• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Tutur Langsung-Tidak Langsung dan Literal-Tidak Literal dalam Ayat-ayat Alquran Periode Makkah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tindak Tutur Langsung-Tidak Langsung dan Literal-Tidak Literal dalam Ayat-ayat Alquran Periode Makkah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1166 | P a g e

Tindak Tutur Langsung-Tidak Langsung dan Literal-Tidak Literal dalam Ayat-ayat Alquran Periode Makkah

Hanifullah Syukri Universitas Sebelas Maret [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa penelitian yang berobjek kajian kitab suci adalah suatu hal yang penting, terutama dari bidang kelinguistikan. Pemakaian tuturan-tuturan tertulis dalam kitab tersebut mampu mengarahkan para pengikutnya untuk berpola hidup sebagaimana aturan-aturan yang tertulis di dalamnya, misalnya orang Islam menggunakan Alquran sebagai kitab sucinya, demikian pula orang Kristen dengan kitab Injilnya dan orang-orang lain dengan kitab sucinya masing-masing.

Penelitian ini bertujuan untuk memerikan tindak tutut langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah, yang meliputi tindak tutur literal, tidak literal, tidak literal, dan tidak langsung-tidak literal. Diharapkan dapat diketahui secara detail tindak tutur langsung-langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal tersebut, sehingga dapat memberikan gambaran global pemakaiannya di masa-masa awal turunnya ayat-ayat Alquran (periode Makkah) tersebut.

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Strategi ini mementingkan tentang mengapa dan bagaimana tindak tutur langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal itu dituliskan dalam ayat-ayat tersebut. Objek penelitian ini adalah pewujudan tindak tutur langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah. Sumber data penelitian ini adalah Alquran. Data penelitian ini berupa satuan-satuan lingual yang mengandung tindak tutur langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal dalam ayat-ayat tersebut.

Dari penelitian ini diketahui bahwa jumlah tindak tutur direktif yang dilihat dari cara penyampaiannya (langsung-tidak langsung, literal-tidak literal) adalah 1686 tindak tutur direktif, dengan berbagai sub tindak tutur direktifnya, yaitu: (1) langsung-literal 1475 buah (87,48%), (2) langsung-tidak literal 21 buah (1,25%), (3) Tidak langsung-literal 175 buah (10,38 %), dan (4) tidak langsung-tidak literal 15 buah (0,89%).

Kata kunci: pragmatik, tindak tutur direktif, langsung-tidak langsung, literal-tidak literal, ayat-ayat Alquran periode Makkah.

(2)

1167 | P a g e

A. Pendahuluan Latar Belakang

Alquran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dan merupakan sesuatu yang fenomenal. Alquran adalah kitab suci yang diyakini oleh umat Islam sebagai firman Allah Subhanahu wa Taala, berisi aturan-aturan hidup yang harus ditaati oleh para pemeluk Islam tersebut. Aturan-aturan hidup yang dimaksud meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti aturan beribadah kepada Tuhannya, bermasyarakat, berkeluarga, dan lain-lain.

Tidak diragukan lagi bahwa tidak ada buku lain yang telah menjadi bahan diskusi seluas Alquran. Tidak ada buku yang sejumlah risalah, komentar, dan tafsir telah ditulis jauh melampaui apa yang ditulis mengenai buku lain selain Alquran (Yudhi R. Haryono, 2002:15). Walaupun Taurat dan Injil telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, Alquran tetap melebihi kitab-kitab suciyang lain dengan banyaknya studi, beragamnya tafsir, dan banyaknya aspek mengenai Alquran tersebut yang telah menjadi bahan diskusi dan penulisan sejak lama. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa Alquran adalah kitab suci yang tidak pernah berhenti untuk ditafsirkan dan diberikan interpretasi, yang sekaligus hal ini menjadi salah satu keunikannya bila dibandingkan dengan tulisan-tulisan yang lain.

