• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEMITRAAN TERHADAP EFISIENSI USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA DI PULAU LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT

IMPACT OF PARTNERSHIP ON EFFICIENCY OF VIRGINIA TOBACCO FARM ON LOMBOK ISLAND, WEST NUSA TENGGARA

Hirwan Hamidi

Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Mataram ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak kemitraan terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui wawancara dengan para pelaku usahatani tembakau virginia. Dengan analisis fungsi produktivitas disimpulkan bahwa (i) kemitraan berdampak positif terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok, (ii) kemitraan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas penggunaan pupuk NPK, KNO, dan, ZPT. Mengingat pengembalian hasil masih berada pada kondisi diminishing return to scale (DRS) yang disebabkan oleh masih rendahnya penggunaan input-input tersebut sebagai akibat dari adanya petani yang menjual sebagian dari input-input yang diberikan kepada petani swadaya, maka disarankan kepada masing-masing perusahaan untuk lebih meningkatkan pengawasan penggunaan input petani mitranya.

ABSTRACT

This study aimed at analyzing the impact of partnership on the efficiency of virginia tobacco farm in Lombok. Data were collected using survey method by interviewing virginia tobacco farmers. The conclusions drawn from analysis of productivity function are: (i) partnership had positive impact on the efficiency of virginia tobacco farm in Lombok, (ii) the application of NPK, KNO, and Growth Regulator Ingredient (ZPT) affected productivity significantly; (2) Due to diminishing return to scale (DRS) caused by low input application (as several farmers sold some proportion of input they received from their partners), it is suggested to increase monitoring in input application by the farmers. The monitoring is to be conducted by individual companies.

______________________

Kata kunci: kemitraan, efisiensi, tembakau virginia Keywords: partnership, efficiency, virginia tobacco

PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri, bahwa informasi di kalangan para pelaku yang bertransaksi di sektor pertanian tidak sempurna. Ketidaksempurnaan informasi tersebut masih ditambah dengan adanya ketidakpastian dan tingginya biaya transaksi yang diasumsikan tidak ada dalam teori ekonomi neoklasik (North, 1995: 18). Dalam upaya mengurangi ketidaksempurnaan informasi, mahalnya biaya transaksi, dan ketidakpastian dalam pertukaran maka kehadiran institusi seperti kemitraan menjadi sangat penting (North, 1995:18, Grosh, 1994; Key dan Runsten, 1999). Kemitraan pertanian (contract farming) dide-finisikan sebagai suatu cara mengatur produksi pertanian, di mana para petani kecil dikontrak oleh suatu perusahaan pertanian untuk memasok hasil pertanian sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam sebuah kontrak atau perjanjian, termasuk di dalamnya adalah kesepakatan harga, cara pembayaran, kualitas

barang/jasa dan sebagainya (White, 1997; Eggertsson, 1990).

Kemitraan dalam agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat telah lama berlangsung, yaitu sejak tahun 1970-an. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki seperti (i) tingkat produktivitasnya lebih tinggi (1,74 ton/ha) dibanding rata-rata nasional (1,37 ton/ha)(Dirjen Perkebunan, 2006); (ii) mutunya setara dengan mutu tembakau impor, terutama dari USA, Brazil dan Zimbabwe, (iii) serta warna dan aromanya khas (Surachmad, 2002) menyebabkan tigabelas perusahaan pembeli tembakau berskala nasional bahkan multi-nasional pada tahun 2006 masuk ke dalam bisnis tembakau virginia melalui pola kemitraan (Peraturan Gubernur NTB Nomor 2 Tahun 2007).

Para petani tembakau virginia yang ikut serta dalam kemitraan disediakan input produksi berupa benih, pupuk, pestisida, dan modal kerja dalam bentuk kredit oleh perusahaan mitranya

▸ Baca selengkapnya: pertanyaan tentang virginia henderson

(2)

yang akan dibayar setelah panen. Di samping itu, dalam kegiatan produksinya juga memperoleh bimbingan teknis dari tenaga penyuluh yang disediakan perusahaan. Ironisnya, meskipun kemitraan ini telah berlangsung lebih dari 30 tahun namun dalam kenyataannya masih ditemukan petani yang tidak ikut serta dalam kemitraan. Artikel ini bertujuan untuk menje-laskan dampak kemitraan terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok. Apakah perbedaan penggunaan input pupuk, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pro-duktivitas sebagai dampak dari kemitraan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan metode survei terhadap 147 petani yang terdiri dari 102 petani mitra dan 45 petani swadaya dengan model analisis fungsi produktivitas..

