• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

_____________________________________________________________________________________________

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN

PENDAPATAN PETERNAK

RACHMAT HENDAYANA danM. H. TOGATOROP

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Salak 22 Bogor

ABSTRACT The Structure of Job Allocation and Farmer Incomes

The allocation of job as equals with cost in the expense structure of the cattle exertion to be income obtained. The research aims to investigation the structure of job allocation and farmer incomes. Collecting data has been conducted in FY 1999 in West Java and North Sumatera. Data are collected through unstructured interview using Participatory Rural Appraisal (PRA) with focus group discussion. Data analysis conducted with simple statistik, reveals that: (a) the proportion of job allocation in sheep raising is relatively low than goat raising, both in West Java and North Sumatera, while income proportion in sheep raising is relatively high than goat raising, (b) the average of job allocation for farmer household in West Java (42,29% ) is relatively low than in North Sumatera (53.75%), while income proportion which received by the farmer in West Java is relatively higher (22.91%) than the average of farmer income in North Sumatera (18.89%). It is conclude that the rate of farmer income is not determined by the allocation of job, but it depend to the kind of livestock and specific location.

Key words: Small ruminants, sheep, goat, job allocation

PENDAHULUAN

Pemeliharaan ternak ruminansia kecil domba dan kambing telah biasa dilakukan masyarakat dipedesaan, baik yang berstatus petani ataupun bukan petani. Selain merupakan sumber komoditi pangan dalam bentuk daging dan sebagai tabungan, ternak ini juga memiliki fungsi sosial baik dalam hubungan dengan rekreasi maupun dalam upacara keagamaan (SOEDJANA, 1983; SABRANI, 1982 dan KUSNADI, et al., 1995).

Pada masyarakat tani, dorongan memelihara ternak ruminansia kecil itu menurut NURMANAF (1998) tidak semata-mata karena alasan tersebut, akan tetapi lebih pada alasan kemudahan memeliharanya dan sekedar untuk mengisi waktu luang. Pertimbangan ekonomi menjadi alasan kedua pada usaha ternak kambing sedangkan pada usaha ternak domba menjadi alasan ketiga setelah aspek sosial. Pernyataan tersebut merupakan cerminan dari pandangan dan apresiasi petani tentang usaha ternak yang sebagian besar (76%) menganggap sebagai usaha sambilan.

Tidak dipungkiri bahwa pada saat tertentu ternak kecil ini menjadi andalan utama untuk menutupi kebutuhan dana keluarga. Misalnya ketika akan mulai mengolah tanah atau menyekolahkan anak yang memerlukan biaya relatif besar. Bahkan menurut PRANADJI, (1994), usaha ternak rakyat tersebut dapat dikembangkan secara komersial untuk mengatasi krisis daya beli. Pendapat tersebut sejalan dengan WAHYONO (1994), AGUSTIAN dan NURMANAF (2001) yang mengemukakan kontribusi ternak ruminansia kecil dapat diandalkan baik dalam menyumbang pendapatan keluarga maupun dalam hal penyediaan sumber pangan

hewani. Oleh karena itu tidak mengherankan jika partisipasi petani yang memelihara domba dan kambing ini secara nasional relatif banyak yakni sekitar 0,64 juta rumah tangga tani (BPS, 1996).

Sebagai usaha sambilan, waktu kerja yang dicurahkan untuk kegiatan pemeliharaan ternak ruminansia kecil ini tentunya relatif lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan lain yang dianggap sebagai usaha pokok. Permasalahannnya adalah (a) seberapa besar curahan waktu kerja yang digunakan keluarga peternak dalam mengusahakan ternaknya?, (b) sejauhmana hubungan yang terjadi antara besarnya curahan waktu kerja itu dengan tingkat pendapatan usaha ternak.

Makalah ini bertujuan untuk menyajikan keragaan struktur curahan waktu kerja dan pendapatan peternak ruminansia kecil. Hasil penelitian akan bermanfaat baik bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan pengembangan agribisnis ternak ruminansia kecil.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan atas dugaan bahwa proporsi curahan waktu kerja petani dalam melakukan usahatani ternak ruminansia kecil relatif rendah karena dianggap sebagai usaha sampingan.