Secara filologis dapat dikatakan bahwa Alquran merupakan kitab atau wahyu yang diyakini umat Islam sebagai wahyu Allah Subhanahu Wataala, sehingga menuntut mereka untuk mempercayai dan semaksimal mungkin menjalankan aturan-aturan yang dituliskan di dalamnya. Umat Islam mempercayai bahwa dengan menjalankan aturan-aturan itu mereka akan diselamatkan hidupnya sejak kehidupan mereka di dunia sampai kehidupan di akhirat, yaitu suatu kehidupan yang diyakini keberadaannya setelah kehidupan di dunia ini. Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau menggunakan Alquran sebagai pedoman hidup akan tersesat, yang akan mengantarkan kepada siksa yang sangat pedih dari Tuhannya, Allah Subhanahu Wataala. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa posisi Alquran sebagai pedoman hidup dan wahyu merupakan hal penting dalam kehidupan beragama (Islam). Kenyataan ini merupakan salah satu pemicu atau pemantik perlunya diadakan penelitian terhadap interpretasi teks Alquran ini dengan cermat, sehingga diperoleh pemahaman yang komprehensif atas makna teks.

Teks Alquran merupakan ciri yang menonjol dan khas yang membedakan dengan teks-teks kebahasaan dalam sebuah peradaban umat manusia. Sebagai sebuah teks yang diwujudkan dalam sistem tanda, ia mempunyai kemiripan dengan teks-teks lain, seperti sebuah penggalan ayat yang dibandingkan dengan puisi atau sajak. Namun, para ulama menolak bentuk kemiripan ini dengan teks-teks produk kebudayaan, karena teks-teks Alquran dianggap dan dipahami sebagai mukjizat yang berada di luar kebiasaan, sama halnya dengan mukjizat-mukjizat yang dimiliki oleh para nabi sebelumnya (Abu Zaid, 2001:183). Yang dimaksud dengan ungkapan “mukjizat” adalah bahwa Alquran mampu menjadi saksi atas kebenaran dirinya, bisa dibuktikan kebenarannya tanpa membutuhkan bukti di luar dirinya seperti halnya yang terjadi pada mukjizat-mukjizat yang lain. Hal ini menjadikan Alquran semakin menarik untuk dicermati dan diteliti, lebih-lebih dari sisi spesifikasi penulis, yaitu sisi pragmatik. Sisi pragmatik yang dimaksudkan adalah pencermatan melalui studi penggunaan bahasanya yang melibatkan konteksnya. Pencermatan secara pragmatik mengasumsikan bahwa Alquran adalah teks yang dapat ditafsirkan secara dinamis, sebagaimana dinyatakan oleh Huang (2007), bahwa pragmatik adalah disiplin ilmu

(3)

1168 | P a g e

yang mempelajari penggunaan bahasa dengan mempertimbangkan konteks secara dinamik.

Di samping itu bahasa adalah salah satu pintu masuk yang amat strategis untuk menguak jatidiri Alquran agar dapat dipahami maknanya secara komprehensif. Melalui bahasa (dengan pemahaman bahasa Arab yang baik) Alquran akan memberikan informasi kepada para penggunanya. Namun, berkaitan dengan ihwal kebahasaan itu, untuk memahami Alquran diperlukan pengetahuan yang cukup tentang teks Alquran dan konteks yang melingkunginya. Untuk itu diperlukan studi yang bersifat tekstual (studi linguistik Arab) dan kontekstual (meliputi pengetahuan tentang asbabun nuzul, kebudayaan Arab pada saat wahyu-wahyu Alquran diturunkan, dan lain-lain). Linguistik arab melibatkan pemahaman tentang ilmu balaghoh, qowaidul lughoh, (nahwu shorof), dan lain-lain. Pengabaian pencermatan teks dan konteks yang melingkungi ayat-ayat yang terdapat di dalam Alquran berarti pemahaman yang tidak maksimal, bahkan boleh jadi keliru atau sesat.

Teks Alquran ditulis dalam bahasa Arab, sehingga untuk dapat memahami bahasa Alquran, seseorang harus menguasai bahasa Arab dengan baik. Tanpa penguasaan yang baik terhadap bahasa Arab, kitab suci Alquran akan sulit dimengerti makna-maknanya (Hafidz Abdurrahman, 2004:124). Konteks Alquran dapat diperoleh dari studi tentang asbabun nuzulnya surat atau ayat yang bersangkutan, disertai dengan pemahaman yang cukup atas kondisi sosio-kultural di wilayah setempat pada saat itu. Kajian kesejarahan atas teks-teks Alquran itu harus dilibatkan semaksimal mungkin.

