• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

10

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi dan Penerapannya

Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, sistem, organisasi dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Manuaba, 2006a). Ergonomi adalah bidang ilmu yang bersifat antar disiplin yang mempelajari hubungan manusia dengan lingkungannya (Panero dan Zelnik, 2003). Ergonomi mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari berbagai bidang ilmu antara lain : ilmu kedokteran, biologi, ilmu psikologi, teknik, seni, sosiologi dan lain-lain (Manuaba, 2005). Disiplin ilmu ergonomi yang bersifat multidisipliner sangat tepat diterapkan dalam segala aktivitas dan pekerjaan, baik di dalam rumah, tempat kerja maupun di lingkungan tempat aktivitas lainnya.

Tujuan penerapan ergonomi adalah : (a) meningkatkan kesejahteraan dan mental, khususnya mengoptimalkan keselamatan dan kesehatan kerja dengan mencegah penyakit akibat kerja, mengurangi beban fisik dan mental serta meningkatkan kepuasan kerja; (b) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengoptimalkan kenyamanan dan kemudahan kerja dengan mengkoordinasikan secara tepat suatu pekerjaan serta meningkatkan jaminan sosial baik selama usia produktif maupun setelah tidak produktif; (c) menciptakan dan meningkatkan keseimbangan rasional

(2)

antara aspek-aspek teknik, ekonomi, anthropologi dan budaya dari manusia mesin, karena berusaha mengoptimalkan efisiensi kerja manusia (prestasi dan produktivitas) sehingga kualitas kerja dan kualitas hidup dapat ditingkatkan (Adiputra, 2000; Tarwaka dkk., 2004). Penerapan ergonomi dalam pengelolaan perparkiran, khususnya parkir dalam gedung merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar dan prinsip, karena luas areal parkir, rambu dan marka, jumlah pengguna, penerangan, kelembaban udara, merupakan aspek-aspek yang memerlukan kajian secara ergonomis.

Manfaat penerapan ergonomi adalah (a) pekerjaan bisa cepat selesai; (b) resiko kecelakaan kerja lebih kecil/berkurang; (c) man-days/hours tidak banyak hilang; (d) risiko penyakit akibat kerja lebih kecil/berkurang; (e) gairah/kepuasan kerja lebih tinggi/meningkat; (f) biaya ekstra untuk kecelakaan/penyakit akibat kerja bisa ditekan; (g) absensi/tidak masuk kerja rendah; (h) kelelahan berkurang; (i) rasa sakit lebih kecil/berkurang; (j) produktivitas kerja meningkat (Manuaba, 2003b).

2.2 Pengertian Parkir

Parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996). Parkir didefinisikan sebagai tempat khusus bagi kendaraan untuk berhenti demi keselamatan. Ruang lain dapat digunakan untuk tempat parkir. Parkir mempunyai tujuan yang baik, akses yang mudah dan jika seseorang tidak dapat memarkir kendaraannya, dia tidak bisa membuat suatu perjalanan. Jika parkir terlalu jauh dari tujuan maka

(3)

orang akan beralih ke tempat lain. Sehingga tujuan utama adalah agar lokasi parkir sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan (Tamin, 2000).

Lalu lintas yang bergerak, suatu saat akan berhenti baik untuk sementara maupun berhenti dalam waktu yang cukup lama, yang tentunya akan memerlukan tempat untuk memarkir kendaraannya. Jelas penyediaan tempat parkir sangat dibutuhkan dalam sistem pengeloaan perparkiran Pignataro (1973) membedakan tipe penyediaan ruang parkir menjadi dua bagian, yaitu : parkir sisi jalan dan parkir di luar jalan.

2.2.1 Parkir Sisi Jalan (on street parking)

Parkir sisi jalan adalah penggunaan tempat pada sisi jalan sebagai tempat parkir atau pemanfaatan badan jalan sebagai tempat parkir. Ruang parkir disisi jalan terdiri dari beberapa macam sudut yang dibentuk oleh kendaraan dengan badan jalan yang tersedia

2.2.2 Parkir di Luar Jalan (of street parking)

Parkir jenis ini mengambil tempat di pelataran umum, tempat parkir khusus yang juga terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri seperti pusat perbelanjaan, kantor, pusat-pusat pendidikan, dan sebagainya. Seperti halnya parkir di jalan, parkir di luar jalan dapat membentuk sudut 00 sampai 900. Sudut yang dibentuk tergantung ruang yang tersedia dan ukuran petak parkir sehingga dapat memanfaatkan ruang yang efisien. Parkir di luar jalan dibagi atas dua jenis yaitu :

(4)

a. Pelataran Parkir

Suatu bentuk parkir berupa ruang terbuka atau pelataran parkir khusus yang disediakan untuk kendaraan. Keuntungan parkir ini adalah gangguannya relatif kecil terhadap lalu lintas dan faktor keamanannya lebih terjamin baik dari sudut kecelakaan maupun dari segi kendaraannya. Mengenai kerugian dari bentuk parkir ini adalah sulitnya memperoleh lahan di daerah yang padat penduduknya maupun pada daerah pusat kota serta jika lahannya ada sudah tentu harganya akan sangat mahal. Berikut ini jenis gambar penyediaan ruang parkir di pelataran. b. Bangunan Parkir

Bentuk penyediaan ruang parkir ini adalah berupa suatu bangunan atau gedung, di mana bentuk bangunannya dapat berupa parkir di atas gedung, di bawah tanah (basement) maupun gedung bertingkat yang disediakan khusus untuk parkir kendaraan. Keuntungan parkir ini dapat menghemat pemakaian ruang, sedang kerugian dari bentuk parkir ini adalah diperlukan waktu yang lama untuk ke luar dan masuk parkir serta dibutuhkan jalan kaki baik untuk menuju ataupun dari tempat yang diinginkan.

2.3 Desain Ergonomi

Dalam aktivitasnya manusia selalu membutuhkan sumberdaya untuk memenuhi keinginannya, seperti pemenuhan terhadap alat hiburan transportasi, pangan, papan dan lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia melalui daya pikirnya mulai melakukan perencanaan terhadap sumberdaya yang diperlukan, merancang model, menganalisis biaya, melakukan estimasi waktu pakai dari desain serta bagaimana mengevaluasi sistem yang dirancang sehingga

(5)

rancangannya bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Rancangan akan diterima bila memenuhi unsur yaitu function and purpose, utility and economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh harga dan kemampuan daya beli masyarakat (Bagas, 2000).

Dalam proses penataan parkir ini tentu dibutuhkan sumberdaya seperti bahan baku (raw material) , keterlibatan orang, peralatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang tentunya sesuai dengan kebutuhan fungsional dasar. Dalam perbaikan tempat parkir, hendaknya dilakukan dengan berpedoman terhadap hasil perencanaan berupa gambar, sehingga mendapat bentuk dan ukuran sesuai dengan yang diharapkan. Maka perlu pengawasan dalam pengerjaannya, untuk menghindari kesalahan dalam pengerjaannya. Ditinjau dari ergonomi dalam proses penataan tempat parkir di mana keterlibatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam hendaknya memperhatikan bagaimana memberdayakan manusia sebagai pengguna dalam proses parkir tersebut.