METODE PENELITIAN

Pengumpulan Data dan Sampling Wilayah

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei melalui wawancara dengan para pelaku usahatani tembakau yang dipandu kuesioner. Penentuan lokasi sampel menggunakan metode multiple stage sampling, yaitu suatu sampel yang ditarik secara bertingkat mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa. Survei dilakukan di lima desa, masing-masing Desa Lekor dan Desa Montong Gamang untuk Kabupaten Lombok Tengah dan Desa Rarang, Desa Rumbuk, dan Desa Sakra untuk Kabupaten Lombok Timur. Penentuan desa-desa tersebut didasarkan atas dasar pertimbangan luas areal pengembangan tembakau virginia terluas pada masing-masing kecamatan.

Jumlah Responden

Penentuan besarnya jumlah sampel responden petani dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut (Sugiarto, et al., 2003:60):

n

= 2 2 2 2 2 S Z Nd S NZ + di mana: n = total sampel N = total populasi

Z = nilai distribusi normal baku (tabel-Z) pada

α

0,05

d = besarnya toleransi penyimpangan

S = nilai varian lahan usahatani tembakau virginia petani

Berdasarkan hasil pendataan petani tembakau virginia oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan di dua kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah tahun 2006 diketahui bahwa

jumlah populasi petani tembakau mitra (N1)

adalah 1.853 orang dengan kisaran luas areal lahan usahatani 1-6 hektar dan petani swadaya (N2) adalah 829 orang dengan kisaran luas areal

usahatani 0,25-4 hektar. Dari hasil perhitungan ditemukan nilai varian lahan usahatani petani mitra (S1) adalah 0,07058 dan petani swadaya

(S2) adalah 0,03125. Dengan tingkat

keperca-yaan 95 persen atau toleransi penyimpangan (d) sebesar 5 persen, maka ukuran sampel yang diambil untuk petani mitra (n1) adalah 102 orang

dan untuk petani swadaya (n2) adalah 45 orang.

Dari jumlah sampel tersebut kemudian diambil secara proporsional random sampling di lima desa lima desa lokasi survei.

Vriabel dan Analisis Data

Untuk membuktikan apakah kemitraan berdampak positif terhadap efisiensi produksi usahatani digunakan model fungsi produktivitas yang menyertakan enam variabel penjelas (volume penggunaan pupuk NPK, pupuk KNO, pestisida, ZPT, dan tenaga kerja) dan satu variabel dummy kemitraan (model 1). Pemilihan terhadap variabel-variabel penjelas tersebut didasarkan atas teori New Institutional Economic (NIE), bahwa keikutsertaan petani dalam kemitraan dapat meningkatkan efisiensi (Jackson dan Cheater, 1994).

Q

=

α

= 5 1 i i i

X

β

γ

D

i

(1) Untuk memudahkan pendugaan sekaligus agar distribusi data mendekati normal, maka persamaan (1) diubah ke dalam bentuk linear dengan cara melogaritmakan (model 2)

i i i i i i X D Q = α +

β +γ +ε = 5 1 ln ln ln (2) di mana:

α

>

0

,

β

i>0, dan

γ

>

0

i

Q

= Produktivitas tembakau virginia petani ke-i (kg/ha)

i

D

= 0, jika petani tembakau non mitra = 1, jika petani tembakau mitra

X

1 = volume penggunaan pupuk NPK

(kg/ha)

X

2 = volume penggunaan pupuk KNO

(kg/ha)

X

3 = volume penggunaan zat pengatur

tumbuh (ZPT=liter/ha)

4

X

= volume penggunaan pestisida (liter/ha)

5

X

= volume penggunaan tenaga kerja (HOK/ha)

(3)

α

= titik potong indikator efisiensi teknis

γ

dan

β

= Koefisien regresi indikator elastisitas

Model empiris persamaan (2) menghipotesiskan: (1) volume penggunaan input pupuk NPK,

pupuk KNO, zat pengatur tumbuh (ZPT), pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas usahatani tembakau virginia.

(2) Kemitraan berdampak positif terhadap produktivitas usahatani tembakau virginia.