Tindak tutur yang digunakan Allah dalam Alquran, yang dalam kajian ini hanya dibahas ayat-ayat Alquran periode Makkah saja, juga merupakan hal dan sekaligus alasan yang penting untuk dikemukakan bagi pelaksanaan penelitian ini. Mengapa Allah menggunakan bentuk kisahan untuk memberi perintah kepada manusia, mengapa Allah menggunakan bentuk sindiran agar manusia mau melakukan apa yang diperintahkan, mengapa pula Allah menggunakan perintah langsung, dan sebagainya, merupakan alasan penting pula penelitian ini dilakukan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Alquran surat Hud (surat ke 11) ayat 120, yang artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (Depag RI, 1971: 345).

Mengingat bahwa Allah dalam bertutur, tidak secara sembarangan dalam memilih tindak tuturnya, maka kajian dan pencermatan terhadap tindak tutur yang terdapat dalam ayat-ayat itu juga menjadi hal penting untuk dikaji. Strategi penyampaian pesan yang terdapat dalam ayat-ayat itu akhirnya menuntut juga bagi manusia, sebagai orang yang meyakini kebenaran ayat-ayat suci itu untuk menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menerima dan berusaha membuat interpretasi atau tafsir yang tepat atas maksud yang diinginkan Allah atas ayat-ayat tersebut.

Rumusan Masalah

Penelitian ini mencoba memberikan jawaban atas permasalahan: bagaimanakah cara penyampaian tindak tutur direktif yang dikemukakan Allah di dalam ayat-ayat periode Makkah dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya

(4)

(langsung-1169 | P a g e

tidak langsung dan literal-tidak literal), dan bagaimana pula penafsiran yang seharusnya diupayakan oleh mitra tutur (umat Islam) untuk menginterpretasikan pesan ayat-ayat tersebut agar semaksimal mungkin dapat memenuhi dengan apa yang dimaksudkan Allah Subhanahu Wataala di dalam ayat-ayat itu.

Dengan berpijak pada paparan-paparan yang telah disebutkan dan permasalahan umum di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penyampaian tindak tutur-tindak tutur direktif dalam ayat-ayat periode Makkah diungkapkan, secara langsung atau tidak langsung, literal atau tidak literal, dan mengapa demikian?

Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian ini adalah memerikan tindak tutur direktif sub tipe apa saja yang terdapat dalam ayat-ayat periode Makkah, yang mencakup jenisnya, tindak tutur direktif apa yang dominan dan menjelaskan mengapa bisa seperti itu.

Manfaat

Secara teoretis, penelitian ini memberikan manfaat yang signifikan bagi studi tentang tindak tutur direktif, khususnya, dan bagi bidang pragmatik pada umumnya. Diharapkan, dengan temuan-temuan baru yang terungkap, penelitian ini dapat memperkaya teori-teori yang berkaitan dengan bidang pragmatik, khususnya dalam kajian cara penyampaian tindak tutur direktif, baik secara langsung-tidak langsung atau pun literal-tidak literal.

Manfaat teoretik penelitian ini dapat dirasakan pula ketika para peneliti berhadapan dengan objek kajian kitab-kitab suci yang diyakini sebagai firman Tuhan, atau teks-teks lain yang menggunakan tindak tutur tertentu dalam perwujudannya. Setidaknya hasil kajian ini dapat memberikan gambaran sekilas, sebagai masukan, apa yang harus dilakukan oleh peneliti ketika berhadapan dengan teks-teks yang akan dikaji tersebut.

Secara praktis, kajian ini akan memberikan informasi tentang sub tipe tindak tutur direktif langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah dalam kitab suci Alquran. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kejelasan yang relatif tuntas berkaitan dengan makna-makna yang terkandung dalam cara penyampaian sub tipe tindak tutur direktif ayat-ayat Alquran periode Makkah tersebut.