Dalam proses parkir dilakukan oleh pengguna parkir, aktivitas pengguna parkir lebih banyak dalam sikap kerja duduk. Sikap kerja dalam aktivitas apapun jangan sampai menimbulkan sikap paksa yang melewati kemampuan fisiologi tubuh (Grandjean & Kroemer, 2000). Secara biomekanika hal ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan antara gaya yang ditimbulkan oleh beban dan gaya yang dihasilkan oleh otot untuk mempertahankan beban secara seimbang pada suatu titik tumpu (Adiatmika, 2007). Selain itu lingkungan kerja juga merupakan sumber ketegangan yang berpengaruh terhadap beban kerja bagi petugas parkir. Dalam setiap aktivitas kerja selalu membutuhkan peralatan yang

(6)

bertujuan untuk membantu proses agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Interaksi antara manusia dengan berbagai peralatan harus betul-betul serasi, sehingga pengguna parkir dapat bekerja dengan nyaman dan aman. Hal ini sesuai dengan prinsip ergonomi yaitu fit the job to the man (Grandjean & Kroemer, 2000).

Dalam penataan parkir basement sepeda motor yang didasarkan atas konsep ergonomi, maka upaya yang dilakukan harus dapat menyentuh pada pokok permasalahan secara menyeluruh sehingga perbaikan yang dilakukan mempunyai manfaat yang optimal dengan menghasilkan dampak yang minimal. Perbaikan yang dilakukan menurut Manuaba (2005a; 2005b) dapat didekati dengan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) melalui metode SHIP Approach, di mana perbaikan dilakukan secara menyeluruh terhadap semua aspek ergonomi dalam proses parkir. Dalam perbaikan tersebut melibatkan berbagai disiplin bidang ilmu, serta adanya partisipasi yang aktif dari semua pihak untuk membahas permasalahan yang ada. Perbaikan yang dilakukan tentu menggunakan suatu teknologi, di mana dalam pemilihan teknologi tersebut jangan sampai menimbulkan masalah baru. Dasar pemilihan teknologi dapat digunakan yaitu melalui aspek teknologi tepat guna (TTG). Manuaba (2000b) aspek teknologi tepat guna sebagai berikut : (1) aspek ekonomis; (2) aspek teknis; (3) aspek ergonomis; (4) aspek hemat energi; (5) aspek sosio budaya; (6) tidak merusak lingkungan. Untuk memperbaiki desain dari proses produksi penerapan TTG melalui metode SHIP harus dilakukan secara bersama-sama sehingga dapat menghasilkan suatu kondisi yang dapat diterima oleh berbagai pihak serta dapat berkompetisi positif dan proses dapat berjalan secara berkelanjutan.

(7)

2.4 Penerapan Pendekatan Ergonomi Total Parkir Basement Sepeda Motor

Penerapan ergonomi total parkir basement sepeda motor Mall Robinson Denpasar dimaksudkan sebagai usaha untuk menata parkir berdasarkan pendekatan ergonomi yakni dikaji dengan pendekatan SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori) dan pendekatan Teknologi Tepat Guna (TTG). Penjabaran dari penerapan ergonomi parkir basement sepeda motor adalah menerapkan kaidah-kaidah ergonomi, antara lain : pemanfaatan lingkungan areal tempat parkir secara optimal, efektivitas pemanfaatan petak parkir, waktu dan tenaga, serta ramah lingkungan.

Pendekatan ergonomi total dimulai dari proses identifikasi masalah yang terdiri dari 8 aspek ergonomi yaitu : (a) gizi atau nutrisi; (b) pemanfaatan tenaga otot; (c) sikap kerja ; (d) kondisi lingkungan; (e) kondisi waktu; (f) kondisi sosial budaya; (g) kondisi informasi; (h) dan interaksi antara manusia dengan mesin (Manuaba, 2003a). Dari permasalahan yang telah teridentifikasi selanjutnya dilakukan suatu intervensi pendekatan ergonomi total yang terdiri dari pendekatan SHIP dan penerapan teknologi tepat guna (Manuaba, 2005b). Dalam pendekatan ergonomi dilakukan pendekatan secara sistematik, holistik, interdispliner dan partisipatori (Manuaba, 2005a). Disamping itu teknologi yang digunakan dalam intervensi ergonomi tersebut adalah teknologi yang mempunyai kearifan lokal, dikaji secara komprehensif, sehingga layak secara teknis, ekonomis, ergonomis, sosial budaya, dan ramah lingkungan (Manuaba, 2006b).

Dalam pendekatan SHIP semua masalah yang ada dalam pada basement parkir sepeda motor dipecahkan melalui pendekatan sistem, dikaji secara holistik dan melalui lintas disiplin ilmu serta menggunakan pendekatan partisipatori

(8)

dengan maksud agar semua komponen dalam sistem dapat terlibat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap evaluasi sehingga mereka akan mengetahui keberhasilan dan kegagagalan dan secara bersama-sama mencari pemecahan (Manuaba, 2005b). Sedangkan penerapan teknologi tepat guna harus dikaji dan didiskusikan dan dirumuskan melalui penedekatan SHIP (Manuaba, 2005c). Proses pengakajian, diskusi dan perumusan teknologi yang akan dipilih dilakukan secara komprehensif yaitu melalui langkah-langkah yang sistematis, berdasarkan pengalaman, masukan semua pihak dan partisipasi semua komponen dalam sistem kerja dalam perparkiran.

2.4.1 Delapan Aspek Ergonomi Pada Basement Parkir Sepeda Motor

Delapan aspek atau masalah dalam pada basement parkir sepeda motor yang dipecahkan dengan pendekatan ergonomi total adalah sebagai berikut : 2.4.1.1 Gizi dan nutrisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang, yaitu (Mulia, 2005) :

1. Ukuran tubuh, tinggi dan berat badan

Semakin besar ukuran tubuh seseorang semakin besar pula kebutuhan kalorinya meskipun usia, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakukan sama. 2. Usia

Anak-anak dan remaja membutuhkan relatif lebih banyak kalori dan zat gizi lainnya dibandingkan dengan orang dewasa atau tua, karena dioperlukan selain untuk tenaga juga untuk pertumbuhan.

(9)

3. Jenis kelamin

Laki-laki umumnya mebutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena secara anatomis dan fisiologis, laki-laki mempunyai lebih banyak otot dan juga lebih aktif.

4. Kegiatan/aktivitas

Pekerja berat membutuhkan kalori dan protein lebih besar dari pada mereka yang bekerja sedang atau ringan. Besarnya kebutuhan kalori tergantung banyaknya otot yang dipergunakan untuk bekerja serta lamanya penggunaan otot-otot tersebut.

5. Kondisi tubuh tertentu

Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan membutuhkan lebih banyak kalori dan zat gizi lainnya dari pada sebelum ia sakit. Pertambahan zat gizi tersebut diperlukan untuk rehabilitasi kembali sel-sel/jaringan tubuh yang rusak selama sakit.

6. Kondisi lingkungan (iklim setempat)

Pada musim hujan membutuhkan kalori lebih tinggi/banyak dibandingkan pada musim panas. Demikian pula pada tempat-tempat yang dingin lebih tinggi dari pada tempat dengan suhu panas. Dimana tambahan kalori pada tempat-tempat dingin diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh.