Kriteria pengujian hipotesis:

Ada tiga kriteria yang digunakan dalam pengujian hipotesis dampak kemitraan terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok, yaitu:

(1) membandingkan nilai intersep

(

α

)

fungsi produktivitas usahatani tembakau virginia petani mitra dengan petani swadaya. Koefisien ini digunakan karena dalam fungsi produksi Cobb-Douglas derajat satu koefisien

α

merupakan indikator efisiensi. Nilai koefisien

α

meningkat mengindikasikan bahwa efisiensi sistem produksi telah meningkat (Nicholson, 1998:291). Hipotesis diterima bila nilai intersep

(

α

)

fungsi pro-duktivitas petani mitra lebih besar dibandingkan dengan fungsi produktivitas usahatani tembakau virginia petani swadaya.

(2) membandingkan skala output (return to scale) fungsi produktivitas usahatani tembakau virginia petani mitra dengan petani swadaya. Skala output (RTS) proses produksi yang lebih efisien adalah yang memiliki RTS (

= 5 1 i i

β

) lebih besar (Nicholson, 1998:307).

(3) nilai t hitung koefisien variabel dummy kemitraan (

γ

). Bila t hitung koefisien variabel dummy kemitraan (

γ

) signifikan pada

α

=

1

%

,

α

=

5

%

dan

α

=

10

%

berarti kemitraan berdampak positif terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil estimasi fungsi produktivitas usahatani tembakau virginia petani mitra, petani swadaya, dan gabungan disarikan pada Tabel 1.

Model regresi fungsi produktivitas usahatani tembakau virginia pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2

masing-masing sebesar 0,4744 untuk petani swadaya dan 0,6696 untuk petani mitra. Ini berarti sekitar 47,44 persen variasi produktivitas usahatani tembakau virginia petani swadaya dan 66,96 persen variasi produktivitas usahatani tembakau virginia petani mitra dapat dijelaskan oleh variabel penjelas jumlah penggunaan pupuk NPK, pupuk KNO, ZPT, pestisida, dan tenaga kerja. Sisanya masing-masing sebesar 52,56 persen untuk petani swadaya dan 33,04 persen untuk petani mitra dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas derajat satu, pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model dapat dijelaskan oleh intersep yang sekaligus merupakan indikator efisiensi. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa intersep fungsi produksi usahatani tembakau virginia petani swadaya adalah sebesar 5,1881 lebih rendah dibandingkan dengan petani mitra sebesar 5,2460, keduanya siginifikan pada

α

=1%. Menurut Nicholson, 1998:291, bahwa nilai intersep yang meningkat mengindikasikan bahwa efisiensi sistem produksi telah meningkat. Peningkatan efisiensi yang terjadi bagi petani mitra ini tidak lepas dari pengaruh penggunaan teknologi baru, pembinaan teknis, perbaikan sistem produksi, dan lain-lain yang dilakukan oleh perusahaan mitranya.

Tabel 1 juga menunjukkan, bahwa nilai F statistik untuk petani swadaya adalah 8,9447 dan petani mitra sebesar 41,9444. Kedua nilai F statistik tersebut signifikan pada

α

=1% (probabilitas 0,0000) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima variabel penjelas yaitu volume penggunaan pupuk NPK, pupuk KNO, ZPT, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produktivitas usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok. Meskipun demikian, berdasar-kan hasil uji t diketahui bahwa tidak semua variabel penjelas tersebut berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produktivitas usahatani tembakau virginia. Pada petani swadaya, variabel penggunaan zat pengatur tumbuh (ln ZPT), pestisida (ln PEST), dan tenaga kerja (ln TK) tidak signifikan pengaruhnya terhadap produktivitas. Pada petani mitra, terdapat dua variabel penjelas yang idak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas, yaitu penggu-naan pestisida (ln PEST) dan tenaga kerja (ln TK).

(4)

Tabel 1. Estimasi Fungsi Produktivitas Usahatani Tembakau Virginia Petani Petani Swadaya, Petani Mitra, dan Gabungan di Pulau Lombok, Musim Tanam 2007.