Di samping itu, secara praktis juga, kajian ini akan memberikan pola-pola penginterpretasian yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan ayat-ayat Alquran, khususnya ayat-ayat periode Makkah.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi penelitian kualitatif deskriptif, yaitu memerikan secara rinci dan mendalam tindak tutur direktif yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah. Strategi penelitian kualitatif dipilih karena yang dipentingkan dalam penelitian ini adalah deskripsi tentang mengapa dan bagaimana tindak tutur direktif itu diekspresikan dalam ayat-ayat tersebut.

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih menekankan pada masalah proses dan makna (persepsi dan partisipasi), maka jenis

(5)

1170 | P a g e

penelitian dan strategi yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif tersebut. Artinya, yang dipentingkan adalah kualitas hasil penelitian yang diambil secara deskriptif, apa adanya, dan teliti, yang lebih berharga daripada sekadar pernyataan jumlah atau pun frekuensi dalam bentuk angka (kuantitas).

Penelitian ini memanfaatkan metode analisis isi (content analysis), sebagaimana dikemukakan oleh Crowley (1996). Sebagaimana dikemukakan oleh Crowley, bahwa analisis isi (content analysis) adalah: “It is a systematic research method for analyzing textual information in a standardized way that allows evaluators to make inferences about that information” (metode penelitian sistematis untuk menganalisis informasi teks dengan cara yang membolehkan evaluator (peneliti) untuk membuat inferensi-inferensi (simpulan-simpulan) tentang informasi tersebut). Metode analisis isi memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk mengeksplorasi informasi yang terdapat dalam ayat-ayat Makkiyyah, sehingga simpulan-simpulan penting dapat diperoleh dan ditemukan dalam penelitian ini. Lebih khusus, dengan analisis isi ini peneliti dapat memperoleh informasi maksimal tentang penggunaan tindak tutur direktif yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah.

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah Alquran itu sendiri. Naskah Alquran yang dipakai sebagai sumber data hanyalah ayat-ayat periode Makkah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad berada di Makkah (sebelum hijrah) yang meliputi 86 surat dalam Alquran.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak dan catat. Teknik simak dan catat menurut Edi Subroto (2007:32) adalah mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Sudaryanto (1993:133) menyatakan bahwa metode simak dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini penyimakan dilakukan terhadap penggunaan bahasa yang terdapat dalam tuturan-tuturan direktif dan sub-subnya ayat-ayat periode Makkah tersebut.

Teknik catat yaitu dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993:135). Pencatatan terhadap data kebahasaan yang relevan dilakukan dengan transkripsi tertentu menurut kepentingannya. Data relevan dicatat lengkap dengan konteks latarnya. Dalam penelitian ini teknik tersebut dilakukan, yaitu dengan mencermati dan mengumpulkan semua tuturan direktif dan sub-subnya yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah. Data-data tersebut didokumentasikan dengan menggunakan kertas HVS ukuran folio dengan mencantumkan ayat Alquran, konteks yang terlibat dalam peristiwa turunnya ayat tersebut (dengan catatan jika memang diperlukan untuk dipaparkan), serta dicantumkan pula terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dalam kartu data tersebut, tuturan-tuturan direktif dan sub-subnya diberi tanda khusus sehingga memudahkan untuk mencermatinya dan membedakan dengan jenis tuturan-tuturan lain.

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini dibahas tentang cara-cara penyampaian tindak tutur direktif yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah. Di samping itu pencermatan terhadap penanda-penanda lingual direktif yang terdapat dalam ayat-ayat

(6)

1171 | P a g e

tersebut dijelaskan, serta dipaparkan pula pemerian tingkat dominansi sub tindak tutur-sub tindak tutur direktif tersebut.

