• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal. Rumput Laut Indonesia. Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal. Rumput Laut Indonesia. Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI INDONESIA

Pusat Unggulan Ipteks

Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL)

Universitas Hasanuddin

ISSN 2548-4494

Vol. 1 No. 1, Agustus 2016

urnal

Rumput Laut Indonesia

J

(2)

SINOPSIS

Jurnal Rumput Laut Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Unggulan Ipteks

Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) yang terdapat di Universitas

Hasanuddin. Jurnal Rumput Laut Indonesia memuat tulisan hasil penelitian dan

pengembangan yang terkait dengan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial yang

berhubungan dengan rumput laut.

PENANGGUNG JAWAB

Ketua PUI-P2RL Universitas Hasanuddin

DEWAN REDAKSI

Dr. Inayah Yasir, M.Sc. (Ketua)

Andi Arjuna, S.Si., M.Na. Sc.T. Apt. (Sekretaris)

Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA. (Anggota)

Moh. Tauhid Umar, S.Pi., M.P (Anggota)

Raiz Karman, S.Pd. (Anggota)

DEWAN PENYUNTING

Prof. Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. (Ekonomi Sumberdaya)

Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA. (Ekologi)

Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. (Bioteknologi dan Pasca Panen)

Prof. Dr. Jana Tjahna Anggadiredja, M.S. (Teknologi Pangan dan Farmasi)

Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc. (Budidaya Rumput Laut)

Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc (Pasca Panen)

Agung Sudariono, Ph.D. (Pakan Akuakultur)

Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Si. (Bioteknologi)

Asmi Citra Malina, S.Pi., M.Agr., Ph.D (Biotek)

Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc (Penyakit Rumput Laut)

Dr. Ir. St. Hidayah Triana, M.Si. (Rekayasa Genetika)

Dr. Lideman, S.Pi., M.Sc (Reproduksi Biologi)

ALAMAT REDAKSI:

Jurnal Rumput Laut Indonesia, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan

Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin.

Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai V Kampus Unhas Tamalanrea Km. 10.

Makassar 90245

Telepon

: 085212108106

Email

: jrli-p2rl@unhas.ac.id

Website

: http://journal.indoseaweedconsortium.or.id/

SAMPUL DEPAN:

Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii

umur 30 hari di Unit Bisnis Pembibitan

Rumput Laut PUI-P2RL-UNHAS (Foto: Ermina Pakki)

(3)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 52-56 ISSN 2548-4494

Analisis Perbandingan Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii

Varietas

Coklat yang Terkena Epifit di Perairan Libukang, Kabupaten Jeneponto

Growth Rate of Seaweed

Kappaphycus alvarezii

Brown Variety Infected by Epiphytes in the Waters

of Libukang, Jeneponto Regency

La Mala1, Gunarto Latama1,3, Abustang1, Ambo Tuwo2,3

Diterima: 28 Juni 2016 Disetujui: 26 Juli 2016

ABSTRACT

Seaweed is one of the national income and coastal community income and includes one of exotic commodity of world trade because of its widely utilities. One of seaweed producer area of Jeneponto regency is Libukang island, with higher sea-resources dependence of that coastal island community, so most of them have a job as seaweed and fisherman. One of cultured seaweed in Libukang island is Kappaphycus alvarezii. Epiphyte is the attached plant on seaweed surface that potentially causing a disease, and being a competitor. The existance of epiphyte in the seaweed aquaculture can affect to the growth of seaweed and other bad-causing therats of seaweed. This study aimed to analyze the growth of seaweed K. alvarezii variety brown that epyphyte-infected in Libukang village, Jeneponto regency. The study was conducted on September-October 2014 in Libukang waters, Jeneponto regency, South Sulawesi. Location of study was 100 m distance from coastal line. The water quality analysis was conducted at Water Quality Laboratory, Fishery Major, Marine Science and Fishery Faculty, Hasanuddin University, Makassar. Based on the study, it can be concluded that the emergence of epyphyte on seaweedK. alvareziiaquaculture is does not make an effect to its growth, thus the lowest seaweed growth found in this aquaculture suspected of its lack of nutrient, particularly phospate and nitrate.

Keywords: Seaweed,Kappaphycus alvarezii, epiphyte, growth rate.