Fungsi Produktivitas Usahatani Tembakau Virginia No Variabel Penjelas

Petani Swadaya Petani Mitra Gabungan

1 Intersep 5,1881

(9,1690)* (9,5632)* 5,2460 (14,6621)* 4,7651 2 Pupuk NPK (ln NPK) 0,2059

(3,1286)* (1,8485)*** 0,1370 (5,1797)* 0,2167 3 Pupuk KNO (ln KNO) 0,1345

(1,7288)*** (4,3265)* 0,2328 (5,4354)* 0,221 4 ZPT (ln ZPT) 0,00008 (0,0473) (1,7647)*** 0,0526 0,000001 (0,0385) 5 Pestisida (ln PEST) 0,0473 (1,1862) (0,8706) 0,0218 (1,8346)*** 0,0385 6 Tenaga Kerja (ln TK) 0,0546 (0,8525) (0,6848) 0,0363 (0,9784) 0,0643

7 Dummy Kemitraan (DUMMY) - - 0,0642

(4,2222)* Adjusted R2 0,4744 0,6696 0,7747 F 8,9447 41,9444 84,6703 Jumlah Observasi 45 102 147 RTS 0,4424 0,4806 0,5158 Keterangan:

angka dalam kurung menunjukkan t statistik *** menunjukkan signifikansi statistik

α

= 10% ** menunjukkan signifikansi statistik

α

= 5% * menunjukkan signifikansi statistik

α

= 1%

Variabel dependen adalah ln produktivitas (Q/ha). Semua variabel penjelas dikonversi ke hektar. Pada penggunaan pupuk NPK, baik petani

swadaya maupun petani mitra volume penggunaannya berpengaruh signifikan terhadap kenaikan produkvitas usahatani tembakau. Pada petani swadaya tambahan 1 persen penggunaan pupuk NPK dapat meningkatkan produktivitas usahatani tembakau virginia sebesar 0,2059 persen dan siginifikan pada

α

= 1%. Sementara pada petani mitra, tambahan 1 persen penggunaan pupuk NPK hanya dapat meningkatkan produktivitas usahatani tembakau virginia sebesar 0,1370 persen dan siginifikan pada

α

= 10%. Lebih rendahnya tambahan produktivitas yang terjadi pada petani mitra dibanding petani swadaya dapat dijelaskan dengan hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (law of diminishing returns). Tingkat penggunaan pupuk NPK oleh petani mitra sebanyak 534,50 kg/hektar telah menyebabkan tambahan produktivitas lebih rendah dibanding petani swadaya yang hanya menggunakan 486,82 kg/hektar.

Pada penggunaan pupuk KNO, baik petani

swadaya maupun petani mitra volume penggunaannya berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan produktivitas usahatani tembakau. Pada petani swadaya, tambahan 1 persen penggunaan pupuk KNO dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0,1345 persen dan siginifikan pada

α

= 10%. Tambahan produktivitas yang dicapai petani swadaya tersebut lebih rendah dibanding petani mitra yang meningkat sebesar 0,2328 persen dan signifikansi pada

α

= 1%. Sensitifitas penggunaan pupuk KNO ini terhadap produktivitas tembakau virginia ini terlihat dari koefisien regresi petani gabungan sebesar 0,21668 yang signifikan pada

α

= 1%. Implikasi dari kondisi sedemikian adalah perlunya penambahan faktor produksi pupuk KNO ini, baik untuk petani mitra maupun swadaya. Penambahan faktor produksi pupuk KNOini penting karena di samping pengaruhnya signifikan terhadap peningkatan produktivitas juga karena volume penggunaannya yang masih rendah. Sebagai gambaran, rekomendasi peng-gunaan pupuk KNOoleh perusahaan mitra saat ini adalah 250 kg per hektar, sementara rata-rata

(5)

penggunaannya baru mencapai 206,98 kg per hektar.

Pada penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT), baik petani swadaya maupun petani mitra volume penggunaannya berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas usahatani tembakau. Pada petani swadaya tambahan 1 persen penggunaan pupuk ZPT dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0,00008 persen tetapi tidak siginifikan pada

α

= 10%. Berbeda dengan petani mitra, penambahan penggunaan 1 persen ZPT dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0,0526 persen dan signifikan pada

α

= 10%. Tidak signifikannya pengaruh penggunaan ZPT terhadap produktivitas usahatani tembakau virginia bagi petani swadaya, di samping karena jumlah petani yang menggunakannya terbatas (13,33%) juga karena volume penggunaannya yang sangat sedikit, yaitu 0,36 liter per hektar jauh lebih rendah dibanding petani mitra sebesar 2,43 liter per hektar. Padahal, ZPT ini sangat bermanfaat untuk mengendalikan tumbuhnya suli (succer) pada tanaman tembakau. Bila suli (succer) ini tidak dikendalikan maka akan berdampak terhadap turunnya produktivitas tembakau virginia karena unsur-unsur hara tanah yang seharusnya digunakan untuk pengisian daun diambil oleh suli (succer).

