• Tidak ada hasil yang ditemukan

EPISTEMOLOGI: Cara mendapatkan Pengetahuan Yang Benar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EPISTEMOLOGI: Cara mendapatkan Pengetahuan Yang Benar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

EPISTEMOLOGI:

Cara mendapatkan Pengetahuan Yang Benar

I. Pendahuluan:

Manusia makhluk yang begitu kompleks, demikian kompleksnya hingga sumber pengetahuan yang dimilikinya juga beragam. Sumber-sumber pengetahuan ini pula yang memberikan potensi melebihi malaikat atau lebih hina dari pada hewan.

Telah banyak terjadi perubahan yang terjadi sejak keberadaan manusia pertama hingga saat ini, dan ilmu pengetahuan adalah yang dirasa memiliki andil terbesar bagi perubahan tersebut. Betapa tidak, dari mulai alat berburu sederhana hingga modern seperti yang dapat kita lihat saat ini. Jika dahulu kala kita memerlukan kaki dan waktu berhari-hari untuk pergi ke suatu kota, sekarang cukup dengan hitungan menit dan menggunakan besi terbang tersebut sebagai pesawat untuk mencapainya.Demikian besar sumbangan ilmu pengetahuan bagi kemajuan yang telah diperoleh oleh manusia saat ini.

Ada satu kisah yang mencerminkan fenomena perbedaan pengetahuan ini yang dapat kita analogikan dengan perbedaan asumsi tersebut.

▸ Baca selengkapnya: bagaimana cara merawat display produk yang benar

(2)

2

Suatu ketika ada empat orang yang berjalan di dalam hutan gelap gulita hingga pada akhirnya mereka berempat menabrak suatu benda yang menahan mereka, dan kita ketahui benda itu adalah gajah. Orang pertama memperoleh salah satu kaki gajah yang besar, ia meyakini gajah sebagai hewan yang berbentuk tabung besar menjulang dari atas ke bawah. Orang kedua memperoleh ekornya dan meyakini gajah sebagai hewan kecil panjang dan berbulu pada ujungnya. Orang ketiga memperoleh belalai sang gajah, dan ia menggambarkan gajah sebagai hewan panjang sebesar lengan manusia dan berlubang dua pada ujungnya. Orang keempat memperoleh bagian telinga hingga ia menggambarkan gajah sebagai hewan yang lebar tipis seperti nampan bergerak-gerak. Kita tidak dapat menyalahkan mereka semua, karena pendapat mereka benar. Tetapi mereka tidak menggambarkan gajah sebagai suatu hewan, melainkan hanya sebagian anggota tubuh gajah.

Kita tidak menginginkan pemahaman yang setengah-setengah seperti yang terjadi dengan keempat orang tersebut, oleh karena itu kita memerlukan epistemologi untuk membedakan pemahaman yang berbeda dari satu atau banyak fakta.

Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya.

Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi. Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia.

II. Jarum Sejarah Pengetahuan

Pada awal perkembangan sebuah ilmu pengetahuan tidak nampak jelas pembedanya. Sekilas semua sama. Pada masyarakat dahulu pembeda antara wujud objek yang satu dengan objek yang lain belum nampak. Misalnya, dalam

(3)

3

sebuah pekerjaan atau profesi, makanan, bahkan obat, semua menyatu dalam satu kesatuan yang tidak mempunyai batasan secara jelas. Hal dapat dilihat dari kehidupan tempo dulu, seseorang yang mempunyai profesi sebagai seorang guru, dia akan dianggap sebagai seorang yang ahli disegala bidang. Seorang guru pada masa lampau akan selalu diikut sertakan dalam segala kegiatan dibidang ekonomi, pendidikan, keagamaan. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya faktor pembeda yang jelas dari masing-masing objek. Dapat diambil kesimpulan bahwa kriteria kesamaan menjadi konsep dasar pada masa lalu atau kurun waktu lampau.