PENDAHULUAN

Kurang lebih 70% wilayah Indonesia terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan sumber hayati dan lingkungan potensial. Keadaan ini menjadi salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan di sektor perikanan. Akhir-akhir ini telah menunjukan kemajuan yang berarti bagi peningkatan dalam bidang perikanan dan tata lingkungan yang sesuai dan seimbang (Aslan, 1998).

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia, karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, obat-obatan dan bahan baku industri (Indriani & Suminarsih, 1991).

Salah satu daerah penghasil rumput laut di Kabupaten Jeneponto adalah Pulau Libukang, dengan karakter masyarakat pesisir warga di pulau ini sangat bergantung pada hasil laut sehingga sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pembudidaya rumput laut dan nelayan. Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Pulau Libukang adalah Kappaphycus alvarezii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan.

1Program Studi Budidaya Perairan, FIKP-Unhas 2Departemen Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin 3PUI-P2RL Universitas Hasanuddin

Gunarto Latama ( ) Email: gunartol@gmail.com

Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat yaitu karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri.farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain (Mubaraket al., 1990). Besarnya manfaat dan tingginya nilai ekonomis rumput laut sehingga memicu para pembudidaya dan pengusaha mengembangkan budidaya rumput laut dengan skala besar ataupun skala rumah tang-ga, akan tetapi adanya berbagai macam penyakit yang menyerang rumput laut sangat mempenga-ruhi tingkat produksi panen pembudidaya rumput laut. Salah satu permasalahan utama dalam peningkatan produksi budidaya rumput laut K. alvarezii adalah ketersediaan bibit yang baik dan berkualitas. Aslan (1998) mengatakan untuk ke-berhasilan budidayaK. alvarezii perlu diperhatikan kesehatan dari bibit tersebut dengan ciri-ciri bila dipegang terasa elastis, bercabang yang banyak dengan ujungnya berwarna kuning kemerah-me-rahan dan mempunyai batang yang tebal. Rumpun yang baik adalah yang bercabang banyak dan rimbun, tidak terdapat penyakit bercak putih dan mulus tanpa ada cacat terkelupas (Sulistijo, 2002). Selain penggunaan bibit yang rentan terhadap penyakit, penurunan produksi budidaya rumput laut juga disebabkan oleh hama dan penyakit yang bisa merusak kondisi fisik tanaman rumput laut sehingga dengan mudah terkena infeksi penyakit. Kontaminasi epifit dan infeksi penyakit menyebabkan kualitas bibit menjadi tidak layak budidaya. Oleh karena itu ketahanan rumput laut terhadap epifit merupakan indikator keberhasilan

(4)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 57-64

Analisis perbandingan pertumbuhan rumput laut... 53

usaha budidaya rumput laut. Teknologi budidaya rumput laut yang sederhana dan murah yang saat ini banyak digunakan pembudidaya belum didu-kung oleh ketersediaan bibit yang bebas penyakit ice-ice dan epifit, Keberadaan organisme penempel ini secara tidak langsung akan menyebabkan tim-bulnya penyakit terhadap rumput laut seperti keru-sakan pada tallus. Jenis tumbuhan penempel ini berupa epifit.

Epifit adalah salah satu tumbuhan yang menempel pada rumput laut yang menyebabkan adanya suatu penyakit, dan juga menjadi organisme kompetitor bagi rumput laut. Jenis epifit yang banyak menem-pel pada tallus K. alvarezii sebagian besar adalah Acanthophora spicifera, Hypnea sp., Polysiphonia sp,Dictyota dichotoma, Padina santaedan Chaeto-morpha crassa (Vairappan, 2006; Djokosetyantoet al., 2008). Terdapat korelasi positif antara sebaran infeksiice-icedengan tingginya populasi epifit pada E. cottonii(Lundsor, 2002).

Menurut Atmadja & Sulistijo (1977), organisme penempel (biofouling) yang banyak ditemukan adalah dari jenis tunikata, amphipoda, dan algae. Keberadaan alga penempel pada budidaya rumput laut akan menimbulkan persaingan dalam menda-patkan cahaya Matahari, dimana cahaya Matahari tersebut dibutuhkan pada proses fotosintesis. Selain itu, salah satu alga yang terkenal sebagai alga pe-nempel (Cladophora) menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi invertebrata dan ikan-ikan kecil (Harris & Stauffer 2004).