Analisis langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal penting untuk dikemukakan. Kepentingan analisis ini berkaitan dengan pemakaian ayat-ayat yang dimungkinkan tidak langsung membicarakan suatu atau pokok masalah tertentu. Dalam kesempatan tertentu ayat-ayat yang digunakan langsung membicarakan hal dimaksud secara lugas, dan dalam kesempatan yang lain digunakan bentuk pemakaian kalimat atau ayat-ayat yang tidak langsung. Seluruh bentuk seperti itu mempunyai implikasi masing-masing dalam bentuk direktif secara umum. Dari jumlah tindak tutur direktif langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal ini dapat diketahui pola tindak tutur direktif yang digunakan oleh Allah dalam ayat-ayat Alquran (khususnya ayat-ayat Makkiyyah). Selanjutnya, pola-pola tersebut dapat mengantarkan pada asumsi tertentu mengapa Allah menggunakan tindak tutur direktif semacam itu. Asumsi-asumsi yang dimunculkan atas pola-pola penggunaan tindak tutur direktif tersebut dikaitkan dengan tujuan awal tulisan ini, bahwa dalam masyarakat jahiliyyah sebagaimana terdapat di kota Makkah ketika Nabi Muhammad menyampaikan ayat-ayat awal Alquran perlu diterapkan tindak tutur direktif-tindak tutur direktif sebagaimana terdapat dalam Alquran tersebut (tegas, jelas, tidak ambigu atau bermakna dua, dan semacamnya). Sejarah telah mencatat bahwa umat Islam (para sahabat) pengikut Nabi Muhammad pada akhirnya (ketika sudah berada di kota Madinah) mendapatkan sukses besar dalam menyampaikan dakwah Islam tersebut. Itu semua tidak lepas dari peran-peran yang dimainkan oleh tindak tutur direktif-tindak tutur direktif yang terdapat di dalam ayat-ayat Alquran yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu.

Jumlah tindak tutur direktif langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah adalah 1.686 buah tindak tutur direktif, sama dengan jumlah tindak tutur direktif yang dilihat dari tipe perintahnya. Setelah diadakan pencermatan terhadap ayat-ayat itu tampak gambaran bahwa tindak tutur direktif yang bersifat langsung-literal mendominasi jumlah tidak tutur direktif yang ada. Jumlah-jumlah tindak tutur direktif-tindak tutur direktif itu dipaparkan sebagai berikut ini.

Yang pertama adalah tindak tutur direktif langsung-literal. Tindak tutur direktif jenis ini mendominasi cukup signifikan dari seluruh tindak tutur direktif yang ada. Tindak tutur direktif langsung-literal berjumlah 1475 buah (87,48 persen). Hal itu menunjukkan bahwa Allah Swt “mementingkan” tindak tutur direktif jenis langsung-literal ini untuk mengantarkan msyarakat jahiliyyah menuju masyarakat yang baik sebagaimana terdapat di kota Madinah setelah Nabi Muhammad melakukan hijrah. Hal itu menunjukkan bahwa penegasan pada „kelangsungan‟ dan „keliteralan‟ adalah sesuatu yang penting. Dengan tindak tutur direktif yang „langsung‟, penerima pesan ayat-ayat Alquran itu (masyarakat kota Makkah saat Nabi Muhammad mendakwahkan Islam untuk pertama kali) merasa lebih jelas, tidak banyak penafsiran lain selain dari apa yang terdapat dalam teks ayatnya itu. Demikian pula halnya dengan ke‟literal‟an yang terdapat dalam ayat itu, membuat para penerima ayat-ayat tersebut tidak banyak menggambarkan dan membayangkan atau mempersepsi dengan persepsi yang lain selain yang ditunjukkan oleh ke‟literal‟an ayat tersebut. Dengan kejelasan-kejelasan itu (disebabkan oleh adanya perintah „langsung‟ dan „literal‟) sangat sedikit dimungkinkan adanya salah tafsir atau pemberian makna beda dengan yang dimaksud Allah (sebagai penyampai pesan) terhadap ayat-ayat tersebut.