Curahan waktu kerja adalah pengalokasian waktu untuk mengerjakan suatu kegiatan yang diukur dengan satuan waktu, terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Volume curahan waktu kerja yang menunjukkan pekerjaan itu dianggap lebih utama dari pada jenis pekerjaan lainnya. Namun volume curahan

(2)

waktu kerja itu tidak selalu berhubungan positif dengan perolehan tingkat pendapatan.

Secara umum curahan waktu kerja petani ternak terbagi atas curahan waktu kerja untuk usahatani (on farm), luar usahatani (off farm) dan bukan usahatani (non farm). Dalam hal ini usaha ternak ruminansia kecil digolongkan sebagai kegiatan on farm disamping kegiatan on farm lainnya yang juga memberikan andil bagi pendapatan rumah tangga tani adalah usahatani tanaman pangan, tanaman perkebunan dan perikanan. Kegiatan dibidang off farm antara lain menyewakan traktor, menjadi buruh tani dan lain-lain. Sementara itu, kegiatan non farm antara lain berdagang, pegawai negeri/swasta atau bekerja sebagai buruh di sektor industri.

Data dan sumber data

Penelitian telah dilakukan di Jawa Barat (Sukabumi dan Garut) dan Sumatera Utara (Deli Serdang) tahun 1998. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan dari petani ternak domba dan kambing melalui wawancara tidak terstruktur dengan pendekatan partisipatif (Participatory Rural Appraisal) melalui diskusi kelompok (focus group discussion). Untuk memperkaya bahasan dilengkapi dengan hasil wawancara terhadap informan kunci dan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi terkait yang

relevan antara lain Dinas Peternakan di tingkat Propinsi dan Kabupaten, serta petugas peternakan di lapang.

Analisis data

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif menggunakan tabulasi silang, menggunakan statistik sederhana dengan nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN Curahan waktu kerja peternak

Curahan waktu kerja peternak di lokasi penelitian secara garis besar untuk kegiatan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan) dan selebihnya bukan pertanian (dagang, industri RT, jasa, buruh, PNS dan lainnya). Alokasi waktu kerja untuk pertanian di Jawa Barat jumlahnya relatif lebih rendah dari pada waktu kerja untuk pertanian di Sumatera Utara.

Curahan waktu kerja untuk kegiatan on farm untuk memelihara ternak menunjukkan persentase yang paling besar baik di Jawa Barat maupun Sumatera Utara, masing-masing 31,9 dan 48,7% dan sebaliknya pada kegiatan non farm yakni 44,4% berbanding 17,5% (Tabel 1).

Tabel 1. Struktur curahan waktu kerja peternak domba di Jawa Barat dan Sumatera Utara

Jawa Barat Sumatera Utara

Jenis kegiatan HK Proporsi (%) HK Proporsi (%) Pertanian 443 55,6 559 82,5 Tanaman pangan 38 4,8 76 11,2 Perkebunan 78 9,8 46 6,8 Perikanan 0 0,0 0 0,0 Peternakan Unggas 0 0,0 15 2,2 Ruminansia besar 14 1,8 0 0,0 Ruminansia kecil 255 31,9 330 48,7 Buruh pertanian 58 7,3 92 13,6 Non pertanian 356 44,4 119 17,5 Perdagangan 20 2,5 12 1,8 Industri RT 73 9,1 81 11,9 Jasa 7 0,9 0 0,0

Buruh non pertanian 23 2,9 0 0,0

PNS 225 28,2 0 0,0

Lainnya 8 1,0 26 3,8

(3)

_____________________________________________________________________________________________ Tabel 2. Struktur curahan waktu kerja peternak kambing di Jawa Barat dan Sumatera Utara