Akibat dari epifit ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi proses pertumbuhan rumput laut karena akan terjadi perebutan cahaya Matahari dalam proses fotosintesis, sehingga secara tidak langsung pertumbuhan akan menurun. Epifit juga merupakan salah satu faktor pengontrol yang sulit penanggulangannya, serta dampak yang ditimbul-kan walaupun lambat tapi sangat fatal. Epifit ter-sebut menempel pada thalli rumput laut budidaya,

akibatnya akan mengganggu dan menghalangi dalam memperoleh makanan, tempat, dan cahaya bahkan akan mengundang kehadiran binatang yang merugikan tanaman rumput laut. Berkurangnya komponen yang dibutuhkan dalam proses metabo-lisme, secara perlahan-lahan menyebabkan tanaman jadi kurus, lembek, pucat dan akhirnya hancur. Kasus-kasus kerugian yang disebabkan oleh algae filamen epifit tersebut hampir terjadi pada sebagian besar budidaya rumput laut karaginofit di Indonesia. Alga kompetitor ini biasanya munculnya pada awal musim kemarau (Yulianto & Hatta, 1998).

Keberadaan epifit dalam budidaya rumput laut dapat mempengaruhi pertumbuhan serta menimbul-kan ancaman dari organisme lain yang dapat merugikan tanaman rumput laut. Hal ini melatar-belakangi perlunya untuk dilakukan studi mengenai epifit pada rumput laut K. alvarezii di perairan Libukang. Penelitian diarahkan untuk melihat pengaruh penyakit ini pada produksi dan pertum-buhan rumput laut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal enam Sep-tember samopai 16 Oktober 2014 selama 40 hari di Perairan Libukang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian yang dipakai berjarak sekitar 100 meter dari garis pantai, sedangkan analisis kualiatas air di lakukan di Laboratorium Kualitas Air, Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Lokasi yang dipilih untuk pemeliharaan rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan dan pencemaran dari industri atau rumah tangga, tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar, mengan-dung nutrisi untuk pertumbuhan rumput laut, memungkinkan untuk menerapkan metode budi-daya, dan mudah untuk dijangkau.

Gambar 1. Konstruksilonglineyang digunakan pada penelitian ini. Tali jangkar (1), Tali utama (2), Tali pembantu (3), Tali ris bentang (4), Jangkar utama (5), Jangkar pembantu (6), Pelampung utama (7), Pelampung pembantu (8).

(5)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 52-56

54 La Mala, dkk.

Metode pemeliharaan rumput laut yang digunakan adalahlongline (Gambar 1). Bibit rumput laut di-ikat pada tali yang panjang, selanjutnya dibentang-kan di perairan. Teknik budidaya rumput laut dengan metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar.

Bibit yang digunakan berupa stek sebanyak 40 rumpun yang terkena epifit dan 40 yang tidak terkena epifit, dengan bobot rata-rata 10,1 gram yang diperoleh dari hasil panen pembudidaya rumput laut di sekitar lokasi penelitian.

Selama penelitian, setiap sepuluh hari dilakukan penimbangan untuk memantau pertambahan laju pertumbuhannya hingga hari ke 40. Selama pemeli-haraan dilakukan pembersihan tanaman dari benda lain (lumpur dan kotoran) yang menempel pada tanaman. Untuk menghindari ikan dan penyu, dipasang jaring di sekitar lokasi penanaman (Mubaraket al., 1990).

Dalam proses pengamatan, tanaman uji yang telah ditentukan ditimbang setiap sepuluh hari sekali. Sebelum rumput laut ditimbang, direndam terlebih dahulu dalam air laut untuk menghindari kekeri-ngan. Sampel rumput laut ditimbang dengan cara membuka ikatan tali satu persatu. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan secara bersamaan setiap sepuluh hari pada saat pengukuran pertum-buhan bobot basah tallus rumput laut. Sebagai data penunjang, dalam penelitian juga dilakukan peng-ukuran kualitas air meliputi suhu, salinitas, dan pH di setiap pengambilan data sedangkan fosfat dan nitrat dianalisis di laboratorium.

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pertum-buhan mutlak dan laju pertumpertum-buhan spesifik harian. Pertumbuhan mutlak rumput laut dihitung de-ngan menggunakan rumus Effendi (1997).