(7)

1172 | P a g e

Tipe yang kedua dari tindak tutur direktif modus ini adalah tindak tutur direktif langsung-tidak literal. Dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah, tindak tutur direktif langsung-tidak literal hanya berjumlah 21 buah (1,25 persen). Hal itu menunjukkan bahwa tindak tutur direktif „langsung-tidak literal‟ ini tidak begitu penting dipakai dalam masyarakat jahiliyyah sebagaimana terdapat di kota Makkah pada saat itu. „Kelangsungan‟ dan „keliteralan‟ lebih dipentingkan oleh Allah dalam mengantarkan masyarakat jahiliyyah itu menuju masyarakat yang baik (tidak jahiliyyah). Hanya Allah yang tahu secara tepat mengapa penggunaan-penggunaan tindak tutur direktif dalam ayat-ayat Alquran (khususnya periode Makkah) seperti itu. Yang jelas dan dapat diamati dengan nyata adalah bahwa penggunaan tindak tutur yang „langsung‟ dan „literal‟ memperoleh porsi yang lebih banyak daripada tindak tutur direktif yang mengedepankan „ketidak-langsungan‟ dan ketidak-literalan‟

Pernyataan yang menunjukkan „kelangsungan‟ dan „keliteralan‟ adalah hal penting dalam tindak tutur direktif ayat-ayat Alquran periode Makkah dibuktikan pula dengan adanya jumlah tindak tutur direktif „tidak langsung-literal‟ yang mencapai 175 buah (10,38 persen). Meskipun tindak tutur direktif tipe ini jauh berada di bawah jumlah tindak tutur direktif langsung-literal (1475 buah (87,48 persen)), namun jika dibandingkan dengan jumlah tindak tutur direktif langsung-tidak literal (yang berjumlah 21 buah (1,25 persen)) maka tindak tutur direktif tidak langsung-literal ini menunjukkan bahwa faktor „keliteralan‟ merupakan faktor penting dalam tindak tutur direktif ayat-ayat Alquran periode Makkah itu. Hal itu mengasumsikan bahwa faktor “LANGSUNG” dan “LITERAL” adalah penting dalam tindak tutur direktif ayat-ayat Alquran periode Makkah. Simpulan sementara yang bisa diperoleh bahwa dalam masyarakat jahiliyyah sebagaimana terdapat dalam kota Makkah ketika ayat-ayat pertama Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad harus diberlakukan tindak tutur direktif-tindak tutur direktif yang bersifat “LANSUNG” dan “LITERAL”

Tipe yang keempat dari tindak tutur direktif modus ini adalah tindak tutur direktif tidak langsung-tidak literal. Tindak tutur direktif tipe ini adalah tindak tutur direktif yang paling sulit untuk difahami jika dibandingkan dengan ketiga tindak tutur direktif sebelumnya. Kesulitan itu disebabkan tindak tutur direktif „tidak langsung‟ memerlukan energi ekstra untuk dapat memahaminya dengan baik. Karena ke-tidak langsung-an itu pula dapat saja penafsiran atas tindak tutur direktif tersebut malah menjadi salah, tidak tepat sesuai dengan maksudnya. Demikian pula halnya dengan tindak tutur direktif yang bersifat tidak literal. Tindak tutur direktif yang tidak literal akan memerlukan energi ekstra pula untuk dapat memahami maksudnya dengan baik. Tidak semua orang bisa dengan mudah menafsikan secara tepat tindak tutur direktif yang seperti itu. Termasuk demikian pula halnya dengan masyarakat kota Makkah pada saat ayat-ayat Alquran awal turun kepada Nabi Muhammad, sulit untuk menafsirkan maksud yang terkadung dalam ayat-ayat itu jika ayat-ayat tersebut menggunakan tindak tutur direktif-tindak tutur direktif yang bertipe tidak langsung dan tidak literal. Oleh karena itu, diasumsikan, karena alasan inilah tipe tindak tutur direktif tidak langsung-tidak literal tidak banyak digunakan dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah.