Pada masa selanjutnya pada abad penalaran menjadikan perbedaan sebagai konsep dasar. Hal ini diawali dengan adanya pembedaan yang jelas antara objek yang satu dengan yang lain. Sejak masa inilah mulai jelas perbedaan antara berbagai ilmu pengetahuan ditandai dengan adanya bentuk spesialisasi dalam sebuah pekerjaan. Dari uraian di atas maka timbulah sebuah pemikiran bagaimana cara mendapatkan pengetahuan.

Jujun Sumantri (2007:102) menjelaskan bahwa salah satu cabang itu yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya. Metode keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradigma dari abad pertengahan, demikian juga ilmu dapat dibedakan dari apa yang ditelaahnya serta untuk apa ilmu itu dipergunakan.

Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembnag lebih dari 650 ranting disiplin keilmuan. Perbedaan yang makin terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin spesifik pula.

III. Ilmu Pengetahuan dan Epistemologi

Menurut Suriasumanturi, pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu object tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Pengetahuan juga merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak turut memperkaya kehidupan kita (2007:104). Sedemikian besarnya pengaruh pengetahuan bagi manusia, sehingga dirasa

(4)

4

patut bagi kita untuk mengkajinya lebih dalam. Terkait dengan keberadaan ilmu pengetahuan sendiri ada berbagai pandangan yang mengungkapkan asal mula pengetahuan.

Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan yang merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) (http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786495-epistemologi-ilmu/)

Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi dijelaskan, Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Agus Editoni, http://id.cosmotopic.net/444286522-epistemologi-sejarah-ruang-lingkup-dan-pengertian)

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya (Suriasumanturi, 2007:105)

Filsafat titik tekan kajiannya adalah ontologi sementara Ilmu Pengetahuan titik tekan adalah epistemologi sehingga kalau kita buat dalam sebuah bagan maka bentuknya akan menjadi seperti ini :

(5)

5

Gambar 2: Ilmu Pengetahuan dan Epistemologi

(http://www.parapemikir.com/indo/wp-content/uploads/2010/01/epistemologi1)

Ontologi berbicara tentang benda atau objeknya, Objek ontologis itu sendiri ada dua, yang pertama disebut sebagai objek materi phisik dan yang kedua disebut sebagai objek materi non phisik.

Epistemologi berbicara tentang subjeknya, yaitu berbicara tentang si orang yang menilai atau yang mempelajari atau yang mengamati si objek ontologi melalui indra, akal dan hati.

Jadi bisa dikatakan dengan ringkas bahwa pengetahuan itu melekat didiri sipengamat atau subjek sehingga jika si subjek berbeda tafsir terhadap objek yang sama maka yang perlu diperiksa adalah seberapa jauh pengetahuan si subjek terhadap objek tersebut.

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan. Dengan kata lain, tujuan baru dapat diperoleh, jika telah melalui objek lebih dulu.

(6)

6

Manusia misalnya, sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam, baik untuk membangun psikologi, sosiologi, pedagogi, ekonomi, antropologi, bilogi, ilmu hukum dan sebagainya. Objek epistemologi menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali. Jika diperhatikan, batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.

IV. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah (suparman dalam http://www.blogger.com/profile/). Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan.

Proses kegiatan ilmiah, menurut Riychia Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu (Suriasumanturi, 2007:121). Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.

(7)

7

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan. Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis. Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil, sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses. Seseorang yang mengetahui prosesnya, tentu akan dapat mengetahui hasilnya, tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya, acapkali tidak mengetahui prosesnya. Proses menjadi tahu atau “proses pengetahuan” inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan, pemahaman dan pengembangan-pengembangannya.

Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan, cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji. Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.

(http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786495-epistemologi-ilmu/). Jujun S.Suriasumatri (2007:128) menjelaskan langkah-langkah berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verivikasi adalah sebagai berikut:

(1) Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

(2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yangmenjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara

(8)

8

berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.

(3) Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan.

(4) Pengujian hipotesis merupakan pengumkulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang medukung hipotesis tersebut atau tidak.

(5) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukn tersebut diterima atau ditolak.

Keseluruhan langkah-langkah tersebut harus ditempuh agar suatu penelahaan dapat disebut ilmiah. Hubungan antara langkah yang satu dengan lainnya tidak terikat secara statis melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak hanya mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas.