Jawa Barat Sumatera Utara

Jenis kegiatan HK Proporsi (%) HK Proporsi (%) Pertanian 521 61,95 889 94,57 Tanaman pangan 43 5,11 40 4,26 Perkebunan 10 1,19 213 22,66 Perikanan 7 0,83 0 0,00 Peternakan Unggas 0 0,00 10 1,06 Ruminansia besar 0 0,00 0 0,00 Ruminansia kecil 443 52,68 553 58,83 Buruh pertanian 18 2,14 73 7,77 Non pertanian 320 38,05 51 5,43 Perdagangan 34 4,04 27 2,87 Industri RT 71 8,44 0 0,00 Jasa 2 0,24 0 0,00

Buruh non pertanian 81 9,63 0 0,00

PNS 120 14,27 0 0,00

Lainnya 12 1,43 24 2,55

Total 841 100 940 100

Pola curahan waktu kerja pada petani kambing, relatif sama dengan petani domba, bedanya. Tabel 2 menunjukkan untuk kegiatan on farm di dua daerah itu menempati persentase paling besar. Kegiatan on farm yang menonjol di Jawa Barat di luar usaha ternak adalah bekerja di sub sektor tanaman pangan diikuti perkebunan. Sementara itu, di Sumatera Utara sebaliknya.

Kegiatan non farm, banyak dilakukan oleh petani kambing di Jawa Barat dari pada di Sumatera Utara. Kegiatan di luar usahatani yang dilakukan petani kambing di Jawa Barat meliputi usaha dagang, industri rumah tangga, jasa dan sebagai PNS, sedangkan pada petani kambing di Sumatera Utara tidak spesifik. Pada kegiatan non farm di Jawa Barat, PNS merupakan kegiatan dominan.

Tinggi rendahnya alokasi waktu kerja pada pemeliharaan ruminansia kecil tergantung pada beberapa faktor, antara lain status penguasaan ternak (milik atau gaduhan), jumlah ternak yang dipelihara dan struktur umur dari ternak. Di lokasi penelitian diidentifikasi bahwa rata-rata penguasaan ternak ruminansia kecil oleh setiap keluarga tani adalah seperti dalamTabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemilikan domba di Jawa Barat maupun di Sumatera Utara jumlahnya relatif lebih banyak dari pada kambing. Penguasaan ternak tersebut tidak seluruhnya milik sendiri, akan tetapi ada juga di antaranya sebagai gaduhan atau bagi hasil dari petani ternak lain.

Alokasi curahan waktu kerja dalam usaha ternak oleh keluarga tani digunakan mulai dari pemberian pakan, penggembalaan, memandikan, mengawinkan

dan memelihara kebersihan kandang. Tugas tersebut dilakukan oleh anggota keluarga dengan pembagian tugas antara ayah atau pria dewasa, ibu dan anak-anak terutama anak laki - laki pada umumnya. Pekerjaan yang dianggap relatif berat dilakukan oleh ayah atau pria dewasa sedangkan yang ringan dikerjakan ibu dan anak-anak. Meskipun demikian, tergantung pada pola pemeliharaannya.

Ada perbedaan alokasi waktu dalam keluarga dan antar daerah. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemeliharaan ternak ini lebih dominan dikerjakan oleh anak-anak baik di Jawa Barat maupun di Sumatera Utara. Sementara itu, peran ayah berada pada urutan ketiga setelah ibu di Jawa Barat dan kedua di Sumatera Utara. Dalam memelihara ternak domba, sedikit sekali menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

Pada usaha ternak kambing (Tabel 5), kondisinya berbeda. Di Jawa Barat peran pria dewasa atau ayah dalam pemeliharaan kambing menjadi dominan, kemudian diikuti ibu dan anak-anak, sedang di Sumatera Utara dominan dilakukan oleh anak-anak. Berbeda dengan usaha ternak domba, pada pemeliharaan kambing tidak melibatkan tenaga kerja luar keluarga baik di Jawa Barat maupun di Sumatera Utara.

Dilihat dari Tabel 6 dan 7, total pendapatan usaha keluarga peternak di Jawa Barat relatif rendah dibandingkan peternak di Sumatera Utara. Pendapatan peternak domba di Jawa Barat dan di Sumatera Utara masing-masing adalah Rp 1.364.203, dan Rp 1.576.829. Sementara itu, pendapatan peternak kambing di Jawa Barat dan di Sumatera Utara masing-masing adalah Rp 953.339 dan Rp 1.363.308.