Hasil pengamatan studi pendahuluan terhadap gizi pengguna parkir menunjukkan bahwa umumnya makan siang di tempat kerja dan makananan tersebut ada yang membawa dari rumah dan ada yang membeli di kantin Mall Robinson Denpasar.

(10)

2.4.1.2 Pemanfaatan tenaga otot

Kontraksi otot memerlukan energi dan menghasilkan zat sisa metabolisme. Ketersediaan energi tergantung pada ketersediaan oksigen dan zat makanan yang dihantarkan oleh sirklasi intramuskular. Kontraksi yang kontinyu dan monoton menyebabkan oklusi intramuskular sehingga mengurangi produksi ATP (Adenosin Tri Phospate) dan menyebabkan terbentuknya asam laktat akibat metabolisme anaerobik. Penurunan energi dan akumulasi asam laktat akan mempercepat timbulnya kelelahan dan dan keluhan otot skeletal yang apabila terakumulasi akan menimbulkan nyeri otot (Waters & Bhattaccharya, 1996).

Untuk proses parkir kendaraan sepeda motor di basement, pekerjaan pengguna parkir yang domiman dan membutuhkan pengerahan tenaga otot yang adalah kegiatan saat memasuki tempat parkir sampai memarkir kendaraan sepeda motor sesuai dengan tempat yang tersedia. Disamping itu, kegiatan pengguna parkir mengambil kendaraan sampai keluar dari tempat parkir , memerlukan pengerahan tenaga otot.

2.4.1.3 Sikap kerja

Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah sehingga tidak menimbulkan sikap paksa yang melampaui kemampuan fisiologis tubuh (Grandjean dan Kroemer, 2000). Sikap kerja paksa bisa terjadi pada saat memegang, mengangkut dan mengangkat, duduk atau berdiri terlalu lama dan lain sebagainya (Ferreira, 2005; Adnyana, 2001).

Sikap kerja yang dijumpai dalam proses parkir adalah berdiri, duduk di sepeda motor, berjalan yang dilakukan secara berulang. Jika sikap kerja dilakukan tidak alamiah maka akan menyebabkan terjadinya gangguan otot dan kelelahan

(11)

dini yang dapat menurunkan aktivitas serta motivasi kerja (Grandjean dan Kogi, 1971). Oleh karena itu, dalam mendesain pola petak parkir maka perlu dipertimbangkan secara cermat kondisi interaksi antara pengguna parkir yang menggunakan tempat parkir dengan kondisi tempat parkir.

2.4.1.4 Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung (Manuaba, 2000a; Rodahl, 1989). Kondisi mikrolimat, kebisingan, penerangan dan kualitas udara yang melebihi ambang batas atau standar yang telah direkomendasikan, dapat memperlemah fungsi tubuh, dan pada akhirnya menurunkan kualitas kerja. Pada tempat parkir, kondisi lingkungan yang perlu dicermati adalah mikrolimat, kebisingan, penerangan dan kandungan gas Carbon Monoksida (CO).

a. Mikroklimat

Kondisi mikroklimat tidak optimal akan mempengaruhi proses pengeluaran keringat, vasokontriksi dan vasoilatasi sub kutis. Tubuh akan kekurangan cairan akibat pengeluaran keringat sehingga keseimbangan elektrolit terganggu. Gangguan elektrolit menyebabkan potensial aksi dan penghantaran impuls terganggu sehingga memperoleh reaksi tubuh dan mempercepat kelelahan (Grandjean & Kroemer, 2000). Mikroklimat parkir basement sepeda motor dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Studi pendahuluan mikroklimat parkir basement sepeda motor Mall Robinson Denpasar, rerata suhu udara sebesar 29,350C dan rerata kelembaban udara sebesar 81,30 %. Suhu udara di satu ruangan hendaknya antara 18 - 300C dengan kelembaban

(12)

b. Kecepatan angin

Angin adalah udara yang bergerak, dimana gerak tersebut disebabkan karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Pada bulan Oktober-April angin bertiup dari Asia ke Australia yang bersifat basah, sedangkan pada bulan April-Oktober angin bertiup dari Australia ke Asia yang bersifat kering (Mangunwijaya, 1980). Fungsi udara dalam ruangan untuk: menyediakan O2 untuk kehidupan

manusia, menukar udara yang kotor menjadi udara bersih, mengurangi kelembaban ruangan, serta mempengaruhi suhu udara dalam ruangan. Faktor yang mempengaruhi masuknya udara dalam ruangan adalah sistim dan luas ventilasi yang ada, sedangkan faktor yang diukur yaitu “kecepatan udara“ dengan satuan ukur m/dt. Studi pendahuluan kecepatan angin parkir basement sepeda motor Mall Robinson Denpasar, rerata kecepatan angin sebesar 1,17 m/dt. Rata-rata gerakan udara untuk ruang yang ditempati tidak melebihi 0,15 m/dt untuk musim dingin dan 0,25 m/dt untuk musim panas. Kecepatan udara di bawah 0,07 m/dt akan memberikan rasa yang tidak enak di badan dan rasa tidak nyaman (NIOSH, 1984).

b. Kebisingan

Kebisingan ditempat kerja dapat mengurangi kenyamanan dan ketenangan kerja. Selain gangguan pendengaran, kebisingan juga menimbulkan akibat lain seperti tekanan darah meningkat, denyut jantung dipercepat, kontraksi pembuluh darah kulit, meningkatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan, tensi otot bertambah sehingga mempercepat timbulnya kelelahan yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Suma’mur, 1982; Vce,

(13)

1991; Grandjean, 1993). Menurut Vce (1991), nilai intensitas kebisingan di antara 70-80 dB(A) termasuk kategori mengganggu dan tidak nyaman untuk melakukan percakapan, sementara intensitas kebisingan > 85 dB(A) dapat membahayakan kesehatan, khususnya gangguan pendengaran. Hasil studi pendahuluan tempat parkir basement sepeda motor di Mall Robinson Denpasar menunjukkan bahwa rerata kebisingan ditengah ruang basement parkir berkisar 72-79 dB(A) dalam kategori tidak membahayakan kesehatan khususnya gangguan pendengaran.

c. Carbon Monoksida (CO)

Udara dalam kandungan debu, karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit bagi pekerja yang terpapar. Gas CO yang terikat dalam darah terutama haemoglobin akan menghambat fungsi oksigen dalam darah. Apabila kandungan debu, gas, melampui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan, maka jelas merupakan salah satu sumber penyakit bagi pekerja yang terkena paparan (Wright, 1991; Suma’mur, 1982). Lingkungan ruang parkir basement sepeda motor di Mall Robinson Denpasar pada umumnya mengandung gas CO, oleh karena itu diperlukan masker sebagai alat pelindung diri. Karbonmonoksida (CO), merupakan komponen gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa, tidak larut dalam air. Beberapa sumber terbentuknya CO antara lain: a) pembakaran tidak sempurna terhadap Karbon atau komponen yang mengandung karbon, b) reaksi Karbondioksida dengan komponen karbon dalam suhu tinggi, c) adanya proses penguraian karbondioksida menjadi karbon monoksida dan atom O