Jumlah tindak tutur direktif tidak langsung-tidak literal yang hanya berjumlah 15 buah (0,89 persen), menunjukkan bahwa memang tindak tutur direktif tipe ini tidak tepat, tidak pas jika diterapkan dan diberlakukan bagi orang-orang yang bertipe jahiliyyah sebagaimana terdapat di kota Makkah pada saat itu. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa jahiliyyah bukan berarti masyarakat kota

(8)

1173 | P a g e

Makkah saat itu bodoh dalam pengetahuan, kekayaan tradisi adat, atau yang lain, namun dikatakan mereka jahiliyyah karena mereka tidak mau dan tidak ingin mendapatkan kebenaran-kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

D. Simpulan

Dari paparan pendahuluan analisis tindak tutur direktif langsung-tidak langsung dan literal-tidak literal ini diperoleh gambaran bahwa dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah (ayat-ayat yang turun pada awal-awal kenabian Nabi Muhammad) lebih banyak diwarnai dengan tindak tutur direktif “LANGSUNG‟ dan “LITERAL” dan mengedepankan “KELANGSUNGAN” dan “KELITERALAN” dalam perintah-perintahnya. Dalam bahasan-bahasan selanjutnya dikemukakan contoh-contoh penggunaan tindak tutur direktif-tindak tutur direktif tersebut (literal, tidak literal, tidak literal, dan tidak langsung-tidak literal) dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah.

E. Daftar Pustaka

Abd. Faishol. 2003. Metafora di dalam Ayat-ayat Alquran. Tesis. Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Abu Zaid, Nasr Hamid. 2001. Tekstualitas Alquran: Kritik terhadap Ulum Alquran. Yogyakarta: LKiS.

Alfaruqi, Ismail R. Dan Lois Lamya Alfaruqi. 2001. Atlas Budaya Islam (terjemahan oleh: Ilyas Hasan). Bandung: Mizan.

Austin, J. L. 1962. How To Do Thing with Words. New York: Oxford University Press.

Baedhowi. 2009. Antropologi Alquran. Yogyakarta: LKiS.

Cruse, D. Alan. 2000. Meaning in Language An Introduction to Semantics and Pragmatics. New York. Oxford University Press.

Crowley, Brian P. 1996. Content Analysis: A Methodology for Structuring and Analyzing Written Material. United States General Accounting Office: Program Evaluation and Methodology Division.

Cutting, Joan. 2008. Pragmatics and Discourse: A Resource Book for Students. Second Edition. USA and Canada: Routledge.

Edi Subroto, H. D. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.

Edi Subroto, H. D. 2008. “Pragmatik dan Beberapa Segi Metode Penelitiannya” dalam Kelana Bahana Sang Bahasawan. Penyunting: Khatarina Endriati Sukamto. Jakarta: Universitas Katholik Atma Jaya.

Hafidz Abdurrahman. 2004. Ulumul Quran Praktis Metode Memahami Alquran. Bogor: CV IDeA Pustaka Utama.

Huang, Yan. 2007. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

I Dewa Putu Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset Kreidler, Charles W. 1998. Introducing English Semantics. London and New York: Routledge.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Pertama ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

---. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

---. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian (Edisi ke-2). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. London and New York: Longman.

Referensi

Dokumen terkait

sebagai Bides Matang Cengai Kota Langsa, pada tahun 2006 saya lulus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan di tempatkan pada Puskesmas Langsa Timur, kemudian pada tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk simulator yang dikembangkan dapat menampilkan karakteristik motor induksi tiga fase sesuai dengan hasil simulasi SIMULINK, dan

Melalui penelitian ini, dikembangkan media pembelajaran fisika berbasis komputer pokok bahasan arus dan tegangan listrik bolak-balik untuk siswa SMA/MA kelas XII dengan

Sampel terbaik ditunjukan oleh sampel 207 (dengan proses steam 6 menit ) yang memiliki umur simpan terbaik yaitu selama 24 jam.. Kemudian dari hasil organoleptik sampel yang

tentang: nomor pendaftar, nama calon peserta didik, asal satuan pendidikan, jarak tempat tinggal peserta didik, nilai USBN SD atau bentuk lain yang sederajat,

dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi untuk

Secara khusus penelitian yang akan dilakukan tersebut yaitu teknologi pengolahan kecap kacang koro pedang dengan penggunaan konsentrasi larutan garam dan lama

5ntuk melakukan analisa data dengan menggunakan Minitab, kita terlebih dahulu harus memasukan data yang akan dianalisis ke dalam 'orksheet. Klik tanda entry arro' D E �