Ket.:

W : pertumbuhan mutlak (g) Wt: berat akhir rumput laut (g)

W0: berat awal rumput laut (g)

Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati laju pertumbuhan bobot rumput laut sebanyak empat kali selama 40 hari setelah tanam dengan menggu-nakan rumus Fortes dalam Zulkifli (2005) sebagai berikut :

Ket.

SGR: Laju pertumbuhan harian rumput laut (%/hari) Wt: Bobot awal rumput laut (g)

W0: bobot akhir rumput laut (g)

t : lama pemeliharaan (hari)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata pertumbuhan mutlak laju pertumbuhan spesifik harian rumput laut K. alvarezii dari setiap perlakuan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 berikut.

Tabel 1. Rata-rata laju pertumbuhan mutlak (gram) rumput laut K. a lvareziipada setiap perlakuan selama penelitian.

Perlakuan pertumbuhan mutlakRata-rata (g) ± STD A. Bibit rumput laut

tanpa epifit 7,61 ± 1,29

B. Bibit rumput laut

dengan epifit 6,95 ± 1,40

Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik harian (%) rumput laut K. alvareziipada setiap perlakuan selama penelitian

Perlakuan Rata-rata SGR(%/hari) ±STD A (Bibit rumput laut

tanpa epifit) 1,2 ± 0,19

B (Bibit rumput laut

dengan epifit) 1,36 ± 0,25

Uji T menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan spesifik bibit rumput laut tanpa epifit ternyata tidak berbeda nyata dengan bibit yang terserang epifit (P>0,05). Hasil penelitian menun-jukkan bahwa keberadaan epifit pada rumput laut ternyata tidak mempengaruhi pertumbuhannya. Hal tersebut diduga akibat selama pemeliharaan di lapangan terdapat faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi performa pertumbuhan rumput laut. Faktor fisika maupun kimia diduga menjadi penyebab terganggunya pertumbuhan rumput laut selama pemeliharaan. Hasil pengukuran kualitas air di lokasi penelitian (Tabel 3) menunjukkan bebera-pa bebera-parameter kualitas air yang berada di luar kisaran yang layak bagi rumput laut. Pertumbuhan alga erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara serta kondisi lingkungan perairan yang meliputi cahaya, suhu dan pH air serta salinitas atau kadar garam perairan (Indriani & Suminarsih, 1991). Suhu yang optimal sangat dibutuhkan bagi rumput laut karena adanya enzim pada rumput laut yang tidak berfungsi pada suhu yang terlalu dingin maupun terlalu panas. Suhu perairan yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada rumput laut seperti dalam proses fotosintesis, kerusakan enzim dan membran yang bersifat labil. Pada suhu rendah, membran protein dan lemak dapat mengalami kerusakan sebagai akibat terbentuknya kristal di dalam sel, sehingga mempengaruhi kehidupan rumput laut (Luning, 1990).

(6)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 57-64

Analisis perbandingan pertumbuhan rumput laut... 55

Tabel 3. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air selama penelitian No Parameter Nilai KisaranKualitas Air yang LayakKisaran Referensi

1 Nitrat (NO3) 0,070 –0,170 0,9 – 3,5 Atmadjaet al., (1996) 2 Phospat (PO4) 0,26 – 0,31 0,1 – 3,5 Kapraun (1978)

3 Suhu 29 - 32 27 – 30 Kusnender (2002)

4 pH 7,5 – 8,4 7,3 – 8,2 Kusnender (2002)

5 Salinitas 33 – 35 28 – 35 Aslan (1998)

Kisaran nitrat dan phospat yang terdapat pada lokasi penelitian ternyata berada di luar kisaran yang dibutuhkan. Atmadjaet al.(1996) menyata-kan bahwa pertumbuhan yang baik bagi rumput laut adalah kisaran 0,9-3,5 ppm.

Pertumbuhan yang baik dapat menghasilkan pertumbuhan spesifik yang cenderung meningkat karena ketersediaan unsur hara yang ada dalam perairan. Ernanto dalam Syamsiah (2007) menge-mukakan, perairan dengan tingkat kesuburan rendah memiliki kandungan fosfat kurang dari 2,0 ppm. selain fosfat ketersediaan nutrien sangat berpenga-ruh terhadap pertumbuhan rumput laut. Nitrat (NO3)

adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tana-man dan alga seperti rumput laut, konsentrasi ini sangat berperan terhadap tingkat penyerapan nutrien olehK. alvarezii.