Pada penggunaan pestisida, baik petani swadaya maupun petani mitra volume penggunaannya berpengaruh terhadap pening-katan produktivitas usahatani tembakau, tetapi tidak siginifikan meskipun pada

α

=10%. Pada petani swadaya tambahan 1 persen penggunaan pestisida dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0,0473 persen lebih tinggi dibanding petani mitra sebesar 0,0218 persen, padahal volume penggunaan pestisida ini oleh petani mitra lebih tinggi dibandingkan dengan petani swadaya. Lebih rendahnya tambahan produk-tivitas yang dihasilkan oleh petani mitra dibandingkan dengan petani swadaya dapat dijelaskan dengan hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (law of diminishing returns). Tingkat penggunaan pestisida oleh petani mitra sebanyak 2,44 liter per hektar telah menye-babkan tambahan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan petani swadaya yang hanya menggunakan 1,80 liter per hektar.

Kondisi yang sama dengan penggunaan input tenaga kerja, baik petani swadaya maupun petani mitra volume penggunaannya berpe-ngaruh terhadap peningkatan produktivitas usahatani tembakau, tetapi tidak siginifikan meskipun pada

α

=10%. Pada petani swadaya tambahan 1 persen penggunaan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas sebesar

0,0546 persen lebih tinggi dibanding petani mitra sebesar 0,0363 persen, padahal volume penggunaan tenaga kerja ini oleh petani mitra lebih tinggi dibanding petani swadaya. Lebih rendahnya tambahan produktivitas yang terjadi pada petani mitra dibanding petani swadaya sesuai dengan hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (law of diminishing returns). Tingkat penggunaan tenaga kerja oleh petani mitra sebanyak 386,28 HOK per hektar telah menyebabkan tambahan produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan petani swadaya yang hanya menggunakan tenaga kerja 363,65 HOK per hektar. Dengan kata lain penurunan produktivitas marginal tenaga kerja (MPL) petani

mitra lebih besar dibandingkan dengan petani swadaya.

Agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok, baik petani mitra maupun swadaya berada pada kondisi decreasing return to scale (DRS). Kondisi tersebut ditunjukkan dari hasil penjumlahan koefisien elatisitas pada masing-masing fungsi produksi petani swadaya dan petani mitra, di mana return to scale (RTS) untuk petani mitra adalah 0,4424 dan 0,4806 untuk petani swadaya. Angka return to scale (RTS) sebesar 0,4424 ini berarti bahwa tambahan faktor produksi sebesar 1 persen menyebabkan produktivitas usahatani tembakau virginia petani swadaya bertambah sebesar 0,4424 persen lebih rendah dibandingkan dengan petani mitra sebesar 0,4806 persen dengan tambahan faktor peroduksi yang sama sebesar 1 persen. Kondisi return to scale (RTS) mencerminkan kondisi aktual tentang penggu-naan input dalam proses produksi. Nicholson (1998:307) mengatakan, bahwa skala output (RTS) proses produksi yang lebih efisien adalah yang memiliki RTS lebih besar. Dengan demikian, lebih tingginya angka return to scale (RTS) petani mitra dibandingkan dengan petani swadaya tersebut menunjukkan bahwa petani mitra lebih efisien dari petani swadaya dalam usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok.

Masuknya variabel dummy kemitraan ke dalam model fungsi produktivitas petani gabungan memberikan petunjuk, bahwa efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok meningkat karena institusi kemitraan. Hal ini ditunjukkan dari positifnya koefisien variabel dummy kemitraan sebesar 0,0642 dan signifikan pada

α

= 1%. Dalam teori NIE, signifikannya variabel dummy kemitraan ini memiliki makna bahwa kemitraan sebagai salah satu bentuk institusi dalam sektor pertanian dapat meningkatkan produktivitas sebagai akibat dari penggunaan teknologi baru, perbaikan sistem

(6)

produksi dan bimbingan teknis dari perusahaan mitranya (Jackson dan Cheater, 1994).