PERUMUSAN MASALAH

KHASANAH PENGETAHUAN ILMIAH

PERUMUSAN HIPOTESIS

PENGUJIAN HIPOTESIS DITOLAK

PENYUSUNAN KERANGKA BERPIKIR DITERIMA In du ks i Ko re sp on d Pr ag m ati s Deduksi Koherensi

(9)

9 V. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah (Emzir, 2008:3). Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis. Kelima langkah langkah penelitian tersebut menurut Emzir dapat digambarkan sebagai berikut (2008:7) :

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian. Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif

(http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif).

Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari

Identifikasi

masalah Informasi Review Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan Penarikan Gambar 3: Langkah-langkah penelitian

(10)

10

pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.

Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti beraspek dari pendidikan. Istilah penelitai kuantitatif sering digunakandalam ilmu-ilmu sosialuntuk membedakannya dengan penelitian kuantitatif.

Metode yang sering digunakan adalah experimental, deskripsi, survei, dan menemukan korelasional. Penelitian kuantitatif menyajikan proposal yang bersifat lengkap, rinci, prosedur yang spesifik, literatur yang lengkap dan hipotesis yang dirumuskan dengan jelas.

Secara singkat metodologi penelitian kuantatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Sasaran penelitian, menunjukan unit analisis atau responden yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian.

 Lokasi penelitian, menunjukan tempat penelitian itu dilaksanakan.

 Metode penelitian, menjelaskan metode yang akan digunakan dalam penelitian bersangkutan.

 Variabel yang akan diteliti, memuat uraian mengenai macam dan jumlah variabel yang akan digunakan dalam penelitian tersebut.

 Teknik pengambilan sampel, memuat cara atau metode pengambilan sampel.

 Metode pengumpulan data, menjelaskan bagaimana cara/metode data dalam penelitian tersebut dikumpulkan.

 Sumber data, menjelaskan dari mana data penelitian tersebut diperoleh dan jenis data apa yang digunakan.

Dalam penelitian kuantitatif, data berupa kuantum (bilangan), yakni menunjuk intensitas dan atau ekstensitas dari gejala yang diamati. Karena data lebih banyak merupakan bilangan, maka peneliti sering kali berfikir tentang

(11)

11

satuan-satuan untuk menunjuk intensitas dan ekstensitas tadi : usia berapa tahun, datang rapat berapa kali, menyumbang berapa rupiah untuk organisasi dan atau mengongkosi kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan politik dsb.

Analisis data dalam pada itu adalah membaca kecenderungan angka-angka atau tepatnya data-data yang ada. Dalam hubungan ini sangat mungkin peneliti membutuhkan teknik analisis statistik, terutama untuk mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan suatu variabel dengan variabel lainnya tadi ( ada korelasinya tidak, ada perbedaannya atau tidak, apakah variabel menjadi penyebab munculnya variabel y atau tidak, dsb ).

Hasil analisis inilah sebenarnya temuan-temuan penelitian, yakni setalah peneliti menafsirkannya dengan cara menunjukkan konsekuensi-konsekuensi dari hasil analisis. Termasuk disini adalah : jawaban apa atas masalah penelitian, hipotesa diterima atau ditolak dalam tingkat signifikasi tertentu, teori-teori mana yang mendapat penguatan dan teori-teori mana yang ditambah.

Masalah penelitian harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya: baru, bermanfaat, menarik dan menantang secara intelektual, sesuai dengan keahlian peneliti, tersedia data dan metode, tersedia alat khusus bila diperlukan, penyandang dana dan kerjasama administratif, tersedia biaya waktu yang cukup, dan tidak membahayakan baik bagi peneliti ataupun orang lain.

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Jika penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; maka dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”

(http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif).

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam. Pada penelitian kualitatif, proposalnya lebih

(12)

12

singkat dan tidak banyak kajian literatur, pendekatan dijabarkan secara umum, dan biasanya tidak menyajikan rumusan hipotesis.

Emzir dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (2010:2-5) menjelaskan karakteristik penelitian kualitatif yang dirumuskan oleh Bogdan dan Biklen, sebagai berikut:

1. Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data dan penelitian merupakan instrumen kunci.

2. Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Data tersebut berupa transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi, dokumen pribadi, dan sebagainya.

3. Berurusan dengan Proses. Peneliti kualitatif lebih berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk.

4. Induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif. Tidak dilakukan mencarian di luar data atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan sebelum pelaksanaan penelitian.

5. Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan kualitatif. Peneliti tertarik pada bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka.

Metodologi penelitian kualitatif secara garis besar mengunakan model penelitian kualitatif meliputi :

 Etnografi, memusatkan pada kajian latar (setting) penelitian tunggal, yaitu budaya atau konteks yang asing atau bukan konteks penelitinya. Dalam perkembangannya muncul Etnometodologi, yaitu etnografi yang diarahkan pada studi mengenal masyarakat yang juga bagian dari masyarakat modern seperti yang dimiliki penelitinya.

 Mikroetnografi, merupakan pendekatan etnografi tetapi sasarannya sangat terbatas, misalnya pada konteks yang sangat kecil atau khusus.

 Studi kasus, membatasi studi pada kekhususan konteks dengan karakteristik dan keterbatasannya (wilayah). Model ini terbagi dalam dua model utama dengan dua variasi. Dikenal model studi kasus tunggal (bilamana kasusnya hanya satu) dan kasus ganda (bila kasusnya lebih dari satu).

(13)

13

 Bentuk pendekatan kritik, yaitu studi yang mengungkap makna sesuatu (karya, peristiwa, atau kondisi sesuatu), dengan menggunakan pendekatan yang menggunakan struktur kritik seni.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini diminta bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki kebenaran tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki kebenaran kurang). Dimensi struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman.

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema.

Meskipun dalam tataran praktis perbedaan antara keduanya seperti nampak sederhana dan hanya bersifat teknis, namun secara esensial keduanya mempunyai landasan epistemologis/filosofis yang sangat berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme, dimana ada tiga tahapan/tingkatan cara berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta yaitu: tingkatan Teologi, tingkatan Metafisik, dan tingkatan Positif. Sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik (fenomenologis) dimana obyek-obyek harus diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari hakekat gejala-gejala. Kesadaran bukan bagian dari kenyataan melainkan asal kenyataan (Uhar Suharsaputra, http://blog.unila.ac.id/young/metode-penelitian-kualitatif).

(14)

14

Adapun secara singkat perbedaan kedua penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif

No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

1 Menggunakan hiopotesis yang

ditentukan sejak awal penelitian Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian 2 Definisi yang jelas dinyatakan sejak

awal Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung 3 Reduksi data menjadi angka-angka Deskripsi naratif/kata-kata,

ungkapan atau pernyataan 4 Lebih memperhatikan reliabilitas

skor yang diperoleh melalui instrumen penelitian

Lebih suka menganggap cukup dengan reliabilitas penyimpulan 5 Penilaian validitas menggunakan

berbagai prosedur dengan mengandalkan hitungan statistik

Penilaian validitas melalui pengecekan silang atas sumber informasi

6 Mengunakan deskripsi prosedur

yang jelas (terinci) Menggunakan deskripsi prosedur secara naratif

7 Sampling random Sampling purposive

8 Desain/kontrol statistik atas variabel

eksternal Menggunakan analisis logis dalam mengontrol variabel ekstern 9 Menggunakan desain khusus untuk

mengontrol bias prosedur Mengandalkan peneliti dalam mengontrol bias 10 Menyimpulkan hasil menggunakan

statistik Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata 11 Memecah gejala-gejala menjadi

bagian-bagian untuk dianalisis Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam perspektif keseluruhan 12 Memanipulasi aspek, situasi atau

kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks

Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya

(diadaptasi dari Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen. 1993 : 380)

VI. Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu (Suriasumantri, 2007:141). Dapat pula dijelaskan bahwa ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian

(15)

15

ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sesuatu yang ilmiah itu mempunyai sifat tidak absolut. Sehingga sesuatu yang ilmiah dapat disangkal atau disanggah dan diperbaiki (Stefano, http://classassignment.wordpress. com/2009/04/12/ struktur-pengetahuan-ilmiah).

Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.

Secara garis besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif, probabilistik, fungsional atau teleologis dan genetik.

 Penjelasan deduktif mempergunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan segala sesuatu dengan menarik kesimpulan secara logis premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Penjelasan probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus sehingga tidak dapat memberikan kepastian, melainkan penjelasan yang bersifat peluang seperti “kemungkinan”, “kemungkinan besar” atau “hampir dapat dipastikan”.

 Penjelasan funsional atau telelogis merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.

 Penjelasan genetik mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian.

Struktur Pengetahuan Ilmiah:

1. Hipotesa : Hipotesa merupakan suatu perkiraan awal yang belum diuji. Biasanya hipotesa diambil berdasarkan teori-teori umum yang mendukung. 2. Teori : Suatu penjelasan yang menjelaskan tentang sesuatu, akan tetapi teori

masih dapat disanggah atau disangkal.

3. Hukum : Teori yang sudah tidak dapat disanggah atau disangkal lagi. Akan tetapi, apabila terdapat suatu teori yang lebih umum daripada hukum tersebut, maka hukum tersebut tidak benar lagi dan digantikan oleh teori yang baru tersebut.

4. Aksioma/postulat : Suatu pernyataan yang sudah tidak perlu dibuktikan lagi. (dianggap sudah benar).

(16)

16

5. Prinsip : Sesuatu yang mendasari sesuatu yang lain.

6. Asumsi : Sesuatu yang dianggap sudah benar, tetapi perlu didampingi dengan fakta empiris.

(17)

17

VII. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan :

1. Ontologis; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan?.

2. Epistemologi berusaha menjawab bagaimna proses yang memungkinkan di timbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/tehnik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?.

3. Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral? 4. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang

disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Proses untuk memperoleh pengetahuan menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1786495-epistemologi-ilmu http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi

A. Kamil. Epistemologi; Pengantar Memasuki Ranah Ontologi, http://telagahikmah.org.id

Agus Editoni. http://id.cosmotopic.net/444286522-epistemologi-sejarah-ruang-lingkup-dan-pengertian

Anoname, http://1.bp.blogspot.com/epistemologi.jp

http://www.parapemikir.com/indo/wp-content/uploads/2010/01/epistemologi1 Suparman. http://www.blogger.com/profile/

Suriasumanturi, JujunS. Ilsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta: 2007

Gambar

Gambar 2: Ilmu Pengetahuan dan Epistemologi
Gambar 2: Metode Ilmiah (Suriasumatri, 2007:129)

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien dengan keluhan nyeri buang air kecil, keluar cairan putih kekuningan, nyeri pinggang bagian bawah, dan atau

Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar di ASEAN menyimpan potensi penjualan otomotif yang menjanjikan mengingat rendahnya penetrasi kendaraan 4W.

Sedangkan dari sisi pemandu masih perlu mendapatkan keterampilan memandu yang edukatif dengan wawasan alam secara ilmiah, keterampilan berkomunikasi bahasa inggris

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat stres kerja pada driver PT Citra Perdana Kendedes Malang termasuk rendah, tingkat kepuasan kerja driver dalam kategori tinggi, sedangkan

Apabila suatu perusahaan tidak mempunyai cukup modal untuk investasi, maka kekurangan untuk investasi tersebut dapat dipenuhi dengan dana pinjaman dari lembaga keuangan seperti

TKI membutuhkan tempat mengadu, dan melakukan konsultasi hukum seperti bagaimana membuat perjanjian kerja, kontrak kerja, pendampingan ketika ada masalah tentang pekerjaan yang

Menjadi gereja yang bergerak di dalam dengan saling mendukung dan meneruskan karya kebaikan Allah sehingga jemaat dan simpatisan menjadi alat Allah untuk menyatakan karya

Ipteks yang akan ditransfer kepada HIMPAUDI Kecamatan Tembalang Semarang adalah pelatihan konsep dasar dan teori Brain-Gym. Pelatihan Brain-Gym sangat besar