(14)

pada suhu tinggi. Tahapan reaksi pembakaran karbon dalam bahan bakar adalah sebagai berikut:

Reaksi pertama : 2C + O2  2 CO

Reaksi ke dua : 2 CO + O2  2CO2

Reaksi ke tiga : CO2 + C  2 CO Reaksi ke empat : CO2  CO + O

d. Oksida Nitrogen (NOx), bentuk NOx dapat berupa NO dan NO2 yang

merupakan empat kali lebih beracun dibandingkan dengan NO. Pada konsentrasi normal di atmosfer NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun terutama pada paru-paru

akan menganggu proses pernafasan. Semakin tinggi suhu pembakaran suatu industri pengecoran logam, semakin banyak NOx yang dihasilkan.

e. Oksida Belerang (SOx), polutan SOx berakibat terjadinya iritasi pada sistem pernafasan manusia. Jenis gas yang dikenal dengan SOx adalah sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Pada basement parkir sepeda motor,

walaupun bahan baku tidak mengandung sulfur, dengan udara pembakaran yang cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah yang besar. Mekanisme

terjadinya pembentukan Sox adalah dengan reaksi sebagai berikut: Reaksi pertama : S + O2  SO2

Reaksi ke dua : 2SO2 + O2  2SO3

f. Penerangan

Kondisi penerangan di tempat kerja khususnya untuk pekerjaan yang dilakukan di dalam ruang sangat penting untuk dicermati. Penerangan yang

(15)

baik memungkinkan pekerja untuk dapat melihat objek atau benda kerja secara jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan yang tidak perlu (Suma’mur, 1982). Penerangan yang kurang baik dapat mengakibatkan kelelahan mental, keluhan pegal dan sakit kepala disekitar mata, kerusakan indera mata dam kelelahan mata sehingga efisiensi kerja menurun (Grandjean, 1993; Suma’mur, 1982). Tingkat kebutuhan penerangan yang ideal adalah 300 – 700 lux (Grandjean & Kroemer, 2000). Sementara hasil studi pendahuluan tempat parkir di Mall Robinson Denpasar berkisar 230,54-297,66 Lux, berarti dibawah penerangan ideal.

2.4.1.5 Kondisi waktu

Organisasi kerja antara lain mengatur waktu kerja dan alikasi sumber daya manusia (pekerja). Pengaturan waktu kerja sangat erat kaitannya dengan kemampuan pekerja, tuntutan tugas dan lingkungan kerja. Tuntutan tugas yang kurang dari dari kemampuan pekerja akan menimbulkan kebosanan dan sebaliknya tuntutan tugas yang melebihi kemampuan kerja dapat menimbulkan kelelahan dini, dan keduanya pada akhirnya akan menimbulkan kualitas kerja. Oleh karena itu didalam melakukan pengaturan waktu kerja harus benar-benar diupayakan untuk dapat menciptakan keseimbangan antara tuntutan tugas, lingkungan kerja dan kemampuan pekerja (Manuaba, 2000; Grandjean, 1993).

Hasil pengamatan terhadap waktu kerja dalam studi pendahuluan menunjukkan bahwa pengguna parkir dalam hal ini karyawan Mall Robinson Denpasar bekerja selama 8 jam kerja, shift pagi bekerja pukul 08.30-16.30 WITA dan pada shift sore pukul 14.00-22.00 WITA dengan waktu istirahat selama 1

(16)

jam pada shift pagi pukul 12.00-13.00 WITA dan pada shift sore pukul 16.00-17.00 WITA. Waktu istirahat singkat pada waktu kerja tidak teratur.

2.4.1.6 Kondisi informasi

Komunikasi dua arah antara pengelola parkir dengan karyawan sebagai pelanggan parkir perlu mendapat perhatian yang lebih baik sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas. Bentuk komunikasi dua arah adalah dengan melibatkan semua pihak terkait dalam setiap tahap proses dengan memberi pemikiran ide, pesan dan pandangan yang selanjutnya ikut merasa bertanggung jawab akan semua rencana dan tujuan serta hasil yang dicapai. Desain pesan hendaknya sesuai dengan prinsip display dan control masing-masing alat seperti warna, jenis dan besar huruf (Manuaba, 1998). Ukuran huruf hendaknya mengikuti aturan seperti di bawah ini (Grandjean & Kroemer, 2000) :

Tinggi huruf (dalam mm) = jarak baca (dalam mm)/200 Lebar huruf = 2/3 x tinggi huruf

Tebal huruf = 1/6 x tinggi huruf Jarak antara 2 huruf = 1/5 x tinggi huruf Jarak antara 2 kata = 2/3 x tinggi huruf Jarak antara 2 baris kalimat = 1 x tinggi huruf

Penggunaan rambu parkir untuk media komunikasi tertulis antara pengelola parkir dengan pengguna parkir mutlak diperlukan. Saat ini informasi tertulis berupa rambu relatif sedikit dan penempatannya tidak teratur.

2.4.1.7 Kondisi sosial-budaya

Rasa nyaman ditempat kerja dipengaruhi pula oleh kondisi sosial budaya di lingkungan kerja, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pekerja

(17)

akan merasa nyaman bila keadaan keluarga, hubungan antar keluarga, antar pekerja dan antara atasan dan bawahan berlangsung harmonis. Harmonisasi lingkungan dapat menyebabkan pekerja lebih berkonsentrasi pada tugasnya masing-masing sehingga efisiensi tercapai akhirnya pencapaian produktivitas bisa optimal (Manuaba, 2006a; Manuaba, 2003a).

Hasil pengamatan terhadap kondisi sosial budaya dalam parkir basement sepeda motor di Mall Robinson Denpasar sudah harmonis. Hubungan antara pengguna parkir, dalam hal ini karyawan Mall Robinson dan pengelola parkir sudah berjalan dua arah, namun karena pimpinan pengelola parkir berada di Jakarta, maka sebenarnya kualitas kondisi hubungan tersebut masih bisa lebih dioptimalkan.

2.4.1.8 Interaksi manusia-mesin/peralatan

Dalam perancangan alat kerja, penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) atau rancang ulang (redesain) yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dengan tanpa melupakan unsur anatomi, psikologi, lingkungan, dan kesehatan kerja. Untuk memudahkan proses perancangan, diperlukan pemahaman tentang antropometri, yaitu ilmu yang mempelajari proporsi ukuran dari setiap bagian tubuh manusia (Pulat, 1992). Data ukuran tubuh ini digunakan untuk menentukan dimensi atau ukuran alat dan perlengkapan kerja sehingga tercipta keserasian antara alat dengan pemakainya (Manuaba, 2000a; Sanders & McCormick, 1987; Grandjean, 1993; Pulat, 1992).

Dari paparan tentang berbagai permasalahan tersebut, maka tampak dengan jelas bahwa parkir basement sepeda motor di Mall Robinson Denpasar perlu perbaikan menyeluruh. Setelah mengkaji berbagai permasalahan ergonomi

(18)

secara cermat, langkah selanjutnya adalah menyusun urutan prioritas permasalahan yang ada sebagai dasar untuk melakukan analisis solusi yang tepat sasaran dan terjamin keberlanjutannya. Apabila dalam penetapan langkah solusi dituntut adanya pemanfaatan teknologi, maka perlu dilakukan analisis teknologi tepat guna.