(4)

Tabel 3. Rata-rata pemilikan ternak ruminansia kecil di lokasi penelitian

Jawa Barat Sumatera Utara

Domba Kambing Domba Kambing

Dewasa: jantan 1 1 1 1 Betina 5 3 5 2 Muda : jantan 1 0 1 0 Betina 4 1 1 1 Anak : jantan 2 1 1 1 Betina 1 1 3 1 Jumlah 14 7 12 6

Tabel 4. Curahan waktu kerja keluarga dan luar keluarga dalam usaha ternak domba di Jawa Barat dan Sumatera Utara

Jawa Barat Sumatera Utara

Uraian HK/TH JK/HK Total JK HK/TH JK/HK Total JK Dalam keluarga Ayah 106 1.7 180,2 145 1 145 Ibu 146 1.7 248,2 110 1 110 Anak-anak 94 3.5 329 195 2 390 Luar keluarga Pria 7 3.0 21,0 23 1.4 32,2 Wanita 0 0 0 0 0 0 Anak-anak 0 0 0 0 0 0

HK = hari kerja; TH = tahun; JK= jam kerja

Tabel 5. Curahan waktu kerja keluarga dan luar keluarga dalam usaha ternak kambing di Jawa Barat dan Sumatera Utara

Jawa Barat Sumatera Utara

Uraian HK/TH JK/HK Total JK HK/TH JK/HK Total JK Dalam keluarga Ayah 252 1,6 403,2 270 1,4 378 Ibu 214 1 214 167 0,7 116,9 Anak-anak 82 2,3 188,6 332 3,4 1128,8 Luar keluarga Pria 0 0 0 0 0 0 Wanita 0 0 0 0 0 0 Anak-anak 0 0 0 0 0 0

HK = hari kerja; TH = tahun; JK= jam kerja; Pendapatan Usaha Ternak Tabel 6. Struktur pendapatan peternak domba di Jawa Barat dan Sumatera Utara

Jawa Barat Sumatera Utara

Jenis kegiatan

Nilai (Rp/Th) Proporsi (%) Nilai (Rp/Th) Proporsi (%)

Pertanian Tanaman pangan 631050 46.3 285238 18,1 Perkebunan 21390 1,6 155174 9,8 Peternakan Unggas 7220 0,5 - 0,0 Ruminansia besar - 0,0 80952 5,1 Ruminansia kecil 434967 31,9 424571 26,9 Buruh pertanian 35500 2,6 232438 14,7 Non pertanian 234076 17,2 398456 25,3 Total 1364203 100 1576829 100

(5)

_____________________________________________________________________________________________ Tabel 7. Struktur pendapatan peternak kambing di Jawa Barat dan Sumatera Utara

Jawa Barat Sumatera Utara

Jenis kegiatan

Nilai (Rp/Th) Proporsi (%) Nilai (Rp/Th) Proporsi (%) Pertanian Tanaman pangan 20596 2,16 36000 2,64 Perkebunan 85106 8,93 899574 65,98 Perikanan 4225 0,44 0 0,00 Ruminansia besar 0 0,00 103077 7,56 Ruminansia kecil 132901 13,94 159161 11,67 Buruh pertanian 74468 7,81 165496 12,14 Non pertanian 636043 66,72 109539 8,03 Total 953339 100 1363308 100

Menurut struktur pendapatannya, peran usaha ternak domba memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga sebesar 31,9% dan 26,9%, masing-masing bagi pendapatan peternak domba di Jawa Barat dan Sumatera Utara, sedangkan peran dari usaha ternak kambing memberikan kontribusi masing-masing sebesar 13,9% dan 11,7% terhadap pendapatan keluarga peternak di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Hubungan curahan tenaga kerja dengan tingkat pendapatan

