Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(9)

STRATEGI PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN

TENAGA KERJA WANITA LUAR NEGERI

(Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber

Kabupaten Cianjur)

AIDIL FITRI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tugas Akhir : Strategi Penguatan Kapasitas Kelompok mantan Tenaga Kerja Wanita luar negeri

(Studi Kasus di Desa Cibaregbeg Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)

Nama Mahasiswa : Aidil Fitri Nomor Pokok : I354060225

Program Studi : Magister Professional Pengembangan Masyarakat

Disetujui Komisi Pembimbing

Diketahui :

Tanggal Ujian : 2 April 2008 Tanggal Lulus : Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS

Ketua

Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS Anggota

Ketua Program Studi

Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samarinda ibukota Propinsi Kalimantan Timur pada 28 Nopember 1970 dari pasangan Darmansyah Djapri dan Djumayah. Penulis merupakan anak pertama.

Penulis lulus dari SDN No.022 Samarinda Tahun 1983, lulus SMPN I Samarinda Tahun 1986, dan lulus SMPS (Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial) Samarinda Tahun 1990. Kemudian melanjutkan kuliah ke STKS (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung lulus Tahun 2001. Penulis diterima pada Program Pascasarjana IPB Bogor, Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat (MPPM) tahun 2006.

Penulis sudah menikah dengan istri bernama Tita Yuanita dan dikaruniai dua orang anak laki – laki yang diberi nama Hisyam Ihsan Mazaya (5 Tahun) dan Abdurrahman Khalid (1,5 Tahun). Sejak Tahun 1993 hingga sekarang penulis bekerja pada Dinas Sosial kabupaten Berau Propinsi Kalimantan Timur.

Referensi

Dokumen terkait

Artinya bad governance bukan ‘hanya’ terjadi di kawasan hutan negara yang ditandai dengan maraknya Illegal Logging , namun juga legalitas kayu-kayu di industri, termasuk

Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan bertanggung jawab atas kebenaran dari seluruh informasi material yang dimuat dalam Keterbukaan Informasi ini dan setelah melakukan

Dengan luas lahan kelompok sekitar 0,5 hektar, usaha yang dilakukan oleh kelompok ini adalah Pembesaran Ikan Patin dengan total produksi kelompok 15 – 20 ton / 6 -8

Manfaat yang ingin saya capai adalah supaya orang yang membaca skripsi ini mengetahui lebih dalam mengenai ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip Bushido khususnya dari ajaran

Ibu Sari Respatiningtyas selaku Kepala Subbagian Organisasi Sekretariat daerah Kab Sleman, Bapak Hendri Setiawan, S.Sos., MPA selaku Plt Kepala Kantor Pengendalian

5 Saya merasa, hubungan antara bawahan dengan atasan dapat meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik. 6 Saya dapat berhubungan baik dengan sesama rekan kerja saya

r). Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis s). Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya t). Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji v). Nama dan

Melakukan sosialisasi Apoteker Kecil (Apcil) di SD Negeri 2 Sukoharjo sangat diperlukan karena pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak usia dini jauh lebih baik