2.4.2 Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG)

Pemilihan penerapan teknologi berdasarkan 6 (enam) kriteria, yaitu: secara teknis, ekonomis, ergonomis, hemat energi, sosio budaya dan ramah lingkungan, untuk menciptakan efektifitas dan efisien serta suasana kerja yang aman dan nyaman (Manuaba, 2005a). Kajian penerapan teknologi tepat guna pada parkir basement sepeda motor Mall Robinson dapat diuraikan berikut ini.

a. Teknis: bagian-bagian yang diperhatikan secara teknis antara lain: (a) dapat dikerjakan menggunakan teknologi yang dimiliki; (b) mudah dikerjakan dan diperbaiki; (c) aman dan kuat; (d) mudah perawatan; dan (e) kualitas hasilnya baik.

b. Ekonomis: aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain: (a) efisiensi bahan; (b) efisien biaya; (c) penggunaan bahan yang efektif; (d) bahan mudah di dapat/dibeli; (e) menggunakan sistem konstruksi yang serbaguna; dan (e) lebih menguntungkan bagi pengguna parkir dan pengelola parkir.

c. Ergonomis: meningkatkan kenyamanan dalam ruang parkir basement antara lain: (a) pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan alami secara merata dan optimal, dengan membuat bukaan ventilasi di pintu masuk dan keluar ruang parkir; (b) pemasangan dinding penyekat ruangan dan penutup dinding ruang

(19)

mesin pompa air. Semua kegiatan ini secara prinsip ergonomi dapat dipertanggungjawabkan.

d. Hemat energi: diharapkan mencapai kenyamanan ruang dalam ruang parkir basement tersebut hanya dengan menggunakan energi (primer) dalam jumlah yang relatif rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang ruang parkir hemat energi antara lain: sistem fasilitas tempat parkir, susunan lampu yang tepat dan memadai serta perletakan yang diatur sesuai kebutuhan sinar. e. Sosial Budaya: keterkaitan dalam aspek sosial budaya antara lain: (a) secara

prinsip mengikuti aturan tata ruang berdasarkan kaidah/norma tradisi yang berlaku di Bali terkait dengan pengaturan tata letak, fungsi, dan aturan tradisi secara optimal; (b) mengikuti norma, tata nilai, kebiasaan, agama, kepercayaan dan kebutuhan pemakai.

f. Ramah Lingkungan: mengurangi kerusakan lingkungan akibat dari perbaikan tempat parkir baik di dalam dan diluar ruang parkir basement. Disamping itu, kegiatan perbaikan tidak mengganggu kegiatan yang terjadi pada pusat perbelanjaan Mall Robinson Denpasar.

2.4.3 Pendekatan SHIP

Pendekatan SHIP (SHIP Approach) merupakan pendekatan komulatif melalui 4 unsur (Manuaba, 2006b) yaitu : Sistemik (Systemics), Holistik (Holistics), Interdisipliner (Interdiciplinary) dan Partisipatori (Participatory). Kajian tentang pendekatan SHIP pada parkir basement sepeda motor Mall Robinson sebagai berikut :

(20)

a. Sistemik

Tempat parkir basement sepeda motor sebagai sistem utama dalam kegiatan pengguna parkir. Sub sistemnya adalah manusia, ruang parkir basement sepeda motor dengan luasan terbatas dan lingkungan. Semua sub sistem ini saling berinteraksi menciptakan saling ketergantungan dalam sebuah sistem yang utuh. Manusia membutuhkan kenyamanan dalam ruangan, sehingga diperlukan pengaturan ruang sesuai kebutuhan. Sedangkan lingkungan juga sangat menentukan dalam memecahkan masalah kenyamanan (Turner, 1976).

b. Holistik

Pendekatan ini bersifat universal dan fleksibel, antara sistem yang satu dengan lainnya merupakan keterkaitan dalam memecahkan masalah. Upaya pemecahan masalah yang menyeluruh, semua aspek dan komponen dilibatkan, terutama pengguna yang setiap saat dapat merasakan kondisi tempat parkir. c. Interdisipliner

Untuk lebih memperdalam analisis perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait secara proporsional dan profesional sejak awal perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan. Hal ini sangat membantu mempercepat penyelesaian masalah yang dibutuhkan pengguna parkir. Disiplin ilmu yang dibutuhkan antara lain: arsitektur, ergonomi, ahli sipil, psikologi dan ahli lingkungan (Manuaba, 2006a).

d. Partisipatori

Peran serta pengguna parkir dan pengelola parkir dalam menyampaikan masalah mengenai tempat parkir dan usaha memecahkan masalah merupakan hal utama. Peran stakeholders lainnya juga mendukung memecahkan masalah sesuai

(21)

bidangnya. Pelibatan partisipan lain hanya memberikan masukan kepada pengguna, sehingga menjadi proses berkelanjutan.

2.5 Kualitas Tempat Parkir Basement Sepeda Motor

Tempat parkir merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua sumber daya yang ada termasuk manusia yang melakukan suatu aktivitas fungsional di dalamnya. Aktivitas yang dilakukan manusia adalah untuk memenuhi kelangsungan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya, aktivitas ini dapat berupa aktivitas produksi, biologi serta interaksi sesamanya. Dalam aktivitas yang dilakukan manusia tentu akan dituntut suatu nilai fungsional dari aktivitas yang dilakukan serta akan menghasilkan suatu dampak sehingga dapat memberikan perubahan pada kondisi lingkungan. Perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi tingkah laku dari manusia, perubahan terhadap kondisi sumberdaya yang akhirnya dapat mempengaruhi keberadaannya dan akhirnya tuntutan fungsional tidak berjalan secara berkesinambungan (Wilson and Belshe 2007).

Fenomena mengindikasikan bahwa kerusakan lingkungan sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mengingat bahwa pembangunan merupakan aktivitas utama dari setiap negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warganya, dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan.

(22)

2.5.1 Pengelolaan lingkungan

Lingkungan yang tercemar akibat aktivitas manusia maupun proses alam tentu akan memberikan pengaruh negatif pada kesehatan, kenikmatan hidup, keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Oleh karena itu perlindungan lingkungan merupakan suatu keharusan apabila menginginkan lingkungan yang lestari sehingga kegiatan ekonomi dan kegiatan lain dapat berkesinambungan. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup yang tertata dengan baik tentu akan memberikan nilai guna dalam bentuk adanya hubungan yang baik antara manusia dengan lingkungan, memanfaatkan sumberdaya secara bijaksana sehingga apa yang ada pada lingkungan dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun yang akan datang (Anonim, 2015a).