Berdasarkan hasil pengujian empiris sebagaimana telah diuraikan di atas disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu kemitraan berdampak positif terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok diterima. Indikatornya adalah: (1) intersep fungsi produksi usahatani tembakau virginia petani mitra lebih tinggi dibandingkan dengan petani swadaya, (2) lebih tingginya angka return to scale (RTS) petani mitra dibanding petani swadaya, dan (3) nilai koefisien variabel dummy kemitraan adalah positif dan signifikan pada

α

= 1%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kemitraan berdampak positif terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok, dibuktikan dari hasil pengujian empiris (i) nilai intersep sebagai indikator efisiensi dalam fungsi produktivitas usahatani tembakau virginia petani mitra lebih tinggi dibandingkan dengan petani swadaya, (ii) lebih tingginya angka return to scale (RTS) petani mitra dibanding petani swadaya, dan (iii) nilai koefisien variabel dummy kemitraan adalah positif dan signifikan.

Saran

Meskipun kemitraan berdampak positif terhadap efisiensi usahatani tembakau virginia di Pulau Lombok, namun fungsi produksinya berada pada kondisi diminishing return to scale (DRTS). Hal ini terjadi sebagai akibat dari volume penggunaan input pupuk NPK, KNO3,

ZPT, dan pestisida lebih rendah dari yang direkomendasmasikan karena adanya petani yang menjual sebagian dari input-input yang diberikan perusahaan mitranya kepada petani swadaya dengan alasan untuk menambah modal kerja. Karena itu disarankan kepada masing-masing perusahaan untuk mengawasi petani mitranya dalam penggunaan input.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, 2006. Statistik Perkebunan Indonesia (Tembakau), 2004-2006, Jakarta, Indonesia.

Eggertsson, T. 1990. Economic behaviour and institutions. New York, Cambridge University Press.

Grosh, B. 1994. Contract Farming in Africa: an Application of the New Institutional Economics. Journal of African Economics, 3(2): 231-61.

Jackson, J.C. dan Cheater, A.P. 1994. Contract Farming in Zimbabwe: Case Studies of Sugar, Tea and Cotton. Dalam Little, P.D. and Watts, M.J. (eds), Living under contract. Madison, WI: University of Wilconsin Press. Key, N. dan Runsten, D. 1999. Contract Farming, Smallholders and Rural Development in Latin America: the Organization of Agro Processing Firms and the Scale of Outgrower Production, World Development. Nicholson, W. 1998. Microeconomic Theory. The Dryden Press, 7th Ed, Harcourt Brace

College Publishers.

North, D.C. 1995. The New Institutional Economics and Third World Development. Dalam Harriss J, Janet Hunter dan Colin M. Lewis, the New Institutional Economics and Third World Development, Routledge, London and New York, 17-26.

Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor: 2 Tahun 2007. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2006 tentang Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan Tembakau virginia di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Sugiarto, Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto, dan Deny S.Oetomo, 2003. Teknik Sampling, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Surachmad, 2002. Informasi Pasar dan Prediksi Tembakau Virginia di Masa Depan. Peper disampaikan dalam Rapat Kerja Program Intensifikasi Tembakau Virginia di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 5-6 Juni.

White, B, 1997. Agroindustry and Contract Farmer in Upland West Java. The Journal of Peason Studies, 24:100-36.

Gambar

Tabel 1.   Estimasi Fungsi Produktivitas Usahatani Tembakau Virginia Petani Petani Swadaya, Petani  Mitra, dan Gabungan di Pulau Lombok, Musim Tanam 2007

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum plastik terpal digunakan di kolam induk dan pendederan, terlebih dahulu harus disambung, karena terpal plastic tidak sesuai dengan ukuran kolam yang akan dibuat..

Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor yang berasal dari sel epitel yang me nutupi permukaan nasofaring, disebut juga sebagai tumor Kanton (Canton Tumor).1,2 Menurut estimasi

mana nana nako kop p na na Ka Kast stil ila a at at Am Amer erik ikan ano) o) na na na nagd gdal ala a sa sa Pi Pili lipi pina nas s ng ng mg mga a te teor

Fase Efektor dari respons imun adalah tahap pada waktu limfosit telah teraktifkan oleh imunogen dan dalam keadaan yang dapat berfungsi mengeliminasi imunogen tersebut. 7

Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan selalu berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik secara formal maupun informal. Hal

Nomer yang dicantumkan dalam proyek sesuai dengan nomer kode stakeholder yang ada di awal.Pada proyek Pengadaan Sistem dan Infrastruktur, stakeholder sebagian