Selama pemeliharaan, pada akhir penelitian ternyata hampir seluruh rumpun rumput laut yang dipelihara tertutupi oleh alga lainnya yang hidup menempel pada tallus rumput laut. Keberadaan alga penempel tersebut diduga menjadi kompetitor bagi rumput laut dalam memanfaatkan sinar Matahari, dan unsur hara, sehingga mengganggu pertumbuhan rumput laut. Namun, penelitian Purbiantoro et al. (2013) menunjukkan, keberadaan alga filamen tidak mempengaruhi pertumbuhan rumput lautE. cottoni. Penulis menduga yang paling mempengaruhi per-tumbuhan rumput laut adalah faktor fisik dan kimia dari lokasi pemeliharaan rumput laut tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keberadaaan epifit pada budi-daya rumput laut Kappaphycus alvarezii tidak mempengaruhi pertumbuhannya. Pertumbuhan rumput laut yang rendah yang didapatkan pada saat proses budidaya diduga dipengaruhi oleh keberadaan nutrien, utamanya fosfat dan nitrat yang rendah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Inayah Yasir atas saran dan tanggapannya terhadap naskah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kani-sius.Yogyakarta.

Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistijo & R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis Algae Merah (Rhodo-phyta). In: Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Atmadja, W.S. & Sulistijo 1977. Beberapa Catatan tentang Biota Penempel dalam Percobaan Budidaya Eucheuma spinosum di Beberapa Goba dalam Daerah Terumbu Karang Pulau Pari.Seminar Biologi V, Malang.

Djokosetyanto, D., I. Effendi & K.I. Antara. 2008. Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii Varitas Maumere, Varitas Sacol dan Eucheuma denti-culatum di Perairan Musi, Buleleng. Ilmu Kelautan, 13 (3): 171-176.

Effendi, I.M. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Bogor.

Harris, V. & R. Stauffer. 2004. Cladophora Re-search and Management in The Great Lakes. Proceedings of a Workshop Held at the Great Lakes WaterInstitute, University of Wisconsin-Milwaukee. United States of America.

Indriani, H. & E. Suminarsih. 1991. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kapraun, D.F. 1978. Field and Culture Studies on Selected North Carolina Polysiphonia. Bot. Mar., (11): 143-153.

Kusnender, E. 2002.Strategi Pengembangan Budi-daya Rumput Laut. Pusat Riset Pengolahan

(7)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 52-56

56 La Mala, dkk.

Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Lundsor, E. 2002. EucheumaFarming in Zanzibar. Thesis. University of Bergen.

Luning, K. 1990. Sea Weeds - Their Environment, Biogeography, and Ecophysiology. A Wiley Interscience Publication, John Wiley and Sons, Inc.

Mubarak, H., S. Ilyas, W. Ismail, I.S. Wahyuni, S.T. Hartati, E. Pratiwi, Z. Jangkaru & R . Arifudin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Purbiantoro, W., W. Lesmanawati & H. Arfah. 2013. Jenis dan Pengaruh Keberadaan Alga Filamen pada Kegiatan Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Teluk Kotania, Seram Bagian Barat, Maluku. Jurnal Sains Terapan, 3 (1): 9-18

Sadhori, S.N, 1989. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka, Jakarta.

Sulistijo. 2002. Penelitian Budidaya Rumput Laut (Algae Makro/Seaweed) di Indonesia. Pusat

Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Syamsiah. 2007. Studi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten Polewali Man-dar Untuk Kesesuaian Lahan Budidaya Rum-put Laut Kappaphycus alvarezii. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Univer-sitas Hasanuddin. Makassar.

Vairappan, C.S. 2006. Seasonal Occurrences of Epiphytic Algae on the Commercially Culti-vated Red Alga Kappaphycus alvarezii (So-lieriaceae, Gigartinales, Rhodophyta). J. Appl. Phycol,18:611-617.

Yulianto, K. & M. Hatta. 1998. Pengaruh Bebera-pa Faktor Pengontrol Terhadap Keberhasilan Budidaya Kappaphycus striatum (Schmitz) (Rhodophyta) di Perairan Tual, Maluku Tenggara. Perairan Maluku Sekitarnya, (10) :13-21.