Berdasarkan informasi curahan tenaga kerja (Tabel 1 dan 2) dan struktur pendapatan (Tabel 5 dan 6) disusun matrik keterkaitan antara curahan waktu kerja dan tingkat pendapatan. Berdasarkan matrik keterkaitan tersebut menghasilkan empat kondisi pengusahaan ternak domba dan kambing (Tabel 7), yaitu usaha ternak dengan:

a) Curahan waktu kerja tinggi, menghasilkan pendapatan tin ggi,

b) Curahan waktu kerja tinggi, menghasilkan pendapatan rendah

c) Curahan waktu kerja rendah, menghasilkan pendapatan tinggi

d) Curahan waktu kerja rendah, menghasilkan pendapatan rendah

Parameter yang digunakan sebagai patokan untuk mengukur tinggi rendahnya curahan waktu kerja dan pendapatan adalah rata-rata dari masing-masing curahan waktu kerja dan pendapatan. Dalam hal ini dikatakan tinggi jika nilainya berada di atas nilai rata-rata dan jika nilainya di bawah rata-rata-rata-rata atau lebih kecil dari nilai rata-rata, dikategorikan rendah.

Dari matrik itu diketahui bahwa usaha ternak domba di Jawa Barat menggunakan curahan waktu kerja yang rendah tapi mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi. Sementara itu, di Sumatera Utara sama-sama menghasilkan pendapatan tinggi akan tetapi curahan waktu kerja yang dialokasikan juga tinggi. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa usaha ternak domba di Jawa Barat lebih efisien dibandingkan usaha ternak domba di Sumatera Utara.

Dibandingkan dengan usaha ternak kambing, usaha ternak domba memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif karena pada usaha ternak kambing curahan waktu kerja yang digunakan tinggi sedangkan tingkat pendapatan yang diperoleh rendah, baik yang diusahakan di Jawa Barat maupun Sumatera Utara.

Tabel 8. Matrik keterkaitan curahan waktu kerja dengan tingkat pendapatan

Curahan waktu kerja Tingkat pendapatan

Tinggi Rendah

Tinggi Domba Sumatera Utara Domba Jawa Barat

Rendah Kambing Jawa Barat

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Curahan waktu kerja dan kontribusi pendapatan usaha ternak terhadap pendapatan peternak keragaannya bervariasi, menurut jenis ternak dan lokasi pemeliharaan.

2. Kontribusi pendapatan usaha ternak terhadap pendapatan keluarga peternak tidak ditentukan oleh curahan kerja, akan tetapi tergantung pada jenis ternak dan lokasi pengembangan usaha dan pola pengelolaannya.

Saran

Di dalam rencana pengembangan agribisnis ternak ruminansia kecil, unsur jenis ternak dan lokasi pengembangan usaha harus menjadi pertimbangan utama.

DAFTAR PUSTAKA

AGUSTIAN, A dan A.R. NURMANAF . 2001. Efisiensi dan Kontribusi Usaha Ternak Ruminansia Kecil Terhadap

Pendapatan Rumah Tangga Peternak di Jawa Barat. Media Peternakan Vol. 2 No.1. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. Insitut Pertanian Bogor. BPS, 1996. Statistik dalam 50 Tahun Indonesia Merdeka. Biro

Pusat Statistik. Jakarta. Soedjana, T.D. 1983, Direction of Future Small Ruminant research and Deelopment in Indonesia. Advance in Small Ruminant Research in Indonesia. CRIAS-SRARSP, Bogor

KUSNADI, U. 1995. Gelar Teknologi Perkembangan Domba Garut. Balai Informasi Pertanian Jawa Barat.

NURMANAF, A.R,. ADANG A , RACHMAT H, ENDANG L dan ROSMIJATI S. 1998. Kajian Sistem Pengembangan Peternakan Ruminansia Kecil. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. PRANADJI, T. 1994. Institusi Lokal dan Sustainabilitas

Pengembangan Peternakan Rakyat di Pedesaan. Sain Teks. Majalah Ilmiah. Universitas Semarang.