2.5.2 Penilaian terhadap kualitas lingkungan

Penilaian kualitas lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pendekatan yang didasarkan atas ISO 2004-3,4 : 2003 seperti :

1. Manfaat, apakah aktivitas yang dilakukan mempunyai manfaat baik bagi pelaku, masyarakat, keberadaan sumberdaya yang ada

2. Preventif, apakah pelaku mau melakukan suatu pengelolaan lingkungan yang diakibatkan dari aktivitasnya sehingga dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan

(23)

3. Analisis dampak dari aktivitas yang dilakukan seperti kebisingan, kecepatan aliran udara, kelembaban (humidity), pencahayaan sehingga dapat diketahui tingkat kenyamanan dalam melakukan aktivitas.

2.6 Kepuasan

Kepuasan barasal dari bahasa latin “statis”, yang berarti cukup dan sesuatu yang memuaskan akan secara pasti memenuhi harapan, kebutuhan, atau keinginan, dan tidak menimbulkan keluhan. Disamping itu kepuasan merupakan respon sikap individu terhadap penilaian yang didasarkan pada kognitif dan dipengaruhi oleh emosi (Gasperz, 2003). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepuasan merupakan respon sikap individu yang bersifat subjektif terhadap objek tertentu setelah membandingkannya antara harapan dan kenyataan.

Tjiptono (1995), kepuasan pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Simamora (2003), mengemukakan bahwa kepuasan merupakan kemampuan sebuah produk melakukan fungsi dasarnya. Selanjutnya Kotler (2000) mengemukakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang disebabkan oleh kinerja atau hasil suatu produk yang dirasakan, dibandingkan dengan harapannya.

Kepuasan pengguna adalah perasaan seseorang yang puas atau sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah produk atau jasa (Kotler, 2000). Kepuasan pengguna hanya dapat dicapai dengan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pengguna. Pelayanan yang baik

(24)

dinilai oleh pengguna secara langsung dari kondisi fasilitas penyediaan ruang parkir sebagai tempat pelayanan, karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas sistem perparkiran yang diberikan agar dapat memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan pengguna. Kualitas fasilitas penyediaan ruang parkir merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pengelola parkir agar dapat tercapai kepuasan pengguna parkir. Kualitas yang baik memberi dorongan kepada pengguna untuk menjalin hubungan yang kuat dengan pengelola parkir. Dalam jangka panjang ikatan ini memungkinkan perusahaan pengelola parkir untuk memahami dengan seksama harapan pengguna serta kebutuhannya. Dengan demikian pengelola parkir dapat meningkatkan kepuasan pengguna parkir dan pada gilirannya kepuasan tersebut dapat menciptakan kesetiaan/loyalitas pengguna.

Respon pengguna parkir dalam hal ini karyawan Mall Robinson Denpasar terhadap jasa pelayanan yang diterimanya sangat menentukan kelangsungan organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa, dalam hal ini organisasi yang dimaksud adalah pengelola parkir Mall Robinson Denpasar. Mutu jasa pelayanan dapat dinilai dengan berpedoman pada dimensi mutu pelayanan jasa itu sendiri. Zeithaml, et al (1990) mengemukakan dimensi dari mutu pelayanan jasa yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi pelayanan.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan pengguna parkir menekankan orientasi pada pemenuhan harapan atau keinginan. Dalam penataan parkir basement sepeda motor, tingkat kepuasan pengguna parkir dipengaruhi oleh : (1) beban kerja; (2) penggunaan energi otot; (3) kemudahan parkir; (4) kenyamanan parkir dan (5) produktivitas

(25)

2.6.1 Beban Kerja

Dalam menghadapi dan mengerjakan suatu pekerjaan, pekerja akan dihadapkan dengan keadaan beban kerja yang berlebihan, beban kerja yang kurang dan beban kerja yang optimal. Menurut Adiputra (1998) bahwa beban kerja (work load) dapat dibedakan menjadi dua kelompok sebagai berikut.

1) External load (stressor) yaitu beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan, mempunyai ciri khusus berlaku untuk semua orang. Beban kerja eksternal meliputi task, organisasi dan lingkungan. Task meliputi aktivitas otot statik dan dinamik, frekuensi dan kecepatan, penggunaan alat bantu, kuantitas dan kualitas produksi. Organisasi berhubungan dengan team work, shifwork dan jadwal istirahat kerja. Lingkungan berhubungan dengan hambatan fisik, klimat, penerangan, noise, aspek antropometri, jangkauan, tinggi bidang kerja.

2) Internal load adalah beban kerja berasal dari dalam tubuh pekerja yang berkaitan erat dengan adanya harapan, keinginan, kepuasan, tabu dan lain-lain. Dalam penilaiannya ada dua kriteria sebagai berikut (Rodahl, 1989).

a) Kriteria objektif, yaitu dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain, meliputi: reaksi fisiologis, misalnya denyut nadi, reaksi psikologis, dan perubahan tindak tanduk.

b) Kriteria subjektif, yaitu penilaiannya dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadinya, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan.

Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah, secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut nadi per menit. Penilaian beban kerja secara subjektif dapat dilakukan dengan

(26)

menggunakan kuesioner, yang mana dengan kuesioner tersebut akan terlihat tanda-tanda yang menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya (Bridger, 1995).

Penilaian beban kerja pengguna parkir dalam menggunakan tempat parkir basement sepeda motor dapat dilihat dari derajat beban kerja dengan menghitung denyut nadi kerja, yaitu rerata denyut nadi per menit selama memarkir kendaraan. Untuk mengetahui beban kerja fisik dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi saat memarkir kendaraan berlangsung. Nadi kerja (work pulse) dihitung berdasarkan selisih denyut nadi saat kerja dengan nadi istirahat (resting pulse). Menurut Grandjean (1993) bahwa peningkatan denyut nadi istirahat ke denyut nadi saat kerja yang diijinkan adalah 35 denyut/menit bagi laki-laki (denyut nadi istirahat dihitung pada saat duduk) dan 30 denyut/menit bagi wanita (denyut nadi istirahat dihitung pada saat duduk), agar kerja bisa berlangsung 8 jam berkesinambungan.

Pengukuran denyut nadi selama melaksanakan kegiatan merupakan metode untuk menilai cardiovascular. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah dengan meraba denyut nadi pada arteri radialis dan dicatat secara manual memakai stop watch menggunakan metode 10 denyut (Kilbon, 1992; Adiputra, 2002).

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah, cepat, dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal, hasilnya cukup reliable. Di samping itu tidak

(27)

terlalu mengganggu proses kerja dan tidak menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika maupun kimiawi. Pengukuran denyut nadi dengan metode palpasi 10 denyut, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ( Adiputra, 2003):

60 10   WP Denyut DN (1) Dimana :

DN = Denyut nadi (denyut/menit). WP = Waktu pengukuran (detik)

Untuk mengukur kategori beban kerja subjek menurut Grandjean (1993) dengan menghitung denyut nadi per menit dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kategori Beban Kerja Berdasarkan Penghitungan Denyut Nadi Kerja

No Beban Kerja Denyut Nadi Kerja

(Denyut per menit) 1 2 3 4 5 6

Sangat ringan (istirahat) Ringan

Sedang Berat Sangat berat

Luar biasa beratnya (ekstrim)

60 – 70 75 – 100 100 – 125 125 – 150 150 – 175 Di atas 175 (Sumber: Grandjean, 1993)

Cara lain untuk menentukan penilaian klasifikasi beban kerja fisik pada proses parkir adalah klasifikasi Vanwonterghem, yaitu klasifikasi beban kerja fisik berdasarkan beban kardiovaskuler yang dihitung berdasarkan data denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan denyut nadi maksimum 8 jam (Intaranot & Vanwonterghem, 1993 dalam Suyasning, 1998), dengan rumus-rumus sebagai berikut.