Zulkifli. 2005. Perbandingan Pertumbuhan, Produk-si dan Kandungan Keraginan Rumput LautK. alvarezii yang Dibudidayakan di Luar dan di dalam Padang Lamun. Tesis. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanud-din. Makassar.

(8)

Format Penulisan Jurnal Rumput Laut Indonesia

Naskah merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan hurufTime New Roman font 11.Panjang naskah tidak lebih dari 10 halaman yang diketik satu spasi pada kertas ukuran A4, dengan jarak 2,5cm dari semua sisi, tanpaheadnotedanfootnote.

Bagian awal tulisan terdiri atas judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; nama penulis denganfootnote

berisi nama institusi penulis dan alamat email penulis korespondensi; serta abstrak dan keywords yang ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang berisi tentang inti permasalahan atau latar belakang penelitian, cara penelitian atau pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Keywords merupakan kata yang menjadi inti dari uraian abstrak.Keywordsmaksimal lima kata, istilah yang lebih dari satu kata dihitung sebagai satu kata. Bagian utama tulisan terdiri atas, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran. Bagian akhir tulisan terdiri atas ucapan terima kasih (jika ada), dan daftar pustaka.

Dalam penulisan naskah, semua kata asing ditulis dengan huruf miring. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja. Rumus matematika ditulis secara jelas denganMicrosoft Equationatau aplikasi lain yang sejenis dan diberi nomor.

Tabel harus diberi judul yang jelas dan diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul tabel diletakkan sebelum tabel. Batas tabel berupa garis hanya menjadi pembatas bagian kepala tabel dan penutup tabel, tanpa garis pembatas vertikal. Tabel tidak dalam bentuk file gambar (jpg). Keterangan diletakkan di bawah tabel.

Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul gambar diletakkan di bawah gambar dengan posisi tengah (center justified). Gambar diletakkan di tengah, kualitas gambar harus jelas dan tidak pecah bila dibesarkan (minimal 1000 px). Gambar dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Bilamana gambar dalam bentuk grafik yang dibuat di excel, maka gambar dikirimkan dalam bentuk excel, kecuali bila menggunakan Word 2010 atau yang lebih mutakhir, sehingga gambar dapat diedit bilamana diperlukan.

Penulisan daftar pustaka menggunakan sistemHarvard Referencing Standard. Semua pustaka yang tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. Bila penulis pertama memiliki lebih dari satu referensi dengan tahun yang sama, maka penandaan tahun ditambahkan dengan a, b, c, d, dst berdasarkan urutan kemunculan di dalam tulisan. Penulisan disesuaikan dengan tipe referensi, yaitu buku, artikel jurnal, prosiding seminar atau konferensi, skripsi, tesis atau disertasi, dan sumber rujukan dari website.

A. Buku dan Tulisan Dalam Buku:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul Buku dicetak miring.

Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi. Contoh:

O’Brien, J.A. & J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.

B. Tulisan dalam Buku:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Judul Tulisan. In (Nama belakang, nama depan disingkat dari editor) (Ed.) Judul Buku dicetak miring. Vol. Nomor. Penerbit. Tempat Publikasi, Rentang Halaman. Contoh:

Zhang, J. & B. Xia. 1992. Studies on two newGracilariafrom South China and a summary ofGracilariaspecies inChina. In Abbott, I. A. (Ed.) Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference to Some Pacific and WesternAtlantic Species, Vol. III. Report no. T-CSGCP-023, California Sea Grant College Program, La Jolla, CA, pp. 195–206.

C. Artikel Jurnal:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Jurnal dicetak miring, Vol, Nomor, rentang halaman. Contoh:

Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal of Artistic and Creative Education, 6 (1): 94-111.

D. Prosiding Seminar atau Konferensi:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi dicetak miring. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota, Negara, Halaman. Contoh:

Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis, pp. 776-786.

E. Skripsi, Tesis atau Disertasi:

Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi, Tesis, atau Disertasi dicetak miring.Universitas, Kota. Contoh:

Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.

F. Sumber Rujukan dari Website:

Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator dicetak miring (URL). Tanggal Diakses. Contoh:

Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new world?.