SUDJANA, T. D., 1983. Pemasaran Ternak Domba Pada Periode Hari Raya Kurban Di Kotamdya Bandung. Ilmu Dan Peternakan, Balai Penelitan Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor WAHYONO. 1994. Pola Gaduh Sumba Kontrak Bergulir

Ternak Domba dan Kambing Sebagai Salah Satu Upaya Mengentaskan Kemiskinan. Majalah Sain Teks. Universitas Semarang.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Berapa besar curahan tenaga kerja di Jawa Barat dan Sumatera Utara ? Apakah yang dihitung itu tenaga kerja pria atau wanita ?

2. Bagaimana perbedaan tenaga kerja ternak antar lokasi sehingga berp engaruh kepada pendapatan? Apakah ternaknya digembalakan atau dikandangkan ? Harga daging domba lebih tinggi dari kambing, lalu bagaimana cara menghitungnya ? Berapa jumlah responden dalam penelitian ini ?

Jawaban:

Proporsi curahan waktu kerja di Jawa Barat dan Sumatera utara reklatif sama yaitu untuk on farm masing-masing 80-85% sisanya untuk off farm. Dari off farm itu proporsi tenaga kerja untuk usaha ternak ruminansia kecil relatif tinggi dibanding untuk usaha lainnya, yakni 35 dan 40%. Tenaga kerja yang dihitung adalah tenaga kerja keluarga. Konversinya adalah pria l HOK, wanita 0,8 HOK dan anak -anak 0,6 HOK. Identifikasi dilakukan bertahap yakni terhadap curahan kerja, lalu terhadap pendapatan. Dari identifikasi itu dapat dipilah: Pendapatan tinggi, curahan kerja tinggi; Pendapatan rendah, curahan kerja tinggi; dan pendapatan rendah, curahan kerjka rendah. Dikatakan tinggi jika nilainya di atas nilai rata dan dikatakan rendah jika nilainya di bawah rata-rata. Kondisi usaha ternak relatif sama yaitu dikandangkan waktu malam dan siang hari yang digembalakan. Sehingga tidak mempengaruhi analisis karena kondisinya sama. Yang dihitung bukan pendapatan dari usaha ternak domba dan kambing, tetapi pendapatan keluarga peternak. Jumlah responden di dua lokasi adalah 60 orang dengan rincian: Usaha ternak domba 30 orang, usaha ternak kambing 30 orang.

Gambar

Tabel 1. Struktur curahan waktu kerja peternak domba di Jawa Barat dan Sumatera Utara
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemilikan domba di  Jawa Barat maupun di Sumatera Utara jumlahnya relatif   lebih banyak dari pada kambing
Tabel 5. Curahan waktu kerja keluarga dan luar keluarga dalam usaha ternak kambing di Jawa Barat dan Sumatera Utara
Tabel 8. Matrik keterkaitan curahan waktu kerja dengan tingkat pendapatan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, kadar glukosa tertinggi dihasilkan oleh penambahan volume enzim alfa-amilase dan gluko-amilase sebanyak 4 ml, sedangkan kadar etanol hasil distilasi

Očuvanjem prirode se automatski i smanjuje rizik koji endokrini modulatori mogu imati i na ljudsku vrstu koja je također podložna sporom i neprimjetnom djelovanju promjene

Pencacahan di lapangan harus menggunakan daftar HKD-2.1, setelah dikoreksi barulah perdesaan dan juga untuk penyusunan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Kelompok N

45 Tahun 1990 menjelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan peceraian wajib memperoleh izin atau surat keterangan dari pejabat (atasan) dan hal

Perancangan ini menampilkan halaman untuk menambahkan data target produksi dan bahan baku pada PT. Gunung Pantara Barisan, dapat dilihat pada

Sedangkan pengertian katalog adalah daftar pustaka (buku dan non buku) milik suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan

terjangkau, dan bila perlu masyarakat juga bisa memanfaatkan lahan yang ada walaupun minim dengan menanam cabe, agar kebutuhan akan cabe juga tidak terlalu bikin pusing, ungkapnya

Kedua, penerimaan perilaku disfungsional mempunyai perbedaan dalam pengambilan audit judgment, artinya jika auditor menerima perilaku disfungsional maka audit judgment