(28)

a. Denyut nadi maksimum 8 jam = 220 – umur (untuk pria) atau ` = 200 – umur (untuk wanita) (2)

b. % CVL =

. 8 . max ker 100 istirahat nadi denyut jam nadi Denyut istirahat nadi denyut ja nadi denyut    (3)

Berdasarkan beban kardiovaskuler, beban kerja fisik diklasifikasikan seperti dalam Tabel 2.2

Tabel 2.2

Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Beban Kardiovaskular

CVL Klasifikasi

Beban Kerja

Keterangan

< 30 % Ringan Tidak terjadi kelelahan (no particular fatigue, no action required)

30 % < CVL  60 % Sedang Perlu perbaikan (attention level, improvement measurement advised) 60 % < CVL  80 % Berat Kerja dalam waktu singkat (action

required on short term) 80 %< CVL  100

% Sangat berat

Perlu segera tindakan (immediate action required)

(Sumber: Suyasning, 1998)

Menurut Adiputra (2002) denyut nadi per menit menggambarkan aktivitas jantung dalam memompa darah keluar masuk organ jantung. Hal itu sangat berhubungan dengan metabolisme tubuh. Semakin cepat denyut jantung per menitnya itu berarti semakin tinggi aktivitas tubuh sehingga tingkat metabolisme tubuh pun semakin tinggi. Tubuh yang sedang bekerja, dapat saja direfleksikan oleh denyut nadi per menit, atau besar asupan oksigen, suhu tubuh, dan pengeluaran kalorinya. Di antara semuanya itu maka pengukuran denyut nadi yang paling praktis di lapangan, dan dapat dilakukan dengan peralatan sederhana

(29)

sampai yang paling canggih. Hasil pengukurannya dan kegunaannya sangat tinggi, dan telah diterima oleh para ahli.

2.6.2 Penggunaan Energi Otot

Grandjean & Kroemer (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan energi energi seseorang sangat tergantung dari berat ringannya pekerjaan dan sikap kerja. Semakin berat dan lamanya suatu pekerjaan yang dilakukan semakin banyak energi yang dibutuhkan. Bila penggunaan energi otot melebihi cadangan energi yang tersedia, maka akan terjadi penurunan energi. Penurunan energi mempercepat timbulnya kelelahan dan akumulasi asam laktat merangsang reseptor rasa nyeri sehingga dirasakan sebagai keluhan muskuloskeletal (Guyton & Hall, 2000; Grandjean & Kroemer 2000).

Berdasarkan denyut nadi, penggunaan energi selama melakukan aktivitas dihitung berdasarkan nilai denyut nadi yang kemudian di konversikan dalam kkal energi yang dikeluarkan. Perhitungan penggunaan energi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Yuliani, 2010; Agvia dkk., 2011).

2 4 10 . 71733 , 4 0229038 , 0 80411 , 1 X X Y     (4)

Y1 = penggunaan energi sebelum kerja (kkal/min)

Y2 = penggunaan energi sebelum kerja (kkal/min)

X1 = denyut nadi sebelum kerja (denyut/min)

X2 = denyut nadi setelah kerja (denyut/min)

Dimana :

Penggunaan energi sebelum kerja (Y1) :

2 4 10 . 71733 , 4 0229038 , 0 80411 , 1 1 1 1 X X Y     (5)

(30)

Dan penggunaan energi setelah kerja (Y2) : 2 4 10 . 71733 , 4 0229038 , 0 80411 , 1 2 2 2 X X Y     (6)

Dengan demikian persamaan penggunaan energi untuk melakukan kegiatan memarkir kendaraan adalah :

Y = Y2 -Y1(kkal/min) (7)

2.6.3 Kemudahan Parkir

Kemudahan memarkir kendaraan berkaitan erat dengan rendahnya hambatan dari pengguna parkir untuk sampai memarkir kendaraannya di petak parkir. Hambatan yang dirasakan dapat berupa portal, halangan atau benda-benda bergerak dan tidak bergerak yang menghalangi pengguna parkir untuk memarkir kendaraan di tempat yang diinginkan (Anonim, 2015d)

Pengukuran kemudahan parkir dilakukan dengan memberikan kuesioner dengan beberapa parameter yang dijadikan ukuran kemudahan parkir kendaraan adalah : (1) ruang parkir basement. Pertanyaan ini memiliki implikasi langsung terhadap kemudahan memarkir kendaraan. Jika jawabannya sangat setuju maka dapat dikatakan bahwa kondisi ruang parkir basement memiliki tingkat kemudahan yang baik; (2) petak parkir. Ketersediaan petak parkir sangat menentukan kemudahan memarkir kendaraan. Semakin lengkap dan komunikatif petak parkir maka semakin baik tingkat kemudahan memarkir kendaraan; (3) lebar petak parkir. Lebar petak parkir sangat menentukan kemudahan memarkir kendaraan; (4) besar sudut petak parkir. Besar sudut petak parkir sangat mempengaruhi kemudahan dalam merakir kendaraan.; (5) rambu parkir. Rambu

(31)

parkir memudahkan dalam mencari tempat untuk memarkir kendaraan; (6) pola petak parkir. Pola petak parkir akan mempengaruhi posisi kendaraan parkir; (7) arah sirkulasi parkir. Arah sirkulasi parkir sangat menentukan dalam memarkir kendaraan; (8). Lebar lintasan sirkulasi parkir. Lebar lintasan sirkulasi parkir memudahkan dalam mencai tempat untuk memarkir kendaraan.

2.6.4 Kenyamanan Parkir

Kenyamanan ada dua macam, yaitu kenyamanan objektif dan kenyamanan subjektif. Kenyamanan objektif adalah tersedianya kondisi lingkungan yang memenuhi syarat kenyamanan yang diinginkan penghuni, seperti kelembaban yang sesuai, suhu udara yang cocok, kecepatan angin yang tidak terlalu rendah dan tingkat pencahayaan yang baik.

Menurut Grandjean (2000), ketidaknyamanan dapat menyebabkan kelelahan umum, yaitu kelelahan dengan adanya penurunan konsentrasi dan kesiagaan kerja. Kelelahan ini juga disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja, seperti : penerangan, suhu udara dan kelembaban udara. Rasa tidak nyaman berpengaruh kepada seluruh tubuh melalui perubahan-perubahan fungsional. Lingkungan yang terlalu panas dapat menyebabkan rasa kantuk dan lelah yang bisa menyebabkan menurunnya penampilan serta kemungkinan tingkat kesalahan yang besar. Sebaliknya bila terlalu dingin akan merangsang munculnya rasa tidak tenang, tidak siap dan terganggunya konsentrasi terutama untuk kegiatan mental. Dari pemaparan di atas menjadi jelas bahwa manusia sangat membutuhkan suatu lingkungan yang nyaman agar tetap sehat dan mampu berprestasi (Manuaba, 1993).