(9)

JRLI Vol. 1 No. 1 Hal. 1 - 70 Makassar, Agustus 2016 ISSN 2548-4494

Fachri Kurnia Bhakti, Sutinah Made, Mardiana Ethrawaty Fachry

Fadhilah Abidin, Shinta Werorilangi, Rahmadi Tambaru

Rima, Budiman Yunus, Mohammad Tauhid Umar, Ambo Tuwo

Intil Juniarta, Rajuddin Syamsuddin, Hasni Yulianti Azis, Inayah Yasir

Katarina Hesty Rombe, Inayah Yasir, Muh. Anshar Amran

Khusnul Khatimah, Muhammad Farid Samawi, Marzuki Ukkas

La Mala, Gunarto Latama, Abustang, Ambo Tuwo

Nur Astuti, Siti Aslamyah, Yushinta Fujaya

Awaluddin, Badraeni, Hasni Yulianti Azis, Ambo Tuwo

Fajriyati Mas'ud, Zulmanwardi, Leny Irawati

Kondisi Pemasaran Rumput Laut

Gracilaria sp. Melalui Pendekatan SCP di Kabupaten Luwu

Biokonsentrasi

Fleshy

Macroalgae Terhadap Logam Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) di Pulau

Bonebatang, Barranglompo, dan Lae-Lae Caddi, Kota Makassar

Performa Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii pada Habitat Berbeda di Perairan Kecamatan

Arungkeke, Kabupaten Jeneponto

Perkembangan Spora

Kappaphycus alvarezii Varietas Hijau Menjadi Tallus Muda pada Substrat

Berbeda

Komposisi Jenis dan Laju Pertumbuhan Makroalga Fouling pada Media Budidaya Ganggang Laut di

Perairan Kabupaten Bantaeng

Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada

Caulerpa racemosa yang Dibudidayakan di Perairan

Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar

Analisis Perbandingan Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii Varietas Coklat yang Terkena

Epifit di Perairan Libukang, Kabupaten Jeneponto

Pengaruh Berbagai Dosis Rumput Laut Gracilaria gigas Terfermentasi Terhadap Kualitas Pakan dan

Respon Kepiting Bakau

Scylla olivacea

Perbedaan Kandungan Karaginan dan Produksi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii antara Bibit Alam

dan Bibit Hasil Pengkayaan

Optimalisasi Konsentrasi Bahan Kimia untuk Ekstraksi Alginat dari

Sargassum siliquosum

1 - 7

8 - 16

17 - 26

27 - 33

40 - 45

46 - 51

52 - 56

57 - 64

65 - 70

34 - 39

urnal

Rumput Laut Indonesia

J

ISSN 2548-4494

Vol. 1 No. 1, Agustus 2016

Gambar

Gambar 1. Konstruksi longline yang digunakan pada penelitian ini. Tali jangkar (1), Tali utama (2), Tali pembantu (3), Tali ris bentang (4), Jangkar utama (5), Jangkar pembantu (6), Pelampung utama (7), Pelampung pembantu (8).
Tabel 1. Rata-rata laju  pertumbuhan mutlak (gram) rumput laut K. a lvarezii pada setiap perlakuan selama penelitian.
Tabel 3. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air selama penelitian No Parameter Nilai Kisaran

Referensi

Dokumen terkait

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988

Perwakilan SPB yang terdiri atas kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perwakilan pengawas, dinas pendidikan, Kemenag, dan dosen LPTK mitra, juga mendapatkan kesempatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka simpulan dari penelitian adalah (1) kemampuan berfikir keatif mahasiswa dalam mengembangkan media pembelajaran termasuk

Berbeda dengan buku yang disunting Kunkler dan Stepan yang lebih menekankan dimensi aktor bagi ketahanan demokrasi di Indonesia, buku Horowitz mengajukan analisis yang

Hal ini tentu semakin menunjukkan bahwa sudah timbul gejala over budget yang mungkin akan selalu terjadi pada perusahaan dikarenakan munculnya biaya-biaya yang tidak terduga

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal, disebabkan Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal

Percobaan ini akan mengimplementasikan sebuah studi kasus dari rangkaian sekuensial, yaitu perempatan jalan yang mempunyai 4 buah lampu lalulintas Dua implementasi berbeda

Dalam tahun yang sama telah berhasil dilakukan penawaran umum terbatas saham (Right issue) yang pertama dan hasilnya digunakan untuk pengalihan 100% saham milik