(32)

Kenyamanan subjektif dilakukan dengan memberikan kuesioner dengan beberapa parameter yang dijadikan kenyamanan parkir adalah : (1) ruang parkir basement. Pertanyaan ini memiliki implikasi langsung terhadap kenyamanan ruang parkir. Jika jawabannya sangat setuju maka dapat dikatakan bahwa kondisi ruang parkir basement memiliki tingkat kenyamanan yang baik; (2) aktivitas penggunaan tempat parkir. Kondisi posisi kendaraan saat parkir menunjukkan dapat menentukan tingkat kenyamanan pengguna parkir.; (3) kualitas udara. Kualitas udara di ruang parkir sangat menentukan kenyamanan pengguna parkir; (4) kecepatan angin. Gerakan udara sangat menentukan kenyamanan pengguna parkir; (5) kebisingan. Kebisisngan sangat menentukan kenyamanan pengguna parkir.

2.6.5 Produktivitas

2.6.5.1 Pengertian Produktivitas

Pengertian produktivitas pada dasarnya adalah mengukur kemampuan dalam berproduksi dimana menekankan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini (Sedarmayanti, 2011). Secara teknis produktivitas adalah perbandingan antara hasil kerja (ouput) yang berupa barang atau jasa dengan keseluruhan masukan (input) yang terdiri dari bahan, dana dan tenaga yang digunakan dalam proses produksi Hasil kerja (output) diukur dari jumlah rerata produksi yang dihasilkan oleh setiap pekerja per hari. Pengukuran produktivitas kerja merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi kemampuan seseorang (Fariz dkk., 2011).

(33)

Pheasant (1991) melaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja dapat meningkatkan produktivitas sebesar 20 - 25 %. Produktivitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah merupakan konsep pengembangan dari produktivitas sebelumnya, dimana produktivitas merupakan perbandingan antara output (hasil produksi yang dapat dikerjakan oleh pekerja) dengan input (beban kerja dikalikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan atau proses produksi). Disini produktivitas hanya merupakan fungsi dari hasil produksi, beban kerja dan waktu proses produksi (Sutjana, 2000).

2.6.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

Terdapat 6 faktor utama yang menentukan produktivitas (Simanjuntak, 1983), adalah:

1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.

2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri

3. Hubungan antara pegawai dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan pegawai untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan bermutu (quality control circle) dan panitia mengenai kerja unggulan.

4. Manajemen produktivitas, yaitu: manajemen yang efisien pemanfaatan sumberdaya dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. 5. Efisiensi tenaga kerja : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

(34)

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.

2.6.5.3 Pengukuran Produktivitas

Mengetahui kinerja seseorang maka pengukuran produktivitas perlu dilakukan. Pengukuran produktivitas kerja merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi kemampuan seseorang (Fariz dkk., 2011). Produktivitas dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah kendaraan parkir dengan perubahan denyut nadi. Hal ini dapat diartikan peningkatan produktivitas parkir tidak selalu disertai dengan peningkatan jumlah kendaraan parkir, namun peningkatan dapat dicapai melalui penurunan beban kerja, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal (Adiputra, 2003). Berdasarkan konsep ini, produktivitas pengguna parkir dalam menggunakan tempat basement parkir sepeda motor dapat dihitung dengan persamaan :

O

P = --- (8) INK x T

Keterangan:

P = Produktivitas pengguna parkir

O = Keluaran (output), dalam waktu tertentut. INK = Input nadi kerja pengguna parkir

(35)

2.7 Pola Petak Parkir Sepeda Motor

Penggunaan pola petak parkir berkaitan erat dengan marka parkir. Pola petak parkir berkaitan erat dengan area tempat parkir, besar sudut petak parkir, dan sebagainya. Semakin tinggi tingkat waktu parkir kendaraan maka dikatakan suatu area tempat parkir memiliki tingkat petak parkir yang semakin rendah. (Anonim, 2015b). Faktor petak parkir merupakan fokus utama untuk memuaskan hati pengguna jasa parkir merasa nyaman selama menggunaan tempat parkir. Hal ini terus dilakukan agar selalu memenuhi kebutuhan para pengguna jasa parkir sesuai dengan kemajuan jaman dan perkembangan teknologi (Anonim, 2015c).

Dalam melakukan suatu kebijaksanaan yang berkaitan dengan pola petak parkir, mengacu kepada Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dibuat pola petak parkir basement sepeda motor di Mall Robinson Denpasar, yaitu : Gambar 2.1, Gambar 2.2, Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

a. Pola petak parkir sudut 300

Pola parkir petak parkir sudut 30o dapat dilihat seperti Gambar 2.1.

Gambar 2.3 Standar Petak Parkir Sepeda Motor Sudut 30o Sumber : Direktorat Jenderal perhubungan Darat, 1996

(36)

b. Pola petak parkir sudut 450

Gambar 2.4 Standar Petak Parkir Sepeda Motor Sudut 45o Sumber : Direktorat Jenderal perhubungan Darat, 1996

c. Pola petak parkir sudut 600

Gambar 2.5 Standar Petak Parkir Sepeda Motor Sudut 60o Sumber : Direktorat Jenderal perhubungan Darat, 1996

d. Pola petak parkir sudut 900

Gambar 2.6 Standar Petak Parkir Sepeda Motor Sudut 90o

(37)

Gambar

Gambar 2.3 Standar Petak Parkir Sepeda Motor Sudut 30 o  Sumber : Direktorat Jenderal perhubungan Darat, 1996
Gambar 2.5 Standar Petak Parkir Sepeda Motor Sudut 60 o  Sumber : Direktorat Jenderal perhubungan Darat, 1996

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi untuk permasalahan ukuran sampel yang lebih general, berdasarkan rancangan studi tertentu, dan statistik uji tertentu yang lebih lengkap akan dibahas dalam

gambar 2.6 layar Account Receivable – Invoice Processing setelah Invoice diposting Pada layar Account Receivable – Invoice Processing jika anda ingin mencetak Invoice

Penelitian ini akan membahas mengenai hubungan konsep diri positif dan konsep diri negatif dalam kaitannya ini adalah konsep diri positif yang dimiliki waria tidak

Apabila tidak dikasih oleh peziarah, pengemis di kawasan menara kudus melontarkan kata-kata yang kotor kepada peziarah, dengan begitu membuat para peziarah terpaksa memberikan

Sedangkan kelainan mikrodelesi atau mikroduplikasi yang berukuran kurang dari 4 Mb tidak akan tampak dalam pemeriksaan kromosom konvesional sehingga akan menampakan kariotip normal

Marjoni menyampaikan, dalam rapat ini dijelaskan tata cara dan prosuder dalam pemilihan kepala desa, sesuai dengan UU no 6 tahun 2014 tentang desa kepada seluruh panitia pilkades

Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama merupakan program untuk mencapai sasaran strategis dalam hal penyelesaian perkara, tertib administrasi perkara, dan

Assyarif sistem menampilkan laporan Hutang yang valid sedangkan yang tidak valid tidak tampil pada laporan Hutang unit usaha Uji coba berjalan dengan baik,User dapat memvalidasi